13 0 176 KB
SISTEM ENDOKRIN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELITUS A.
KONSEP DASAR PENYAKIT 1. Definisi/Pengertian Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2009). Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner & Sudarth, 2002).Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat.Jika telah berkembang penuh secara klinis, maka diabetes melitus ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerotik dan penyakit vaskular mikroangiopati dan neuropati (Price & Wilson, 2006). Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (Soegondo, 2002). Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Diabetes Melitus adalah peningkatan kadar glukosa dalam darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif yang dapat menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah. 2. Penyebab Penyebab Diabetes Melitus dibagi 2, yaitu: a. Penyebab Diabetes Mellitus Tipe I Pada diabetes mellitus tipe I terdapat bukti adanya suatu responsautoimun. Respon ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolaholah sebagai jaringan asing. Otoanti body terdapat sel-sel pulau longerhans dan insulin endogen (internal) terdeteksi pada saat diagnosis dibuat dan bahkan
beberapa tahun sebelum timbulnya tanda-tanda klinis tipe I (Bruner and Suddarth, 2001). Secara garis besar etiologi DM tipe 1 adalah : 1) Faktor Genetik Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA 2) Faktor imunologi Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen 3) Faktor Lingkungan Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi selbeta. Penyelidikan masih dilakukan untuk menyelidiki kemungkinan faktorfaktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel beta. Sebagai contoh, virus, atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan destruksi sel beta. b. Penyebab Diabetes Mellitus Tipe II Faktor-faktor yang menyebabkan diabetes mellitus tipe II antara lain: 1) Faktor-faktor genetik Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya 2) 3) 4) 5)
resistensi insulin. Usia Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun. Obesitas Riwayat keluarga Kelompok etnik Di Amerika Serikat, golongan hipsonik serta penduduk asli Amerika
tertentu memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk terjadinya diabetes mellitus tipe II dibandingkan dengan golongan Afro-Amerika. 3. Epidemiologi/Insiden Kasus Pada tahun 1992, lebih dari 100 juta penduduk dunia menderita DM dan pada tahun 2000 jumlahnya meningkat menjadi 150 juta yang merupakan 6% dari populasi dewasa. Amerika Serikat jumlah penderita Diabetes Mellitus pada tahun 1980 mencapai 5,8 juta orang dan pada tahun 2003 meningkat menjadi 13,8 juta orang.
Indonesia menempati urutan keempat dengan jumlah penderita diabetes terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat. Dengan prevalensi 8,4% dari total penduduk, diperkirakan pada tahun 1995 terdapat 4,5 juta pengidap diabetes dan pada tahun 2025 diperkirakan meningkat menjadi 12,4 juta penderita. Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi Diabetes Melitus (DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta orang. Sedangkan hasil Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa proporsi penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%. Dan daerah pedesaan, DM menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8% Berdasarkan hasil Riskesdas 2007 prevalensi nasional DM berdasarkan pemeriksaan gula darah pada penduduk usia >15 tahun diperkotaan 5,7%. Prevalensi nasional Obesitas umum pada penduduk usia >= 15 tahun sebesar 10.3% dan sebanyak 12 provinsi memiliki prevalensi diatas nasional, prevalensi nasional Obesitas sentral pada penduduk Usia >= 15 tahun sebesar 18,8 % dan sebanyak 17 provinsi memiliki prevalensi diatas nasional. Sedangkan prevalensi TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) pada penduduk usia>15 tahun di perkotaan adalah 10.2% dan sebanyak 13 provinsi mempunyai prevalensi diatas prevalensi nasional. Prevalensi kurang makan buah dan sayur sebesar 93,6%, dan prevalensi kurang aktifitas fisik pada penduduk >10 tahun sebesar 48,2%. Disebutkan pula bahwa prevalensi merokok setiap hari pada penduduk >10 tahun sebesar 23,7% dan prevalensi minum beralkohol dalam satu bulan terakhir adalah 4,6% WHO merekomendasikan bahwa strategi yang efektif perlu dilakukan secara terintegrasi, berbasis masyarakat melalui kerjasama lintas program dan lintas sektor termasuk swasta.Dengan demikian pengembangan kemitraan dengan berbagai unsur di masyarakat dan lintas sektor yang terkait dengan DM di setiap wilayah merupakan kegiatan yang penting dilakukan.Oleh karena itu, pemahaman faktor risiko DM sangat penting diketahui, dimengerti dan dapat dikendalikan oleh para pemegang program, pendidik, edukator maupun kader kesehatan di masyarakat sekitarnya. Tabel Prevalensi Kejadian Diabetes Mellitus Di Beberapa Negara Tahun 2010 dan 2030
NO
Rangking
Orang Dengan
Rangking Negara
Orang Dengan
Negara Tahun
DM (Juta)
Tahun 2030
DM (Juta)
2010 1 2
India Cina
31,7 20,8
India Cina
79,4 42,3
3
Amerika Serikat
17,7
Amerika Serikat
30,3
4 5
Indonesia Jepang
8,4 6,8
Indonesia Pakistan
21,3 13,9
6 7
Pakistan Federasi Rusia
5,2 4,6
Brazil Banglades
11,3 11,1
8 9 10
Brazil Italia Banglades
4,6 4,3 3,2
Jepang Filipina Mesir
8,9 7,8 6,7
Pathway Diabetes Mellitus Diabetes Tipe I Faktor Genetik HLA Menurun
Faktor Imunoogi
Faktor Lingkungan
Proses autoimun
Pasien belum mengerti Tentang penyakitnya Defisiensi pengetahuan
Virus/toksin tertentu
Diabetes Tipe II Usia
Obesitas
Peningkatan resistensi sel terhadap insulin
kelebihan lemak Lemak
Kesalahan diteksi Terhadap benda asing
lemak menumpuk di pembuluh darah
Mengenal sel pankreas
mempengaruhi Transfer glukosa
Destruksi sel beta Gangguan produksi insulin penurunan jumlah insulin fungsi transfer menurun gangguan distribusi lemak penumpukan lemak
Ketidakstabilan kadar glukosa darah
gangguan distribusi glukosa
gangguan distribusi protein
glukosa tidak bisa
gangguan
di pembuluh darah
gangguan pembuluh darah besar (makrovaskuler)
mikrovaskuler
regenerasi sel
hiperglikemia
glikoneogenesis
konsentrasi darah meningkat
produksi keton meningkat
Deuresis osmosis
ketoasidosis
aterosklerosis
Pecahnya pembuluh Darah di koroid hipertensi Retino pati Proloferatif
masuk sel
gagal Ginjal
pada arteri Koroner
Neovaskulerisasi Pembuluh darah Mengecil dan Memendek/ Tertarik Pelepasan retina Dan perdarahan Dalam badan Vitreus Retinopati diabetik
Infark koroner Nyeri akut
menurunnya produksi metabolik kelemahan
sekresi cairan dan elektrolit berlebihan banyak berkemih
banyak glukosa ke sel terganggu
penurunan jumah glukosa sel
Intoleransi aktivitas
penurunan starvasi sel metabolisme basal glukoneogenesis
poliuri anoreksia Hipovolemia
sorbital salah satu perubahan glukosa Yang diatur oleh aldose reduktose
Defisit nutrisi hipovolemik
gangguan sirkulasi darah
dehidrasi neurotrans miter
suplai darah ke perifer menurun
gagal ginjal
Sensori penglihatan
terjadi akumulasi Sorbital
gangguan Penglihatan
perubahan metabolik dalam sintesa atau fungsi myelin
Gangguan persepsi sensori
Kerusakan integritas kulit
otonom
sensoris
penurunan perspirasi kulit tipis
hilang sensori trauma tak terasa nyeri
kulit kering dan pecah
ulserasi Resiko infeksi
SSP memerintahkan untuk meningkatkan Jumlah cara minum banyak
Perfusi jaringan perifer tidak efektif
polidipsi motoris perubahan tulang deformitas
atropi otot perubahan cara jalan titik tekan baru
4. Patofisiologi Diabetes Tipe I. Pada diabetes tipe ini terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hipereglikemia-puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Disamping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urine (Glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan diekskresikan ke dalam urine, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (Poliuria) dan rasa haus (polidipsia). Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (Polifagia) akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari asamasam amino serta substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut turun menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang mengganggu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis diabetik yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti hiperventilasi, napas bau aseton dan bila tidak ditangani akan mengakibatkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Diabetes Tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin yaitu retensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel. Retensi insulin pada diabetes tipe II disertai
dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan untuk mengatasi retensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. 5. Gejala klinis Adanya penyakit diabetes mellitus ini pada awalnya seringkali tidak dirasakan dan tidak disadari oleh penderita.Gejala klasik diabetes adalah rasa haus yang berlebihan, sering kencing terutama malam hari dan berat badan yang turun dengan cepat. Disamping itu kadang-kadang ada keluhan lemah, kesemutan pada jari tangan dan kaki, cepat lapar, gatal-gatal, penglihatan jadi kabur, gairah seks menurun, luka sukar sembuh dan pada ibu-ibu sering melahirkan bayi diatas 4 kg. Kadang-kadang ada pasien yang pasien sendiri tidak merasakan adanya keluhan, Mereka mengetahui adanya diabetes hanya karena pada saat check up ditemukan kadar glukosa darahnya tinggi. Beberapa keluhan dan gejala yang perlu mendapat perhatian ialah: 1) Keluhan klinik a) Penurunan Berat Badan (BB) dan rasa lemah Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur menjadi glukosa, maka tubuh berusaha mendapat peleburan zat dari bagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan mmemecah cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM, walaupun banyak makan tetap kurus b) Banyak kencing Hal ini disebabkan oleh kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotik diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehinga klien mengeluh banyak kencing. c) Banyak minum
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minu. d) Banyak makan Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel sehingga megalami starvasi (kelaparan). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada sampai pembuluh dara. 2) Keluhan lain a) Gangguan saraf tepi/kesemutan Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki di waktu malam, sehingga mengganggu tidur. b) Gangguan penglihatan Pada fase awal penyakit diabetes sering dijumpai gangguan penglihatan yang mendorong penderita untuk mengganti kacamatanya berulang kali agar ia tetap dapat melihat dengan baik. c) Gatal/bisul Kelainan bisel berupa gatal, biasanya terjadi didaerah kemaluan atau daerah lipatan kulit seperti ketika dan dibawah payudara.Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul dan luka lecet karena sepatu atau tertusuk peniti. d) Gangguan ereksi Gangguan ereksi ini menjadi masalah tersembunyi karena sering tidak secara terus terang dikemukakan penderitanya. Hal ini terkait dengan budaya masyarakat yang masih merasa tabu membicarakan maslah seks, apalagi menyangkut kemampuan atau kejantanan seseorang. e) Keputihan Pada wanita keputihan dan gatal merupakan keluhan yang sering ditemukan dan kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala yang dirasakan. 6. Klasifikasi Diabetes Melitus a. Diabetes Melitus Tipe 1 Selitar 5-10 % pasien mengalami diabetes tipe 1. Ini ditandai dengan destruksi selsel pankreas akibat faktor genetis, imunologis, dan mungkin juga lingkungan misalnya virus. Injeksi insulin diperlukan untuk mengontrol kadar glukosa darah. Awitan diabetes tipe 1 terjadi secara mendadak, biasanya sebelum usia 30 tahunan (Brunner& Suddart, 2010). b. Diabetes Tipe 2
Sekitar 90-95% pasien penyandang diabetes tipe 2. Tipe ini disebabkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin) atau akibat jumlah penurunan jumlah insulin yang diproduksi. Paling sering dialami oleh pasien diatas 30 tahun dan pasien yang obesitas (Brunner & Suddart, 2010). c. Diabetes melitus Gestasional Ditandai dengan setiap derajat intoleransi glukosa yang muncul selama kehamilan (trimester kedua atau ketiga). Risiko diabetes gestasional mencakup obesitas, riwayat personal pernah mengalami diabetes gestasional, glikosuria, atau riwayat kuat keluarga pernah mengalami diabetes. Keluarga etnis yang berisiko tinggi mencakup penduduk Amerika Hispanik, Amerika Afrika dan kepulauan Pasifik. Diabetes gestasional meningkatkan risiko mereka untuk mengalami gangguan hipertensif selama kehamilan (Brunner & Suddart, 2010). 7. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan diagnosis 1) Glukosa darah meingkat: 200-100 mg/dL, atau lebih 2) Aseton plasma (keton ) positif secara mencolok 3) Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat 4) Osmolaritas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/L 5) Elektrolit : a) Natrium : mungkin normal, meningkat atau menurun b) Kalium : normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler), selanjutnya akan menurun 6) Fospor lebih sering menurun 7) Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir ( selama hidup sel darah merah ) dan karenanya sangat bermanfaat dalam membedakan DKA dengan kontrol tidak adekuat versus DKA yang berhubungan dengan insiden. b. Pemeriksaan mikroalbumin 1) Mendeteksi kompliksai pada ginjal dan kardiovaskuler 2) Nefropati diabetik a) Salah satu komplikasi yang ditimbulkan oleh diabetes melitus adalah terjadinya nefropati diabetik yang dapat mengakibatkan gagal ginjal terminal sehingga penderita perlu cuci darah atau hemodialisa b) Nefropati diabetik ditandai dengan kerusakan glomerolus ginjal yang berfungsi sebagai alat penyaring c) Gangguan pada glomerolus ginjal menyebabka lolosnya protein albumin kedalam urine d) Adanya albumin dalam urine merupakan indikasi adanya nefropati diabetik
3) Manfaat pemeriksaan mikroalbumin a) diagnosis dini nefropati diabetik b) memperkirakan morbiditas penyakit kardiovaskuler dan mortalitas pasien DM 4) Jadwal pemeriksaan mikroalbumin a) Untuk DM tipe 1, diperiksa pada masa pubertas atau setelah 5 tahun di diagnosis DM b) Untuk DM tipe 2, pemeriksaan awal setelah diagnosis ditegakkan, secara periodik setahun sekali atau sesuai petunjuk dokter c. Pemeriksaan HBA1C atau A1C 1) Dapat memperkirakan risiko kompliksai akibat DM 2) HbA1C atau AIC a) Merupakan senyawa yang terbentuk dari ikatan antara glukosa dengan hemoglobin (glycohemoglobin) b) Jumlah A1C yang terbentuk tergantung pada kadar glukosa darah c) Ikatan A1C stabil dan dapat bertahan hingga 2-3 bulan (sesuai dengan sel darah merah) d) Kadar A1C mencerminkan kadar glukosa darah rata-rata dalam jangka 3)
waktu 2-3 bulan sebelum pemeriksaan Manfaat pemeriksaan A1C a) Menilai kualitas pengendalian DM b) Menilai efek terapi atau perubahan terapi setelah 8-12 minggu dijalankan
4) a)
Tujuan pemeriksaan A1C Mencegah terjadinya kompliksai kronik diabetes karena A1C dapat memperkirakan risiko berkembangnya kompliksai diabetes, dimana komplikasi ini DM muncul jika kadar glukosa darah terus menerus tinggi
5)
dalam jangka panjang Jadwal pemeriksaan A1C a) Untuk evaluasi awal setelah diagnosis DM dipastikan b) Secara periodik (sebagai bagian dari pengelolaan DM yaitu setiap setiap 3 bulan (terutama bila sasaran pengobatan belum tercapai) dan minimal 2 kali dalam setahun
8. Penatalaksaan a. Penatalaksanaan Medis Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivasi insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya kompliksai vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal (euglikemia) tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien (Brunner & Suddart, 2010). Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan DM:
1)
Diet Pada diet DM harus memperhatikan jumlah kalori, jadwal makan, dan jenis makan yang harus dihindari adalah gula. Menurut Tjokro Prawiro (1999), penentuan gizi penderita dilakukan dengan menghitung prosentase Relatif Body Weigth dan dibedakan menjadi: a) Kurus : berat badan relatif : 110 % d) Obesitas : berat badan relatif : >120 %
Obesitas ringan 120 – 130 %
Obesitas sedang 130 – 140 %
Obesitas berat 140 – 200 %
Obesitas morbid > 200 %
Apabila sudah diketahui relatif body weigthnya maka jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita DM adalah sebagai berikut: a) Kurus : BB x 40-60 kalori / hari b) Normal ; BB x 30 kalori / hari c) Gemuk : BB x 20 kalori / hari d) Obesitas : BB x 10-15 kalori / hari 2)
Latihan fisik Dianjurkan latihan jasmani secar teratur 3 -4 x tiap minggu selama ½ jam. Latihan dapat dijadikan pilihan adalah jalan kaki, joging, lari, renang, bersepeda dan mendayung. Tujuan latihan fisik bagi penderita DM : a) Insulin dapat lebih efektif b) Menambah reseptor insulin c) Menekankenaikan berat badan d) Menurunkan kolesterol trigliseriid dalam darah e) Meningkatkan aliran darah
3) Pemantauan gula darah 4) Terapi (obat-obatan) seperti obat hipoglikemik oral dan pemberian insulin 5) Pendidikan kesehatan b. Penatalaksanaan Nutrisi Tujuannya adalah untuk mencapai dan mempertahankan kadar glukosa darah dan tekanan darah dalam kisaran normal dan lipid profil dan lipoprotein yang menurunkan risiko penyakit vaskuler, mencegah timbulnya kompliksai kronik,
memenuhi kebutuhan nutrisi individu, dan menjaga kepuasan untuk makan hanya pilihan makanan yang terbatas ketika bukti ilmiah ada yang mengindikasikan demikian. Bagi pasien yang membutuhkan insulin yang membantu untuk mengontrol kadar gula darahnya, diperlukan konsistensi dalam mempertahankan jumlah kalori dan karbohidrat yang dikonsumsi setiap makan. Prinsip utama dalam diet DM adalah 3 J, yaitu jumalah harus sesuai kebutuhan, jadwal diet yang ketat, dan jenis makanan yang boleh dimakan dn yang harus dihindari. American Diabetes Association merekomendasikan bahwa untuk semua tingkatan asupan kalori , sebanyak 50% sampai 60% kalori didapatkan dari karbohidrat, 20-30% dari lemak dan sisanya 10-20% dari protein. c. Penatalaksanaan Keperawatan Penatalaksanaan keperawatan untuk pasien penyandang diabetes dapat mencakup banyak macam gangguan fisiologis bergantung pada kondisi kesehatan pasien atau apakah pasien baru terdiagnosa diabetes atau tengah mencari perawatan untuk masalah kesehatan lain yang tidak terkait, karena semua pasien penyandang DM harus menguasai konsep dan keterampilan yang diperlukan untuk penatalaksanaan jangka panjang serta untuk menghindari kemungkinan kompliksai diabetes, landasan pendidikan yang solid mutlak diperlukan dan menjadi fokus asuhan keperawatan yang berkelanjutan 1) Memberikan pendidikan kesehatan untuk pasien a) Menyusun rencana penyuluhan tentang diabetes b) Mengkaji kesiapan untuk belajar c) Menyuluh pasien yang berpengalaman d) Menentukan metode penyuluhan e) Menyuluh pasien cara memberikan insulin secara mandiri 2) Meningkatkan asuhan di rumah dan di komunitas a) Meningkatkan perawatan diri b) Melanjutkan asuhan 9. Komplikasi Beberapa komplikasi dari diabetes melitus adalah sebagai berikut (Mansjoer,2001): a. Komplikasi Akut 1) Hipoglikemia dan hiperglikemia. 2) Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler). 3) Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati. 4) Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstermitas), saraf otonom berpengaruh pada gastro intestinal, kardiovaskuler. b. Komplikasi menahun Diabetes Mellitus antara lain : 1) Neuropati diabetik 2) Retinopati diabetik. 3) Nefropati diabetik.
4) Proteinuria. 5) Kelainan koroner. 6) Ulkus / ganggren Terdapat 5 grade ulkus diabetikum antara lain : a) Grade 0 : tidak ada luka. b) Grade I : kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit. c) Grade II : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang. d) Grade III : terjadi abses. e) Grade IV : gangren pada kaki bagian distal. f) Grade V : gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal.
B.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian (Data Subyektif dan Obyektif) 1) Pengumpulan data Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita , mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapt diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik, pemerikasaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya. 2) Anamnese a. Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit b.
dan diagnosa medis. Keluhan Utama Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang menurun,
c.
adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka. Riwayat kesehatan sekarang Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya
d.
yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya. Riwayat kesehatan dahulu Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit
lain yang ada
kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas.
Adanya
riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita e. Riwayat kesehatan keluarga Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan f.
terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung. Riwayat psikososial Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.
3) Pengkajian pola fungsi kesehatan menurut Gordon sebagai berikut: a. Pola persepsi kesehatan yang pernah dialami klien, Apa upaya dan dimana klien mendapatkan pertolongan kesehatan lalu apa saja yang membuat status kesehatan klien menurun, termasuk riwayat penggunaan obat-obatan. Pada pasien DM pola ini mungkin mengalami perubahan, dimana salah satu komplikasinya yaitu diabetic foot bisa menimbulkan persepsi yang negatif terhadap dirinya dan kecendrungan tidak mematuhi prosedur pengobatan b. Pola nutrisi metabolik Akibat produksi insulin yang tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin maka kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan keluhan sering kencing, banyak makan, banyak minum, berat badan menurun, dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi status kesehatan penderita.
Keluhan yang muncul seperti mual, muntah, berat badan menurun, turgor kulit jelek. c. Pola eliminasi Pada pasien DM, adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa dari urin (glukosauri). Pada eliminsai alvi relatif tidak ada gangguan. d. Pola aktivitas dan latihan Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, takikardi atau takipnea pada waktu melakukan aktivitas dan bahkan sampai terjadi koma. Adanya luka ganggren dan kelemahan otot-otot tungkai bawah menyebabkan penderita tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal, penderita mudah mengalami kelelahan. e. Pola tidur dan istirahat Pada pasien DM, sering terbangun dan tidak bisa tidur karena oleh polyuria dan nyeri pada kaki yang luka. f. Pola persepsi kognitif Pasien dengan gangren cenderung mengalami neuropati/mati rasa pada luka sehingga tidak peka terhadap nyeri, selain itu adanya komplikasi lain menyebabkan adanya gangguan penglihatan. g. Pola persepsi dan konsep diri Adanya perubahan fungsi dan struktut tubuh akan menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Luka yang sukar sembuh, lamanya perawatan, biaya perawatan yang mahal menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga h. Pola peran hubungan Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan penderita malu dan menarik diri dari pergaulan i. Pola reproduksi seksual Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi sehingga menyebabkan gangguan seksual. Adanya peradangan pada pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten pada pria, selain itu berisiko lebih tinggi terkena kanker prostat berhubungan dengan nefropati. j. Pola mekanisme koping dan toleransi stress Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit kronik, perasaan tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif seperti muda marah, kecemasan, dan lain-lain yang dapat menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan koping yang konstruktif atau adaptif. k. Pola sistem kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta luka pada kaki tidak menghambat penderita dalam melaksanakan ibadah tetapi mempengaruhi pola ibadah penderita. 4) Pemeriksaan fisik a. Status kesehatan umum Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan tanda – tanda vital. b. Kepala dan leher Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh. c. Status neurologis Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi. d. Sistem integumen Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku. e. Sistem pernafasan Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah terjadi infeksi. f. Sistem kardiovaskuler Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang, takikardi atau bradikardi, hipertensi atau hipotensi, aritmia, kardiomegalis. g. Sistem gastrointestinal Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrasI, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas. h. Sistem urinari Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih. i. Sistem muskuloskeletal Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahan tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas. 2. Diagnosa keperawatan 1) Hipovolemia berhubungan dengan diuresis osmotik ditandai poliuri 2) Defisit nutrisi berhubungan dengan penurunan masukan oral ditandai dengan penurunan berat badan 3) Nyeri akut berhubungan dengan iskemik jaringan ditandai dengan melaporkan nyeri secara verbal, sikap melindungi area nyeri
4) Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan hipovolemia, penyakit diabetes melitus ditandai dengan suplai darah ke kapiler menurun 5) Ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan defisiensi insulin, kurang menejemen diabetes 6) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan pasieng menyatakan merasa lemah, letih 7) Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan retinopati diabetik ditandai dengan gangguan penglihatan 8) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan permukaan kulit (epidermis) yang ditandai dengan kulit kering dan pecah 9) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai penyakitnya ditandai demgan pasien bertanya mengenai penyakit yang diderita 10) Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis (diabetes melitus)
3. Perencanaan No
Diagnosa Hipovolemia
Setelah
SLKI diberikan
SIKI asuhan Manajemen Hipovolemia:
keperawatan selama ...x 60 menit diharapkan
1. Periksa tanda dan gejala hypovolemia 2. Monitor intake dan output cairan 3. Berikan asupan cairan oral 4. Anjurkan memperbanyak asupan cairan 5. Anjurkan perubahan
menghindari posisi
mendadak 6. Kolaborasi cairan IV
pemberian
Defisit nutrisi
Setelah
diberikan
asuhan Manajemen nutrisi:
keperawatan selama ...x 24 jam
1. Identifikasi status nutrisi
diharapkan
2. Identifikasi makanan yang
status
nutrisi
membaik dengan kriteria hasil : a. Berat badan membaik b. Indeks massa tubuh (IMT) membaik
disukai 3. Identifikasi
kebuuhan
kalori dan jenis nutrien 4. Monitor asupan makanan
c. Frekuensi makan membaik
5. Monitor berat badan
d. Nafsu makan membaik
6. Lakukan
e. Tebal lipatan kulit trisep membaik
oral
hygiene
sebelum makan, jika perlu 7. Sajikan makana
secara
menarik dan suhu yang sesuai 8. Berikan makanan tinggi serat
untuk
mencegah
konstipasi 9. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein 10. Anjurkan posisi duduk, jika mampu 11. Ajarkan
diet
yang
diprogramkan 12. Kolaborasi
pemberian
medikasi sebelum maka (mis. Nyeri akut
Setelah
diberikan
nyeri,
antiemetik) asuhan Manajemen Nyeri
keperawatan selama ...x 60 menit diharapkan
pereda
1. Identifikasi karakteristik, frekuensi,
lokasi, durasi, kualitas,
intensitas nyeri 2. Identifikasi skala nyeri 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
4. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri 5. Fasilitasi
istirahat
dan
tidur 6. Ajarkan
teknik
nonfarmakologis
untuk
mengurangi rasa nyeri 7. Kolaborasi Perfusi perifer tidak Setelah efektif
diberikan
analgetik asuhan Perawatan Sirkulasi
keperawatan selama ...x 60 menit diharapkan
pemberian
1. Periksa sirkulasi perifer (mis. nadi perifer, edema, pengisian kapiler, warna, suhu,
ankle-brachial
index) 2. Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi (mis. diabetes, perokok, orang tua, hipertensi dan kadar kolesterol tinggi) 3. Monitor
panas,
kemerahan,
nyeri,
atau
bengkak pada ekstremitas 4. Lakukan
pencegahan
infeksi 5. Lakukan perawatan kaki dan kuku 6. Lakukan hidrasi 7. Anjurkan
melakukan
perawatan kulit yang tepat (mis. melembabkan kulit kering pada kaki) 8. Ajarkan untuk
program
diet
memperbaiki
sirkulasi
(mis.
rendah
lemak jenuh, minyak ikan omega 3) 9. Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan (mis. rasa sakit yang tidak hilang saat istirahat,
luka
tidak
sembuh, hilangnya rasa) Manajemen Sensasi Perifer 1. Identifikasi
penyebab
perubahan sensasi 2. Periksa perbedaan tajam atau tumpul dan panas atau dingin 3. Monitor
adanya
paresthesia 4. Monitor perubahan kulit 5. Hindari pemakaian bendabenda
yang
suhunya
berlebihan
(terlalu
panas
atau dingin) 6. Anjurkan memakai sepatu lembut
dan
bertumit
rendah 7. Kolaborasi analgesic Ketidakstabilan kadar glukosa berhubungan
darah dengan
(disfungsi
pancreas,
resistensi
insulin,
gangguan
toleransi
pemberian atau
kortikosteroid Setelah diberikan asuhan Manajemen Hiperglikemia 1. Identifikasi kemungkinan keperawatan selama ...x 60 penyebab hiperglikemi menit diharapkan kadar 2. Monitor kadar glukosa glukosa darah stabil dengan darah kriteria hasil: 3. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia (polyuria,
glukosa gangguan
darah,
polydipsia, polifagia,
glukosa
kelemahan, malaise,
darah puasa)
pandangan kabur, sakit kepala) 4. Anjurkan menghindari olahraga saat kadar glukosa darah lebih dari 250 mg/dL 5. Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri 6. Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga 7. Ajarkan pengelolaan diabetes (penggunaan insulin, obat oral, monitor asupan cairan, penggantian karbohidrat, dan bantuan professional kesehatan) 8. Kolaborasi pemberian
Intoleransi aktivitas
Setelah
diberikan
insulin asuhan Manajemen energi:
keperawatan selama ....x 24 jam aktivitas
diharapkan meningkat
gangguan
tolerasi
fungsi
dengan
mengakibatkan kelelahan
kriteria hasil :
tubuh
yang
2. Monitor kelelahan fisik
a. Frekuensi nadi meningkat b. Kemudahan
1. Identifikasi
dalam
dan emosional 3. Monitor
lokasi
dan
melakukan aktivitas sehari-
ketidaknyamanan
hari
melakukan aktivitas
c. Kekuatan tubuh meningkat
selama
4. Sediakan lingkungan yang
d. Keluhan lelah menurun
nyaman
dan
rendah
e. Perasaan lemah menurun
stimulus
(mis.
cahaya,
f. Tekanan darah membaik
suara, kunjungan)
g. Frekuensi nadi membaik h. Dispnea saat aktivitas dan setelah aktivitas menurun
5. Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan 6. Fasilitasi duduk di tempat tidur,
jika
tidak
dapat
berpindah atau berjalan 7. Anjurkan tirah baring 8. Anjurkan
melakukan
aktivitas secara bertahap 9. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi
kelelahan 10. Kolaborasi gizi
dengan
ahli
tentang
cara
meningkatkan
asupan
makanan Terapi aktivitas: 1. Identifikasi defisit tingkat aktivitas 2. Identifikasi
kemampuan
berpartisipasi
dalam
aktivitas tertentu 3. Fasilitiasi
memilih
aktivitas tujuan
da
tetapkan
aktivitas
yang
konsisten
sesuai
kemampuan
fisik,
psikologis, dan sosial 4. Fasilitasi
aktivitas
pengganti saat mengalami keterbatasan
waktu,
energi, atau gerak 5. Libatkan keluarga dalam aktivitas, jika perlu 6. Berikan penguatan positif
atas
partisipasi
dalam
aktivitas 7. Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih Gangguan
persepsi Setelah
sensori Gangguan
diberikan
asuhan
keperawatan selama ...x 60 menit diharapkan integritas Setelah diberikan
kulit
asuhan Perawatan integritas kulit :
keperawatan selama ...x 24 jam diharapkan kembali
integritas membaik
gangguan integritas kulit
dengan
(mis. perubahan sirkulasi, perubahan status nutrisi,
jaringan
menurun b. Kerusakan lapisan jaringan menurun c. Tidak tampak kemerahan d. Tekstur kulit membaik e. Tidak terjadi nyeri
penyebab
kulit
kriteria hasil : a. Kerusakan
1. Identifikasi
penurunan
kelembaban,
suhu lingkungan ekstrem, penurunan mobilitas) 2. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring 3. Gunakan produk berbahan petrolium
atau
minyak
pada kulit kering 4. Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering 5. Anjurkan
menggunakan
pelembab 6. Anjurkan Manajemen kesehatan tidak efektif
meningkatkan
asupan nutrisi Edukasi Kesehatan 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima
informasi 2. Identifikasi
faktor-faktor
yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih dan sehat 3. Sediakan
materi
media
dan
pendidikan
kesehatan 4. Jadwalkan
pendidikan
kesehatan
sesuai
kesepakatan 5. Berikan kesempatan untuk bertanya 6. Jelaskan faktor risiko yang dapat
mempengaruhi
kesehatan 7. Ajarkan
perilaku
hidup
bersih dan sehat 8. Ajarkan dapat
strategi
yang
digunakan
untuk
meningkatkan Defisit pengetahuan
Setelah
diberikan
hidup bersih dan sehat asuhan Edukasi Kesehatan
keperawatan selama ...x 60 menit diharapkan
perilaku
9. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima
informasi 10. Identifikasi
faktor-faktor
yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat 11. Sediakan media
materi
dan
pendidikan
kesehatan 12. Jadwalkan
pendidikan
kesehatan
sesuai
kesepakatan
13. Berikan kesempatan untuk bertanya 14. Jelaskan faktor risiko yang dapat
mempengaruhi
kesehatan 15. Ajarkan
perilaku
hidup
bersih dan sehat 16. Ajarkan dapat
strategi
yang
digunakan
untuk
meningkatkan Risiko infeksi
Setelah
diberikan
perilaku
hidup bersih dan sehat asuhan Pencegahan Infeksi
keperawatan selama ...x 60
1. Monitor tanda dan gejala
menit diharapkan
infeksi lokal dan sistemik 2. Berikan perawatan kulit pada area edema 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah pasien
kontak dan
dengan
lingkungan
pasien 4. Jelaskan tanda dan gejala infeksi 5. Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi 6. Kolaborasi
pemberian
imunisasi 4. Implementasi Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat 5. Evaluasi Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dalam perencanaan, membandingkan hsil tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan menilai efektivitas proses keperawatan mulai dari pengkajian, perencanaan, dan pelaksanaan.
DAFTAR PUSTAKA Brunner & Suddart. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. EGC: Jakarta. Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius. NANDA. 2015. Klasifikasi Diagnosis Nanda 2015-2017. Jakarta : EGC Nurarif, Amin Huda & Kusumna, Hardi.2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Nanda Nic Noc. Yogyakarta: MedAction. Price & Wilson.2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC. Suyono, S. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, Ed.3. Balai Penerbit FKUI: Jakarta. Sujono & Sukarmin.2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin & Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta: Graha Ilmu.