10 0 540 KB
LAPORAN PENDAHULUAN PADA NY. U DENGAN ELIMINASI DI RUANG NUSA INDAH RS BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG
Dosen pengampu : Ns. Tuti Anggarawati,M.Kep
Disusun Oleh: 1. Dita Amalia Lutfiana
(17.023)
2. Ervirani Sholatiya K
(17.031)
3. Fendi Kurniawan
(17.033)
4. Jihan ni’maturrif’ah
(17.042)
5. Kukuh Mentari
(17.045)
AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM IV/DIPONEGORO SEMARANG 2018
1. ANATOMI FISIOLOGI Produk sisa pencernaan yang teratur merupakan aspek yang penting untuk fungsinormal
tubuh.
Perubahan
eliminasi
dapat
meneyebapkan
masalah
pada
sistemgastrointestinal dan sistem tubuh lainnya. Jadi peroses eliminasi tidak terlepas dari sistem pencernaan. Berikut adalah organ tubuh yang berperan dalam proses eliminasi fekal : a. Mulut Saluran pencernaan merubah zat-zat makanan secara mekanik dan kimiawi.Semua organ pencernaan bekerja sama untuk memastikan massa atau bolus darimakanan dapat menjangkau daerah penyerapan makanan dengan aman dan efektif.Pencernaan secara mekanik dan kimiawi dimulai dari mulut. Gigi mengunyahmakanan, memecahnya menjadi ukuran tertentu untuk ditelan. Sekresi saliva mengandung enzim seperti: ptialin yang memulai mencerna elemen makanan tertentu.Saliva mencairkan dan melembutkan bolus makanan yang ada di mulut agar lebih mudah ditelan. b. Esofagus Ketika makanan memasuki esophagus bagian atas ia berjalan melewati spink teresophagus bagian atas dimana ada sebuah otot sirkular yang mencegah udara masukke esophagus dan makanan dari refluks ke tenggorokan. Bolus dari makanan mengadakan perjalanan sepanjang 25cm di esophagus. Makanan didorong oleh kontraksi otot polos. Sebagian dari esophagus berkontraksi di belakang bolus makanan, otot sirkular di depan bolus. Gerakan peristaltik mendorong makanan kegelombang
berikutnya.
Peristaltik
menggerakkan
makanan
sepanjang
salurangastrointestinal. Dalam 15 detik bolus makanan berpindah dari esophagus bagian bawah. Spinkter esophagus bagian bawah terletak antara esophagus dan lambung,
dan perbedaan
tekanan ada
di bagian
akhir esophagus.
Tekanan esophagus bagian bawah10-40 mmHg, sedangkan tekanan lambung 5-10 mmHg. Tingginya tekanan biasanya menyebabkan refluks dari isi lambung ke esophagus. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan spinkter bagian bawah antara lain; antasid yang menurunkan refluks, dan makanan berlemak dan nikotin yang meninggikan refluks
c. Lambung Lambung adalah ruang yang berbentuk kantung yang mirip huruf, yang terletak
diantara
esofagus
dan
usus
halus
Lambung
dibagi
menjadi
3
bagian berdasarkan perbedaan anatomis, histologist, dan fungsional, diantaranya yaitu : fundus, dan antrum serta pilorus. Fungsi terpenting pada lambung adalah menyimpan makanan yang masuk sampai disalurkan ke usus halus dengan kecepatan yang
sesuai
untuk
pencernaandan penyerapan yang optimal. Fungsi kedua lambung adalah untuk mense kresi kan asam hidroklorida (HCL) dan enzim-enzim yang melalui pencernaan protein. Dalam lambung terdapat empat aspek motilitas lambung, yaitu : a. Pengisisan lambung b. Penyimpanan lambung c. Pencampuran lambung d. Pengosongan lambung Tiga faktor terpenting yang mempengaruhi pengosongan lambung adalah : a. Lemak
merupakan
perangsang
terkuat
untuk
menghambat
motilitas
lambungsehingga apabila kita amati kecepatan pengosongan makanan yang sangat berlemak itu memakan waktu
kurang lebih 6 jam dibandingkan
dengan makanan yang mengandung karbohidrat dan protein itu mungkin telah meninggalkan lambung kurang lebih 3 jam yang lalu. b. Asam lambung Karena lambung mengeluarkan asam hidroklorida (HCL), kimus-kimus yang sangat asam akan dikeluarkan kedalam deodenum tempat kimus mengalami netralisis oleh natrium bikarbonat (NaHCO-3). Asam yang tidak dinetralkan akan mengiritasi mukosa duo denum dan menyebabkan inaktivasi
enzim-
enzim pencernaan pankreas yang disekresikan kedalam lumen duodenum. Den gan demikian, asam yang tidak dinetralkan akan menghambat pengosongan isi lambung lebih lanjut sampai proses netralisis selesai c. Hipertonisitas Pada pencernaan molekul protein dan kanji dilumen duodenum, dibebaskansejumlah besar molekul asam amino dan glukosa. Apabila kecepatan penyerapanmolekul-molekul asam amino dan glukosa tersebut tidak
seimbang dengankecepatan pencernaan protein dan karbohidrat maka molekul-molekul dalam jumlah besar tersebut tetap berada didalam kimus dan akan meningkat osmolaritasisi duodenum, apabila hal ini terus berlanjut maka secara refleks pengosonganlambung akan dihambat hingga proses penyerapan mengimbangi proses pencernaan. d. Usus Halus Selama proses pencernaan chyme meninggalkan lambung dan memasuki usushalus. Usus halus merupakan suatu saluran yang diameternya 2,5 cm dan panjangnya6 m. Usus halus terdiri dari 3 bagian : duodenum, jejenum, ileum. Chyme tercampurdengan enzim pencernaan (seperti empedu dan amilase) ketika berjalan melewati usushalus. Segmentasi (berganti-gantinya kontraksi dan relaksasi dari otot polos)mengaduk chyme untuk selanjutnya memecah makanan untuk dicerna ketika chymediaduk, gerakan peristaltik berhenti sementara agar absorpsi terjadi. Chyme berjalandengan lambat di saluran cerna untuk diabsorpsi. Banyak makanan dan elektrolit yangdiabsorpsi di usus halus. Enzim dari pankreas (amilase) dan empedu dari kandungempedu. Usus memecah lemak, protein dan karbohidrat menjadi elemenelemendasar. Hampir seluruh makanan diabsorpsi oleh duodenum dan jejenum. Ileummengabsorpsi
beberapa
vitamin,
zat
besi
dan
garam
empedu.
Jika
fungsinyaterganggu, proses pencernaan berubah secara drastis. Contoh : inflamasi, bedahcaesar,atau obstruksi dapat mengganggu peristaltik, mengurangi ares absorpsi, atau memblok jalan chyme. e. Usus Besar Bagian bawah dari saluran gastrointestinal adalah usus besar (kolon) karenadiameternya lebih besar dari usus halus. Bagaimanapun panjangnya antara 1,51,8 cm adalah lebih pendek. Usus besar terbagi atas caecum, kolon, dan rektum. Ini adalahorgan penting dari eliminasi fekla : a. Sekum Chyme yang diabsorpsi memasuki usus besar pada sekum melalui katupileocecal, dimana lapisan otot sirkular mencegah regurgitasi (makanan kembali keusus halus).
b. Kolon Chyme yang halus ketika memasuki kolon volume airnya berkurang. Kolonterdiri dari ascending, transverse, descending, & sigmoid. Kolon mempunyai 4fungsi ; absorpsi, proteksi, sekresi, dan eliminasi. Sejumlah besar air dan sejumlahnatrium dan clorida diabsorpsi setiap hati. Ketika makanan berjalan melalui kolon,terjadi kontraksi Haustral Ini sama dengan kontraksi segmental dari usus halus,tetapi lebih lama hingga mencapai 5 manit. Kontraksi menghasilkan pundi-pundi besar di dinding kolon yang merupakan area untuk absorpsi.Air dapat diabsorpsi oleh kolon dalam 24 jam, rata-rata 55 mEq dari natriumdan 23 mEq dari klorida diabsorpsi setiap hari. sejumlah air yagn diamsorpsi darichyme tergantung dari kecepatan pergerakan kolon. Chyme biasanya
lembut, berbentuk
massa.
Jika kecepatan
kontraksi
peristaltik
cepat (abnormal) berarti ada kekurangan waktu untuk mengabsorpsi air dan feses encer.Jika kontraksi peristaltik lambat, banyak air yang diabsorpsi dan terbentuk feses yang kerassehingga menyebabkan konstipasi. Kolon memproteksi dirinya sendiri dengan mengeluarkan sejumlah mucous. Mucous biasanya bersih sampai buram dengan konsistensi berserabut. Mucousmelumasi kolon, mencegah trauma pada dinding dalam. Pelumas adalah sesuatuyagn penting di dekat distal dari kolon dimana bagiannya menjadi kering dankeras.Fungsi sekresi dari kolon membantu dalam keseimbanan elektrolit. Bicarbonatdisekresi untuk pertukaran clorida. Sekitar 4-9 mEq natrium dikeluarkan setiaphari oleh usus besar. Berubahnya fungsi kolon dapat menyebabkanketidakseimbangan elektrolit.Akhirnya kolon memindahkan sisa produk dan gas (flatus). Flatus dihasilkandari tertelannya udara, difusi gas dari pembuluh darah ke usus dan kerja bakteri pada karbohidrat yang tidak bisa diserap. Fermenrasi dari karbohidrat (seperti koldan bawang) menghasilkan gas pada usus yang dapat merangsang peristaltik.Orang dewasa biasanya membentuk 400-700 ml flatus setiap hari. Fisiologi Defekasi Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga disebut bowelmovement. Frekuensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari beberapa kali perharisampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga bervariasi setiap
orang. Ketikagelombang peristaltik mendorong feses kedalam kolon sigmoid dan rektum, saraf sensorisdalam rektum dirangsang dan individu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi.Defekasi biasanya dimulai oleh dua refleks defekasi yaitu : a. Refleks defekasi instrinsik Ketika feses masuk kedalam rektum, pengembangan dinding rektum memberi suatu sinyal yangmenyebar melalui pleksus mesentrikus untuk memulai gelombang peristaltik pada kolondesenden, kolon sigmoid, dan didalam rektum. Gelombang ini menekan feses kearah anus.Begitu gelombang peristaltik mendekati anus, spingter anal interna tidak menutup dan bilaspingter eksternal tenang maka feses keluar. b. Refleks defekasi parasimpatis Ketika serat saraf dalam rektum dirangsang, signal diteruskan ke spinal cord (sakral 2 – 4)dan kemudian kembali ke kolon desenden, kolon sigmoid dan rektum. Sinyal – sinyalparasimpatis ini meningkatkan gelombang peristaltik, melemaskan spingter anal internal danmeningkatkan refleks defekasi instrinsik. Spingter anal individu duduk ditoilet atau bedpan,spingter anal eksternal tenang dengan sendirinya.Pengeluaran feses dibantu oleh kontraksi otot-otot perut dan diafragma yang akanmeningkatkan tekanan abdominal dan oleh kontraksi muskulus levator ani pada dasar panggulyang menggerakkan feses melalui saluran anus. Defekasi normal dipermudah dengan refleksi paha yang meningkatkan tekanan di dalamperut dan posisi duduk yang meningkatkan tekanan kebawah kearah rektum. Jika refleksdefekasi diabaikan atau jika defekasi dihambat secara sengaja dengan mengkontraksikanmuskulus spingter eksternal, maka rasa terdesak untuk defekasi secara berulang dapatmenghasilkan rektum meluas untuk menampung kumpulan feses. 2. PENGERTIAN Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau bowel (feses). Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya proses eliminasi urine adalah ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra. Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu Kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat diatas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah kedua yaitu timbul reflex saraf yang disebut refleks miksi (refleks berkemih) yang berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal, setidak-tidaknyamenimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih.
Meskipun reflex miksi adalah refleks autonomik medula spinalis, refleks ini bisa juga dihambat atau ditimbulkan oleh pusat korteks serebri atau batang otak. Kandung kemih dipersarafi saraf saraf sakral (S-2) dan (S-3). Saraf sensori dari kandung kemih dikirim ke medula spinalis (S-2) sampai (S-4)kemudian diteruskan ke pusat miksi pada susunan saraf pusat. Pusat miksimengirim signal pada kandung kemih untuk berkontraksi. Pada saat destrusor berkontraksi spinter interna berelaksasi dan spinter eksternal dibawah kontolkesadaran akan berperan, apakah mau miksi atau ditahan. Pada saat miksi abdominal berkontraksi meningkatkan kontraksi otot kandung kemih, biasanya tidak lebih 10 ml urine tersisa dalam kandung kemih yang diusebuturine residu. Pada eliminasi urine normal sangat tergantung pada individu, biasanya miksi setelah bekerja, makan atau bangun tidur., Normal miksisehari 5 kali. Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga disebut bowel movement. Frekwensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari beberapa kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu.Banyaknya feses juga bervariasi setiap orang. Ketika gelombang peristaltik mendorong feses kedalam kolon sigmoid dan rektum, saraf sensoris dalam rektum dirangsang dan individu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi.Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting untuk fungsi tubuh yang normal. Perubahan pada eliminasi dapat menyebabkan masalah pada gastrointestinal dan bagian tubuh yang lain. Karena fungsi usus tergantung pada keseimbangan beberapa faktor, pola eliminasi dan kebiasaan masing-masing orang berbeda. Klien sering meminta pertolongan dari perawat untuk memelihara kebiasaan eliminasi yang normal. Keadaan sakit dapat menghindari mereka sesuai dengan program yang teratur. Mereka menjadi tidak mempunyai kemampuan fisik untuk menggunakan fasilitas toilet yang normal ; lingkungan rumah bisa menghadirkan hambatan untuk klien dengan perubahan mobilitas, perubahan kebutuhan peralatan kamar mandi. Untuk menangani masalah eliminasi klien, perawatan harus mengerti proses eliminasi yang normal dan faktorfaktor yang mempengaruhi eliminasi. 3. TANDA-TANDA KEBUTUHAN TERPENUHI Tanda Gangguan Eliminasi Fekal a. Konstipasi 1. Menurunnya frekuensi BAB 2. Pengeluaran feses yang sulit, keras dan mengejan 3.
Nyeri rektum
b. Impaction 1. Tidak BAB 2. Anoreksia 3. Kembung/kram 4. nyeri rektum c. diare 1. BAB sering dengan cairan dan feses yang tidak berbentuk 2. Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat 3. Iritasi
di
dalam
kolon
merupakan
faktor
tambahan
yang
menyebabkan meningkatkan sekresi mukosa. 4. feses menjadi encer sehingga pasien tidak dapat mengontrol dan menahan BAB. Tanda gangguan eliminnasi urine a. inkontinensia urine: 1. pasien tidak dapat menahan rasa BAK 2. sering mengompol b. Retensi Urin 1. Ketidak nyamanan daerah pubis. 2. Distensi dan ketidaksanggupan untuk berkemih. 3. Urine yang keluar dengan intake tidak seimbang. 4. Meningkatnya keinginan berkemih dan resa 5. Ketidaksanggupan untuk berkemih 4. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI Setiap orang memiliki keibasaan eliminasi yang berbeda-beda. Ada yangmenghambat ada juga yang memperlancar. Semua itu di pengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu. Faktor yang mempengaruhi eliminasi fekal a. Umur Umur
tidak
hanya
juga pengontrolannya. Anak
mempengaruhi
karakteristik
feses,
tapi
anak tidak mampu mengontrol eliminasinya sampai
sistem neuromuskular berkembang, biasanya antara umur 2 – 3 tahun. Orang dewasa juga mengalami perubahan pengalaman yang dapat mempengaruhi proses
pengosongan lambung. Di antaranya adalah atony (berkurangnya tonus otot yang normal)
dari
otot
-otot
polos
colon
yang
dapat berakibat pada melambatnya peristaltik dan mengerasnya (mengering) feses, dan menurunnya tonus dari otot-otot perut yang juga menurunkan tekanan selama proses pengosongan lambung. Beberapa orang dewasa juga mengalami penurunan kontrol terhadap muskulus spinkter ani yang dapat berdampak pada proses defekasi. b. Diet Makanan
adalah
faktor
utama
yang
mempengaruhi
eliminasi
feses.Cukupnya selulosa, serat pada makanan, penting untuk memperbesar volume feses. Makanan tertentu pada beberapa orang sulit atau tidak bisa dicerna.Ketidakmampuan ini berdampak pada gangguan pencernaan, di beberapa bagian jalur dari pengairan feses. Makan yang teratur mempengaruhi defekasi Makan yang tidak teratur dapat mengganggu keteraturan pola defekasi.Individu yang makan pada waktu yang sama setiap hari mempunyai suatu keteraturan waktu, respon fisiologi pada pemasukan makanan dan keteraturan pola aktivitas peristaltik di colon. c. Cairan Pemasukan cairan juga mempengaruhi eliminasi feses. Ketika pemasukan cairan yang adekuat ataupun pengeluaran (cth: urine, muntah) yang berlebihan untuk beberapa alasan, tubuh melanjutkan untuk mereabsorbsi air dari chymeketika ia lewat di sepanjang colon. Dampaknya chyme menjadi lebih kering dari
normal,
menghasilkan
feses
yang
keras.
Ditambah
lagi
berkurangnya pemasukan cairan memperlambat perjalanan chyme di sepanjang int estinal,sehingga meningkatkan reabsorbsi cairan dari chyme. d. Tonus Otot Tonus perut, otot pelvik dan diafragma yang baik penting untuk defekasi.Aktivitasnya juga merangsang peristaltik yang memfasilitasi pergerakan chyme
sepanjang
colon.
Otot-otot
yang
lemah
sering
tidak
pada peningkatan tekanan intraabdominal selama proses defekasi atau pada
efektif
pengontrolan defekasi. Otot-otot yang lemah merupakan akibat dari berkurangnya latihan (exercise), imobilitas atau gangguan fungsi syaraf. e. Faktor Psikologi Dapat dilihat bahwa setres dapat mempengaruhi defekasi. Penyakitpenyakit tertentu termasuk diare kronik, seperti ulcus pada collitis, bisa jadimemp unyai komponen psikologi. Diketahui juga bahwa beberapa orang yagncemas atau marah dapat meningkatkan aktivitas peristaltik dan frekuensi diare.Ditambah lagi orang yagn depresi bisa memperlambat motilitas intestinal,yang berdampak pada konstipasi. f. Gaya Hidup Gaya hidup mempengaruhi eliminasi feses pada beberapa cara. Pelathan buang air besar pada waktu dini dapat memupuk kebiasaan defekasi pada waktu yang teratur, seperti setiap hari setelah sarapan, atau bisa juga digunakan pada pola defekasi yang ireguler. Ketersediaan dari fasilitas toilet,kegelisahan tentang bau, dan kebutuhan akan privacy juga mempengaruhi polaeliminasi feses. Klien yang berbagi satu ruangan dengan orang lain pada suaturumah sakit mungkin tidak ingin menggunakan bedpan karena privacy dankegelisahan akan baunya. g. Obat– obatan Beberapa obat memiliki efek samping yang dapat berpengeruh terhadap eliminasi yang normal. Beberapa menyebabkan diare; yang lain seperti dosis yang besar dari tranquilizer tertentu dan diikuti dengan prosedur pemberianmorphin dan codein, menyebabkan konstipasi.Beberapa obat secara langsung mempengaruhi eliminasi. Laxative adalah obat yang merangsang aktivitas usus dan memudahkan eliminasi feses. Obat-obatan ini melunakkan feses, mempermudah defekasi. Obatobatan tertentuseperti dicyclomine hydrochloride (Bentyl), menekan aktivitas peristaltik dan kadang-kadang digunakan untuk mengobati diare. h. Prosedur Diagnostik Prosedur diagnostik tertentu, seperti sigmoidoscopy, membutuhkan agar tidak ada makanan dan cairan setelah tengah malam sebagai persiapan
pada pemeriksaan, dan sering melibatkan enema sebelum pemeriksaan. Padatinda kan ini klien biasanya tidak akan defekasi secara normal sampai iadiizinkan makan.Barium (digunakan pada pemeriksaan radiologi) menghasilkan masalah yang lebih jauh. Barium mengeraskan feses jika tetap berada di colon, akan mengakibatkan konstipasi dan kadang-kadang suatu impaksi. i. Anastesi Dan Pembedahan Anastesi umum menyebabkan pergerakan colon yang normal menurun dengan penghambatan stimulus parasimpatik pada otot colon. Klien yang mendapat anastesi lokal akan mengalami hal seperti itu juga.Pembedahan yang langsung
melibatkan
intestinal
dapat
menyebabkan penghentian dari pergerakan intestinal sementara. Hal ini disebut paralyticileus (suatu kondisi yang biasanya berakhir 24 – 48 jam). Mendengar suara usus yang mencerminkan otilitas intestinal adalah suatu hal yang penting pada manajemen keperawatan pasca bedah. j. Nyeri Klien yang mengalami ketidaknyamanan defekasi seperti pasca bedah hemorhoid biasanya sering menekan keinginan untuk defekasi guna menghindari nyeri. Klien seperti ini akan mengalami konstipasi sebagai akibatnya. k. Iritan Zat seperti makanan pedas, toxin baklteri dan racun dapat mengiritasi saluran intestinal dan menyebabkan diare dan sering menyebabkan flatus. l. Gangguan Syaraf Sensorik Dan Motorik Cedera pada sumsum tulang belakan dan kepala dapat menurunkan stimulus sensori untuk defekasi. Gangguan mobilitas bisa membatasi kemampuan klien untuk merespon terhadap keinginan defekasi ketika diatidak dapat menemukan toilet atau mendapat bantuan. Akibatnya, klien bisa mengalami konstipasi. Atau seorang klien bisa mengalami fecal inkontinentia karena sangat berkurangnya fungsi dari spinkter ani.
5. GANGGUAN KEBUTUHAN YANG TERJADI Masalah-masalah pada Gangguan Eliminasi Urine a. Retensi, yaitu adanya penumpukan urine didalam kandung kemih danketidak sanggupan kandung kemih untuk mengosongkan diri. b. Inkontinensi urine, yaitu ketidaksanggupan sementara atau permanenotot sfingter eksterna untuk mengontrol keluarnya urine dari kandungkemih. c. Enuresis, Sering terjadi pada anak-anak, umumnya terjadi pada malamhari (nocturnal enuresis), dapat terjadi satu kali atau lebih dalamsemalam. d. Urgency, adalah perasaan seseorang untuk berkemih e. Dysuria, adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih f. Polyuria, Produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal,seperti 2.500 ml/hari, tanpa adanya peningkatan intake cairan. g. Urinari suppresi, adalah berhenti mendadak produksi urine Retensi,yaitu adanya penumpukan urine didalam kandung kemih dan ketidak sanggupan kandung kemih untuk mengosongkan diri. h. Inkontinensi urine, yaitu ketidaksanggupan sementara atau permanenotot sfingter eksterna untuk mengontrol keluarnya urine dari kandung kemih. i. Enuresis, Sering terjadi pada anak-anak, umumnya terjadi pada malamhari (nocturnal enuresis), dapat terjadi satu kali atau lebih dalamsemalam. j. Urgency, adalah perasaan seseorang untuk berkemih. k. Dysuria, adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih l. Polyuria, Produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal,seperti 2.500 ml/hari, tanpa adanya peningkatan intake cairan. m. Urinari suppresi, adalah berhenti mendadak produksi urine. Masalah-masalah pada Gangguan Eliminasi Fekal yang sering ditemukan yaitu: 1. Konstipasi, merupakan gejala, bukan penyakit yaitu menurunnya frekuensi BAB disertai dengan pengeluaran feses yang sulit, keras, dan mengejan. BAB yang keras dapat menyebabkan nyeri rektum. Kondisiini terjadi karena feses berada di intestinal lebih lama, sehingga banyak air diserap. 2. Impaction, merupakan akibat konstipasi yang tidak teratur, sehingga tumpukan feses yang keras di rektum tidak bisa dikeluarkan. Impaction berat, tumpukan feses sampai pada kolon sigmoid.
3. Diare, merupakan BAB sering dengan cairan dan feses yang tidak berbentuk. Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat.Iritasi di dalam kolon merupakan faktor tambahan yang menyebabkan meningkatkan sekresi mukosa.
Akibatnya
feses
menjadi
encer sehingga
pasien
tidak
dapat mengontrol dan menahan BAB. 4. Inkontinensia fecal, yaitu suatu keadaan tidak mampu mengontrolBAB dan udara dari anus, BAB encer dan jumlahnya banyak.Umumnya disertai dengan gangguan fungsi spingter anal, penyakit neuromuskuler, trauma spinal cord dan tumor spingter anal eksternal.Pada situasi tertentu secara mental pasien sadar akan kebutuhan BAB tapi tidak sadar secara fisik. Kebutuhan dasar pasien tergantung pada perawat. 5. Flatulens, yaitu menumpuknya gas pada lumen intestinal, dinding usus meregang dan distended, merasa penuh, nyeri dan kram. Biasanya gaskeluar melalui mulut (sendawa) atau anus (flatus). Hal-hal yangmenyebabkan peningkatan gas di usus adalah pemecahan makanan oleh bakteri yang menghasilkan gas metan, pembusukan di usus yang menghasilkan CO2. 6. Hemoroid, yaitu dilatasi pembengkakan vena pada dinding rektum(bisa internal atau eksternal). Hal ini terjadi pada defekasi yang keras,kehamilan, gagal jantung dan penyakit hati menahun. Perdarahan dapatterjadi dengan mudah jika dinding pembuluh darah teregang. Jika terjadi infla-masi dan pengerasan, maka pasien merasa panas dan gatal.Kadang-kadang BAB dilupakan oleh pasien, karena saat BAB menimbulkan nyeri. Akibatnya pasien mengalami konstipasi. ASUHAN KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber da ta untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Iyer at al, 1996). Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan k eperawatan sesuai dengan kebutuhan individu. Oleh karena itu pengkajian yang akurat, lengkap, sesuai dengan kenyataan, kebenaran data sangat penting dalam merumuskan suatu diagnosa keperawatan dan memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan respon individu,sebagaimana yang telah
ditentukan dalam standar praktek keperawatan dari ANA(American Nursing Association). Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi, o bservasi, pemeriksaan fisik. Pengkaji data menurut Cyndi Smith Greenberg, 1992 adalah: 1. Identitas klien. Dan identitas penanggung jawab 2. Riwayat keperawatan.
Awalan
serangan:
Awalnya
anak
cengeng,
gelisah,
suhu
tubuhmeningkat,nafsu makan kurang kemudian timbul diare.
Keluhan utama: Feces semakin cair, muntah, bila kehilangan banyak air danelektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibirkering, frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.
3. Riwayat kesehatan masa lalu.Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi. 4. Riwayat psikososial keluarga.Hospitalisasi akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagikeluarga, kecemasan meningkat jika orang
tua
tidak
mengetahui
prosedur
dan pengobatan anak, setelah menyadari penyakit anaknya, mereka aka n bereaksidengan marah dan merasa bersalah. 5. Kebutuhan dasar. a. Pola eliminasi: akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari,BAK sedikit atau jarang. b. Pola
nutrisi:
diawali
dengan
mual,
muntah,
anopreksia,
menyebabkan penurunan berat badan pasien c. Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman. d. Pola hygiene: kebiasaan mandi setiap harinya. e. Aktivitas: akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri akibat distensi abdomen.
6. Pemerikasaan fisik. a. Pemeriksaan psikologis: keadaan umum tampak lemah,kesadaran composmentis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah, pernapasan agak cepat. b. Pemeriksaan sistematik :
Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibirkering, berat badan menurun, anus kemerahan.
Perkusi : adanya distensi abdomen
Palpasi : Turgor kulit kurang elastic.
Auskultasi : terdengarnya bising usus.
c.
Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang.
d.
Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi sehingga berat badan menurun.
7. Pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan duodenum intubation yaitu untuk mengetahui penyebab secara kuantitatip dan kualitatif.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Hambatan eliminasi urine Definisi : Disfungsi eliminasi urine Batasan karakteristik: 1. Disuria 2. Sering berkemih 3. Anyang-anyangan 4. Nokturia 5. Inkontinensia urine 6. Retensi urine 7. Retensi urine 8. Dorongan berkemih
Faktor yang berhubungan Penyebab multipel b. Inkontinensia urinarius fungsional Definisi : Ketidakmampuan individu yang biasanya kontinen untruk mencapai toilet tepat waktu berkemih,sehingga mengalami pengeluaran urine yang tidak disengaja. Batasan karakteristik: 1.
Mengosongkan kandung kemih dengan tuntas
2.
Inkontinensia urine dini hari
3.
Sensasi ingin berkemih
4.
Waktu untuk ke toilet memanjang setelah ada sensasi dorong
5.
Berkemih sebelum mencapai toilet
Faktor yang berhubungan 1. Faktor perubahan lingkungan 2. Kelemahan struktur panggul c. Inkontinensia urine aliran berlebih Definisi : Pengeluaran urine involunter yang dikaitkan dengan distensi kandung kemih berlebihan Batasan karakteristik: 1. Distensi kandung kemih 2. Volume residu pasca berkemih tinggi 3. Kebocoran sedikit urine involunter 4. Nokturia Faktor yang berhubungan: Impaksi fekal d. Retensi urine Definisi : Pengosongan kandung kemih dengan tuntas Batasan karakteristik:
Tidak ada haluaran urine
Berkemih sedikit
Distensi kandung kemih
Menetes
Sering berkemih
Inkontinensia aliran berlebih
Residu urine
Sensasi kandung kemih penuh
Berkemih sedikit
e. Konstipasi Definisi: Penurunan frekuensi normal defekasi yang disertai kesulitan atau pengeluaran feses tidak tuntas atau feses keras,kering dan banyak Batasan karakterisktik 1. Nyeri abdomen 2. Nyeri tekan abdomen dengan teraba resistensi otot 3. Nyeri tekan abdomen tanpa teraba resistensi otot 4. Anoreksia 5. Penampilan tidak khas pada lansia 6. Borborigmi 7. Darah merah pada feses 8. Perubahan pada pola defekasi 9. Penurunan frekuensi defekasi 10. Penurunan volume feses 11. Distensi abdomen 12. Keletihan 13. Feses keras dan berbentuk 14. Skit kepala 15. Bising usus hiperaktif 16. Bising usus hipoaktif 17. Tidak dapat defeksi 18. Peningkatan tekanan intraabdomen 19. Tidak dapat makan 20. Feses cair 21. Nyeri pada saat defekasi 22. Massa abdomen yang dapat teraba
23. Massa rektal yang dapat teraba 24. Perkusi abdomen pekak 25. Rasa penuh rektal 26. Rasa tekanan rektal 27. Sering flatus 28. Adanya feses lunak seperti pasta didalam rektum 29. Mengenjan pada saat defekasi 30. Muntah Faktor yang berhubungan 1.
Kelemahan otot abdomen
2.
Rata-rata aktivitas fsisik harian berkurang dari yang dianjurkan menurut gender dan usia
3.
Konfusi
4.
Penurunan mobilitas traktus gastrointestinal
5.
Dehidrasi
6.
Depresi
7.
Perubahan kebiasaan makan
8.
Gangguan emosi
9.
Kebiasaan menekan dorongan defekasi
10. Kebiasaan makan buruk 11. Higiene oral tidak adekuat 12. Kebiasaan toileting tidak adekuat 13. Asupan serat kurang 14. Asupan cairan kurang 15. Kebiasaan defekasi tidak teratur 16. Penyalahgunaan laksatif 17. Obesitas 18. Perubahan lingkungan baru f. Persepsi konstipasi Definisi : Mendiagnosis
sendiri
tentang
konstipasi
yang
dikombinasi
dengan
penyalagunaan laksatif,enema dan supositoria untuk menjamin defekasi rutin setiap hari. Batasan karakteristik
1. Penyalahgunaan enema 2. Harapan defekasi setiap hari 3. Harapan pasase feses pada waktu yang sama setiap harinya 4. Penyalahgunaan laksatif 5. Penyalahgunaan supositoria Faktor yang berhubungan 1. Keyakinan kesehatan menurut budaya 2. Keyakinan kesehatan keluarga 3. Gangguan proses pikir g. Diare Definisi: Pasase feses yang lunak dan tidak berbentuk Batasan karakteristik 1.
Nyeri abdomen
2.
Ada dorongan untuk defekasi
3.
Kram
4.
Bising usus
5.
Defekasi feses cair >3 dalam 24 jam
Faktor yang berhubungan:
3. NO
1.
Ansietas
2.
Peningkatan level stres
3.
Penyalahgunaan laksatif
4.
Penggunaan zat berlebih
INTERVENSI KEPERAWATAN Diagnosakeperawatan(na nda)
Tujuan (Noc)
Intervensi (nic)
a. Eliminasi usus (0501)
Menejemen saluran cerna
Diharapkan 1
Konstipasi
setelah
1. catat tanggal buang
dilakukan
tindakan
air besar terakhir
keperawatan
eliminasi
2. Monnitor buang air
usus
mencapai
dapat
kriteria hasil:
besar
termasuk
frekuensi,konsisten
1. Pola eliminasi
si,bentuk
2. Kontrol
dan warna secara
gerakan
usus
volume
tepat
3. Warna feses
3. Monitor
4. Jumlah feses untuk diet
bising
usus
monitor
adanya tanda dan
5. Feses lembut dan berbentuk
gejala
diare
konstipasi
6. Kemudahan BAB 7. Tekanan sfingter 8. Otot
untuk
mengeluarkan
dan
impaksi 4. Evaluasi inkontinensia fekal seperlunya
feses
5. Catat
9. Pengeluaran
fese
tanpa bantuan
masalah
BAB yang sudah ada
10. Suara bising usus
sebelumnya,BAB
11. Lemak dalam feses
rutin
12. Darah dalam feses
penggunaan
13. Konstipasi
laksatif
14. Diare
6. Ajarkan
15. Penyalahgunaan alat
bantuan
eliminasi 16. Nyeri
dan
pasien
mengenal makanan yang
membantu
mendukungbaktivit
pada
saat
BAB
as usus 7. Anjurkan anggota
b.perawatan ostomi sendiri
keluarga
pasien
Diharapkan
mencatat
warna
setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan ostomi
perawatan
sendiri
dapat
mencapai kriteria hasil: 1. Menjelaskan fungsi ostomi
volume dan
frekuensi konsistensi
tinja 8. Masukkan supositoria
rektal
sesuai kebutuhan
2. Menjelaskan tujuan ostomi
asupan
3. Terlihat
nyaman
dengan
ada
nya
stoma
makanan
pembentuk
gas
yang sesuai Monitor cairan
4. Mengukur untuk
9. Dorong penurunan
stoma Menejemen nutrisi
alat
yang
tepat
1. tentukan status gizi pasien
5. Menjaga perawatan kulit
disekitar
ostonomi
untuk
memenuhi kebutuhann gizi 2. ciptakan
6. Menggunakan
lingkungan
yang
teknik irigasi yang
optimal pada saat
benar
mengonsumsi
7. Mengosongkan
makan
kantung ostomi
3. identifikasi adanya
8. Mengganti kantung ostomi
alergi
atau
intoleransi
9. Monitor
makanan
komplikasi
yang
dimiliki pasien
berhubungan
4. tentukan
dengan stoma
kalori
10. Monitor dan
jumlah konsistensi
feses jadwal
mengganti
kantung ostomi
dan
nutrisi
jenis yang
dibutuhkan
untuk
5. lakukan atau bantu pasien
terkait
dengan perawatan
12. Mendapatkan
mulut
pasokan ostomi
sebelum
makan
13. Menghindari makanan
jumlah
persyaratan gizi
11. Mengikuti untuk
yang
6. pastikan dan
cairan yang bisa
pasien
menggunakan gigi palsu
yang
pas
menyebabkan
dengan cara yang
flatus
tepat
14. Menjaga
asupan
cairan
yang
adekuat diet
yang dianjurkan 16. Menghindari
sebelum makkan pasien
untuk duduk pada posisi
tegak
dikuursi
makanan yang bisa menimbulkan bau 17. Memodifikasi
hari
onat-obatan
8. anjurkan
15. Mengikuti
kegiatan
7. beri
jika
memungkinkan 9. batu
pasien
membuka kemasan
sehariuntuk
makanan memotong
mengoptimalkan
makanan
perawatan diri
makan jika perlu
18. Memperoleh bantuan
dari
dan
10. anjurkan
pasien
terkait
dengan
profesional
kebutuhan
diet
kesehatan
untuk kondisi sakit
19. Mengungkapkan
11. monitor kalori dan
penerimaan
asupan makanan
terhadap ostomi
12. tawarkan
Dengan demikian tindakan
makannan
Dapat
yang padat gizi
dipertahankan
maupun ditingkatkan dari skala tertentu ke skala yang lebih baik Ket: 1. Sangat terganggu 2. Banyak terganggu 3. Cukup terganggu 4. Sedikit terganggu 5. Tidak terganggu
ringan
13. berikan arahan bila diperlukan
Kontinensi usus
Bantuan berkemih
Diharapkan
setelah
dilakukan
tindakan
kemampuan dalam
keperawatan
eliminasi
rangka
usus
mencapai
keinginan
dapat
kriteria hasil:
untuk
defekasi
spesifikasi
pola
pengeluaran
kontinensia selama
feses
yang
3
bisa
diprediksi
hari
untuk
mendapatkan pola
3. Mempertahankan kontrol
fungsional
pencatatan mengenai
2. Mempertahankan
2
untuk
2. Lakukan
keinginan
urinarius
mengenal
BAK
1. Mengenali
Inkontinensia
1. Pertimbangkan
pengeluaran urin 3. Waspada terhadap
pengeluaran feses 4. Mengeluarkan
pasien yang tidak menunjukan tanda
feses paling tidak 3
dan gejala ovelfow
kali per hari
atau
5. Tekanan
sfingter
fungsional
reflek
inkontinensia urin 4. Berikan
6. Merespon
pendekatan dalam
keinginan
untuk
15 menit interval
BAB secara tepat
yang
waktu
untuk
7. Tiba ditoilet antara dorongan
diasarankan bantuan
berkemih
untuk
5. Berikan waktu 5
BAB dan waktu
detik untk meminta
mengeluarkan
bantuan
terkait
feses
dengan
aktivitas
8. Menjaga
toileting
lingkungan bebas
yang
hambatan
6. Berikan untuk
privasi adanya
untuk
eliminasi
mandiri 9. Minum
cairan
secara adekuat 10. Mengonsumsi serat dengan
jumlah
adekuat
eliminasi 7. Berikan
umpan
balik
dengan
memberikan pujian perilaku
BAK
,BAB 8. Informasikan
11. Menggambarkan
pasien
mengenai
hubunngan asupan
waktu yang tepat
makanan
untuk
dengan
konsisten feses 12. Memantau jumlah dan konsisten feses 13. Eliminasi
secara
mandiri
selanjutnya 9. Dokumentasikan outcome dari sesi toileting
Latihan
15. Konstipasi
berkemih
16. Penggunaan laksati berlebihan
kebiasaan
1. Tetapkan
interval
toileting
17. Penggunaan
dan
sebaiknya secara
berlebihan 18. Pakaian
dalam
pencatatan klinik
14. Diare
enemma
eliminasi
kurang dari 2jam 2. Berikan
kotor
sepanjang hari 19. Pakaian kotor saat malam hari atau saat tidur
tidak
untuk
privasi aktivitas
eliminasi
yang
dilakukan 3. Jangan meninggalkan
Dengan demikian tindakan
pasien
Dapat
selama lebih dari 5
dipertahankan
maupun ditingkatkan dari skala tertentu ke skala yang lebih baik Ket:
menit
ditoilet
6. Sangat terganggu 7. Banyak terganggu 8. Cukup terganggu 9. Sedikit terganggu 10. Tidak terganggu
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/75341611/Anatomi-Dan-Fisiologi-Proses-Eliminasi https://www.academia.edu/30930130/ASUHAN_KEPERAWATAN_ELIMINASI https://nerstriwinugroho77.wordpress.com/2016/02/28/laporan-pendahuluan-pada-klien-dengangangguan-eliminasi-fekal/ https://www.academia.edu/8537875/Makalah_Berpikir_Kritis_Kebutuhan_Eliminasi_dan_Asuhan_K eperawatan_Gastroentritis https://riezkhyamalia.wordpress.com/2013/01/30/laporan-pendahuluan-gangguan-eliminasi/ https://dokumen.tips/documents/lp-eliminasi-5665ec312e0a3.html NANDA –I diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-2020 https://www.scribd.com/doc/46810174/Asuhan-Keperawatan-pada-Pasien-dengan-GangguanEliminasi-Urine-dan-Fekal https://www.academia.edu/11550151/Kumpulan_Diagnosa_tujuan_and_Intervensi_Keperawatan_ NANDA_NIC_NOC