LP FR Clavicula [PDF]

  • Author / Uploaded
  • arny
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN FRAKTUR CLAVICULA DEXTRA DI RSUD TUGUREJO PROVINSI JAWA TENGAH A. Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Dengan Fraktur Clavicula Dextra Persiapan Praktek Ruang : IBS Tanggal Praktek : 25 Juni – 14 Juli 2018 Nama Mahasiswa : IDA RATNASARI NIM : G3A017103 Nama Pembimbing :MULYADI, S.Kep.Ns Saran Pembimbing : Tanda Tangan Pembimbing:



PROGRAM STUDI NERS (TAHAP PROFESI) FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2018



B. LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR CLAVICULA 1. PENGERTIAN Clavikula (tulang selangka) adalah tulang menonjol di kedua sisi di bagian depan bahu dan atas dada. Dalam anatomi manusia, tulang selangka atau clavicula adalah tulang yang membentuk bahu dan menghubungkan lengan atas pada batang tubuh. serta memberikan perlindungan kepada penting yang mendasari pembuluh darah dan saraf. Tulang clavicula merupakan tumpuan beban dari tangan, sehingga 1



jika terdapat beban berlebih akan menyebabkan beban tulang clavicula berlebih, hal ini bias menyebabkan terputusnta kontinuitas tulang (Handerson, M. A, 2012). Oswari E, 2013 berpendapat bahwa fraktur adalah terpisahnya kontinuitas tulang normal yang terjadi karena tekanan pada tulang yang berlebihan. Menurut Apley, A. Graham, 2013 fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh. Fraktur clavikula merupakan cedera yang sering terjadi akibat jatuh atau hantaman langsung ke bahu. Lebih dari 80% fraktur ini terjadi pada sepertiga tengah atau proksimal clavikula (Reeves C.J,Roux G & Lockhart,2011). Fraktur clavicula merupakan 5% dari semua fraktur sehingga tidak jarang terjadi. Fraktur clavicula juga merupakan cedera umum di bidang olahraga seperti seni bela diri, menunggang kuda dan balap motor melalui mekanisme langsung maupun tidak langsung. Tidak menutup kemungkinan fraktur clavicula yang terjadi disertai dengan trauma yang lain, karena letaknya yang berdekatan dengan leher, setiap kejadian fraktur clavicula harus dilakukan pemeriksaan cervical. Fraktur clavicula biasa bersifat terbuka atau tertutup, tergantung dari mekanisme terjadinya (Carpnito, Lynda Juall, 2015). 2. ETIOLOGI Penyebab utama/ primer dari fraktur adalah trauma, bisa karena kecelakaan kendaran bermotor, olahraga, malnutrisi. Trauma ini bisa langsung/ tidak langsung (kontraksi otot, fleksi berlebihan). Fraktur klavikula dapat terjadi sebagai akibat dari jatuh pada tangan yang tertarik berlebihan, jatuh pada bahu atau injury secara langsung. Sebagian besar fraktur klavikula sembuh sendiri, bidai atau perban digunakan untuk immobilisasi yang komplit, walaupun tidak umum, mungkin menggunakan ORIF. Faktur Klavikula, menurut sejarah merupakan cedera yang sering terjadi akibat jatuh dengan posisi lengan terputar/ tertarik keluar (outstreched hand) dimana trauma dilanjutkan dari pergelangan tangan sampai klavikula, namun baru - baru ini telah diungkapkan bahwa sebenarnya mekanisme secara umum patah tulang klavikula adalah hantaman langsung ke bahu atau adanya tekanan yang keras ke bahu akibat jatuh atau terkena pukulan benda keras. Patah tulang klavikula karena jatuh dengan posisi lengan tertarik keluar (outstreched hand) hanya 6% terjadi pada kasus, sedangkan yang lainnya karena trauma bahu. Kasus patah tulang ini ditemukan sekitar 70% adalah hasil dari trauma dari kecelakaan lalu lintas. Kasus patah tulang klavikula termasuk kasus 2



yang palingsering dijumpai. Pada anak - anak sekitar 10 – 16% dari semua kejadian patah tulang, sedangkan pada orang dewasa sekitar 2,6 – 5 % . (Black, J.M, et al, 2013) 3. PATOFISIOLOGI Patah Tulang selangka (Fraktur klavikula) umumnya disebabkan oleh cedera atau trauma. Hal ini biasanya terjadi ketika jatuh sementara posisi tangan ketika terbentur terentang atau mendarat di bahu. Sebuah pukulan langsung ke bahu juga dapat menyebabkan patah tulang selangka/ fraktur klavikula. Hal ini mungkin terjadi selama perkelahian, kecelakaan mobil, atau dalam olahraga, seperti sepak bola dan gulat. Fraktur ganggguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolic, patologik. Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang terbuka ataupun tertutup. Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan pendarahan, maka volume darah menurun. COP (Cardiac Out Put) menurun maka terjadi peubahan perfusi jaringan. Hematoma akan mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi edem lokal maka penumpukan di dalam tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan ganggguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi revral vaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggau. Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan integritas kulit. Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma gangguan metabolik, patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Baik fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut syaraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selaian itu dapat mengenai tulang sehingga akan terjadi neurovaskuler yang akan menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu, disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar. Pada umumnya pada pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan dilakukan immobilitas yang bertujuan untuk mempertahankan fragmen yang telah dihubungkan tetap pada tempatnya sampai sembuh. (Sylvia, 1995 : 1183, dalam keperawatan site, 2013) 4. MANIFESTASI KLINIK



3



Kemungkinan akan mengalami sakit, nyeri, pembengkakan, memar, atau benjolan pada daerah bahu atau dada atas. Tulang dapat menyodok melalui kulit, tidak terlihat normal. Bahu dan lengan bisa terasa lemah, mati rasa, dan kesemutan. Pergerakan bahu dan lengan juga akan terasa susah. Pasien mungkin perlu untuk membantu pergerakan lengan dengan tangan yang lain untuk mengurangi rasa sakit atau ketika ingin menggerakan. Gambaran klinis pada patah tulang klavikula biasanya penderita datang dengan keluhan jatuh atau trauma. Pasien merasakan rasa sakit bahu dan diperparah dengan setiap gerakan lengan. Pada pemeriksaan fisik pasien akan terasa nyeri tekan pada daerah fraktur dan kadang - kadang terdengar krepitasi pada setiap gerakan. Dapat juga terlihat kulit yang menonjol akibat desakan dari fragmen patah tulang. Pembengkakan lokal akan terlihat disertai perubahan warna lokal pada kulit sebagai akibat trauma dan gangguan sirkulasi yang mengikuti fraktur. (Ignatavicius, Donna D, 2015) 5. PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan pada fraktur clavicula ada dua pilihan yaitu dengan tindakan bedah atau operative treatment dan tindakan non bedah atau konsevatif. Pada orang dewasa dan anak-anak biasanya pengobatannya konservatif tanpa reposisi, yaitu dengan pemasangan mitela. Reposisi tidak diperlukan, apalagi pada anak karena salah-sambung klavikula jarang menyebabkan gangguan pada bahu, baik fungsi maupun keuatannya. Kalus yang menonjol kadang secara kosmetik mengganggu meskipun lama-kelamaan akan hilang dengan proses pemugaran. yang penting pada penggunaan mitela ialah letak tangan lebih tinggi dari pada tingkat siku, analgetik, dan latihan gerak jari dan tangan pada hari pertama dan latihan gerak bahu setelah beberapa hari. Pada umumnya, metode pengobatan yang digunakan sebagai berikut: 1) Penatalaksanaan



konservatif.



Penatalaksanaan



konservatif



merupakan



penatalaksanaan non pembedahan agar imobilisasi pada patah tulang dapat terpenuhi. a. Proteksi. Proteksi fraktur terutama mencegah trauma lebih lanjut dengan cara memberikan sling (mitela). b. Imobilisasi dengan bidai eksterna. Imobilisasi pada fraktur dengan bidai eksterna hanya memberikan sedikit imobilisasi. Biasanya menggunakan balut elastis. 4



c. Reduksi tertutup dengan manipulasi dan imobilisasi eksterna yang menggunakan gips. Reduksi tertutup yang diartikan manipulasi dilakukan dengan pembiusan umum dan lokal. Reposisi yang dilakukan melawan kekuatan terjadinya fraktur. Penggunaan gips untuk imobilisasi merupakan alat utama pada teknik ini. d. Reduksi tertutup dengan



traksi.



Traksi



yang



digunakan



untuk



meminimalkan spasme otot; untuk mereduksi, menyejajarkan, dan mengimobilisasi fraktur; dan untuk mengurangi deformitas. 2) Penatalaksanaan pembedahan sangat penting diketahui oleh perawat sebagai dasar pemberian asuhan keperawatan. Jika ada



keputusan bahwa klien



diindikasikan untuk menjalani pembedahan, perawat mulai berperan dalam memberikan asuhan keperawatan perioperatif. Penatalaksanaan pada klien fraktur meliputi hal-hal sebagai berikut. a. Reduksi tertutup dengan fiksasi eksternal atau fiksasi perkutan dengan KWire. Setelah dilakukan reduksi tertutup pada fraktur yang bersifat tidak stabil, reduksi dapat dipertahankan dengan memasukkan K-Wire perkutan. b. Reduksi terbuka dan fiksasi inetrnal. Perawat perlu mengenal tindakan medis operasi reduksi terbuka, baik fiksasi internal/ORIF (Open Reduction Internal Fixation) maupun fiksasi eksternal/OREF (Open Reduction External Fixation) karena suhan keperawatan yang diperlukan berbeda. Implikasi keperawatan yang perlu dikenal perawat setelah operasi adalah adanya nyeri dan risiko infeksi yang merupakan masalah utama. Beberapa indikasi keadaan klien yang mengalami fraktur dan dislokasi perlu diketahui untuk menjelaskan kemungkinan tindakan medis dan masalah keperawatan yang akan timbul dari tindakan medis ORIF dan OREF. 6.



KONSEP TEORI TENTANG ORIF a. Pengertian ORIF (Open Reduction Internal Fixation) Pasien yang memiliki masalah di bagian musculoskeletal memerlukan tindakan pembedahan yang bertujuan untuk memperbaiki fungsi dengan mengembalikan gerahan, stabilisasi, mengurangi nyeri, dan mencegah bertambah



parahnya



gangguan



musculoskeletal.



Salah



satu



prosedur



pembedahan yang sering dilakukan yaitu dengan fiksasi interna atau disebut juga dengan pembedahan ORIF (Open Reduction Internal Fixation). ORIF (Open Reduksi Internal Fiksasi), open reduksi merupakan suatu tindakan



pembedahan untuk memanipulasi fragmen-fragmen tulang yang 5



patah / fraktur sedapat mungkin kembali seperti letak asalnya.Internal fiksasi biasanya



melibatkan



penggunaan



plat,



sekrup,



paku



maupun



suatu



intramedulary (IM) untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi. Open Reduction Internal Fixation (ORIF) adalah suatu jenis operasi dengan pemasangan internal fiksasi yang dilakukan ketika fraktur tersebut tidak dapat direduksi secara cukup dengan close reduction, untuk mempertahankan posisi yang tepat pada fragmen fraktur (John C. Adams, 1992 dalam Potter & Perry, 2005). Fungsi ORIF untuk mempertahankan posisi fragmen tulang agar tetap menyatu dan tidak mengalami pergerakan. Internal fiksasi ini berupa intra medullary nail, biasanya digunakan untuk fraktur tulang panjang dengan tipe fraktur transvers. Open Reduction Internal Fixation (ORIF) adalah sebuah prosedur bedah medis, yang tindakannya mengacu pada operasi terbuka untuk mengatur tulang, seperti yang diperlukan untuk beberapa patah tulang, fiksasi internal mengacu pada fiksasi sekrup dan piring untuk mengaktifkan atau memfasilitasi penyembuhan (Brunner & Suddart, 2003). b. Tujuan ORIF (Open Reduction Internal Fixation) 1) Memperbaiki fungsi dengan mengembalikan gerakan dan stabilitas 2) Mengurangi nyeri. 3) Klien dapat melakukan ADL dengan bantuan yang minimal dan dalam lingkup keterbatasan klien. 4) Sirkulasi yang adekuat dipertahankan pada ekstremitas yang terkena 5) Tidak ada kerusakan kulit c. Indikasi dan Kontraindikasi ORIF (Open Reduction Internal Fixation) Indikasi tindakan pembedahan ORIF: 1) Fraktur yang tidak stabil dan jenis fraktur yang apabila ditangani dengan metode terapi lain, terbukti tidak memberi hasil yang memuaskan. 2) Fraktur leher femoralis, fraktur lengan bawah distal, dan fraktur intraartikular disertai pergeseran. 3) Fraktur avulsi mayor yang disertai oleh gangguan signifikan pada struktur otot tendon Kontraindikasi tindakan pembedahan ORIF: 1) Tulang osteoporotik terlalu rapuh menerima implan 2) Jaringan lunak diatasnya berkualitas buruk 3) Terdapat infeksi 4) Adanya fraktur comminuted yang parah yang menghambat rekonstruksi. 5) Pasien dengan penurunan kesadaran 6) Pasien dengan fraktur yang parah dan belum ada penyatuan tulang 7) Pasien yang mengalami kelemahan (malaise) d. Keuntungan dan kerugian ORIF (Open Reduction Internal Fixation) 6



Keuntungan dilakukan tindakan pembedahan ORIF: 1) Mobilisasi dini tanpa fiksasi luar. 2) Ketelitian reposisi fragmen-fragmen fraktur. 3) Kesempatan untuk memeriksa pembuluh darah dan saraf di sekitarnya. 4) Stabilitas fiksasi yang cukup memadai dapat dicapai 5) Perawatan di RS yang relatif singkat pada kasus tanpa komplikasi. 6) Potensi untuk mempertahankan fungsi sendi yang mendekati normal serta kekuatan otot selama perawatan fraktur Kerugian dilakukan tindakan pembedahan ORIF: 1) Setiap anastesi dan operasi mempunyai resiko komplikasi bahkan kematian akibat dari tindakan tersebut 2) Penanganan operatif memperbesar kemungkinan infeksi dibandingkan pemasangan gips atau traksi. 3) Penggunaan stabilisasi logam interna memungkinkan kegagalan alat



7.



itu sendiri. 4) Pembedahan itu sendiri merupakan trauma pada jaringan lunak, dan struktur yang sebelumnya tak mengalami cedera mungkin akan terpotong atau mengalami kerusakan selama tindakan operasi. KONSEP ASKEP FRAKTUR CLAVICULA DENGAN ORIF CLAVICULA a. Pengkajian Fokus 1) Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat Pada kasus fraktur akan timbul ketidakutan akan terjadinya kecacatan pada dirinya dan harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk membantu penyembuhan tulangnya. Selain itu, pengkajian juga meliputi kebiasaan hidup klien seperti penggunaan obat steroid yang dapat mengganggu metabolisme kalsium, pengkonsumsian alkohol yang bisa mengganggu keseimbangannya dan klien melakukan olahraga atau tidak. 2) Pola Nutrisi dan Metabolisme Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehariharinya seperti kalsium, zat besi, protein, vit. C dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan tulang. Evaluasi terhadap pola nutrisi klien bisa membantu menentukan penyebab masalah muskuloskeletal dan mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat terutama kalsium atau protein dan terpapar sinar matahari yang kurang merupakan faktor predisposisi masalah muskuloskeletal terutama pada lansia. Selain itu juga obesitas juga menghambat degenerasi dan mobilitas klien. 3) Pola Eliminasi Untuk kasus fraktur humerus tidak ada gangguan pada pola eliminasi, tapi walaupun begitu perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces pada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi uri dikaji 7



frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak. (Keliat, Budi Anna, 2011) 4) Pola Tidur dan Istirahat Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga hal ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga, pengkajian dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana lingkungan, kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur serta penggunaan obat tidur (Doengos. Marilynn E, 2009). 5) Pola Aktivitas Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan klien menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk aktivitas klien terutama pekerjaan klien. Karena ada beberapa bentuk pekerjaan beresiko untuk terjadinya fraktur dibanding pekerjaan yang lain (Ignatavicius, Donna D, 2015). 6) Pola Hubungan dan Peran Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat. Karena klien harus menjalani rawat inap (Ignatavicius, Donna D, 2015). 7) Pola Persepsi dan Konsep Diri Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul ketidakutan akan kecacatan akibat frakturnya, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan body image) (Ignatavicius, Donna D, 2015). 8) Pola Sensori dan Kognitif Pada klien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada bagian distal fraktur, sedang pada indera yang lain tidak timbul gangguan.begitu juga pada kognitifnya tidak mengalami gangguan. Selain itu juga, timbul rasa nyeri akibat fraktur (Ignatavicius, Donna D, 2015). 9) Pola Reproduksi Seksual Dampak pada klien fraktur yaitu, klien tidak bisa melakukan hubungan seksual karena harus menjalani rawat inap dan keterbatasan gerak serta rasa nyeri yang dialami klien. Selain itu juga, perlu dikaji status perkawinannya termasuk jumlah anak, lama perkawinannya (Ignatavicius, Donna D, 2015). 10) Pola Penanggulangan Stress Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu ketidakutan timbul kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya. Mekanisme koping yang ditempuh klien bisa tidak efektif (Ignatavicius, Donna D, 2015). 8



11) Pola Tata Nilai dan Keyakinan Untuk klien fraktur tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah dengan baik terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan karena nyeri dan keterbatasan gerak klien (Ignatavicius, Donna D, 2015) b. Pemeriksaan Fisik a) Gambaran Umum 1) Keadaan umum. Keadaan baik atau buruknya klien. 2) Kesadaran klien : compos mentis, gelisah, apatis, sopor, coma, yang bergantung pada keadaan klien. 3) Kesakitan, keadaan penyakit : akut, kronis, ringan, sedang, berat, dan pada kasus fraktur biasanya akut. 4) Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan, baik fungsi maupun bentuk. 5) Secara Sistemik, dari kepala sampai kaki. Harus memperhitungkan keadaan proksimal serta bagian distal klien, terutama mengenai status neurovaskuler b) Persiapan dan prosedur diruang operasi



nform concent 1) Inform Consent : Surat persetujuan kepada pasien dan keluarga mengenai pemeriksaan sebelum operasi,alasan, tujuan, keuntungan, kerugian tindakan operasi 2) Diit : Pasien dipuasakan 8 jam sebelum operasi 3) Persiapan kebersihan kulit : Untuk membebaskan daerah operasi dari mikroorganisme, persiapan yang dilakukanadalah pencukuran rambut pada daerah perut , daerah sekitar anus dan alat reproduksi 4) Terapi pharmacologic : Narkotik dihindari karena dapat menghilangkan tanda dan gejala, antibiotik untukmenanggulangi infeksi 5) Pengecekan status : Mengecek status pasien sudah tepat dilakukan operasi



orif,



dengan



menyesuaikandiagnosanya. Apabila sudah tepat



diagnosanya maka segera diantar ke ruang operasiuntuk dilakukan operasi 6) Persiapan alat dan ruangan



9



c. Pathways Keperawatan



FRAKTUR CLAVIKULA Trauma langsung



Trauma tidak langsung



Kondisi Patologis



FRAKTUR Diskointunitas tulang



pergeseran fragmen tulang



Perubahan jaringan sekitar



Nyeri



Kerusakan fragmen tulang



Pergeseran fragmen tulang



Tekanan sumsum tulang tinggi dari kapiler



Deformitas Gangguan fungsi



Reaksi stres klien



Gg mobilitas fisik



Melepaskan katekolamin Metabolisme asam lemak



Laserasi kulit



Bergabung dengan trombosit



Gg integritas kulit



Emboli



Putus Vena/ laserasi perdarahan



menyumbat pembuluh darah spasme otot



10



kehilangan volume cairan syok hipovolemik



peningkatan tekanan kapiler pelepasan histamin protein plasma hilang edema penekanan pembuluh darah penurunan perfusi jaringan Gg perfusi jaringan



d. Diagnosa Keperawatan Pre Operasi : 1. Nyeri b/d trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder akibat fraktur. 2. Kecemasan b/d ancaman integritas biologis sekunder akibat operasi Intra Operasi: 1. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan akibat pembedahan Post Operasi : 1. Resiko infeksi b/d tempat masuknya organisme sekuder akibat adanya jalur invasif 2. Resiko tinggi cidera berhubungan dengan proses pemindahan pasien e. Fokus Intervensi Diagnosa Nyeri Akut



Tujuan dan kriteria hasil



Intervensi



NOC :



NIC : 1. Observasi tanda-tanda vital 2. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi



Pain Level Pain control, Comfort level S setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x1 jam diharapkan nyeri berkurang dengan kriteria hasil : 1. Mampu 3. Pilih dan lakukan mengontrol nyeri penanganan nyeri non (tahu penyebab farmakologi (terapi nyeri, mampu relaksasi nafas dalam) menggunakan 4. Kolaborasi tehnik farmakologi nonfarmakologi pemberian analgetik untuk mengurangi untuk mengurangi nyeri, mencari nyeri bantuan) 2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan



11



Rasional



1. Tingkat nyeri dapat diketahui dari vital sign 2. Mengetahui tingkat nyeri 3. Mengurangi nyeri



4. Mengetahui nyeri pasien dan menyusun rencana selanjutnya bila nyeri tidak bisa diatasi dengan analgesik



Kecemasan b/d ancaman integritas biologis sekunder akibat operasi



Resiko syok hipovolemik



menggunakan manajemen nyeri (skala nyeri :