LP Gastropati [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I KONSEP MEDIS A. Definisi Gastropati uremik adalah jenis gastritis kronis non infeksi selain akibat dari obat kimiawi. Penyakit ini terjadi pada penyakit ginjal kronik yang menyebabkan kadar ureum terlalu banyak beredar pada mukosa lambung Gastropati uremik adalah istilah yang biasa digunakan untuk menggambarkan tanda-tanda gastrointestinal bagian atas dan perubahan histopatologis yang berhubungan dengan uremia, sekunder akibat gagal ginjal. B. Etiologi Menurut Kedia (2011) Hipoglikemia bisa disebabkan oleh obat kimia dan akibat gagal ginjal kronik. Ureum dalam tubuh dikeluarkan melalui ginjal berupa air seni. Bila ginjal rusak maka ureum tubuh meningkat dan meracuni sel-sel tubuh. C. Patofisiologi Gastropati uremik termasuk dalam jenis gastritis kronis non infeksi selain akibat dari obat kimiawi. Penyakit ini terjadi pada penyakit ginjal kronik yang menyebabkan kadar ureum terlalu banyak beredar pada mukosa lambung. Ureum dalam tubuh dikeluarkan melalui ginjal berupa air seni. Bila ginjal rusak maka ureum tubuh meningkat dan meracuni sel-sel tubuh. Ureum bergantung pad LFG ginjal karena seluruhnya difiltrasi ginjal. Pada gagal ginjal kronik menyebabkan penurunan laju LFG sehingga ureum, kreatinin, dan asam urat meningkat dan tertimbun dalam darah. Sehingga terjadi uremia yang mempengaruhi semua sistem tubuh (Pardede, 2012). Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah penyakit kerusakan ginjal minimal 3 bulan dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus. PGK dapat menyebabkan berbagai manifestasi klinis termasuk gangguan gastrointestinal, yang merupakan gangguan non renal yang paling sering ditemukan di samping diabetes melitus dan penyakit arteri koroner. Meskipun prevalensi dan insidensi gangguan gastrointestinal pada PGK sulit diperkirakan namun insidensnya tinggi. Belum ada pedoman diagnosis dan tata laksana yang baku untuk



1



gangguan



gastrointestinal



yang



menyertai



pasien



PGK.



Gangguan



gastrointestinal berkaitan dengan malnutrisi yang menyebabkan meningkatnya morbiditas dan mortalitas pasien gagal ginjal. Oleh karenanya, gangguan gastrointestinal yang menyertai PGK perlu mendapat perhatian (Pardede, 2012). D. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala yang dialami khusunya pada bagian pencernaan bagian atas pada pasien gastropati ureumikum sangat bervariasi karena mungkin dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti keparahan gangguan fungsi ginjal, tingkat stess yang dialami dan perawatan yang didapatkan. Adapun tanda dan gejala yang dialami pasien gastropati uremikum antara lain : 1. Perdarahan pada saluran pencernaan 2. Gejala Dispepsia 3. Anoreksia 4. Mual 5. Muntah 6. Gangguan lain seperti esofagitis, angiodysplasia lambung, dan polip lambung yang meradang E. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang dari hipoglikemi menurut Mega (2012) yaitu Tes Urine. Tes Urine bertujuan untuk mengetahui kandungan ureum didalam urine F. Penatalaksanaan Perawatan gastropati uremik bergantung pada pemecahan uremia, yang dapat disesuaikan dengan perawatan medis untuk kelainan metabolik dan elektrolit



yang



terkait,



seperti



anemia,



hiperkalemia,



hipokalsemia,



hiperparatiroidisme, dan defisiensi besi. Ketika pengobatan tersebut gagal, transplantasi ginjal adalah pengobatan pilihan. Intervensi terapeutik lainnya meliputi perubahan klinis dan prosedur hemostatik, dalam kasus perdarahan uremik



2



BAB II KONSEP KEPERAWATAN A. Pengkajian Keperawatan 1. Data Biografi Identitas pasien seperti umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, dan status perkawinan. 2. Riwayat kesehatan a. Keluhan utama Keluhan yang dirasakan pasien pada saat dilakukan pengkajian. Keluhan utama membantu menyusun prioritas untuk intervensi medis maupun keperawatan. b. Riwayat kesehatan 1) Riwayat penyakit sekarang 2) Riwayat penyakit terdahulu 3) Riwayat sosial 4) Riwayat alergi 5) Riwayat keluarga 6) Riwayat pengobatan 7) Riwayat pembedahan 3. Status aktivitas a. Kaji mengenai perasaan pasien ketika beraktivitas maupun beristirahat. Tanyakan apakah pasien merasa sesak atau tidak. 4. Status pernafasan a. Pantau batuk apakah pasien mengalami batuk persisten atau hemoptisis (batuk berdarah), produksi sputum (warna dan apakah bercampur dengan darah), adanya nyeri dada, serta perubahan pola pernafasan seperti dispnea dan adanya wheezing. b. Kaji hasil pemeriksaan diagnostik yang terkait dengan sistem pernafasan 5. Status Sirkulasi b. Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital



3



6. Status eliminasi a. Kaji mengenai perasaan pasien ketika melakukan BAB dan BAK b. Kaji mengenai warna feses dan urine pasien 7. Status nutrisi a. Dapatkan riwayat diet b. Identifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kebiasaan makan pasien seperti disfagia, anoreksia, dan mual muntah c. Kaji kemampuan pasien untuk mempersiapkan atau membeli makanan d. Ukur status nutrisi pasien 8. Status neurosensorik a. Kaji apakah pasien mengalami pusing, sakit kepala, photofobia b. Kaji mengenai kekuatan otot pasien, begitu pula dengan ekstremitasnya c. Kaji adanya perubahan status mental, kerusakan mental, dan perubahan sensori 9. Tingkat pengetahuan a. Evaluasi pengetahuan pasien mengenai penyakit dan penyebarannya. b. Kaji tingkat pengetahuan keluarga dan teman. c. Gali bagaimana pasien menghadapi penyakit dan stressor kehidupan mayor di masa lalu dan identifikasi sumber-sumber dukungan pasien.. B. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan masalah Gatropati Uremikum menurut SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia) adalah : Diagnosa 1 : Ansietas a. Defenisi : kondisi emosi dan pengalaman subjektif individu terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan



individu



melakukan



tindakan



untuk



menghadapi ancaman. b. Penyebab 1. Krisis siruasional 2. Kebutuhan tidak terpenuhi



4



3. Krisi maturasional 4. Ancaman terhadap konsep diri 5. Ancaman terhadap kematian 6. Kekhawatiran mengalami kegagalan 7. Terpapar bahaya lingkungan (mis. Toksin, polutan, dan lain-lain) 8. Kurang terpapar informasi c. Gejala dan tanda mayor 1. Subjektif : -



Merasa bingung



-



Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi



-



Sulit berkonsentrasi



2. Objektif : -



Tampak gelisah



-



Tampak tegang



-



Sulit tidur



d. Gejala dan tanda minor 1. Subjektif : -



Mengeluh pusing



-



Anoreksia



-



Palpitasi



-



Merasa tidak berdaya



2. Objektif : -



Frekuensi nafas meningkta



-



Frekuensi nadi meningkat



-



Tekanan darah meningkat



-



Diaphoresis



-



Tremor



-



Muka tampak pucat



-



Suara bergetar



-



Kontak mata buruk



-



Sering berkemih



5



-



Berioetrasi dengan masa lalu



Diagnosa 2 : Nyeri Akut a. Defenisi : Pengalaman sensori atau emosional yang berkaitan dengan Kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan konsep mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan. b. Penyebab : 1. Agen pencedera fisiologis (mis. inflamasi, iskemia, dan neuplasma) 2. Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan) 3. Agen pencedara fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur oprasi, trauma, latihan fisik berlebihan) c. Gejala dan tanda mayor 1. Subjektif : mengeluh nyeri 2. Ojektif : -



Tampak meringis



-



Bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghindari nyeri)



-



Gelisah



-



Frekuensi nadi meningkat



-



Sulit tidur



d. Gejala dan tanda minor 1. Subjektif : tidak tersedia 2. Objektif : -



Tekanan darah meningkat



-



Pola nafas berubah



-



Nafsu makan berubah



-



Proses berfikir terganggu



-



Menarik diri



-



Berfokus pada diri sendiri



-



Diaphoresis



Diagnosa 3 : Defisit Perawatan Diri a. Definisi



6



Tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri b. Penyebab 1. Gangguan moskuleskeletal 2. Gangguan neuromuskuler 3. Kelemahan 4. Gangguan psikologis dan/atau psikotik 5. Penurunan motivasi/minat c.



Gejala dan tanda mayor 1. Subjektif a)Menolak melakukan perawatan diri 2. Objektif a)Tidak mampu mandi / mengenakan pakaian / makan / ketoilet / berhias secara mandiri b) Minat melakukan perawatan diri kurang



d. Kondisi klinik terkait 1. Stoke 2. Cedera medulla spinalis 3. Delirium 4. Demensia 5. Gangguan amnestic Diagnosa 4 : Gangguan Pola Tidur a.



Definisi Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat factor eksternal



b.



Penyebab



1) Hambatan lingkungan (mis. Kelembapan lingkungan sekitar, suhu lingkungan, pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap, jadwa pemantauan/pemeriksaan/ tindakan) 2) Kurang kontrol tidur 3) Kurang privasi 4) Ketidaan teman tidur 5) Tidak familiar dengan peralatan tidur



7



c.



Gejala dan tanda mayor 1) Subjektif a) Mengeluh sulit tidur b) Mengeluh sering terjaga c) Mengeluh tidak puas tidur d) Mengeluh pola tidur berubah e) Mengeluh istirahat tidak cukup



d.



Gejala dan tanda minor



1) Subjektif a) Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun e.



Kondisi klinik terkait 1) Nyeri/kolik 2) Hipertrioidisme 3) Kecemasan 4) Penyakit paru obstruktif kronis 5) Kondisi pasca operasi



Diagnosa 5 : Intoleransi Akitvitas a.



Definisi : Ketidakcukupan energi ntuk melakukan aktifitas sehari-hari



b.



Penyebab 1) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen 2) Tirah baring 3) Kelemahan 4) Imobilitas 5) Gaya hidup monoton



c.



Gejala dan tanda mayor 1. Subektif : mengeluh lelah 2. Objektif : frekuensi jantung meningkat lebih dari 20% dari kondisi istrirahat



d. Gejala dan tanda minor 1. Subjektif : -



Dipsnea saat/ setelah aktivitas



8



-



Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas



-



Merasa lemah



2. Objektif : -



Tekanan darah berubah lebih dari 20% dari kondisi istrirahat



-



Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/ setelah beraktivitas



-



Sianosis



-



Gambaran EKG menunjukkan iskemia



C. Rencana Keperawatan Rencana asuhan keperawatan berdasarkan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah sebagai berikut : Diagnosa 1 : Ansietas Intervensi 1. Reduksi ansietas Observasi Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal) Terapeutik Ciptakan suasana terapeutik untuk menimbulkan kepercayaan Edukasi Latih tehnik relaksasi Kolaborasi Kolaborasi pemberian obat ansietas jika perlu 2. Dukungan emosional Observasi Identifikasi fungsi marah, frustasi dan diamuk bagi pasien Terapeutik Kurangi tuntan berfikir saat sakit atau lelah Edukasi Anjurkan mengungkapkan perasaan yang dialami(mis. Ansietas, marah, sedih) Kolaborasi Rujuk untuk konseling jika perlu



Rasional Observasi Memantau tanda-tanda kecemasan Terapeutik Untuk membngun kepercayan kepada pasien Edukasi Memberikan kenyamanan pada pasien Kolaborasi Untuk menghilangkan rasa cemas Observasi Untuk mengetahui perasaan pasien ketika marah Terapeutik Agar pasien dapat menenangkan perasaannya Edukasi Agar pasien merasa nyaman setelah mengungkapkan perasaannya Kolaborasi Agar pasien dpat mengontrol emosi yang dirasakan



9



Diagnosa 2 : Nyeri Akut Intervensi 1. Manajemen nyeri Observasi Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri Terapeutik Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri Imis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan) Edukasi Ajarkan tehnik non farmokologis untuk mengurangi rasa nyeri Kolaborasi Pemberian analgetik jika perlu 2. Edukasi tehnik napas Observasi Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi Terapeutik Berikan kesempatan untuk bertanya Edukasi Jelaskan tujuan dan manfaat tehnik napas



Rasional Observasi



Untuk mengetahui dirasakan pasien



tingat



nyeri



yang



Terapeutik



Memberikan lingkungan yang kepada pasien



nyaman



Edukasi



Membantu pasien dalam mengurangi nyeri tanpa minum obat Kolaborasi



Berikan obat jika kontrol nyeri tak tertahankan Observasi



Memantau kesiapan menerima informasi



pasien



dalam



Terapeutik



Agar informasi yang diberikan dapat dipahami. Edukasi



Agar pasien mampu melakukan tehnik napas yang diajarkan



Diagnosa 3 : Defisit Perawatan Diri Intervensi Dukungan Perawatan Diri Observasi Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia Monitor tingkat kemandirian Terapeutik Fasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan Jadwalkan rutinitas perawatan diri Edukasi Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai kemampuan



Rasional Observasi Untuk mengetahui kebiasaan perawatan diri Untuk mengetahuai tingkat kemandirian Terapeutik Membantu dalam pemenuhan perawatan diri Untuk membuat rencana perawatan diri pasien Edukasi Untuk dapat menyelesaikan masalah perawatan diri



10



Diagnosa 4 : Gangguan Pola Tidur Intervensi Dukungan Tidur Observasi Identifikasi pola tidur Identifikasi faktor penggangu Terapeutik Modifikasi lingkungan Jelaskan jadwal tidur rutin Edukasi Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit Anjurkan menghindari makanan /minuman yang mengganggu tidur



Rasional Observasi Untuk mengetahui adanya gangguan Lingkungan yang nyaman mampu meningkatkan tidur Terapeutik Pencahayaan dan kenyamanan ruangan mampu meningkatkan kualitas tidur Untuk mengatasi gangguan pola tidur Edukasi Meningkatkan dan mengembalikan energy Makanan/minuman yang tidak sesuai dapat mengganggu aktivitas tidur



11



DAFTAR PUSTAKA XHerdman, Heather. 2010. Nanda International Diagnosis Keperawatan Definisi



dan Klasifikasi 2009- 2011. Jakarta: EGC Jevon, Philip. 2010. Basic Guide To Medical Emergencies In The Dental Practice. Inggris: Wiley Blackwell Kedia, Nitil. 2011. Treatment of Severe Diabetic Hypoglycemia With Glucagon: an Underutilized Therapeutic Approach. Dove Press Journal McNaughton, Candace D. 2011. Diabetes in the Emergency Department: Acute Care of Diabetes Patients. Clinical Diabetes Mega. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dengan Hipoglikemia Pada Pasien Diabetes Mellitus Di Instalasi Gawat Darurat Rsud Dr. Moewardi. Universitas Muhammadiyah Surakarta Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Standar Diagnosi Keperawatan Indonesia (SDKI). Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Definisi dan Tindakan Keperawatan Edisi 1 Cetakan II. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1 Cetakan II Setyohadi, Bambang. 2011. Kegawatdaruratan Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Wolfson, A.B. (2010). Harwood-Nuss' clinical practice of emergency medicine. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.



12



13