10 0 424 KB
KONSEP DASAR HIPERBILIRUBIN A. Pengertian Menurut Slusher (2013) Hiperbilirubin merupakan suatu kondisi di mana produksi bilirurin yang berlebihan di dalam darah. Menurut Lubis (2013), Hiperbilirubinemia merupakan salah satu fenomena klinis tersering ditemukan pada bayi baru lahir, dapat disebabkan oleh proses fisiologis, atau patologis, atau kombinasi keduanya. Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang kadar nilainya lebih dari normal. Nilai normal bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl, bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl. Ikterus adalah warna kuning pada kulit, konjungtivam dan mukosa akibat penumpukan bilirubin, sedangkan hiperbilirubinemia adalah icterus dengan konsentrasi bilirubin serum yang menjurus ke arah terjadinya kernicterus atau ensefalopati bilirubin bila kadar bilirubin tidak dikendalikan. Ikterus neonatorum adalah suatu keadaan pada bayi baru lahir dimana kadar bilirubin serum total lebih dari 10 mg% pada minggu pertama dengan ditandai adanya ikterus yang bersifat patologis (Alimun, 2009). Bilirubin yang menumpuk di dalam tubuh ini biasanya disebut dengan istilah ikterus neonates dalam istilah medis. Hal ini biasanya ditandai dengan adanya semburat warna kuning pada bagian putih mata, kulit, air seni, gusi dan gigi. Biasanya bayi yang mengalami hiperbilirubin akan mengalami aktivitas yang cenderung diam atau tidak aktif. Bayi juga akan cenderung kurang nafsu menyusu pada ibunya, lebih rewel dan mengantuk serta tubuh bayi akan lebih lemas. Jadi, dari beberapa pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa hiperbilirubin merupakan suatu kondisi di mana kadar bilirubin yang berlebihan dalam darah yang biasa terjadi pada neonatus baik secara fisologis, patologis maupun keduanya. B. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala yang jelas pada anak yang menderita hiperbilirubin adalah; 1. Tampak ikterus pada sklera, kuku atau kulit dan membran mukosa. 2. Jaundice yang tampak dalam 24 jam pertama disebabkan oleh penyakit hemolitik pada bayi baru lahir, sepsis, atau ibu dengan diabetik atau infeksi.
3. Jaundice yang tampak pada hari ke dua atau hari ke tiga, dan mencapai puncak pada hari ke tiga sampai hari ke empat dan menurun pada hari ke lima sampai hari ke tujuh yang biasanya merupakan jaundice fisiologis. 4. Ikterus adalah akibat pengendapan bilirubin indirek pada kulit yang cenderung tampak kuning terang atau orange, ikterus pada tipe obstruksi (bilirubin direk) kulit tampak berwarna kuning kehijauan atau keruh. Perbedaan ini hanya dapat dilihat pada ikterus yang berat. 5. Muntah, anoksia, fatigue, warna urin gelap dan warna tinja pucat, seperti dempul 6. Perut membuncit dan pembesaran pada hati 7. Pada permulaan tidak jelas, yang tampak mata berputar-putar 8. Letargik (lemas), kejang, tidak mau menghisap 9. Dapat tuli, gangguan bicara dan retardasi mental 10. Bila bayi hidup pada umur lebih lanjut dapat disertai spasme otot, epistotonus, kejang, stenosis yang disertai ketegangan otot. (Sumber: Fundamental Keperawatan, 2005) Gejala hiperbilirubinemia dikelompokkan menjadi dua fase yaitu fase akut dan fase kronik yaitu sebagai berikut (Surasmi, 2003). 1. Gejala akut a. Lethargi b. Tidak mau menghisap c. Feses berwarna pucat d. Urine berwarna gelap 2. Gejala kronik a. Tangisan bayi melengking (high pitch cry) b. Kejang c. Perut membuncit dan pembesaran hati d. Dapat tuli, gangguan bicar dan retardasi mental e. Mata tamak seperti berputar-putar C. Klasifikasi Klasifikasi Hiperbilirubin Terdapat dua jenis icterus menurut Mansjoer (2010) yaitu sebagai berikut.
1. Icterus fisiologis Icterus fisiologis memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Timbul pada hari kedua-ketiga b. Kadar bilirubin indirek (larut dalam lemak) tidak melewati 12 mg/dl pada neonates cukup bulan dan 10 mg/dl pada kurang bulan. c. Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg/dl per hari. d. Kadar bilirubin direk (larut dalam air) kurang dari 1 mg/dl e. Gejala ikerus akan hilang pada sepuluh hari pertama kehidupan f. Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologis tertentu. 2. Icterus patologis Icterus patologis memilikik karakteristik seperti berikut : a. Icterus yang terjadi pada 24 jam pertama kehidupan. b. Icterus dengan kadar bilirubin melebihi 12 mg/dl pada neonates cukup bulan dan 10 mg/dl pada neonates lahir kurang bulan/premature. c. Icterus dengan peningkatan bilirubin lebih dari 5 mg/dl per hari. d. Icterus yang menetap sesudah dua minggu pertama. e. Icterus yang mempunyai hubungan dengan proses hemolitik, infeksi atau keadaan patologis lain yang telah diketahui.
D. PATHWAY Hemoglobin
Globin
Hemo
Feco
Biliverdin Pemecahan bilirubin berlebih Peningkatan destruksi eritrosit Hb dan eritrosit abnormal Suplai bilirubin melebihi tampungan hepar
Ikterik neonatus
Peningkatan bilirubin unjonged dalam darah sehingga pengeluaran meconium terlambat/obstruksi usus yang menyebabkan tinja berwarna pucat
Icterus pada sclera leher dan badan, peningkatan bilirubin indirect melebihi 12 mg/dl
Risiko gangguan integritas kulit/jaringan
Sebagian masuk kembali ke siklus emerohepatik
Indikasi fototerapi
Sinar dengan intensitas tinggi Gangguan suhu tubuh Termoregulasi tidak efektif
Hepar tidak mampu melakukan konjugasi
Risiko ketidakseimbangan cairan
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1. USG Untuk mengevaluasi anatomi cabang kantong empedu 2. Kadar bilirubin serum (total) Pada bayi prematur kadar billirubin lebih dari 14 mg/dl dan bayi cukup bulan kadar billirubin 10 mg/dl 3. Darah tepi lengkap dan gambar asupan darah tepi 4. Penentuan golongan darah dan Rh dari ibu dan bayi F. PENATALAKSANAAN MEDIS 1. Penatalaksanaan berdasarkan waktu timbulnya icterus a. Icterus yang timbul pada 24 jam pertama pemeriksaan yang dilakukan sebagai berikut. -
Kadar bilirubin serum berkala
-
Darah tepi lengkap
-
Golongan darah ibu dan bayi diperiksa
-
Pemeriksaan penyaring defisiensi enzim G-6-PD biakan darah atau biopsi hepar bila perlu.
b. Ikterus yang timbul 24-72 jam setelah lahir, pemeriksaan yang perlu dilakukan sebagai berikut. -
Bila keadaan bayi baik dan peningkatan tidak cepat dapat dilakukan pemeriksaan darah tepi.
-
Periksa kadar bilirubin berkala
-
Pemeriksaan penyaring enzim G-6-PD dan pemeriksaan lainnya.
c. Icterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai minggu pertama serta icterus yang timbul pada akhir minggu pertama dan selanjutnya pemeriksaan yang dilakukan sebagai berikut. -
Pemeriksaan bilirubin direct dan indirect berkala, darah tepi
-
Penyaring G-6-PD
-
Biakan darah, biopsy hepar bila ada indikasi.
2. Terapi
a. Terapi sinar (fototerapi) Terapi sinar dilakukan selama 24 jam atau setidaknya sampai kadar bilirubin dalam darah kembali ke ambang batas normal. b. Terapi transfuse Jika setelah menjalani fototerapi taka da perbaikan dan kadar bilirubin terus meningkat hingga mencapai 20 mg/dl atau lebih, maka perlu dilakukan terapi transfuse darah. Dikhawatirkan kelebihan bilirubin dapat menimbulkan kerusakan sel saraf otak. c. Terapi obat-obatan Obat – obatan yang mengandung plasma atau albumin berguna untuk mengurangi timbunan bilirubin dan mengangkut bilirubin bebas ke organ hati. Biasanya terapi ini dilakukan dengan terapi seperti fototerapi. d. Menyusui bayi dengan ASI ASI memiliki zat-zat terbaik bagi bayi yang dapat memperlancar buang air besar dan kecilnya. e. Terapi sinar matahari Terapi dengan sinar matahari hanya merupakan terapi tambahan, biasanya dianjurkan setelah bayi selesai dirawat di rumah sakit. G. KOMPLIKASI 1. Bilirubin encephahalopathi 2. Kernikterus ;kerusakan neurologis ; cerebral palis, retardasi mental, hyperaktif, bicara lambat, tidak ada koordinat otot dan tangisan yang melengking. 3. Asfiksia 4. Hipotermi 5. Hipoglikemi (Sumber: Fundamental Keperawatan, 2005)
H. PENGKAJIAN KEPERAWATAN 1. Pengumpulan Data a. Riwayat Penyakit Perlunya ditanyakan apakah dulu pernah mengalami hal yang sama, apakah sebelumnya pernah mengkonsumsi obat-obat atau jamu tertentu baik dari dokter maupun yang di beli sendiri, apakah ada riwayat kontak denagn penderiata sakit kuning, adakah rwayat operasi empedu, adakah riwayat mendapatkan suntikan atau transfuse
darah.
Ditemukan
adanya
riwayat
gangguan
hemolissi
darah
(ketidaksesuaian golongan Rh atau darah ABO), polisitemia, infeksi, hematoma, gangguan metabolisme hepar, obstruksi saluran pencernaan dan ASI, ibu menderita DM. b. Riwayat orang tua : Ketidakseimbangan golongan darah ibu dan anak seperti Rh, ABO, Polisitemia, Infeksi, Hematoma, Obstruksi Pencernaan dan ASI. c. Pengkajian Psikososial : Dampak sakit anak pada hubungan dengan orang tua, apakah orang tua merasa bersalah, masalah Bonding, perpisahan dengan anak. d. Pengetahuan Keluarga meliputi : Penyebab penyakit dan pengobatan, perawatan lebih lanjut, apakah mengenal keluarga lain yang memiliki yang sama, tingkat pendidikan, kemampuan mempelajari Hiperbilirubinemia . e. Pola Kebutuhan sehari-hari. Data dasar klien: -
Aktivitas / istirahat : Latergi, malas
-
Sirkulasi : Mungkin pucat, menandakan anemia.
-
Eliminasi : Bising usus hipoaktif, Pasase mekonium mungkin lambat, Feses lunak/coklat kehijauan selama pengeluaran bilirubin,Urine gelap pekat, hitam kecoklatan ( sindrom bayi bronze )
-
Makanan/cairan : Riwayat perlambatan/makan oral buruk, ebih mungkin disusui dari pada menyusu botol, Palpasi abdomen dapat menunjukkan perbesaran limfa, hepar.
-
Neurosensori
:
inkompatibilitas
Hepatosplenomegali, Rh
berat.
atau
Opistetanus
hidropsfetalis
dengan
dengan
kekakuan lengkung
punggung,menangislirih, aktivitas kejang (tahap krisis). -
Pernafasan : Riwayat afiksia
-
Keamanan : Riwayat positif infeksi/sepsis neonatus , Tampak ikterik pada awalnya
di
wajah
dan
berlanjut
pada
bagian distal
tubuh, kulit
hitam kecoklatan sebagai efek fototerapi. -
Penyuluhan/Pembelajaran : Faktor keluarga, misal: keturunan etnik, riwayat hiperbilirubinemia pada kehamilan sebelumnya, penyakithepar,distrasias darah (defisit glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G-6-PD). Faktor ibu, mencerna obatobat (misal:
salisilat),
inkompatibilitas Rh/ABO.
Faktor
penunjang
intrapartum, misal: persalinan pratern. f. Pemeriksaan Fisik : Pada pemeriksaan fisik didapatkan pemeriksaan derajat ikterus, ikterus terlihat pada sclera, tanda-tanda penyakit hati kronis yaitu eritema palmaris, jari tubuh (clubbing), ginekomastia (kuku putih) dan termasuk pemeriksaan organ hati (tentang ukuran, tepid an permukaan); ditemukan adanya pembesaran limpa (splenomegali), pelebaran kandung empedu, dan masa abdominal, selaput lender, kulit nerwarna merah tua, urine pekat warna teh, letargi, hipotonus, reflek menghisap kurang/lemah, peka rangsang, tremor, kejang, dan tangisan melengking g. Pemeriksaan Diagnostik -
Golongan darah bayi dan ibu, mengidentifikasi inkompatibilitas ABO.
-
Bilirubin total: kadar direk bermakna jika melebihi 1,0 – 1,5 mg/dL kadar indirek tidak boleh melebihi peningkatan 5 mg/dL dalam 24 jam, atau tidak boleh lebih 20 mg/dL pada bayi cukup bulan atau 15 mg/dL pada bayi pratern.
-
Darah lengkap: Hb mungkin rendah (< 1 mg/dL) karena hemolisis.
-
Meter ikterik transkutan: mengidentifikasi bayi yang memerlukan penentuan bilirubin serum.
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan efek samping terapi radiasi (fototerapi) ditandai dengan kerusakan jaringan dan/atau lapisan kulit 2. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan fluktuasi suhu lingkungan ditandai dengan suhu tubuh fluktuatif 3. Ikterus neonatorum berhubungan dengan keterlambatan pengeluaran mekonum ditandai dengan sclera kuning dan kulit berwarna kuning
J. RENCANA KEPERAWATAN DIAGNOSA KEPERAWATAN Ikterik Neonatus
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL Setelah dilakukan SIKI tindakan
Definisi :
keperawatan Fototerapi Neonatus :
selama ...... x ...... jam
Kulit dan membran mukosa neonatus menguning diharapkan
ikterik
setelah 24 jam kelahiran akibat bilirubin tidak neonatus
teratasi
terkonjugasi masuk ke dalam sirkulasi
INTERVENSI
dengan kriteria hasil :
Monitor ikterik pada sklera dan kulit bayi Identifikasi kebutuhan cairan sesuai dengan usia gestasi dan berat badan Monitor suhu dan tanda vital setiap 4 jam sekali
Penyebab :
SLKI
Monitor
Penurunn berat badan abnormal ( > 7-8% pada Adaptasi Neonatus bayi baru lahir yang menyusu ASI, >15% pada bayi cukup bulan) Pola makan tidak ditetapkan dengan baik Kesulitan transisi ke kehidupan ekstra uterin Usia kurang dari 7 hari Keterlambatan pengeluaran feses (mekonium)
Membran mukosa kuning menurun Kulit
kuning
menurun Sklera menurun
efek
samping
fototerapi
(mis.
Hipertermi, diare, rush pada kulit, penurunan berat badan lebih dari 8-10%) Siapkan lampu fototerapi dan inkubator atau kotak bayi Lepaskan pakaian bayi kecuali popok
kuning
Berikan penutup mata (eye protector/biliband) pada bayi Ukur jarak antar lampu dan permukaan kulit
Gejala dan tanda mayor :
bayi (30 cm atau tergantung spesifikasi lampu
Subjektif : -
fototerapi)
Objektif :
Biarkan tubuh bayi terpapar sinar fototerapi
Profil darah abnormal (hemolisis, bilirubin serum
secara berkelanjutan Ganti segera alas dan popok bayi ika
total >2mg/dl, bilirubin serum total pada rentang risiko tinggi menurut usia pada normogram
BAB/BAK Gunakan
spesifik waktu) Membran mukosa kuning
linen
berwarna
putih
agar
memantulkan cahaya sebanyak mungkin Anjurkan ibu untuk menyusui sekitar 20-30
Kulit kuning
menit
Sklera kuning
Anjurkan ibu menyusui sesering mungkin Kolaborasi pemeriksaan darah vena bilirubin
Gejala dan tanda minor Subjektif : -
indirek dan direk
Objektif : Pemantauan tanda Vital : Monitor nadi
Kondisi klinis terkait : Neonatus
Monitor pernapasan
Bayi prematur
Monitor oksimetri nadi Dokumentasikan hasil pemantauan
Risiko Gangguan integritas kulit/jaringan
Setelah tindakan
Definisi:
Monitor suhu dilakukan SIKI keperawatan Perawatan integritas kulit
selama ...... x ...... jam Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
Berisiko mengalami kerusakan kulit (dermis dan/atau diharapkan epidermis) atau jaringan (membrane mukosa, kornea, gangguan
risiko integritas
(misalnya
perubahan
sirkulasi,
perubahan
sirkulasi, perubahan status nutrisi, penurunan
fasia, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi kulit dan/atau ligamen).
teratasi
dengan
kriteria hasil:
kelembaban,
suhu
lingkungan
ekstrem,
penurunan mobilitas) Gunakan produk berbahan petrolium atau
Penyebab:
SLKI
Perubahan sirkulasi
Integritas
Perubahan
status
nutrisi
(kelebihan
minyak pada kulit kering Gunakan produk berbahan ringan/alami dan
atau kulit/jaringan
hipoalergik pada kulit sensiti
Elastisitas
kekurangan)
Anjurkan menggunakan pelembab (misalnya
meningkat
Kekurangan/kelebihan volume cairan
lotion, serum)
Penurunan mobilitas
Hidrasi meningkat
Bahan kimia iritatif
Perfusi
jaringan
meningkat
Suhu lingkungan yang ekstrem
pada Kerusakan jaringan menurun tonjolan tulang, gesekan) atau faktor elektri (elektrodiatermi, energy listrik bertegangan tinggi) Kerusakan lapisan
Faktor
mekanis
(misalnya
penekanan
kulit menurun
Efek samping terapi radiasi Kelembaban Proses penuaan Neuropati perifer Perubahan pigmentasi Perubahan hormonal Kurang
terpapar
informasi
tentang
upaya
mempertahankan /melindungi integritas jaringan
Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya
Termoregulasi tidak efektif
Setelah tindakan
keperawatan Regulasi temperatur
selama ...... x ...... jam Monitor suhu bayi sampai stabil (36,5oC-37,5o)
Definisi: Kegagalan
dilakukan SIKI
mempertahankan
suhu
tubuh
dalam diharapkan
Monitor suhu tubuh anak tiap dua jam, jika
rentang normal
termoregulasi
tidak
Penyebab:
efektif teratasi dengan Monitor tekanan darah, nadi, dan frekuensi kriteria hasil : pernapasan
Stimulasi pusat termoregulasi hipotalamus
perlu
Monitor warna dan suhu kulit
Fluktuasi suhu lingkungan
SLKI
Atur suhu inkubator sesuai kebutuhan
Proses penyakit (misalnya infeksi)
Termoregulasi
Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan
Proses penuaan
Menggigil menurun
Dehidrasi
Suhu
Ketidaksesuaian pakaian untuk suhu lingkungan Peningkatan kebutuhan oksigen Perubahan laju metabolism Suhu lingkungan ekstrem Ketidaksesuaian suplai lemak subkutan Berat badan ektrem Efek agen farmakologis (misalnya sedasi) Gejala dan tanda mayor
pasien
tubuh Kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu
membaik Kadar
glukosa Perawatan bayi darah membaik Monitor tanda-tanda vital bayi (terutama suhu Pucat menurun (36,5oC-37,5o) Mandikan bayi dengan suhu ruangan 21-24oC Adaptasi Neonatus Membran
mukosa
kering menurun Kulit
kuning
Mandikan bayi dengan waktu 5-10 menit dan 2 kali dalam sehari Rawat tali pusat secara terbuka (tali pusat tidak dibungkus apapun
Subjektif: (tidak tersedia) Objektif: Kulit dingin/hangat Menggigil Suhu tubuh fluktuatif
Bersihkan pangkal tali pusat dengan lidi kapas
menurun Sklera
kuning
Kenakan popok bayi di bawah umbilicus jika
menurun Berat meningkat
yang telah diberi air matang
badan
tali pusat belum terlepas Lakukan pemijatan bayi Ganti popok bayi jika basah’
Gejala dan tanda minor
Kenakan pakaian bayi dari bahan katun
Objektif:
Anjurkan ibu menyusui sesuai kebutuhan bayi
Piloereksi
Ajarkan ibu cara merawat bayi dirumah
Pengisian kapiler > 3 detik
Ajarkan cara pemberikan makanan pendamping
Tekanan darah meningkat Pucat Frekuensi nafas meningkat Takikardi Kejang Kulit kemerahan Dasar kuku sianotik
asi pada bayi >6 bulan
KONSEP DASAR BAYI PREMATUR A. DEFINISI Bayi prematur adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang atau sama dengan 37 minggu, tanpa memperhatikan berat badan lahir. (Donna L Wong 2004) Bayi premature adalah bayi yang lahir sebelum minggu ke 37, dihitung dari mulai hari pertama menstruasi terakhir, dianggap sebagai periode kehamilan memendek. Prematuritas dan berat lahir rendah biasanya terjadi secara bersamaan, terutama diantara bayi dengan berat 1500 gr atau kurang saat lahir. Keduanya berkaitan dengan terjadinya peningkatan morbilitas dan mortalitas neonatus. Bayi premature adalah bayi yang lahir belum cukup bulan. Berasarkan kesepakatan WHO, belum cukup bulan ini dibagi lagi menjadi 3, yaitu : 1. Kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 37 minggu. 2. Sangat kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 34 minggu. 3. Amat sangat kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 28 minggu.(Martono, Hari. 2007) Prematur adalah kelahiran bayi pada saat masa kehamilan kurang dari 259 hari dihitung dari terakhir haid / menstruasi ibu. (Hasuki, Irfan. 2007) Prematuritas murni adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu. (Hassan, Rusepno. 2005) Bayi kurang bulan (BKB) adalah bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi krang dari 37 minggu atau kurang dari 259 hari. Masalah lebih sering dijumpai pada bayi kurang bulan (BKB) dan BBLR dibanding dengan bayi cukup bulan (BCB) dan berat lahir normal (Sylviati, 2010). Klasifikasi pada bayi premature : a. Bayi prematur digaris batas
37 mg, masa gestasi
2500 gr, 3250 gr
16 % seluruh kelahiran hidup
Biasanya normal
Masalah : - Ketidak stabilan - Kesulitan menyusu - Ikterik - RDS mungkin muncul
Penampilan : - Lipatan pada kaki sedikit - Payudara lebih kecil - Lanugo banyak - Genitalia kurang berkembang
b. Bayi Prematur Sedang
31 mg – 36 gestasi
1500 gr – 2500 gram
6 % - 7 % seluruh kelahiran hidup
Masalah : - Ketidak stabilan - Pengaturan glukosa - RDS - Ikterik - Anemia - Infeksi - Kesulitan menyusu
Penampilan : - Seperti pada bayi premature di garis batas tetapi lebih parah - Kulit lebih tipis, lebih banyak pembuluh darah yang tampak
c. Bayi Sangat Prematur
24 mg – 30 mg gestasi
500 gr – 1400 gr
0,8 % seluruh kelahiran hidup
Masalah : semua
Penampilan : - Kecil tidak memiliki lemak - Kulit sangat tipis - Kedua mata mungkin berdempetan (Bobak. Ed 4. 2005)
Karakteristik Bayi Prematur : o Ekstremitas tampak kurus dengan sedikit otot dan lemak sub kutan o Kepala dan badan disporposional o Kulit tipis dan keriput o Tampak pembuluh darah di abdomen dan kulit kepala o Lanugo pada extremitas, punggung dan bahu o Telinga lunak dengan tulang rawan min dan mudah terlipat o Labia dan clitoris tampak menonjol o Sedikit lipatan pada telapak tangan & kaki B. Etiologi 1. Faktor Maternal Toksemia, hipertensi, malnutrisi / penyakit kronik, misalnya diabetes mellitus kelahiran premature ini berkaitan dengan adanya kondisi dimana uterus tidak mampu untuk menahan fetus, misalnya pada pemisahan premature, pelepasan plasenta dan infark dari plasenta 2. Faktor Fetal Kelainan Kromosomal (misalnya trisomi autosomal), fetus multi ganda, cidera radiasi (Sacharin. 1996) Faktor yang berhubungan dengan kelahiran premature : a. Kehamilan - Malformasi Uterus - Kehamilan ganda - TI. Servik Inkompeten
- KPD - Pre eklamsia - Riwayat kelahiran premature - Kelainan Rh b. Penyakit - Diabetes Maternal - Hipertensi Kronik - UTI - Penyakit akut lain c. Sosial Ekonomi - Tidak melakukan perawatan prenatal - Status sosial ekonomi rendah - Malnutrisi - Kehamilan remaja Faktor Resiko Persalinan Prematur : a. Resiko Demografik - Ras - Usia ( 40 tahun) - Status sosio ekonomi rendah - Belum menikah - Tingkat pendidikan rendah b. Resiko Medis - Persalinan dan kelahiran premature sebelumnya - Abortus trimester kedua (lebih dari 2x abortus spontan atau elektif) - Anomali uterus - Penyakit-penyakit medis (diabetes, hipertensi) - Resiko kehamilan saat ini : Kehamilan multi janin, Hidramnion, kenaikan BB kecil, masalahmasalah plasenta (misal : plasenta previa, solusio plasenta), pembedahan
abdomen, infeksi (misal : pielonefritis, UTI),
inkompetensia serviks, KPD, anomaly janin c. Resiko Perilaku dan Lingkungan
- Nutrisi buruk - Merokok (lebih dari 10 rokok sehari) - Penyalahgunaan alkohol dan zat lainnya (mis. kokain) - Jarang / tidak mendapat perawatan prenatal d. Faktor Resiko Potensial - Stres - Iritabilitas uterus - Perestiwa yang mencetuskan kontraksi uterus - Perubahan serviks sebelum awitan persalinan - Ekspansi volume plasma yang tidak adekuat - Defisiensi progesteron - Infeksi (Bobak, Ed 4. 2005) Kondisi yang menimbulkan masalah bayi prematur : a. Sistem Pernapasan ~ Otot-otot pernapasan susah berkembang ~ Dinding dada tidak stabil ~ Produksi surfaktan penurunan ~ Pernafasan tidak teratur dengan periode apnea dan sianosis ~ Gangguan reflek dan batuk b. Sistem Pencernaan ~ Ukuran Lambung Kecil ~ Enzim penurunan ~ Garam Empedu Kurang ~ Keterbatasan mengubah glukosa menjadi glikogen ~ Keterbatasan melepas insulin ~ Kurang koordinasi reflek menghisap dan menelan c. Kestabilan Suhu ~ Lemak subkutaneus sedikit, simpanan glikogen & lipid sedikit ~ Kemampuan menggigil menurunan ~ Aktivitas kurang
d. Sistem Ginjal ~ Ekskresi sodium meningkat ~ Kemampuan mengkonsentrasi & mengeluarkan urin menurun ~ Jumlah tubulus glomerulus tidak seimbang untuk protein, as. Amino & sodium e. Sistem Syaraf ~ Respon untuk stimulasi lambat ~ Reflek gag, menghisap & menelan kurang ~ Reflek batuk lemah ~ Pusat kontrol pernafasan, suhu & vital lain belum berkabung f. Infeksi ~ Pembentukan antibodi kurang ~ Tidak ada immunoglobulin M ~ Kemotaksis terbatas ~ Opsonization penurunan ~ Hypo fungsi kel. adrenal g. Fungsi Liver ~ Kemampuan mengkonjugasi billirubin ~ Penurunan Hb setelah lahir Komplikasi Umum Pada Bayi Prematur a. Sindrom Gawat Napas (RDS) Tanda Klinisnya : Mendengkur, nafas cuping hidung, retraksi, sianosis, peningkatan usaha nafas, hiperkarbia, asiobsis respiratorik, hipotensi dan syok b. Displasin bronco pulmaner (BPD) dan Retinopati prematuritas (ROP) Akibat terapi oksigen, seperti perporasi dan inflamasi nasal, trakea, dan faring. (Whaley & Wong, 1995) c. Duktus Arteriosus Paten (PDA) d. Necrotizing Enterocolitas (NEC) (Bobak. 2005)
C. PATHWAY Factor ibu : Ibu berusia 35 th Jarak kehamilan terlalu dekat Keadaan social-ekonomi yang rendah Ibu yg terkena Ht dan DM
Factor janin: Kehamilan ganda (gameli) Hidramnion infeksi
Factor lingkungan: Terpapar asap rokok, radar dan zat-zat beracun
Bayi Lahir Premature
Sistem pernafasan yang imatur Surfaktan ↓
Paru terisi cairan
Ekspansi paru tidak maksimal
Paru diisi oleh o2 dan mendesak cairan keluar paruparu
Mk: Pola Nafas Tidak Efektif
Kegagalan pengeluaran cairan
Termoregulasi
Sistem kulit
Terjadi adaptasi suhu dari hangat ke dingin
Kulit lebih tipis dari bayi yang lahir aterm
Bayi ↑ panas tubuh
Permeabilitas ↑
Pembakaran brown fat ↑
Penguapan ↑
Sistem termoregulasi mencapai batas maksimal
Reflek telan ↓ MK: Hipotermia Mk: Bersihan Nafas Tidak Efektif
Cairan menumpuk di jalan nafas
Bayi Lahir Premature
Sistem imun yang belum sempurna Sistem kekebalan tubuh lebih rentan terhadap infeksi MK: Risiko Infeksi
Sistem kardiovaskular
Sistem GI
Alveoli terisi O2
Reflek telan imatur
Resistensi vascular paru ↓
Daya hisap menurun
Tekanan a.pulmonalis ↓
MK: Defisit Nutrisi
Tekanan atrium kanan ↓ Aliran darah paru masuk ke jantung
Tekanan atrium kiri ↑
Tekanan atrium tdk adekuat
Tertutupnya foramen ovale
Foramen ovale tdk menutup Pencampuran darah
MK: Perfusi Perifer Tidak Efektif
Hipoksia jaringan
D. PENATALAKSANAAN MEDIS 1. Perawatan di Rumah Sakit Mengingat belum sempurnanya kerja alat – alat tubuh yang perlu untuk pertumbuhan dan perkembangan dan penyesuaian diri dengan lingkungan hidup di luar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan dan bila perlu pemberian oksigen, mencegah infeksi sertamencegah kekurangan vitamin dan zat besi. a. Pengaturan suhu Bayi prematur mudah dan cepat sekali menderita hipotermia bila berada di lingkungan yang dingin. Kehilangan panas disebabkan oleh permukaan tubuh bai yang relative lebih luas bila dibandingkan dengan berat badan, kurangnya jaringan lemak di bawah kulit dan kekurangan lemak coklat (brown flat). Untuk mencegah hipotermia perlu diusahakan lingkunagn yang cukup hangat untuk bayi dan dalam keadaan istirahat konsumsi okigen paling sedikit, sehingga suhu tubuh bayi tetap normal. Bila bayi di rawat di dalam incubator maka suhu untuk bayi dengan berat badan kurang dari 2 kg adalah 35 ˚C dan untuk bayi dengan berat badan 2 – 2,5 kg adalah 34 ˚C agar ia dapat mempertahankan suhu tubuh sekitar 37 ˚C. Kelembapan incubator berkisar antara 50% - 60%. Kelembapan yang lebih tinggi diperlukan pada bayi dengan sindroma gangguan pernafasan. Suhu incubator dapat diturunkan 1˚C perminggu untuk bayi dengan berat badan 2 kg dan secara berangsur – angsur ia dapat di letakkan di dalam tempat tidur bayi dengan suhu lingkungan 27˚C - 29˚C. Bila incubator tidak ada, pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan meletakkan botol – botol hangat disekitarnya atau dengan memasang lampu petromaks di dekat tempat tidur bayi. Cara lain untuk mempertahankan suhu tubuh bayi sekitar 36˚C - 37˚C adalah dengan memakai alat “perspexheat shield” yang diselimutkan pada bayi dalam incubator. Alat ini digunakan untuk menghilangkan panas karena radiasi. Akhir – akhir ini telah mulai digunakan incubator yang dilengkapi dengan alat temperature sensor (thermistor probe). Alat ini
ditempelkan di kulit bayi. Suhu incubator dikontrol oleh alat servomechanism. Dengan cara ini suhu kulit bayi dapat dipertahankan pada derajat yang telah ditetapkan sebelumnya. Alat ini sangat bermanfaat untuk bayi dengan lahir yang rendah. Bayi dalam incubator hanya dipakaikan popok. Hal ini mungkin untuk pengawasan mengenai keadaan umum, perubahan tingkah laku, warna kulit, pernafasan, kejang dan sebagainya sehingga penyakit yang diderita dapat dikenal sedini – dininya dan tindakan serta pengobatan dapat dilaksanakan secepatnya. b. Pemberian ASI pada bayi premature Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan yang terbaik yang dapat diberikan oleh ibu pada bayinya, juga untuk bayi premature. Komposisi ASI yang dihasilkan ibu yang melahirkan premature berbeda dengan komposisi ASI yang dihasilkan oleh ibu yang melahirkan cukup bulan dan perbedaan ini berlangsung selama kurang lebih 4 minggu. Sering kali terjadi kegagalan menyusui pada ibu yang melahirkan premature. Hal ini disebabkan oleh karena ibu stres, ada perasaan bersalah, kurang percaya diri, tidak tahu memerah ASI pada bayi prematur refleks hisap dan menelan belum ada atau kurang, energi untuk menghisap kurang, volume gaster kurang, sering terjadi refluks, peristaltik lambat. Agar ibu yang melahirkan prematur dapat berhasil memberikan ASI perlu dukungan dari keluarga dan petugas, diajarkan cara memeras ASI dan menyimpan ASI perah dan cara memberikan ASI perah kepada bayi prematur dengan sendok, pipet ataupun pipa lambung. 1) Bayi prematur dengan berat lahir >1800 gram (> 34 minggu gestasi) dapat langsung disusukan kepada ibu. Mungkin untuk hari – hari pertama kalau ASI belum mencukupi dapat diberikan ASI donor dengan sendok / cangkir 8 – 10 kali sehari. 2) Bayi prematur dengan berat lahir 1500- 1800 gram (32 – 34 minggu), refleks hisap belum baik, tetapi refleks menelan sudah
ada, diberikan ASI perah dengan sendok / cangkir, 10 – 12 kali sehari. Bayi prematur dengan berat lahir 1250 – 1500 gram (30 – 31 minggu), refleks hisap dan menelan belum ada, perlu diberikan ASI perah melalui pipa orogastrik 12X sehari. c. Makanan bayi Pada bayi prematur, reflek hisap, telan dan batuk belum sempurna, kapasitas lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama lipase masih kurang disamping itu kebutuhan protein 3 – 5 gram/ hari dan tinggi kalori (110 kal/ kg/ hari), agar berat badan bertambah sebaik – baiknya. Jumlah ini lebih tinggi dari yang diperlukan bayi cukup bulan. Pemberian minum dimulai pada waktu bayi berumur 3 jam agar bayi tidak menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia. Sebelum pemberian minum pertama harus dilakukan penghisapan cairan lambung. Hal ini perlu untuk mengetahui ada tidaknya atresia esophagus dan mencegah muntah. Penghisapan cairan lambung juga dilakukan setiap sebelum pemberian minum berikutnya. Pada umumnya bayi denagn berat lahir 2000 gram atau lebih dapat menyusu pada ibunya. Bayi dengan berat lahir kurang dari 1500 gram kurang mampu menghisap air susu ibu atau susu botol, terutama pada hari – hari pertama, maka bayi diberi minum melalui sonde lambung (orogastrik intubation). Jumlah cairan yang diberikan untuk pertama kali adalah 1 – 5 ml/jam dan jumlahnya dapat ditambah sedikit demi sedikit setiap 12 jam. Banyaknya cairan yang diberikan adalah 60mg/kg/hari dan setiap hari dinaikkan sampai 200mg/kg/hari pada akhir minggu kedua. d. Mencegah infeksi Bayi prematur mudah sekali terserang infeksi. Ini disebabkan oleh karena daya tahan tubuh terhadap infeksi kurang, relatif belum sanggup membentuk antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum baik oleh karena itu perlu dilakukan tindakan pencegahan yang dimulai pada masa perinatal memperbaiki keadaan sosial ekonomi, program pendidikan (nutrisi, kebersihan dan
kesehatan, keluarga berencana, perawatan antenatal dan post natal), screening (TORCH, Hepatitis, AIDS), vaksinasi tetanus serta tempat kelahiran dan perawatan yang terjamin kebersihannya. Tindakan aseptik antiseptik harus selalu digalakkan, baik dirawat gabung maupun dibangsal neonatus. Infeksi yang sering terjadi adalah infeksi silang melalui para dokter, perawat, bidan, dan petugas lain yang berhubungan dengan bayi. Untuk mencegah itu maka perlu dilakukan : 1. Diadakan pemisahan antara bayi yang terkena infeksi dengan bayi yang tidak terkena infeksi 2. Mencuci tangan setiap kali sebelum dan sesudah memegang bayi 3. Membersihkan temapat tidur bayi segera setelah tidak dipakai lagi (paling lama seorang bayi memakai tempat tidur selama 1 minggu untuk kemudian dibersihkan dengan cairan antisptik) 4. Membersihkan ruangan pada waktu – waktu tertentu 5. Setiap bayi memiliki peralatan sendiri 6. Setiap petugas di bangsal bayi harus menggunakan pakaian yang telah disediakan 7. Petugas yang mempunyai penyakit menular dilarang merawat bayi 8. Kulit dan tali pusat bayi harus dibersihkan sebaik – baiknya 9. Para pengunjung hanya boleh melihat bayi dari belakang kaca e. Minum cukup Selama dirawat, pihak rumah sakit harus memastikan bayi mengkonsumsi susu sesuai kebutuhan tubuhnya. Selama belum bisa menghisap denagn benar, minum susu dilakukan dengan menggunakan pipet. f. Memberikan sentuhan Ibu sangat disarankan untuk terus memberikan sentuhan pada bayinya. Bayi prematur yang mendapat banyak sentuhan ibu menurut penelitian menunjukkan kenaikan berat badan yang lebih cepat daripada jika si bayi jarang disentuh. g. Membantu beradaptasi
Bila memang tidak ada komplikasi, perawatan di RS bertujuan membantu bayi beradaptasi dengan limgkungan barunya. Setelah suhunya stabil dan dipastikan tidak ada infeksi, bayi biasanya sudah boleh dibawa pulang. Namunada juga sejmlah RS yang menggunakan patokan berat badan. Misalnya bayi baru boleh pulang kalau beratnya mencapai 2kg kendati sebenarnya berat badan tidak berbanding lurus dengan kondisi kesehatan bayi secara umum.(Didinkaem, 2007). 2. Perawatan di rumah a. Minum susu Bayi prematur membutuhkan susu yang berprotein tinggi. Namun dengan kuasa Tuhan, ibu – ibu hamil yang melahirkan bayi prematur dengan sendirinya akan memproduksi ASI yang proteinnya lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang melahirkan bayi cukup bulan. Sehingga diusahakan untuk selalu memberikan ASI eksklusif, karena zat gizi yang terkandung didalamnya belum ada yang menandinginya dan ASI dapat mempercepat pertumbuhan berat anak. b. Jaga suhu tubuhnya Salah satu masalah yang dihadapi bayi prematur adalah suhu tubuh yang belum stabil. Oleh karena itu, orang tua harus mengusahakan supaya lingkungan sekitarnya tidak memicu kenaikan atau penurunan suhu tubuh bayi. Bisa dilakukan dengan menempati kamar yang tidak terlalu panas ataupun dingin. c. Pastikan semuanya bersih Bayi prematur lebih rentan terserang penyakit dan infeksi. Karenanya orang tua harus berhati – hati menjaga keadaan si kecil supaya tetap bersih sekaligus meminimalisir kemungkinan terserang infeksi. Maka sebaiknya cuci tangan sebelum memberikan susu, memperhatikan kebersihan kamar. d. BAB dan BAK BAB dan BAK bayi prematur masih terhitung wajar kalau setelah disusui lalu dikeluarkan dalam bentuk pipis atau pup. Menjadi tidak wajar apabila tanpa diberi susu pun bayi terus BAB dan BAK. Untuk
kasus seperti ini tak ada jalan lain kecuali segera membawanya ke dokter. e. Berikan stimulus yang sesuai Bisa dilakukan dengan mengajak berbicara, membelai, memijat, mengajak bermain, menimang, menggendong, menunjukkan perbedaan warna gelap dan terang, gambar – gambar dan mainan berwarna cerah. F. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pemantauan glukosa darah terhadap hipoglikemia Nilai normal glukosa serum : 45 mg/dl 2. Pemantauan gas darah arteri Normal untuk analisa gas darah apabila kadar PaO2 50 – 70 mmHg dan kadar PaCO2 35 – 45 mmHg dan saturasi oksigen harus 92 – 94 %. 3. Kimia darah sesuai kebutuhan
Hb (Hemoglobin) Hb darah lengkap bayi 1 – 3 hari adalah 14,5 – 22,5 gr/dl
Ht (Hematokrit) Ht normal berkisar 45% - 53%
LED darah lengkap untuk anak – anak Menurut :
-
Westerfreen : 0 – 10 mm/jam
-
Wintrobe : 0 – 13 mm/jam
Leukosit (SDP) Normalnya 10.000/ mm³. pada bayi preterm jumlah SDP bervariasi dari 6.000 – 225.000/ mm³.
Trombosit Rentang normalnya antara 60.000 – 100.000/ mm³.
Kadar serum / plasma pada bayi premature (1 minggu) Adalah 14 – 27 mEq/ L
Jumlah eritrosit (SDM) darah lengkap bayi (1 – 3 hari) Adalah 4,0 – 6,6 juta/mm³.
MCHC darah lengkap : 30% - 36% Hb/ sel atau gr Hb/ dl SDM MCH darah lengkap : 31 – 37 pg/ sel MCV darah lengkap : 95 – 121 µm³
Ph darah lengkap arterial prematur (48 jam) : 7,35 – 7,5
4. Pemeriksaan sinar sesuai kebutuhan 5. Penyimpangan darah tali pusat E. PENGKAJIAN KEPERAWATAN 1. Biodata a. Identitas bayi : nama, jenis kelamin, BB, TB, LK, LD b. Identitas orang tua : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat c. Keluhan utama : BB< 45 cm, LD < 30 cm, LK < 33 cm, hipotermi d. Riwayat penyakit sekarang e. Riwayat penyakit keluarga f. Riwayat penyakit dahulu 2. Pemeriksaan fisik biologis Ibu -
Riwayat kehamilan dan umur kehamilan
-
Riwayat persalinan dan proses pertolongan persalinan yang dahulu dan sekarang
-
Riwayat fisik dan kesehatan ibu saat pengkajian
-
Riwayat penyakit ibu
-
Prikososial dan spiritual ibu
-
Riwayat perkawinan
Bayi -
Keadaan bayi saat lahir; BB3 detik Konsumsi oksigen meningkat Ventilasi menurun Piloereksi Takikardia Vasokontriksi perifer Kutis memorata (pada neonatus)
orang tua Miringkan kepala bayi ke salah satu sisi kanan atau sisi kiri dengan kepala sedikit tengadah (ekstensi) Hindari mendorong kepala bayi fleksi dan hiperekstensi Biarkan bayi telanjang hanya mengenakan popok, kaos kaki, dan topi Posisikan panggul dan lengan bayi dalam posisi fleksi Posisikan bayi diamankan dengan kain panjang atau pengikat lainnya Buat ujung pengikat tepat berada di bawah kuping bayi Jelaskan tujuan dan prosedur perawatan kangguru Jelaskan keuntungan kontak kulit ke kulit orang tua dan bayi Anjurkan orang tua menggunakan pakaian yang nyaman dengan bagian depan terbuka
Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan SIKI Definisi : keperawatan selama … x 24 jam, Pencegahan infeksi Berisiko mengalami peningkatan diharapkan : monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan terserang organisme patogenik sistemik SLKI batasi jumlah pengunjung Faktor risiko : Kontrol Risiko cuci tangan sebelum dan sesudah kontak Penyakit kronis Mampu mengidentifikasi faktor dengan pasien dan lingkungan pasien risiko
Efek prosedur invasif Malnutrisi Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan Ketidakedekuatan pertahanan tubuh primer Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
pertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi
Kondisi klinis terkait : AIDS Luka bakar Penyakit paru obstruksi kronis Diabetes mellitus Tindakan invasif Kondisi penggunaan terapi steroid Penyalahgunaan obat Ketuban pecah sebelum waktunya Kanker Gagal ginjal Imunosupresi Leukositopenia Gangguan fungsi hati Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan SIKI Definisi : keperawatan selama ...... x ...... jam Pemberian makanan parenteral Asupan nutrisi tidak cukup untuk diharapkan : Identifikasi terapi yang diberikan sesuai memenuhi kebutuhan metabolisme untuk usia, kondisi, dosis, kecepatan, dan rute Penyebab : Monitor tanda inflamasi, flebitis, dan
Ketidakmampuan menelan SLKI makanan Ketidakmampuan mencerna Status Nutrisi : makanan otot menelan Ketidakmampuan mengabsorbsi Kekuatan meningkat nutrien Peningkatan kebutuhan Berat badan Indeks Massa Tubuh (IMT) membaik metabolisme Faktor ekonomi (mis. Finansial Tebal lipatan kulit trisep membaik tidak mencukupi) Faktor psikologis (mis. Stres, keenggann untuk makan) Gejala dan tanda mayor : Subjektif : Objektif : Berat badan menurun minimal 10% Dibawah rentang ideal Gejala dan tanda minor : Subjektif : Cepat kenyang setelah makan Kram/nyeri abdomen Nafsu makan menurun Objektif : Bising usus hiperaktif Otot pengunyah lemah Otot menelan lemah
thrombosis Monitor nilai laboratorium (mis. BUN, kreatinin, gula darah, elektrolit, faat, hepar) Monitor berat badan Monitor produksi urine Monitor jumlah cairan yang masuk dan keluar Berikan label pada wadah makanan parenteral dengan tanggal, waktu dan inisial perawat Pastikan alarm infus dihidupkan dan berfungsi, jika tersedia Hindari pengambilan sampel darah dan pemberian obat pada selang nutrisi parenteral Pemberian makanan enteral Gunakan teknik bersih dalam pemberian makanan via selang Berikan tanda pada selang untuk mempertahankan lokasi yang tepat Tinggikan kepala tempat tidur 30-45 derajat selama pemberian makan Ukur residu sebelum pemberian makan Peluk dan bicara dengan bayi selama diberikan makanan untuk menstimulasi aktivitas makan Irigasi selang dengan 30 ml air setiap 4-6 am selama pemberian makan dan setelah pemberian makan intermiten
Membran mukosa pucat Sariawan Serum albumin turun Rambut rontok berlebihan Diare
Kondisi Klinis Terkait : Stroke Parkinson Mobius syndrome Cerebral palsy Cleft lift Cleft palate Amvotropic lateral sclerosis Referensi : Luka bakar Kanker Infeksi AIDS Penyakit Crohn’s Enterokolitis Fibrosis kistik
Hindari pemberian makanan lewat selang 1 jam sebelum prosedur atau pemindahan pasien Hindari pemberian makanan jika residu lebih dari 150cc atau lebih dari 110%-120% dari jumlah makanan tiap jam Pemantauan nutrisi : Timbang berat badan Ukur antroprometrik komposisi tubuh (mis. Indeks massa tubuh, pengukuran pinggang, dan ukuran lipatan kulit) Hitung perubahan berat badan Dokumentasikan hasil pemantauan Konseling laktasi Identifikasi keadaan emosional ibu saat akan dilakukan konseling menyusui Identifikasi keinginan dan tujuan menyusui Identifikasi permasalahan yang ibu alami selama proses menyusui Gunakan teknik mendengarkan aktif (mis. Duduk sama tinggi, dengarkan permasalahan ibu) Ajarkan teknik menyusui yang tepat sesuai kebutuhan ibu
Perfusi Perifer Tidak Efektif Definisi : Penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat mengganggu metabolisme tubuh
Setelah dilakukan asuhan SIKI keperawatan selama ... x ... jam Perawatan sirkulasi diharapkan : Periksa sirkulasi perifer (mis. Nadi perifer, edema, pengisian kapiler, warna, suhu) SLKI Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau Perfusi perifer bengkak pada ekstremitas Penyebab: Kekuatan nadi perifer Hiperglikemia meningkat Pemantauan tanda vital Penurunan konsentrasi Tidak ada warna kulit pucat Monitor nadi (frekuensi, kekuatan, irama) hemoglobin Turgor kulit baik Monitor pernafasan (frekuensi, kedalaman) Peningkatan tekanan darah Pengisian kapiler membaik Monitor suhu tubuh Kekurangan volume darah Akral baik Monitor oksimetri nadi Kekurangan volume cairan Penurunan aliran arteri dan/atau Manajemen cairan vena Monitor status hidrasi (mis. Frekuensi nadi, Kurang terpapar informasi kekuatan nadi, akral, pengisian kapiler, tentang faktor pemberat (mis. kelembaban mukosa, turgor kulit, tekanan Merokok, gaya hidup monoton, darah) trauma, obesitas, asupan garam, Monitor berat badan harian imobilitas) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (mis. Kurang terpapar informasi Hematokrit, Na, K, Cl, berat jenis urine, tentang proses penyakit (mis. BUN) Diabetes melitus, hiperlipidemia) Monitor status hemodinamik Kurang aktivitas fisik Catat intake-output dan hitung balans cairan 24 jam Gejala dan tanda mayor : Berikan cairan intravena jika perlu Subjektif: Objektif : Pengisian kapiler >3 detik Nadi perifer menurun atau tidak
teraba Akral teraba dingin Warna kulit pucat Turgor kulit menurun Gejala dan tanda minor : Subjektif: Parastesia Nyeri ekstremitas (klaudikasi intermiten) Objektif : Edema Penyembuhan luka lambat Indeks ankle-brachial 4 mg/dl atau terus meningkat, meskipun telah diberikan fenobarbital atau telah dilakukan uji prednison selama 5 hari. 4. Perawatan di rumah a) Minum susu Bayi dengan cholestasis membutuhkan susu yang berprotein tinggi. Namun dengan kuasa Tuhan, ibu – ibu hamil yang melahirkan bayi prematur dengan sendirinya akan memproduksi ASI yang proteinnya lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang melahirkan bayi cukup bulan. Sehingga diusahakan untuk selalu memberikan ASI eksklusif, karena zat gizi yang terkandung didalamnya belum ada yang menandinginya dan ASI dapat mempercepat pertumbuhan berat anak. b) Jaga suhu tubuhnya Salah satu masalah yang dihadapi bayi dengan cholestasis adalah suhu tubuh yang belum stabil. Oleh karena itu, orang tua harus mengusahakan supaya lingkungan sekitarnya tidak memicu kenaikan atau penurunan suhu tubuh bayi. Bisa dilakukan dengan menempati kamar yang tidak terlalu panas ataupun dingin. c) Pastikan semuanya bersih Bayi dengan cholestasis lebih rentan terserang penyakit dan infeksi. Karenanya orang tua harus berhati – hati menjaga keadaan si kecil supaya tetap bersih sekaligus meminimalisir kemungkinan terserang infeksi. Maka sebaiknya cuci tangan sebelum memberikan susu, memperhatikan kebersihan kamar. d) BAB dan BAK BAB dan BAK bayi dengan cholestasis masih terhitung wajar kalau setelah disusui lalu dikeluarkan dalam bentuk pipis atau pup. Menjadi
tidak wajar apabila tanpa diberi susu pun bayi terus BAB dan BAK. Untuk kasus seperti ini tak ada jalan lain kecuali segera membawanya ke dokter. e) Berikan stimulus yang sesuai Bisa dilakukan dengan mengajak berbicara, membelai, memijat, mengajak
bermain,
menimang,
menggendong,
menunjukkan
perbedaan warna gelap dan terang, gambar – gambar dan mainan berwarna cerah. F. PEMERIKSAAN PENUNJANG Secara garis besar, pemeriksaan dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu pemeriksaan : 1.
Pemeriksaan Laboratorium a. Pemeriksaan Rutin Pada setiap kasus cholestasis harus dilakukan pemeriksaan kadar komponen bilirubin untuk membedakannya dari hiperbilirubinemia fisiologis. Selain itu dilakukan pemeriksaan darah tepi lengkap, uji fungsi hati, dan gamma-GT. Kadar bilirubin direct < 4mg/dl tidak sesuai dengan obstruksi total. Peningkatan kadar SGOT/SGPT > 10 kali dengan peningkatan gamma- GT < 5 kali, lebih mengarah ke suatu kelainan hepatoseluler. Sebaliknya, peningkatan SGOT < 5 kali dengan peningkatan gamma-GT > 5 kali, lebih mengarah ke cholestasis ekstrahepatik. Menurut Fitzgerald, kadar gamma-GT yang rendah tidak menyingkirkan kemungkinan atresia bilier.
b. Pemeriksaan Khusus Pemeriksaan aspirasi duodenum (DAT) merupakan upaya diagnostik yang cukup sensitif, tetapi penulis lain mengatakan bahwa pemeriksaan ini tidak lebih baik dari pemeriksaan visualisasi tinja.
2.
Pencitraan a. Pemeriksaan ultrasonografi b. Sintigrafi hati c. Pemeriksaan kolangiografi
3.
Biopsi Hati Gambaran histopatologik hati adalah alat diagnostik yang paling
dapat diandalkan. Di tangan seorang ahli patologi yang berpengalaman, akurasi diagnostiknya
mencapai
95% sehingga
dapat membantu
pengambilan keputusan untuk melakukan la-paratomi eksplorasi, dan bahkan berperan untuk penentuan operasi Kasai. Keberhasilan aliran empedu pasca operasi Kasai ditentukan oleh diameter duktus bilier yang paten di daerah hilus hati. Bila diameter duktus 100- 200 u atau 150-400 u maka aliran empedu dapat terjadi. Adapun pemeriksaan penunjang menurut (Arief,2010), yaitu sebagai berikut : Pada bayi dengan kolestasis harus dibedakan antara kolestasis intraatau ekstrahepatal dengan tujuan utama memperbaiki atau mengobati keadaan-keadaan yang memang dapat diperbaiki/diobati. Sebagai tahap pertama dalam pendekatan diagnosa, harus dibuktikan apakah ada kelainan hepatobilier atau tidak. Pemeriksaan yang perlu dilakukan pada tahap ini adalah: 1. Hapusan darah tepi 2. Bilirubin dalam air seni 3. Sterkobilinogen dalam air seni 4. Tes fungsi hepar yang standar: Heymans vd Bergh, SGOT, SGPT, alkali fosfatase serta serum protein Bila
dari
pemeriksaan
tersebut
masih
meragukan,
dilakukan
pemeriksaan lanjutan yang lebih sensitif seprti BSP/kadar asam empedu dalam serum. Bila fasilitas terbatas dapat hanya dengan melihat pemerikasaan bilirubin air seni. Hasil positf menunjukkan adanya kelainan hepatobilier. Bila ada bukti keterlibatan hepar maka dilakukan tahap berikutnya untuk membuktikan kelainan intra/ekstrahepatal, mencari
kemungkinan
etiologi,
dan
mengidentifikasi
kelainan
yang
dapat
diperbaiki/diobati. Pemeriksaan yang dilakukan adalah: a. Terhadap infeksi/bahan toksik b. Terhadap kemungkinan kelainan metabolic c. Mencari data tentang keadaan saluran empedu Untuk pemeriksaan terhadap infeksi yang penting adalah: a. Virus: 1. Virus hepatotropik: HAV, HBV, non A non B, virus delta 2. TORCH (Toxoplasma, Rubella, CMV, Herpes) 3. Virus lain: EBV, Coxsackie’s B, varisela-zoster b. Bakteri: terutama bila klinis mencurigakan infeksi kuman leptospira, abses piogenik 1. Parasit: toksoplasma, amuba, leismania, penyakit hidatid 2. Bahan toksik, terutama obat/makanan hepatotoksik c. Pemeriksaan kelainan metabolik yang penting: 1. Galaktosemia, fruktosemia 2. Tirosinosis: asam amino dalam air seni 3. Fibrosis kistik 4. Penyakit Wilson 5. Defisiensi alfa-1 antitripsin Data tentang saluran empedu diperoleh melalui pemeriksaan Rose Bengal Excretion (RBE), Hida Scan, USG atau Biopsi hepar. Bila dicurigai ada suatu kelainan saluran empedu dilakukan pemeriksaan kolangiografi. I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN 1. Biodata a. Identitas bayi : nama, jenis kelamin, BB, TB, LK, LD b. Identitas orang tua : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat c. Keluhan utama : BB< 45 cm, LD < 30 cm, LK < 33 cm, hipotermi d. Riwayat penyakit sekarang e. Riwayat penyakit keluarga f. Riwayat penyakit dahulu
2. Pemeriksaan fisik biologis Ibu -
Riwayat kehamilan dan umur kehamilan
-
Riwayat persalinan dan proses pertolongan persalinan yang dahulu dan sekarang
-
Riwayat fisik dan kesehatan ibu saat pengkajian
-
Riwayat penyakit ibu
-
Prikososial dan spiritual ibu
-
Riwayat perkawinan
Bayi -
Keadaan bayi saat lahir; BB