LP Hipertensi Fix [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HIPERTENSI I.



KONSEP DASAR PENYAKIT A. Pengertian Hipertensi Hipertensi merupakan pengukuran tekanan darah di atas skala normal (120/ 80 mmHg). Menurut JNC 7, tekanan darah dibagi dalam tiga klasifikasi yakni normal, pre-hipertensi, hipertensi stage 1, dan hipertensi stage 2 (tabel 2). Klasifikasi ini berdasarkan pada nilai rata-rata dari dua atau lebih pengukuran tekanan darah yang baik, yang pemeriksaannya dilakukan pada posisi duduk dalam setiap kunjungan berobat. Tabel 2. Klasifikasi Tekanan Darah pada Dewasa Menurut JNC VII dan VIII Klasifikasi



Tekanan Darah Sistolik



Tekanan Darah Diastolik



Tekanan Darah



(dalam mmHg)



(dalam mmHg)



Normal < 120 mmHg < 80 mmHg Pre-Hipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg Hipertensi Stage 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg Hipertensi Stage 2 ≥ 160 mmHg ≥ 100 mmHg Sumber : The Seventh and Eight Report of The Joint National Commite on Preventian, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Presure [(JNC VII, 2003) dan (JNC – VIII, 2013)] B. Etiologi Hipertensi 1.



Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dikendalikan a. Umur Tekanan darah akan meningkat seiring dengan bertambahnya umur seseorang. Ini disebabkan karena dengan bertambahnya umur, dinding pembuluh darah mengalami perubahan struktur. Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan oleh karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku. Tekanan darah sistolik meningkat karena kelenturan pembuluh darah besar yang berkurang pada penambahan umur sampai dekade ketujuh sedangkan tekanan darah diastolik meningkat sampai dekade 6



kelima dan keenam kemudian menetap atau cenderung menurun. Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan fisiologis. Pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik. Pengaturan tekanan darah yaitu refleks baroreseptor pada usia lanjut sensitivitasnya sudah berkurang. Sedangkan peran ginjal juga sudah berkurang dimana aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun. b. Jenis Kelamin Pria lebih banyak mengalami kemungkinan hipertensi daripada wanita. Hipertensi berdasarkan kelompok ini dapat pula dipengaruhi oleh faktor psikologis. Pada wanita seringkali dipicu oleh perilaku tidak sehat (merokok, kelebihan berat badan), depresi dan rendahnya status pekerjaan. Sedangkan pria lebih berhubungan dengan kurang nyaman dengan pekerjaan dan pengangguran. c. Genetik (Keturunan) Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium. Individu yang memiliki orang tua dengan hipertensi berisiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai 2.



keluarga dengan riwayat hipertensi. Faktor Risiko yang Dapat Dikendalikan a. Merokok Merokok merupakan salah satu faktor yang dapat diubah. Adapun hubungan merokok dengan hipertensi adalah nikotin akan menyebabkan peningkatan tekanan darah karena nikotin akan diserap pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan diedarkan oleh pembuluh darah hingga ke otak. Otak akan bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin (adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi. Selain itu, karbon monoksida dalam asap rokok menggantikan oksigen dalam darah. Hal ini akan mengakibatkan



7



tekanan darah karena jantung dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup ke dalam organ dan jaringan tubuh. b. Garam Dapur Garam dapur merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam patogenesis hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung, dan tekanan darah. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi. Garam mempunyai sifat menahan air. Mengonsumsi garam lebih atau makan makanan yang diasinkan dengan sendirinya akan menaikan tekanan darah. Hindari pemakaian garam yang berlebih atau makanan yang diasinkan. Hal ini tidak berarti menghentikan pemakaian garam sama sekali dalan makanan, sebaliknya dengan membatasi jumlah garam yang dikonsumsi. c. Obesitas Kelebihan berat badan dan obesitas merupakan faktor risiko dari beberapa penyakit degenerasi dan metabolit. Lemak tubuh, khususnya lemak pada perut berhubungan erat dengan hipertensi. Obesitas meningkatkan risiko terjadinya hipertensi karena beberapa sebab. Semakin besar massa tubuh maka semakin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti volume darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding arteri. Obesitas juga merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner dan merupakan faktor risiko independen yang artinya tidak dapat dipengaruhi oleh faktor risiko lain. d. Kurang Olahraga



8



Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah. Olahraga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada hipertensi. Kurang melakukan olahraga akan meningkatkan kemungkinan timbulnya obesitas dan jika asupan garam juga bertambah maka akan memu-dahkan terjadinya hipertensi. e. Stres Emosional Stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Meskipun dapat dikatakan bahwa stres emosional benar-benar meninggikan tekanan darah untuk jangka waktu yang sing-kat, reaksi tersebut lenyap kembali seiring dengan menghilangnya penyebab stres. Yang menjadi masalah adalah jika stres bersifat permanen, maka seseorang akan mengalami hipertensi terus-menerus sehingga stres menjadi suatu risiko. Kemarahan yang ditekan dapat meningkatkan tekanan darah karena ada pelepasan adrenalin tambahan oleh kelenjar adrenal yang terus-menerus dirangsang. Penyebab hipertensi pada orang lanjut usia adalah terjadinya perubahanperubahan pada : 1. Elastisitas dinding aorta menurun. 2. Katup jantung menebal dan menjadi kaku. 3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa 4.



darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya. Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.



5.



Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.



C. Manifestasi Klinis Hipertensi Tanda umum, yaitu : -



Sakit kepala hebat



-



Nyeri dada



-



Pingsan



-



Takikardia > 100/menit



-



Takipnea > 20/menit 9



-



Muka pucat



D. Patofisiologi Hipertensi Faktor penyebab hipertensi intinya terdapat perubahan vascular, berupa disfungsi endotel, remodeling, dan arterial striffness. Namun faktor penyebab hipertensi emergensi dan hipertensi urgensi masih belum dipahami. Diduga karena terjadinya peningkatan tekanan darah secara cepat disertai peningkatan resistensi vaskular. Peningkatan tekanan darah yang mendadak ini akan menyebabkan jejas endotel dan nekrosis fibrinoid arteriol sehingga membuat kerusakan vaskular, deposisi platelet, fibrin dan kerusakan fungsi autoregulasi.



Pathway Faktor predisposisi : genetik, usia,jenis kelamin, merokok, stres, kurang oahraga, alkohol, konsentrasi garam, dan obesitas



HIPERTENSI Tekanan sistemik darah naik



Kerusakan vaskuler pembuluh darah



Perubahan situasi



Beban kerja jantung meningkat



Perubahan struktur



Aliran darah makin cepat ke seluruh tubuh sedangkan nutrisi dalam sel sudah mencukupi kebutuhan



Krisis situasional



Penyumbatan pembuluh darah



Metode koping tidak efektif



Vasokonstriksi



10



Informasi yang minim



Gangguan sirkulasi



Spasme arteriol



Otak



Ginjal Vasokonstriksi pembuluh darah ginjal



Retensi pembuluh darah otak meningkat



Blood flow darah menurun Merangsang aldosteron



Nyeri akut



Pembuluh darah



Retina



Suplai O2 ke otak menurun



Sistemik



Koroner



Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak



Vasokonstriksi



Iskemia miokard



Penurunan curah jantung



Sistemik



Retensi Na Edema Kelebihan volume E. Pemeriksaan cairan



Diagnostik Hipertensi



1. Hemoglobin/hematokrit : Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubu-ngan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor risiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia. 2. BUN/kreatinin : Memberikan informasi tentang perfusi atau fungsi jaringan. 3. Glukosa : Hiperglikemia (diabetes militus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi). 4. Kalium serum : Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik. 5. Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi. 6. Kolesterol dan trigeliserida serum : Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler). 7. Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi. 8. Kadar aldosteron urin/serum : Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab). 9. Urinalisasi : Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan/atau adanya diabetes. 10. VMA urin (metabolit katekolamin) : Kenaikan dapat mengindikasikan adanya feokromositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat dilakukan untuk pengkajian feokromositoma bila hipertensi hilang timbul.



11



11. Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai risiko terjadinya hipertensi. 12. Streroid urin : Kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme, feokromositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat dilakukan untuk pengkajian feokromositoma bila hipertensi hilang timbul. 13. IVP : Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyebab parenkim ginjal, batu ginjal dan ureter. 14. Foto dada : Dapat mengidentifikasi obstruksi klasifikasi pada area katup ; deposit pada dan atau takik aorta perbesaran jantung. 15. CT-Scan : Mengkaji tumor serebral, CSV, ensefalopati, dan feokromisitoma. 16. EKG : Dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi. Catatan : Luas, peningggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi. F. Penatalaksanaan Medis Hipertensi Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah, tetapi mencegah/memperbaiki kelainan fungsional dan struktural yang terjadi akibat hipertensinya (komplikasi organ sasaran), yaitu : 1. Menurunkan tekanan darah seoptimal mungkin, tetapi tidak mengganggu perfusi organ sasaran. 2. Mencegah komplikasi vaskuler/arteriosklerotik dan kerusakan organ sasaran, mengontrol faktor risiko lain. 3. Bila sudah ada komplikasi diusahakan retardasif/kalau mungkin regresi komplikasi vaskuler/arteriosklerosis dan kerusakan target organ (LVH, nefropati, dsb). 4. Memantau dan mengontrol efek samping obat yang lain (hipokalemia dan sebagainya) yang dapat menambah morbiditas dan mortalitas. Tabel 4. Klasifikasi dan Penanganan Tekanan Darah Tinggi pada Orang Dewasa* Klasifikasi Tekanan Darah Normal



TDS*



TDD*



mmHg



mmHg



< 120



< 80



Modifikasi Gaya Hidup Anjuran



12



Obat Awal Tanpa Indikasi



Dengan Indikasi



Tidak Perlu



Gunakan obat yang



PreHipertensi



120-139



80-89



Ya



menggunakan obat



spesifik dengan



antihipertensi Untuk semua kasus



indikasi (risiko). ‡



gunakan diuretik jenis Hipertensi Stage 1



140-159



90-99



thiazide,



Ya



pertimbangkan ACEi, ARB, BB, CCB, atau kombinasikan Gunakan kombinasi 2



Hipertensi Stage 2



>160



>100



obat (biasanya diuretik



Ya



jenis thiazide dan ACEi/ARB/BB/CCB



Gunakan obat yang spesifik dengan indikasi (risiko). ‡



Kemudian



tambahkan obat antihipertensi (diuretik, ACEi, ARB, BB, CCB) seperti yang dibutuhkan



Keterangan : TDS : Tekanan Darah Sistolik; TDD : Tekanan Darah Diastolik Kepanjangan Obat : ACEi : Angiotensin Converting Enzim Inhibitor; ARB : Angiotensin Reseptor Bloker; BB : Beta Bloker; CCB : Calcium Chanel Bloker * Pengobatan berdasarkan pada kategori hipertensi † Penggunaan obat kombinasi sebagai terapi awal harus digunakan secara hatihati oleh karena hipotensi ortostatik. ‡ Penanganan pasien hipertensi dengan gagal ginjal atau diabetes harus mencapai nilai target tekanan darah sebesar