LP Hipertensi Krisis Igd [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI KRISIS



NAMA NIM



: WIDDYA : 201920729034



PRODI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG TAHUN 2019/2020



LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI KRISIS



A. Definisi Krisis hipertensi atau hipertensi darurat adalah suatu kondisi dimana diperlukan penurunan tekanan darah dengan segera (tidak selalu diturunkan dalam batas normal), untuk mencegah atau membatasi kerusakan organ. ( Mansjoer:522 ). Kedaruratan hipertensi terjadi pada penderita dengan hipertensi yang tidak terkontrol atau mereka yang tiba-tiba menghentikan penobatan. (Brunner & Suddarth:908). Krisis hipertensi adalah suatu keadaan klinis di mana tekanan darah menjadi sangat tinggi dengan kemungkinan adanya kerusakan organ seperti otak (stroke), ginjal, dan jantung. Krisis hipertensi sangat sering terjadi pada pasien hipertensi lama yang tidak rutin atau lalai meminum obat anti hipertensinya. Krisis Hipertensi dibedakan menjadi 2 berdasarkan tingkat kegawatannya. 1. Emergency Hypertension (Hipertensi Darurat): Hipertensi emergency, situasi di mana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera dengan obat antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan organ target akut atau progresif. Kerusakan yang dapat terjadi antara lain : a. Neurologik ; Encephalopati Hipertensi, stroke hemoragik (intraserebral atau subdural) atau iskemik, papil edema. b. Kardiovaskuler ; Unstable angina, infark miokardium akut, gagal jantung dengan edema peru, diseksi aorta. c. Renal ; Proteinuria, hamaturia, gagal ginjal akut, krisis ginjal scleroderma. d. Mikroangiopati ; anemia hemolitik. e. Preeklampsia dam eklampsia. 2. Urgency Hypertension (Hipertensi Mendesak) : Situasi di mana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna (ada yang menyebut tekanan darah sistolik > 220 mmHg atau tekanan darah diastolik > 125 mmHg) tanpa adanya gejala berat atau kerusakan target organ progresif dan tekanan darah perlu diturunkan dalam beberapa jam.



B. Anatomi Fisiologi Jantung



Fungsi anatomi fisiologi kerja jantung adalah merupakan salah satu bukti kebesaran Allah kepada kita manusia. Karena dengan mengenal serta memahami akan cara kerja jantung kardiovaskular dan pembuluh darah yang terdapat pada manusia maka sungguh besar akan nikmat sehat yang Allah karuniakan kepada kita semuanya. Jantung adalah salah satu organ penting dalam tubuh kita. Fungsi jantung secara umum adalah bekerja sebagai pompa. Fungsi pompa ini adalah kaitannya dengan sistem peredaran tubuh sehingga ketika jantung bekerja untuk dan dalam rangka memompakan darah ke seluruh jaringan tubuh kita. Jantung adalah sebuah pompa yang memiliki empat bilik. Dua bilik yang terletak di atas disebut Atrium, dan dua yang di bawah disebut Ventrikel. Jantung juga dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian kanan yang bertugas memompa darah ke paru-paru, dan bagian kiri yang bertugas memompa darah ke seluruh tubuh manusia. Atrium dan ventrikel masing-masing akan dipisahkan oleh sebuah katup, sedangkan sisi kanan dan kiri jantung akan dipisahkan oleh sebuah sekat yang dinamakan dengan septum. Katup jantung berfungsi terutama agar darah yang telah terpompa tidak kembali masuk ke dalam lagi.



C. Etiologi a. Meminum obat anti hipertensi tidak teratur b. Stress c. Pasien mengkonsumsi kontrasepsi oral d. Obesitas e. Merokok f. Minum alcohol



D. Manifestasi Klinis a. Gejala ringan : - Mual, muntah - Sakit Kepala - Kaku pada tengkuk - Nyeri Dada - Sesak Napas b. Gejala yang lebih berat - Gangguan kesadaran sampai pingsan - Kejang - Nyeri Dada hebat



E. Pathway a. Meminum obat anti hipertensi tidak teratur b. Stress c. Pasien mengkonsumsi kontrasepsi oral d. Obesitas e. Merokok f. Minum alcohol Krisis hipertensi Kerusakan vaskuler pembuluh darah Perubahan struktur Penyumbatan pembuluh darah vasokonstriksi Gangguan sirkulasi



otak Resistensi F. pembuluh darah otak NyeriG. kepala H.



ginjal Suplai O2 otak menurun sinkop Gangguan Perfusi jaringan



Vasokonstriksi pembuluh darah ginjal Blood flow aliran darah menurun Respon RAA Rangsang aldosteron Retensi Na edema



Kelebihan volume cairan



F. Pemeriksaan Penunjang a. Elektrokardio b. Urinalisa c. USG d. CT scan e. Rongsen



Pembuluh darah sistemik



koroner



penurunan curah jantung



Perubahan suplai darah ke paru



Spasme arteriole



Iskemi miocard



diplopia



Nyeri dada



Resti injuri



vasokonstriksi Afterload meningkat



Retina



Fatique Intoleransi aktifitas Dipsnea,ortopnea ,takikardi



Pola nafas tidak efektif



G. Penatalaksanaan a. Hipertensi Darurat (Emergency Hypertension) Penurunan tekanan darah harus dilakukan dengan segera namun tidak terburuburu. Penurunan



tekanan darah yang terburu-buru dapat menyebabkan



iskemik pada otak dan ginjal. Tekanan darah harus dikurangi 25% dalam waktu 1 menit sampai 2 jam dan diturunkan lagi ke 160/100 dalam 2 sampai 6 jam. Medikasi yang diberikan sebaiknya per parenteral (Infus drip, BUKAN INJEKSI). Obat yang cukup sering digunakan adalah Nitroprusid IV dengan dosis 0,25 ug/kg/menit. Bila tidak ada, pengobatan oral dapat diberikan sambil merujuk penderita ke Rumah Sakit. Pengobatan oral yang dapat diberikan meliputi Nifedipinde 5-10 mg, Captorpil 12,5-25 mg, Clonidin 75-100 ug, Propanolol 10-40 mg. Penderita harus dirawat inap. b. Hipertensi Mendesak (Urgency Hypertension) Penurunan tekanan darah dilakukan dengan obat oral kerja pendek, tekanan darah harus diperiksa ulang dalam jangka waktu 24 jam.



H. Komplikasi 1. Iskemia atau Infark Miokard Iskemia atau infark miokard merupakan komplikasi yang sering terjadi pada hipertensi berat. 2. Gagal Jantung Kongestif Peningkatan resistensi vaskular sistemik yang mencolok dapat menimbulkan gagal jantung kiri. 3. Diseksi Aorta Akut Diseksi aorta harus dipikirkan pada pasien dengan peninggian tekanan darah yang mencolok yang disertai dengan nyeri di dada, punggung, dan perut. 4. Insufisiensi Ginjal Insufisiensi ginjal akut dapat sebagai penyebab atau akibat peninggian tekanan darah yang mencolok. 5. Eklampsia Pada eklampsia dijumpai hipertensi, edema, proteinuria, dan kejang pada kehamilan setelah 20 minggu. Penatalaksanaan definitif adalah dengan melahirkan bayi atau mengeluarkan janin.



KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KRISIS HIPERTENSI



A. Pengkajian Aktivitas / istirahat Gejala : - Kelemahan - Letih - Napas pendek - Gaya hidup monoton Tanda : - Frekuensi jantung meningkat - Perubahan irama jantung - Takipnea



Sirkulasi Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup, penyakit serebrovaskuler Tanda : - Kenaikan TD - Nadi : denyutan jelas - Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia - Bunyi jantung : murmur - Distensi vena jugularis - Ekstermitas - Perubahan warna kulit, suhu dingin ( vasokontriksi perifer ), pengisian kapiler mungkin lambat



Integritas Ego Gejala: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor stress multiple ( hubungsn, keuangan, pekerjaan ) Tanda : -



Letupan suasana hati



-



Gelisah



-



Penyempitan kontinue perhatian



-



Tangisan yang meledak



-



otot muka tegang ( khususnya sekitar mata )



-



Peningkatan pola bicara



Eliminasi Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat penyakit ginjal )



Makanan / Cairan Gejala : Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan kolesterol -



Mual



-



Muntah



-



Riwayat penggunaan diuretik



Tanda : -



BB normal atau obesitas



-



Edema



-



Kongesti vena



-



Peningkatan JVP



-



Glikosuria



Neurosensori Gejala : -



Keluhan pusing / pening, sakit kepala



-



Episode kebas



-



Kelemahan pada satu sisi tubuh



-



Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )



-



Episode epistaksis



Tanda : -



Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau memori ( ingatan )



-



Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman



-



Perubahan retinal optik



Nyeri/ketidaknyamanan Gejala : -



nyeri hilang timbul pada tungkai



-



sakit kepala oksipital berat



-



nyeri abdomen



Pernapasan Gejala : -



Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas



-



Takipnea



-



Ortopnea



-



Dispnea nocturnal proksimal



-



Batuk dengan atau tanpa sputum



-



Riwayat merokok



Tanda : -



Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan



-



Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi )



-



Sianosis



Keamanan Gejala



: Gangguan koordinasi, cara jalan



Tanda



: Episode parestesia unilateral transien



Pembelajaran / Penyuluhan Gejala -



:



Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM , penyakit serebrovaskuler, ginjal



-



Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain



-



Penggunaan obat / alkohol



B. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul 1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan Peningkatan afterload, vasokontriksi pembuluh darah. 2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru akibat oedem paru 3. Gangguan Perfusi jaringan Serebral b.d Suply Oksigen ke otak menurun



4. Nyeri akut : berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral atau Iskemik miokard 5. Kelebihan volume cairan b.d penurunan kemampuan ginjal mengeluarkan air dan menahan natrium 6. Intoleransi



aktivitas



berhubungan



dengan



Kelemahan



umum



dan



ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen



C. Intervensi Keperawatan No 1



Rencana Keperawatan



Diagnosa Keperawatan



Tujuan



Intervensi



Penurunan curah



Setelah diberikan



jantung berhubungan



asuhan keperawatan



kedua tangan untuk evaluasi



dengan Peningkatan



diharapkan curah



awal. Gunakan ukuran



afterload,



jantung pasien mulai



manset yang tepat dan



vasokontriksi



normal dengan criteria



teknik yang akurat.



pembuluh darah.



hasil : 1. tidak adanya sianosis 2.



CRT < 2 dtk



3. Akral hangat 4. RR Normal ( 16-20 x/mnt) 5. Tidak ada bunyi jantung tambahan 6. GCS normal (E,V,M = 15) 7. Haluaran urine



1. Pantau TD. Ukur pada



2. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer 3. Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas 4. Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler 5. Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat di tempat tidur/ kursi, jadwal periode istirahat tanpa gangguan, bantu pasien



dalam batas normal



melakukan aktivitas



(400 ml / 24 jam)



perawatan diri sesuai



warna kuning



kebutuhan



jernih.



6. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas / keributan lingkungan. Batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal.



7. Kolaborasi : Berikan obatobat sesuai indikasi seperti Diuretik dan tiazid



2



Pola nafas tidak



Setelah diberikan



Kaji frekwensi kedalamam



efektif berhubungan



asuhan keperawatan



pernafasan dan ekspansi dada.



dengan penurunan



diharapkan pola nafas



Catat upaya pernafasan



ekspansi paru akibat



pasien kembali efektif,



termasuk penggunaan otot-otot



oedem paru



dengan kriteria hasil :



bantu



- RR 16-20 x/mnt



1. Askultasi bunyi nafas dan



- Tidak ada



catat adanya bunyi nafas



pernafasan cuping



adventisius, spt



hidung, dan retraksi



:krekels,mengi, gesekan



dada



pleural



- Bunyi nafas normal



2. Berikan posisi semi fowler (ves



ikuler) tidak ada bunyi nafas tambahan spt :



bila tidak ada kontra indikasi 3. Kolaborasi pemberian oksigen



krakels, ronchi - Ekspansi dada simetris - Secara verbal tidak ada keluhan sesak



3



Gangguan Perfusi



NOC :



NIC :



jaringan Serebral b.d



- Circulation status



- Monitor TTV



Suply Oksigen ke otak - Neurologic status menurun



- Tissue Prefusion : cerebral Setelah dilakukan asuhan



- Monitor AGD, ukuran pupil, ketajaman, kesimetrisan dan reaksi - Monitor



adanya



pandangan



diplopia,



kabur,



nyeri



selama………ketidakef ektifan perfusi jaringan cerebral teratasi dengan kriteria hasil: - Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan - Tidak ada ortostatikhipertensi - Komunikasi jelas - Menunjukkan konsentrasi dan orientasi - Pupil seimbang dan



kepala - Monitor level kebingungan dan orientasi - Monitor



tonus



otot



pergerakan - Monitor tekanan intrkranial dan respon nerologis - Catat



perubahan



pasien



dalam merespon stimulus - Monitor status cairan - Pertahankan



parameter



hemodinamik - Tinggikan



kepala



0-



45o tergantung pada konsisi pasien dan order medis



reaktif - Bebas dari aktivitas kejang - Tidak mengalami nyeri kepala



4



Nyeri akut :



NOC:



NIC :



berhubungan dengan



v Pain Level



Pain Management



peningkatan tekanan



v Pain Control



1. Lakukan pengkajian nyeri



vaskuler serebral atau



v Comfort Level



Iskemik miokard



secara



komprehensip



termasuk



lokasi,



Kriteria Hasil:



karakteristik,



durasi,



1. Mampu mengontrol



frekuensi,



nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan



kualitas,



dan



faktor presipitasi 2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyaman 3. Gunakan



teknik



teknik



komunikasi



nonfarmakologi



untuk



untuk mengurangi



pengalaman nyeri pasien



nyeri, mencari



4. Kaji



terapeutik mengetahui



kultur



yang



bantuan) 2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri 3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)



mempengaruhi



respon



nyeri 5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau 6. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang



ketidakefektivan



kontrol nyeri masa lampau 7. Bantu pasien dan keluarga untuk



mencari



dan



menemukan dukungan 4. Menyatakan rasa



8. Kontrol lingkungan yang



nyaman setelah



dapat mempengaruhi nyeri



nyeri berkurang



seperti



suhu



ruangan,



pencahayaan



dan



kebisingan 9. Kurangi faktor presipitasi nyeri 10. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk



menentukan



intervensi 11. Ajarkan tentang teknik non farmakologi 12. Berikan



analgetik



untuk



mengurangi nyeri 13. Evaluasi



keefektifan



kontrol nyeri 14. Tingkatkan istirahat 15. Kolaborasi dengan dokter jika



ada



tindakan



keluhan nyeri



dan tidak



berhasil 16. Monitor penerimaan pasien tentang managemen nyeri



5



Kelebihan volume



Setelah diberikan



1. Awasi denyut jantung, TD,



cairan b.d penurunan



asuhan keperawatan



kemampuan ginjal



diharapkan pasien



mengeluarkan air dan



menunjukkan



menahan natrium.



keseimbangan volume



3. Awasi berat jenis urine



cairan dengan kriteria :



4.



CVP 2. Catat pemasukan dan pengeluaran secara akurat.



1. Masukan dan



Timbang tiap hari dengan alat dan pakaian yang sama



haluaran seimbang 2. BB stabil



5. Kaji kulit, wajah area tergantung untuk edem



3. Tanda vital dalam rentang normal ( N :



6. Kolaborasi : Berikan obat sesuai indikasi (diuretik)



70 – 80 x mnt, R : 16 – 20 x /mnt, S : 36 – 37,2, T : 120 / 80 mmHg) 4. Oedema tidak ada



6



Intoleransi aktivitas



Setelah



diberikan 1. Kaji respon pasien terhadap



berhubungan dengan



asuhan



Kelemahan umum dan



diharapkan pasien dapat



frekuensi nadi lebih dari 20



ketidakseimbangan



berpartisipasi



kali per menit di atas



antara suplai dan



aktivitas



kebutuhan oksigen



diinginkan/diperukan



peningkatan tekanan darah



dengan kriteria hasil :



yang nyata selama /sesudah



1. Melaporkan



aktivitas, dpsnea atau nyeri



keperawatan



dalam yang



peningkatan toleransi



dalam aktivitas



yang dapat diukur 2. Menunjukkan penurunan



aktivitas,



perhatikan



frekuensi



dada,



istirahat,



keletihan



dan



kelemahan



yang



berlebihan,



diaforesis,



pusing atau pingsan dalam 2. Instruksikan pasien tentang



tanda-tanda



teknik penghematan energi



intoleransi fisiologi



, misalnya menggunakan kursi saat mandi, duduk saat menyisir rambut atau menggosok



gigi,



melakukan aktivitas dengan perlahan 3. Kaji sejauh mana aktivitas yang dapat ditoleransi 4. Mendorong



kemandirian



dalam melakukan aktivitas



DAFTAR PUSTAKA



Ackley BJ, Ladwig GB. 2011. Nursing Diagnosis Handbook an Evidence-Based Guide to Planning Care. United Stated of America : Elsevier.



Brunner and Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Volume 2. Jakarta : EGC



Corwin, Elizabeth. J. 2000. Buku Saku Phatofisiologi. Jakarta ; EGC



Lolyta R, Ismonah, Achmad S. 2012. Analisis Faktor yang mempengaruhi tekanan darah hemodialisis pada klien gagal ginjal kronik (studi kasus di RS Telogorejo Semarang). Semarang: PSIK Stikes Telogorejo.



Marlyn E. Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi Tiga Buku Kedokteran. Jakarta: EGC.



Muttaqien A, Kumala S. 2010. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.



Nurarif AH, Hardhi K. 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis dan Nanda Nic Noc. Edisi Revisi. Yogyakarta: Mediaction.