LP INC, ANC, PNC, Bayi Baru Lahir [PDF]

  • Author / Uploaded
  • NOLA
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN TENTANG “INC (PERSALINAN NORMAL)”



Oleh: NOLA SEPTRI YULIANDA 1614201122



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROGRAM NON REGULER SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PERINTIS PADANG 2017



LAPORAN PENDAHULUAN INC (PERSALINAN NORMAL) A. DEFINISI Persalinan adalah suatu proses yang dialami, peristiwa normal, namun apabila tidak dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal (Mufdillah & Hidayat, 2008). Persalinan adalah suatu proses terjadinya pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Mitayani, 2009). Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2006). B. SEBAB-SEBAB PERSALINAN Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori menghubungkan dengan faktor hormonal,struktur rahim,sirkulasi rahim,pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011) 1. Teori penurunan hormone 1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone progesterone dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot –otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila progesterone turun. 2. Teori placenta menjadi tua Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim. 3. Teori distensi rahim Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.



4. Teori iritasi mekanik Di belakang servik terlihat ganglion servikale(fleksus franterrhauss). Bila ganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus. 5. Induksi partus Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser, amniotomi pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus.             C. PATOFISIOLOGI



D. TANDA-TANDA MULAINYA PERSALINAN Tanda-tanda permulaan persalinan adalah Lightening atau settling atau dropping yang merupakan kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun. Perasaan sering-sering atau susah buang air kecil karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin. Perasaan sakit diperut dan dipinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah diuterus (fase labor pains). Servik menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah bisa bercampur darah (bloody show) (Haffieva, 2011). Tanda-Tanda In Partu : 1. Rasa sakit oleh adanya his yang dating lebih kuat, sering dan teratur. 2. Keluar lendir dan bercampur darah yang lebih banyak, robekan kecil pada bagian  servik. 3. Kadang-kadang ketuban pecah 4. Pada pemeriksaan daam, servik mendatar E. FAKTOR PERSALINAN 1. Passage (Jalan Lahir) Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga panggul, dasar panggul, serviks dan vagina. Syarat agar janin dan plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir tersebut harus normal. Passage terdiri dari : a. Bagian keras tulang-tulang panggul (rangka panggul) 1) Os. Coxae (Os illium, Os. Ischium, Os. Pubis) 2) Os. Sacrum = promotorium 3) Os. Coccygis b. Bagian lunak : otot-otot, jaringan dan ligamen-ligamen Pintu Panggul a. Pintu atas panggul (PAP) = Disebut Inlet dibatasi oleh promontorium, linea inominata dan pinggir atas symphisis. b. Ruang tengah panggul (RTP) kira-kira pada spina ischiadica, disebut midlet c. Pintu Bawah Panggul (PBP) dibatasi simfisis dan arkus pubis, disebut outlet



d. Ruang panggul yang sebenarnya (pelvis cavity) berada antara inlet dan outlet. Bidang-bidang : a. Bidang Hodge I : dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas symphisis dan promontorium b. Bidang Hodge II : sejajar dengan Hodge I setinggi pinggir bawah symphisis. c. Bidang Hodge III : sejajar Hodge I dan II setinggi spina ischiadika kanan dan kiri. d. Bidang Hodge IV : sejajar Hodge I, II dan III setinggi os coccygis 2. Power Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. Power merupakan tenaga primer atau kekuatan utama yang dihasilkan oleh adanya kontraksi dan retraksi otot-otot rahim. Kekuatan yang mendorong janin keluar (power) terdiri dari : a. His (kontraksi otot uterus) Adalah kontraksi uterus karena otot – otot polos rahim bekerja dengan baik dan    sempurna. Pada waktu kontraksi otot – otot rahim menguncup sehingga menjadi tebal dan lebih pendek. Kavum uteri menjadi lebih kecil serta mendorong janin dan kantung amneon ke arah segmen bawah rahim dan serviks. b. Kontraksi otot-otot dinding perut c. Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan d. Ketegangan dan ligmentous action terutama ligamentum rotundum Kontraksi uterus/His yang normal karena otot-otot polos rahim bekerja dengan baik dan sempurna mempunyai sifat-sifat : a. kontraksi simetris b. fundus dominan c. relaksasi d. involuntir : terjadi di luar kehendak e. intermitten : terjadi secara berkala (berselang-seling) f. terasa sakit g. terkoordinasi h. kadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik, kimia dan psikis



Perubahan-perubahan akibat his : a. Pada uterus dan servik, Uterus teraba keras/padat karena kontraksi. Tekanan hidrostatis air ketuban dan tekanan intrauterin naik serta menyebabkan serviks menjadi mendatar (effacement) dan terbuka (dilatasi) b. Pada ibu Rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim. Juga ada kenaikan nadi dan tekanan darah. c. Pada janin Pertukaran oksigen pada sirkulasi utero-plasenter kurang, maka timbul hipoksia janin. Denyut jantung janin melambat (bradikardi) dan kurang jelas didengar karena adanya iskemia fisiologis. Dalam melakukan observasi pada ibu – ibu bersalin hal – hal yang harus diperhatikan dari his: a. Frekuensi his Jumlah his dalam waktu tertentu biasanya permenit atau  persepuluh menit. b. Intensitas his Kekuatan his diukurr dalam mmHg. intensitas dan frekuensi kontraksi uterus bervariasi selama persalinan, semakin meningkat waktu persalinan semakin maju. Telah diketahui bahwa aktifitas uterus bertambah besar jika wanita tersebut berjalan – jalan sewaktu persalinan masih dini. c. Durasi atau lama his Lamanya setiap his berlangsung diukur dengan detik, misalnya selama 40 detik. d. Datangnya his Apakah datangnya sering, teratur atau tidak. e. Interval Jarak antara his satu dengan his berikutnya, misalnya his datang tiap 2 sampe 3 menit f. Aktivitas his Frekuensi x amplitudo diukur dengan unit Montevideo. His Palsu His palsu adalah kontraksi uterus yang tidak efisien atau spasme usus, kandung kencing dan otot-otot dinding perut yang terasa nyeri. His palsu timbul beberapa hari sampai satu bulan sebelum kehamilan cukup bulan. His palsu dapat merugikan yaitu dengan membuat lelah pasien sehingga pada waktu persalinan sungguhan mulai pasien berada dalam kondisi yang jelek, baik fisik maupun mental.



Kelainan kontraksi otot rahim a. Inertia Uteri 1) His yang sifatnya lemah, pendek dan jarang dari his yang normal yang    terbagi menjadi : Inertia uteri primer : apabila sejak semula kekuatannya sudah lemah 2) Inertia uteri sekunder : His pernah cukup kuat tapi kemudian melemah Dapat ditegakkan dengan melakukan evaluasi pada pembukaan, bagian terendah terdapat kaput dan mungkin ketuban telah pecah. His yang lemah dapat menimbulkan bahaya terhadap ibu maupun janin sehingga memerlukan  konsultasi atau merujuk penderita ke rumah sakit, puskesmas atau ke dokter spesialis. b. Tetania uteri His yang terlalu kuat dan terlalu sering, sehingga tidak terdapat kesempatan reaksi otot rahim. Akibat dari tetania uteri dapat terjadi : 1) Persalinan Presipitatus 2) Persalinan yang berlangsung dalam waktu tiga jam. Akibat mungkin fatal 3) Terjadi persalinan tidak pada tempatnya a) Terjadi trauma janin, karena tidak terdapat persiapan dalam persalinan b) Trauma jalan lahir ibu yang luas dan menimbulkan perdarahan  inversion  uteri c) Tetania uteri menyebabkan asfiksia intra uterin sampai kematian janin  dalam rahim c. Inkoordinasi otot rahim Keadaan Inkoordinasi kontraksi otot rahim dapat menyebabkan sulitnya kekuatan otot rahim untuk dapat meningkatkan pembukaan atau pengeluaran janin dari dalam rahim. Penyebab inkoordinasi kontraksi otot rahim adalah : 1) Faktor usia penderita elative tua 2) Pimpinan persalinan 3) Karena induksi persalinan dengan oksitosin 4) Rasa takut dan cemas



3. Passanger Passanger  terdiri dari janin dan plasentaa.  Janin merupakan passangge utama dan bagian janin yang paling penting adalah kepala karena bagian yang paling besar dan keras dari janin adalah kepala janin. Posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi jalan persalinan. Kelainan – kelainan yang sering menghambat dari pihak passangger adalah  kelainan ukuran dan bentuk kepala anak seperti hydrocephalus ataupun anencephalus, kelainan letak seperti letak muka atau pun letak dahi, kelainan kedudukan anak seperti kedudukan lintang atau letak sungsang. 4. Psikis (Psikologis) Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah benar-benar terjadi realitas “kewanitaan sejati” yaitu munculnya rasa bangga bias melahirkan atau memproduksi anaknya. Mereka seolah-olah mendapatkan kepastian bahwa kehamilan yang semula dianggap sebagai suatu “ keadaan yang belum pasti “ sekarang menjadi hal yang nyata. Psikologis meliputi : a. Melibatkan psikologis ibu, emosi dan persiapan intelektual b. Pengalaman bayi sebelumnya c. Kebiasaan adat d. Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu Sikap negatif terhadap peralinan dipengaruhi oleh: a. Persalinan sebagai ancaman terhadap keamanan b. Persalinan sebagai ancaman pada self-image c. Medikasi persalinan d. Nyeri persalinan dan kelahiran 5. Penolong Peran dari penolong persalinan dalam hal ini Bidan adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin. Proses tergantung dari kemampuan skill dan kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan.



F. KALA PERSALINAN Persalinan dibagi dalam empat kala menurut Prawirohardjo (2006) yaitu: 1. Kala I (kala pembukaan) In partu (partu mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah, servik mulai membuka dan mendatar, darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler, kanalis servikalis. Kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase : a. Fase laten: Pembukaan servik berlangsung lambat, sampai pembukaan berlangsung 2 jam, cepat menjadi 9 cm. b. Fase aktik: Berlangsung selama 6 jam dibagi atas 3 sub fase : 1) periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm. 2) periode dilatasi maksimal (steady) selama 2 jam, pembukaan berlangsung 2 jam, cepat menjadi 9 cm. 3) periode deselerasi berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10 cm. Akhir kala I servik mengalami dilatasi penuh, uterus servik dan vagina menjadi saluran yang continue, selaput amnio ruptur, kontraksi uterus kuat tiap 2-3 menit selama 50-60 detik untuk setiap kontraksi, kepala janin turun ke pelvis. 2. Kala II (pengeluaran janin) His terkoordinir cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali, kepala janin telah turun dan masuk ruang panggul, sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflek menimbulkan rasa ngedan karena tekanan pada rectum sehingga merasa seperti BAB dengan tanda anus membuka. Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin akan lahir dan diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi 1.52 jam, pada multi 0.5 jam. Mekanisme persalinan: Janin dengan presentasi belakang kepala, ditemukan hampir sekitar 95 % dari semua kehamilan.Presentasi janin paling umum dipastikan dengan palpasi abdomen dan kadangkala diperkuat sebelum atau pada saat awal persalinan dengan pemeriksaan vagina (toucher). Pada kebanyakan kasus, presentasi belakang kepala masuk



dalampintu atas panggul dengan sutura sagitalis melintang. Oleh karena itu kita uraikan dulu mekanisme persalinan dalam presentasi belakang kepala dengan posisi ubun-ubun kecil melintang dan anterior. Karena panggul mempunyai bentuk yang tertentu , sedangkan ukuran-ukuran kepala bayi hampir sama besarnya dengan dengan ukuran dalam panggul, maka jelas bahwa kepala harus menyesuaikan diri dengan bentuk panggul mulai dari pintu atas panggul, ke bidang tengah panggul dan pada pintu bawah panggul, supaya anak dapat lahir. Misalnya saja jika sutura sagitalis dalam arah muka belakang pada pintu atas panggul, maka hal ini akan mempersulit persalinan, karena diameter antero posterior adalah ukuran yang terkecil dari pintu atas panggul. Sebaliknya pada pintu bawah panggul, sutura sagitalis dalam jurusan muka belakang yang menguntungkan karena ukuran terpanjang pada pintu bawah panggul ialah diameter antero posterior. Gerakan-gerakan utama dari mekanisme persalinan adalah : a. Penurunan kepala. b. Fleksi. c. Rotasi dalam ( putaran paksi dalam) d. Ekstensi. e. Ekspulsi. f. Rotasi luar ( putaran paksi luar) 3. Kala III (pengeluaran plasenta) Setelah bayi lahir, kontraksi, rahim istirahat sebentar, uterus teraba keras dengan fundus uteri sehingga pucat, plasenta menjadi tebal 2x sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his, dalam waktu 5-10 menit, seluruh plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina dan akan lahir secara spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simpisis/fundus uteri, seluruh proses berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc. 4. Kala IV Pengawasan, selama 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir, mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum. Dengan menjaga kondisi kontraksi dan retraksi uterus yang kuat dan terus-menerus. Tugas uterus ini dapat dibantu dengan obat-obat oksitosin.



G. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. USG 2. Pemeriksaan Hb H. PENATALAKSANAAN Menurut Wiknjosastro (2005), penatalaksanaan yang diberikan untuk penanganan plasenta previa tergantung dari jenis plasenta previanya yaitu: 1. Kaji kondisi fisik klien 2. Menganjurkan klien untuk tidak coitus 3. Menganjurkan klien istirahat 4. Mengobservasi perdarahan 5. Memeriksa tanda vital 6. Memeriksa kadar Hb 7. Berikan cairan pengganti intravena RL 8. Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus masih premature PERSIAPAN PERSALINAN 1. Penolong : a. Memakai APD, terdiri dari : Sarung Tangan steril, Masker, Alas kaki, celemek b. Menyiapkan tempat persalinan, perlengkapan dan bahan Penolong persalinan harus menilai ruangan dimana proses persalinan akan berlangsung. Ruangan tersebut harus memiliki pencahayaan atau penerangan yang cukup. Tempat tidur dengan kasur yang dilapisi kain penutup yang bersih, kain tebal, dan pelapis anti bocor. Ruangan harus hangat (tetapi jangan pamas), harus rersedia meja atau permukaan yang bersih dan mudah dijangkau untuk meletakkan peralatan yang diperlukan. c. Menyiapkan tempat dan lingkungan kelahiran bayi. Memastikan bahwa rungan tersebut bersih, hangat (minimal 25 oC, pencahayaan cukup dan bebas dari tiupan angin.



2. Alat : Partus Set (didalam wadah stenis yang berpenutup) : a. 2 klem Kelly atau 2 klem kocher b. Gunting tali pusat c. Benang tali pusat d. Kateter nelaton e. Gunting episiotomy f. Alat pemecah selaput ketuban g. 2 pasang sarung tangan dtt h. Kasa atau kain kecil i. Gulungan kapas basah j. Tabung suntik 3 ml dengan jarum i.m sekali pakai k. Kateter penghisap de lee (penghisap lender) l. 4 kain bersih m. 3 handuk atau kain untuk mengeringkan bayi 3. Bahan : a. Partograf b. Termometer c. Pita pengukur d. Feteskop / dopler e. Jam tangan detik f. Stetoskop g. Tensi meter h. Sarung tangan bersih 4. Obat-Obatan a. 8 Ampul Oksitosin 1 ml  10 U (atau 4 oksitosin 2ml U/ml b. 20 ml Lidokain 1% tanpa Epinefrin atau 10ml Lidokain 2% tanpa Epinefrin c. 3 botol RL d. 2 Ampul metal ergometrin maleat ( disimpan dalam suhu 2-80C          e. Salep mata tetrasiklin f. Vit K 1 mg



DAFTAR PUSTAKA Depkes. 2008. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: USAID FKUI. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius. Gary dkk. 2006. Obstetri Williams, Edisi 21. Jakarta, EGC. Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC Wiknjosostro. 2002. Ilmu Kebidanan Edisi III. Jakarta: Yayasan Bima pustaka Sarwana Prawirohardjo.



LAPORAN PENDAHULUAN TENTANG “ANC (ANTE NATAL CARE)”



Oleh: NOLA SEPTRI YULIANDA 1614201122



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROGRAM NON REGULER SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PERINTIS PADANG 2017



LAPORAN PENDAHULUAN ANTENATAL CARE (ANC) A. DEFINISI Menurut DepKes RI (2007) pelayanan antenatal merupakan pelayanan terhadap individu yang berseifat preventive care untuk mencegah terjadinya masalah yang kurang baik bagi ibu maupun janin. Pelayanan antenatal merupakan upaya kesehatan perorangan yang memperhatikan presisi dan kualitas pelayanan medis yang diberikan. Antenatal care adalah pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Sedangkan pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan pada ibunya disebut antenatal care. Dalam sumber lain disebutkan bahwa pelayanan antenatal ialah suatu upaya untuk mencegah adanya komplikasi obstetrik bila mungkin dan memastikan bahwa komplikasi obstetrik dideteksi sedini mungkin dan ditangani secara memadai. B. TUJUAN Tujuan dilakukannya antenatal care antara lain yaitu: 1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin 2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu 3. Mengenali dan menanggulangi secara dini adanya penyulit-penyulit atau komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan 4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan dan persalinan yang aman dengan trauma seminimal mungkin 5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan mempersiapkan ibu agar dapat memberikan ASI secara eksklusif 6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran janin agar dapat tumbuh kembang secara normal 7. Mengurangi bayi lahir premature, kelahiran mati dan kematian neonatal 8. Mempersiapkan kesehatan yang optimal bagi janin



C. ADAPTASI FISIOLOGIS ORGAN-ORGAN TUBUH SELAMA KEHAMILAN Perubahan-perubahan dan adaptasi fisiologis organ-organ tubuh pada masa kehamilan adalah sebagai berikut: 1. Trimester I (0-12 minggu) Seseorang yang mengalami kehamilan akan menunjukkkan gejala-gejala yang berasal dari janin dan plasenta. a. Adanya human chorionic gonadotropic (HCG) dalam urine b. Masalah gastrointestinal 1) Mual dan muntah (4-6 minggu) 2) Morning Sickness 3) Anoreksia 4) Saliva berlebihan 5) Tidak tahan terhadap bau–bau tertentu c. Pengaruh hormon estrogen Tonus otot menurun, mengakibatkan mual dan kontipasi d. Perubahan janin 1) Pada kahamilan 7 minggu rahim kurang lebih sebesar telur itik 2) pada kehamilan 10 minggu rahim kurang lebih sebesar jeruk keprok 3) Pada kehamilan 12 minggu rahim kurang lebih sebesar kepalan tangan e. Tanda-tanda piscaseck Pembesaran dan perlunakan pada tempat implantasi f. Traktus urinarius Kehamnilan mengakibatkan uterus membesar dan menekan kandung kemih sehingga didapatkan ibu sering buang air kecil g. Kardiovaskuler 1) Diafragma terdorong kearah atas oleh karena pembesaran uterus, posisi jantung pada bagian kiri atas 2) Kardiak output 3) Denyut jantung meningkat 4) Nadi meningkat ± 10-15 x /menit 5) Filtrasi ginjal meningkat



6) transportasi oksigen meningkat h. Uterus 1) Pada saat tidak hamil beratnya 35-50 gram, volume 10 cc 2) Pada hamil aterm 1000-1100 gram, volume 5-10 liter 3) Ismus hipertropi, panjang, lunak i. Payudara Membesar, tegang dan sedikit nyeri disebabkan pengaruh estrogen dan progesteron yang merangsang duktus alveoli payudara j. Vagina 1) Peningkatan vaskularisasi 2) Peningkatan sekresi, berwarna putih dan asam k. Respirasi 1) Estrogen meningkat menyebabkan peningkatan jaringan ikat 2) Progesteron meningkat menyebabkan penurunan resistensi dengan relaksasi, penurunan otot polos yang memudahkan mengalirnya carbon dioksida dari janin ke ibu 3) Diafragma tertekan sehingga kurang leluasa bergerak l. Muskuluskeletal 1) Relaksasi persendian 2) Uterus memanjang mengakibatkan nyeri pada ligamen rotundum 3) Perubahan postural 4) Saat pinggang untuk mengibangi lordosis dan tarikan tulang belakang 5) Sakit anggota bagian atas oleh karena bahu dan dada terdsorong kedepan m. Kulit Oleh karena pengaruh estrogen, kulit mengalami hiperpigmentasi, kloasma, linianigra dan strie gravidalum. 2. Trimester II (12-28 minggu) Perubahan fisiologis yang terjadi adalah sebagai berikut: a. Uterus 1) uterus membesar, hipertropi sel-sel otot 2) dinding uterus tipis dan lunak



3) fetus dapat di palpasi pada abdomen 4) uterus jadi bentuk ovale 5) Adanya kontraksi “braxton his” b. Serviks 1) terus memanjang 2) Adanya mucous plag 3) Sel otot hipertropi 4) Kelenjar serviks aktif c. Vagina 1) Sel otot hipertropi 2) Mukosa tebal 3) Adanya lorchea 4) PH asam : 3,5-6,0 d. Payudara 1) Duktus dan alveoli hipertropi 2) areola dan putting membesar 3) Mulai ada sekresi kolostrum e. Sistem kardiovaskuler 1) volume darah meluas 2) Hb menurun akibat eskpirasi plasma lebih besar dari pada sel darah merah 3) Output meningkat 30-50 % 4) stroke volume meningkat 5) tekanan darah sama dan cenderung sedikit menurun 6) Terjadi hipertropi, supine khusus pada trimerter kedua akhir f. Sistem respiratory 1) Oksigen dalam darah meningkat 2) Pernafasan lebih dalam 3) volume darah stabil 4) Kebutuhan oksigen meningkat 5) Uterus membesar dan menekan diagfragma menyebabkan sulit/sesak nafas



g. Sistem Urinary 1) Perubahan ukuran pada kandung kemih meningkat 2) udema fisiologis pada kandung kemih 3) frekuensi berkemih menurun 4) Dilatasi ginjal dan ureter 5) Ibu rentang terhadap infeksi traktus urinarius 6) Filtrasi glomerolus meningkat 50 % 7) Aliran plasma renal meningkat 8) Ekskresi glokosa, polipeptida, elektrolit dan vitamin yang larut dalam air meningkat h. Sistem musculoskeletal 1) Pusat graviti berubah sebagai akibat membesarnya uterus, lordosis fisiologis 2) Kram pada kaki i. Sistem integument 1) Hiperpigmentasi terutama pada putting dan perinium 2) adanya linianigra 3) vaskuler adanya palmar eritema 4) rambut menjadi lebih halus 5) Kuku lebih lunak dan tingkat pertumbuhan meningkat j. Sistem gastrointestinal 1) Mulut dan gigi: Hiperimia, sensitif terhadap zat iritan 2) Esofagus dan gaster: Kapasitas lambung menurun, sekresi asam hidroverolik dan pepsin dalam lambung menurun. 3) Liver: Meningkatnya serum phospotase, menurunnya albumin dan globulin. 4) Pankreas: Hipertropi, hiperplasia dan hiperaktif yang sering terjadi pada sel-sel beta, Kebutuhan fisiologis kehamilan, pencetus diabetus gestasional. 5) Intestinal: Pengosongan lambung meningkat, Absorbsi



nutrien dan air



meningkat k. Sistem endokrin 1) Pituitary: Sekresi hormon luteinising dan folikel stimulating hormon, Prolaktin meningkat.



2) Tiroid: Vaskularisasi meningkat, Meningkatnya T3 dan T4, BMR meningkat. 3) Paratiroid: Hiperplasia, sekresi hormon meningkat. 4) Adrenal: Sekresi adenocorticotropik hormon (ACTH) meningkat, Level kortisol meningkat, Level aldesteron meningkat l. Plasenta: Fungsi utuh dan komplek. 3. Trimester III (28 minggu – kehamilan berakhir / 38-42 minggu) a. Sistem reproduksi 1) Uterus: Ukuran bertambah besar, distensi miometrium, dinding menipis, kontraksi “broxon hicks” semakin jelas. 2) Servik: Effousment, pengeluaran mukosa. 3) Vagina: Hiperemia, pertumbuhan laktobual, leukhorea 4) Payudara: Membesar, tegang, colusterum keluar. b. Sistem kardiovaskuler 1) COP meningkat 40 % 2) volume darah ibu meningkat 30 – 50 % 3) HR meningkat 15 kali/menit 4) Stroke volume meningkat 5) Kerja kardiovaskuler meningkat sangat beresiko pada ibu dengan masalah jantung c. Sistem pernafasan 1) Diafragma tertekan karena pembesaran uterus keatas 2) Iga-iga ekspansi 3) Kebutuhan oksigen meningkat d. Sistem perkemihan 1) Dilatasi kaliks renal, filtrasi glomerolus meningkat 2) Frekwensi miksi meningkat 3) Kosentrasi albumin plasma menurun e. Sistem musculoskeletal 1) Lordosis, sulit berjalan, rebas – rebas ekstremitas f. Sistem integument 1) Strie semakin terlihat, pigmentasi meningkat



2) Rambut tipis dan rontok 3) Kuku cepat tumbuh dan mudah patah g. Sistem gastrointestinal 1) Mulut dan gusi hiperemia, gusi sangat sensitif 2) Gastrik refluks, kapasitas gaster menurun 3) Mobilitas intestinal menurun, rentan terhadap konstipasi h. Sistem endokrin 1) Pituitary: Prolaktin meningkat, oksitosin meningkat 2) Tiroid: BMR meningkat i. Plasenta: Fungsi maksimal D. PERUBAHAN FISIK PADA IBU HAMIL Ketika hamil, seorang wanita akan mengalami beberapa perubahan. Menurut George Adriaanz (2008), perubahan yang terjadi ketika hamil antara lain: 1.



Uterus Pembesaran uterus merupakan perubahan anatomi yang paling nyata pada ibu hamil. Peningkatan konsentrasi hormon estrogen dan progesteron pada awal kehamilan akan menyebabkan hipertrofi miometrium. Hipertrofi tersebut dibarengi dengan peningkatan yang nyata dari jaringan elastin dan akumulasi dari jaringan fibrosa sehingga struktur dinding uterus menjadi lebih kuat terhadap regangan dan distensi. Hipertrofi myometrium juga disertai dengan peningkatan vaskularisasi dan pembuluh limfatik. Peningkatan vaskularisasi, kongesti dan edema jaringan dinding uterus dan hipertrofi kelenjar serviks menyebabkan berbagai perubahan yang dikenali sebagai tanda Chadwick, Goodell dan Hegar.



2.



Payudara Konsentrasi tinggi estrogen dan progesteron yang dihasilkan oleh plasenta menimbulkan perubahan pada payudara (tegang dan membesar), pigmentasi kulit dan pembesaran uterus. Adanya chorionic gonadotropin (hCG) digunakan sebagai dasar uji imunologik kehamilan. Chorionic somatotropin (Human Placental Lactogen/HPL) dengan muatan laktogenik akan merangsang pertumbuhan kelenjar susu di dalam payudara dan berbagai perubahan metabolik yang mengiringinya.



Secara spesifik, estrogen akan merangsang pertumbuhan sistem penyaluran air susu dan jaringan payudara. Progesteron berperan dalam perkembangan sistem alveoli kelenjar susu. Hipertrofi alveoli yang terjadi sejak 2 bulan pertama kehamilan menyebabkan sensasi noduler pada payudara. Chorionic somatotropin dan kedua hormon ini menyebabkan pembesaran payudara yang disertai dengan rasa penuh atau tegang dan sensitif terhadap sentuhan (dalam dua bulan pertama kehamilan), pembesaran puting susu dan pengeluaran kolostrum (mulai terlihat atau dapat diekspresikan sejak kehamilan memasuki usia 12 minggu). Hipertrofi kelenjar sebasea berupa tuberkel Montgomery atau folikel disekitar areola mulai terlihat jelas sejak dua bulan pertama kehamilan. Pembesaran berlebihan dari payudara dapat menyebabkan striasi (garis-garis hipo atau hiperpigmentasi pada kulit). Selain membesar, dapat pula terlihat gambaran vena bawah kulit payudara. 3.



Kulit Walaupun tidak diketahui secara pasti tetapi pigmentasi kulit terjadi akibat efek stimulasi melanosit yang dipicu oleh peningkatan hormon estrogen dan progesteron. Bagian kulit yang paling sering mengalami hiperpigmentasi adalah puting susu dan areola disekitarnya serta umumnya pada linea mediana abdomen, payudara, bokong dan paha. Chloasma gravidarum adalah hiperpigmentasi pada area wajah (dahi, hidung, pipi dan leher). Area atau daerah kulit yang mengalami hiperpigmentasi akan kembali menjadi normal setelah kehamilan berakhir. Pengecualian terjadi pada striae dimana area hiperpigmentasi akan memudar tetapi guratan pada kulit akan menetap dan berwarna putih keperakan



4.



Sistem gastrointestinal Hal lain yang terkait dengan perubahan hormonal dan dikaitkan dengan tanda kehamilan adalah rasa mual dan muntah yang berlebihan atau hiperemesis. Walaupun demikian, kondisi ini juga tidak dapat dikategorikan sebagai tanda pasti kehamilan karena berbagai penyebab metabolik lain dapat pula menimbulkan gejala yang serupa. Hiperemesis pada kehamilan digolongkan normal apabila terjadinya tidak lebih dari trimester pertama



E. PERUBAHAN PSIKOLOGIS PADA IBU HAMIL Menurut Sulistyawati,2009, perubahan psikologis pada ibu hamil menurut trimester adalah: 1.



Perubahan Psikologis pada Trimester I (Periode Penyesuaian) a. Ibu merasa tidak sehat dan kadang-kadang merasa benci dengan kehamilannya b. Kadang muncul penolakan, kecemasan dan kesedihan. Bahkan kadang ibu berharap agar dirinya tidak hamil saja c. Ibu akan selalu mencari tanda-tanda apakah ia benar-benar hamil. Hal ini dilakukan sekedar untuk meyakinkan dirinya d. Setiap perubahan yang terjadi dalam dirinya akan selalu mendapat perhatian dengan seksama e. Oleh karena perutnya masih kecil, kehamilan merupakan rahasia seseorang yang mungkin akan diberitahukannya kepada orang lain atau bahkan merahasiakannya



2.



Perubahan Psikologis pada Trimester II (Periode Kesehatan Yang Baik) a. Ibu merasa sehat, tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar hormone yang tinggi b. Ibu sudah bisa menerima kehamilannya c. Merasakan gerakan anak d. Merasa terlepas dari ketidaknyamanan dan kekhawatiran e. Libido meningkat f. Menuntut perhatian dan cinta g. Merasa bahwa bayi sebagai individu yang merupakan bagian dari dirinya h. Hubungan sosial meningkat dengan wanita hamil lainnya atau pada orang lain yang baru menjadi ibu i. Ketertarikan dan aktivitasnya terfokus pada kehamilan, kelahiran, dan persiapan untuk peran baru



3.



Perubahan Psikologis pada Trimester III a. Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh, dan tidak menarik b. Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu c. Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat melahirkan, khawatir akan keselamatannya



d. Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal, bermimpi yang mencerminkan perharian dan kekhawatirannya e. Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya f. Merasa kehilangan perhatian g. Perasaan mudah terluka (sensitif) h. Libido menurun F. JADWAL PEMERIKSAAN ANTENATAL Sesuai dengan kebijakan Departemen Kesehatan, kunjungan pelayanan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan, ketentuan waktu sebagai berikut: 1. Minimal 1 kali pada trimester pertama = K1 2. Minimal 1 kali pada trimester kedua = K2 3. Minimal 2 kali pada trimester ketiga = K3 & K4 Apabila terdapat kelainan atau penyulit kehamilan, seperti mual, muntah, keracunan kehamilan, perdarahan, kelainan letak dan lain-lain frekuensi pemeriksaan disesuaikan dengan kebutuhan. Dalam sumber lain juga disebutkan interval kunjungan pada pemeriksaan prenatal yaitu setiap 4 minggu sekali sampai minggu ke-28, kemudian setiap 2-3 minggu sekali sampai minggu ke-36, dan sesudahnya setiap minggu. G. STANDAR MINIMAL PELAYANAN ANTENATAL Standar minimal asuhan antenatal care (10 T), yaitu sebagai berikut (Depkes RI, 2009) : 1. Timbang berat badan dan pengukuran berat badan 2. Pemeriksaan tekanan darah 3. Ukur tinggi fundus uteri 4. Pemberian Tablet Besi minimal 90 tablet selama kehamilan 5. Tes terhadap penyakit menular seksual 6. Tentukan persentasi janin dan hitung DJJ 7. Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid (TT) lengkap



Imunisasi TT 0,5 cc Interval (Selang Waktu Lama



%



Minimal) Perlindungan Pada kunjungan antenatal pertama



Perlindungan



TT2



4 minggu setelah TT1



3 tahun*



80



TT3



6 bulan setelah TT2



5 tahun



95



TT4



1 tahun setelah TT3



10 tahun



99



TT5



1 tahun setelah TT4



25 tahun



99



Antigen TT 1



-



Keterangan : * artinya dalam waktu 3 tahun WUS tersebut melahirkan, maka bayi yang dilahirkan akan terlindung dari TN (Tetanus Neonatorum). 8. Tetapkan status gizi Pada ibu hamil (bumil) pengukuran LiLA merupakan suatu cara untuk mendeteksi dini adanya Kurang Energi Kronis (KEK) atau kekurangan gizi. Malnutrisi pada ibu hamil mengakibatkan transfer nutrient ke janin berkurang, sehingga pertumbuhan janin terhambat dan berpotensi melahikan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). BBLR berkaitan dengan volume otak dan IQ seorang anak. Kurang Energi Kronis atau KEK (ukuran LILA < 23,5 cm), yang menggambarkan kekurangan pangan dalam jangka panjang baik dalam jumlah maupun kualitasnya. 9. Tatalaksana kasus 10. Temu wicara (konseling dan pemecahan masalah) H. PEMERIKSAAN ANTENATAL Pemeriksaan kehamilan terbagi dalam: 1. Anamnesa a. Identifikasi ibu (nama, nama suami, usia, pekerjaan, agama & alamat ibu)



b. Keluhan utama atau apa yang diderita, apakah ibu datang untuk memeriksakan kehamilan atau ada masalah lain c. Riwayat haid, untuk mengetahui faal alat kandungan d. Riwayat perkawinan e. Riwayat kehamilan sekarang, meliputi: 1) HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir) 2) Gerak janin (kapan mulai dirasakan apakah ada perubahan) 3) Masalah atau tanda-tanda bahaya (termasuk pengelihatan kabur) 4) Keluhan-keluhan yang lazim pada kehamilan 5) Penggunaan obat-obatan (termasuk jamu-jamuan) 6) Kekhawatiran-kekhawatiran lain yang dirasakan f. Riwayat kebidanan yang lalu, meliputi: 1) Berapa kali hamil, anak yang lahir hidup, persalinan tepat waktu, persalinan premature, keguguran atau kegagalan kehamilan, persalinan dengan tindakan (dengan forcep, vakum, ekstraksi atau operasi caesar) 2) Perdarahan pada kehamilan, persalinan, kelahiran atau paska persalinan 3) Persalinan yang lalu: spontan atau buatan, aterm atau premature, perdarahan, siapa yg menolong 4) Riwayat hipertensi 5) Melahirkan janin dengan BB 4 kg 6) Nifas dan laktasi 7) Bayi yg dilahirkan: jenis kelamin, BB & panjang badan, hidup atau mati, bila mati umur berapa & penyebabnya 8) Masalah-masalah lain yg dialami g. Riwayat



kesehatan



(penyatkit



yg



pernah



diderita),



meliputi:



penyakit



kardiovaskuler, TB paru, hepatitis B, diabetes, hipertensi, PMS atau HIV/AIDS, malaria, status imunisasi TT, dll. h. Riwayat keluarga meliputi penyakit keturunan, anak kembar, penyakit menular, dll i. Riwayat sosial ekonomi & budaya meliputi: 1) Status perkawinan 2) Riwayat KB



3) Reaksi orangtua dan keluarga terhadap kehamilan ini 4) Dukungan keluarga 5) Pengambil keputusan dalam keluarga 6) Kebiasaan makan dan gizi yang dikonsumsi (gizi seimbang), dengan perhatian pada vitamin A dan zat besi 7) Kebiasaan hidup sehat meliputi kebiasaan merokok, minum obat/alcohol/obat tradisional, & olahraga 8) Beban kerja & kegiatan sehari-hari 9) Tempat melahirkan & penolong yg diinginkan Menentukan Taksiran Persalinan Untuk siklus 28 hari: HPHT (+7), bulan (-3), tahun (+1) = tanggal persalinan Untuk siklus 35 hari: HPHT (+14), bulan (-3), tahun (+1) = tanggal persalinan 2. Pemeriksaan fisik a. Inspeksi 1) Kepala dan leher 2) Dada: bentuk payudara, pigmentasi putting susu, keadaan putting susu (simetris atau tidak), keluarnya kolostrum (dilakukan pemeriksaan setelah usia kehamilan >28 minggu) 3) Perut: membesar kedepan atau kesamping (acites), keadaan perut, linea alba, ada gerakan anak atau tidak, kontraksi rahim, striae gravidarum, & bekas luka operasi 4) Vulva: keadaan perineum, varices, tanda Chadwick, fluor dan condyloma 5) Anggota bawah: cari varises, oedema, luka b. Palpasi 1) Besarnya rahim untuk menentukan tuanya kehamilan 2) Letak anak dalam rahim



Cara melakukan palpasi menurut Leopold terdiri atas 4 bagian, yaitu: (Manuaba, 1998) Leopold 1 ·   Pemeriksa menghadap ke arah muka ibu hamil ·   Menentukan tunggi fundus uteri dan bagian janin dalam fundus ·   Konsistensi fundus Leopold 2 ·  Menemukan batas samping rahim kanan-kiri ·  Menentukan letak punggung janin ·  Pada letak lintang, tentukan dimana kepala janin Leopold 3 ·  Menentukan bagian terbawah janin ·  Apakah bagian terbawah tersebut sudah masuk atau masih goyang Leopold 4 ·  Pemeriksa menghadap ke kaki ibu hamil ·  Bisa juga menentukan bagian terbawah janin apa dan berapa jauh janin sudah mask pintu atas panggul Mengukur usia kehamilan dengan TFU: TFU (cm) = tua kehamilan dalam bulan 3,5 cm c. Auskultasi Digunakan stetoskop atau Doppler, untuk mendengan bunyi jantung janin, bising tali pusat, gerakan janin, bising rahim, bunyi aorta, dan bising usus 3. Diagnosa Setelah dilakukan anamesa & pemeriksaan fisik, maka dapat ditegakkan diagnosa. Selain itu dapat pula diketahui: a. Hamil atau tidak b. Primi atau multigravida c. Usia kehamilan d. Janin hidup atau mati e. Janin tunggal atau kembar f. Letak anak g. Anak intra atau extrauterin



h. Keadaan jalan lahir i. Keadaan umum penderita 4. Prognosa Prognosa atau ramalan persalinan dibuat setelah ditegakkan diagnose. Prognosa persalinan dapat diperkirakan apakah akan berjalan normal dan lahir spontan atau sulit dan berbahaya. 5. Terapi Tujuan terapi pada ibu hamil adalah untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi tingginya dalam kehamilan & menjelang persalinan. Berikan konseling pada ibu hamil mengenai kehidupan waktu hamil, hygiene dan gizi, pemeriksaan antenatal, tanda-tanda bahaya, dll.



DAFTAR PUSTAKA



Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad Bandung. (2000). Obstetri Fisiology. Bandung: Elemen. Haen Forer. 1999. Perawatan Maternitas Edisi 2: Jakarta: EGC. Israr, Yayan, dkk. 2009. Makalah Antenatal Care dan Preeklampsia. Manuaba. 2001. Kapita selekta penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB. Jakarta: EGC. Muchtar Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri fisiologi Obstetri Patologi Edisi: 2. Jakarta: EGC. Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Diterjemahkan oleh: Widyawati, dkk. Jakarta. EGC.



LAPORAN PENDAHULUAN TENTANG “PNC (POST NATAL CARE)”



Oleh: NOLA SEPTRI YULIANDA 1614201122



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROGRAM NON REGULER SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PERINTIS PADANG 2017 LAPORAN PENDAHULUAN PNC (POST NATAL CARE)



A. Definisi Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak,2010). Masa nifas atau masa purpenium adalah masa setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6-8 minggu (Manjoer, A dkk, 2001). Akan tetapi seluruh alat genetal baruh pulih kembali seperti sebelumnya ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Ilmu kebidanan, 2007). Masa nifas adalah priode sekitar 6 minggu sesudah melahirkan anak, ketika alatalat reproduksi tengah kembali ke kondisi normal (Barbara F. Weller,2005). Post partum adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam (Saifuddin,2002). Post partum adalah masa pulih kembali dari persalinan sampai alat-alat kandung kembali seperti sebelum hamil, lama massa nifas yaitu 6-8 minggu (Rustam,1991) B. Klasifikasi Masa nifas dibagi dalam 3 periode yaitu : 1. Post partum dini yaitu keputihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri, berjalanjalan. Dalam agama Isalam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari. 2. Post partum intermedial yaitu keputihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu. 3. Post partum terlambat yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.



C. Adaptasi Fisiologi 1. Involusi a. Uterus



Involusi



TFU



Berat uterus



Bayi lahir



Setengah pusat



Uri lahir



2 jari bawah pusat



750



1 minggu



Pertengahan pusat sym



500



2 minggu



Tidak teraba diatas sym



350



6 minggu



Bertambah kecil



50



8 minggu



Sebesar normal



30



1000 gr



b. Placenta Bed 1) Mengecil dan menonjol 2) Kearah kavum uteri c. Jalan lahir:   Luka sembuh dalam 6-7 hari bila tanpa infeksi d. Abdomen: Mulas (after pain) kontraksi selama + 2-4 post partum e. Pengeluaran 1) L. Rubra (0-2 hari) warna merah (darah segar yang bercampur sisa selaput ketuban, sel desidua, sisa vemuk, kaseosa, lanugo mekonium) 2) L. Sangirdenta (3-7 hari) warna merah kuning (terdiri dari darah campur lendir) 3) L. Serosa (7-14 hari) berwarna kuning 4) L. Alba (14 hari – 6 minggu) hanya berupa cairan putih f. Servik 1) Agar menganga seperti corong 2) Merah kehitaman seperti corong 3) Konsistensi lunak, kadang terdapat luka kecil g. Ligamen: Ligament, fasia, diafragma pelvis menciut dan pulih kembali h. Vagina: Laserasi, vugae baru ada setelah tiga minggu i. Muskulus 1) Tonus otot berkurang 2) Diastaks rektus abdominalis 3) Sesasi ekstremitas bawah berkurang j. Perkemihan



1) Diuresisi meningkat dalam 24 jam pertama 2) Hematuria k. Sisa endokirn 1) Penurunan estrogen, prgesteron setelah placenta lahir 2) Polaktin meningkat laktasi 3) Non laktasi, prolaktin menurun estrogen meningkat, fase folikular 3 minggu PP dan haid 12 minggu kemudian 4)   Laktasi, haid minggu ke-36 (anovulatory) l. Sistem pencernaan 1) Motiltias usus menurun 2) Kekurangan cairan 3) Tidak usaman m. Sistem cardiovaskuler 1) Bradikardi : 50-70 x.mnt 2) Takikardi 3) Diaporesis dan menggigil 4) Pembekuan darah menigkat 2. Proses Laktasi a. Perubahan pada kelenjar mamae b. Poliferasi jaringan c. Pengeluaran clolstrum d. Hipervaskularisas e. Hormon prlaktim ber tambah D. Adaptasi Psikologis Menjadi orang tua merupakan suatu krisis tersendiri dan harus melewati masa transisi. Masa transisi pada post partum yang harus diperhatikan perawat adalah : 1. “Honeymoon” adalah fase setelah anak lahir dan terjadi kontak yang lama antara ibu, ayah, anak. Kala ini dapat dikatakan sebagai psikis honeymoon yang memerlukan hal-hal



romantis masing-masing saling memperhatikan anaknya dan menciptakan hubungan yang baru. 2. Bonding Attachment atau ikatan kasih Dimulai sejak dini begitu bayi dilahirkan. “Bonding” adalah suatu istilah untuk menerangkan hubungan antara ibu dan anak. Sedangkan “attachment” adalah suatu keterikatan antara orang tua dan anak. Peran perawat penting sekali untuk memikirkan bagaimana hal tersebut dapat terlaksana. Partisipasi suami dalam proses persalinan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan ikatan kasih tersebut. Perubahan fisiologis pada klien post partum akan dikuti oleh perubahan psikologis secara simultan sehingga klien harus beradaptasi secara menyeluruh. Menurut klasifikasi Rubin terdapat tiga tingkat psikologis klien setelah melahirkan adalah: ”TAKING IN” Suatu periode dimana ibu hanya berorientasi pada kebutuhan diri sendiri, tingkah laku klien pasif dengan berdiam diri, tergantung pada orang lain. Ibu belum mempunyai inisiatif untuk kontak dengan bayinya. Dia sangat membutuhkan orang lain untuk membantu, kebutuhannya yang utama adalah istirahat dan makan. Selain itu ibu mulai menerima pengalamannya dalam melahirkan dan menyadari bahwa hal tersebut adalah nyata. Periode ini berlangsung 1 - 2 hari. Menurut



Gottible,



pada



fase



ini



ibu



akan



mengalami



“proses



mengetahui/menemukan “ yang terdiri dari : a. Identifikasi: Ibu mengidentifikasi bagian-bagian dari fisik bayi, gambaran tubuhnya untuk menyesuaikan dengan yang diharapkan atau diimpikan. b. Relating (menghubungkan): Ibu menggambarkan anaknya mirip dengan anggota keluarga yang lain. c. Menginterpretasikan: Ibu mengartikan tingkah laku bayi dan kebutuhan yang dirasakan. Pada fase ini dikenal dengan istilah “ fingertip touch”



TAKING HOLD Periode dimana terjadi perpindahan dari keadaan ketergantungan ke keadaan mandiri. Perlahan-lahan tingkat energi klien meningkat merasa lebih nyaman dan mulai



berfokus pada bayi yang dilahirkan. Klien lebih mandiri, dan pada akhirnya mempunyai inisiatif untuk merawat dirinya, mampu untuk mengontrol fungsi tubuh, fungsi eliminasi dan memperhatikan aktifitas yang dilakukannya setiap hari. Jika ibu merawat bayinya, maka ia harus memperhatikan kualitas dan kuantitas dari produksi ASI. Selain itu, ibu seharusnya tidak hanya mengungkapkan keinginannya saja akan tetapi harus melakukan hal tersebut, misalnya keinginan berjalan, duduk, bergerak seperti sebelum melahirkan. Disini juga klien sangat antusias merawat bayinya. Pada fase ini merupakan saat yang tepat untuk memberikan pendidikan perawatan diri dan bayinya. Pada saat ini perawat mutlak memberikan semua tindakan keperawatan seperti halnya menghadapi kesiapan ibu menerima bayi, petunjuk-petunjuk yang harus diikuti tentang bagaimana cara mengungkapkan dan bagaimana mengaturnya. Perawat harus berhati-hati dalam memberikan instruksi dan tidak memaksakan kehendaknya sendiri. Apabila klien merasa tidak mampu berbuat seperti yang diperbuat oleh perawat, maka perawat harus membantu ibu dalam melaksanakan kegiatan / tugas yang telah didemonstrasikan dan memberi pujian untuk setiap tindakan yang tepat. Bila ibu sudah merasakan lebih nyaman, maka ibu sudah masuk dalam tahap ke- 2 “ maternal touch”, yaitu “total hand contact” dan akhirnya pada tahap ke- 3 yang disebut “ enfolding”. Dan periode ini berlangsung selama 10 hari. LETTING GO Pada fase ini klien sudah mampu merawat dirinya sendiri dan mulai disibukan oleh tanggung jawabnya sebagai ibu. Secara umum fase ini terjadi ketika ibu kembali ke rumah. POST PARTUM BLUES Pada periode ini terjadi perubahan hormone estrogen dan progesterone yang menurun, selain itu ibu tidak siap dengan tugas-tugas yang harus dihadapinya. Gejala: menangis, mudah tersinggung, gangguan nafsu makan, gangguan pola tidur, cemas. Bila keadaan ini berlangsung lebih dari 2 minggu dan ibu tidak mampu menyesuaikan diri, maka akan menjadi serius yang dikenal sebagai POST PARTUM DEPRESI. 3. Adaptasi psikologis ayah



Respon ayah pada masa sesudah kelahiran tergantung keterlibatannya selama proses persalinan, biasanya ayah akan merasa lelah, ingin selalu dekat dengan isteri dan anaknya. 4. Adaptasi psikologis keluarga Kehadiran bayi baru lahir dalam keluarga menimbulkan perubahan peran dan hubungan dalam keluarga tersebut, misalnya anak yang lebih besar menjadi kakak, orang tua menjadi kakek / nenek, suami dan isteri harus saling membagi perhatian. Bila banyak anggota yang membantu merawat bayi, maka keadaan tidaklah sesulit dengan tidak ada yang membantu, sementara klien harus ikut aktif melibatkan diri dalam merawat bayi dan membantu rumah tangga. E. Etiologi Penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum diketahui secara pasti atau jelas terdapat beberapa teori antara lain (Rustma Muchtar, 1998) : 1. Penurunan kadar progesterone Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen meninggikan ketentraman otot rahim. 2. Penurunan kadar progesterone Pada akhir kehamilan kadar oxytocinbertambah, oleh karena itu timbul kontraksi otot rahim.Keregangan otot-otot 3. Dengan majunya kehamilan makin regang otot-otot dan otot-otot rahim makin rentan. Pengaruh janin 4. Hypofisis dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang peranan oleh karena itu pada enencephalus kehamilan sering lebih lama dan biasa. 5. Teori prostaglandin Teori prostaglandin yang dihasilkan dan decidua, disangka menjadi salah satu sebab permulaan persalinan. F. Patofisiologi Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-



perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut “involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting lain yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mama. Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh darah yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk serviks agak menganga seperticorong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam cincin. Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma palvis serta fasia yang merenggang sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur kembali seperti sedia kala. G. Manifestasi Klinis Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita memasuki “bulannya atau minggunya atau harinya” yang disebut kala pendahuluan (preparatory stage of labor) ini memberikan tanda-tanda sebagai berikut : 1. Lightening atau setting atau droping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida pada multipara tidak begitu kentara. 2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun. 3. Perasaan sering atau susah kencing (potakisurla) karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawa janin. 4. Perasaan sakit perut dan dipinggang oleh adanya kontraksi lemah dari uterus, kadang disebut “false labor pains”. 5. Serviks menjadi lembek, mulai melebar dan sekresinya bertambah dan bisa bercampur darah (bloody shoe). H. Komplikasi Post Partum



1. Klien post partum komplikasi perdarahan Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH, 1998).Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu: a. Early Postpartum : Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir b. Late Postpartum : Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan komplikasi perdarahan post partum : a. Menghentikan perdarahan. b. Mencegah timbulnya syok. c. Mengganti darah yang hilang. Penyebab umum perdarahan postpartum adalah: a. Atonia Uteri b. Retensi Plasenta c. Sisa Plasenta dan selaput ketuban 1) Pelekatan yang abnormal (plasaenta akreta dan perkreta) 2) Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia) d. Trauma jalan lahir 1) Episiotomi yang lebar 2) Lacerasi perineum, vagina, serviks, forniks dan rahim 3) Rupture uteri e. Penyakit darah Kelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia /hipofibrinogenemia. 2. Klien post partum komplikasi infeksi Infeksi adalah berhubungan dengan berkembang - biaknya mikroorganisme dalam tubuh manusia yang disertai dengan reaksi tubuh terhadapnya (Zulkarnain Iskandar, 1998). Infeksi pascapartum (sepsis puerperal atau demam setelah melahirkan) ialah infeksi klinis pada saluran genital yang terjadi dalam 28 hari setelah abortus atau persalinan (Bobak, 2004).



Infeksi ini terjadi setelah persalinan, kuman masuk dalam tubuh pada saat berlangsungnya proses persalinan. Diantaranya, saat ketuban pecah sebelum maupun saat persalinan berlangsung sehingga menjadi jembatan masuknya kuman dalam tubuh lewat rahim. Jalan masuk lainnya adalah dari penolong persalinan sendiri, seperti alat-alat yang tidak steril digunakan pada saat proses persalinan. Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi antara lain adalah : a. Streptococcus haemoliticus anaerobic Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi ini biasanya eksogen (ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak suci hama, tangan penolong, infeksi tenggorokan orang lain). b. Staphylococcus aureus Masuknya secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab infeksi di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang yang nampaknya sehat.Kuman ini biasanya menyebabkan infeksi terbatas, walaupun kadang-kadang menjadi sebab infeksi umum. c. Escherichia Coli Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi terbatas pada perineum, vulva, dan endometriurn.Kuman ini merupakan sebab penting dari infeksi traktus urinarius. d. Clostridium Welchii Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong oleh dukun dari luar rumah sakit. 3. Klien post partum komplikasi penyakit blues Post-partum blues (PPB) atau sering juga disebut maternity blues atau baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan afek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan atau pada saat fase taking in, cenderung akan memburuk pada hari ketiga sampai kelima dan berlangsung dalam rentang waktu 14 hari atau dua minggu pasca persalinan.



Baby blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami perasaan tidak nyaman (kesedihan atau kemurungan)/gangguan suasana hati setelah persalinan, yang berkaitan dengan hubungannya dengan si bayi, atau pun dengan dirinya sendiri. Etiologi atau penyebab pasti terjadinya postpartum blues sampai saat ini belum diketahui. Namun, banyak faktor yang diduga berperan terhadap terjadinya postpartum blues, antara lain: a. Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen, progesteron, prolaktin dan estradiol. Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan sangat berpengaruh pada gangguan emosional pascapartum karena estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi noradrenalin dan serotonin yang berperan dalam perubahan mood dan kejadian depresi. b. Faktor demografi yaitu umur dan paritas. c. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan. d. Latar belakang psikososial ibu, seperti; tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya, sosial ekonomi serta keadekuatan dukungan sosial dari lingkungannya (suami, keluarga dan teman). e. Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya.



I.



Pemeriksaan Penunjang 1. Pemerikasaan umum: tensi,nadi,keluhan dan sebagainya 2. Keadaan umum: TTV, selera makan dll 3. Payudara: air susu, putting 4. Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum 5. Sekres yang keluar atau lochea 6. Keadaan alat kandungan Pemeriksaan penunjang post partum menurut Manjoer arif dkk, 2001 1. Hemoglobin, hematokrit, leukosit, ureum 2. Ultra sosografi untuk melihat sisa plasenta.



J.



Penatalaksanaan 1. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan) 2. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan kiri 3. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas, pemberian informasi tentang senam nifas. 4. Hari ke-2 : mulai latihan duduk 5. Hari ke-3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan



DAFTAR PUSTAKA



Bobak, M.L., Jensen, D.M., 2000, Perawatan Maternitas (terjemahan), Edisi I, YIA-PKP, Bandung. Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis (terjemahan), Edisi 6, EGC, Jakarta. Dwidiyanti, M., 2008, Aplikasi Model Konseptual Keperawatan, Depkes, Semarang. Farrer, H., 2004, Perawatan Maternitas (terjemahan), EGC, Jakarta. Manuaba, I.B.G., 2008, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana, EGC, Jakarta. Mochtar, R., 2008, Sinopsis Obstetri : Obstetri Operatif, Obstetri Sosial, EGC, Jakarta. Prawirohardjo, 2000, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.



LAPORAN PENDAHULUAN TENTANG



“BAYI BARU LAHIR”



Oleh: NOLA SEPTRI YULIANDA 1614201122



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROGRAM NON REGULER SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PERINTIS PADANG 2017 LAPORAN PENDAHULUAN BAYI BARU LAHIR



A. DEFINISI Bayi baru lahir / new born ( Inggris ) / neonatus (Latin ) adl: Bayi yg baru dilahirkan sampai dgn umur 4 mgg. Bayi baru lahir harus memenuhi sejumlah tugas perkembangan untuk memperoleh dan mempertahankan eksisitensi fisik secara terpisah dari ibunya. Perubahan fisiologis dan psikososial yang besar terjadi pada saat bayi lahir memungkinkan transisi dari lingkungan intrauterine (bobak, 2005). Tiga faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi dan proses vital neonatus yaitu maturasi, adaptasi dan toleransi. Selain itu pengaruh kehamilan dan proses persalinan mempunyai peranan penting dalam morbiditas dan mortalitas bayi. Empat aspek transisi pada bayi baru lahir yang paling dramatik dancepat berlangsung adalah pada sistem pernapasan, sirkulasi, kemampuan menghasilkan sumber glukosa. B. TANDA-TANDA BAYI LAHIR SEHAT 1. Berat badan bayi 2500-4000 gram; 2. Umur kehamilan 37 – 40 mg; 3. Bayi segera menangis , 4. Bergerak aktif, kulit kemerahan, 5. Mengisap ASI dengan baik, 6. Tidak ada cacat bawaan C. PRUBAHAN DAN ADAPTASI FISIOLOGIS PADA BAYI BARU LAHIR 1. Perubahan Sistem Pernafasan a. Perkembangan paru – paru Ketidakmatangan paru-paru akan mengurangi peluang kelangsungan hidup bayi baru lahir sebelum usia kemilan 24 minggu, yang disebabkan oleh keterbatasan permukaan alveolus, ketidak matangan sistem kapiler paru-paru dan tidak mencukupinya jumlah surfaktan. b. Awal adanya nafas Dua faktor yang berperan pada rangsangan pertama nafas bayi:



1) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak 2) Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru-paru selama persalinan yang merangsang masuknya udara kedalam paru-paru secara mekanis 3) Interaksi antara sistem pernafasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat menimbulkan pernafasan yang teratur dan berkesinambungan, Jadi sistemsistem harus berfungsi secara normal. 4) Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernafas 5) Upaya pernafasan pertama bayi berf/ untuk mengeluarkan cairan dalam paruparu dan mengembangkan alveolus paru-paru untuk pertama kali. 6) Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan 30-40 minggu kehamilan à meningkat sampai paru - paru matang 7) Surfaktan ini berfungsi mengurangi tekanan permukaan paru-paru dan membantu menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernafasan. 8) Tanpa surfaktan, alveoli akan kolaps setiap saat setelah akhir setiap pernafasan, yang menyebabkan sulit bernafas. c. Dari cairan menuju udara 1) Bayi cukup bulan, mempunyai cairan di dalam paru-parunya. Pada saat bayi melalui jalan lahir selama persalinan, sekitar 1/3 cairan ini akan diperas keluar paru-paru. 2) Dengan beberapa kali tarikan nafas pertama, udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus bayi baru lahir. 3) Dengan sisa cairan di dalam paru- paru dikeluarkan dari paru-paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah d. Fungsi pernafasan dalam kaitannya dengan fungsi kardiovaskuler 1) Oksigenasi sangat penting dalam mempertahankan kecukupan pertukaran udara. 2) Hipoksia à pembuluh darah paru-paru mengalami vasokonstriksi à tidak ada pembuluh darah yang terbuka, guna menerima oksigen yang berada dalam



alveoli, sehingga penyebab penurunan oksigenasi jaringan akan memperburuk hipoksia. 3) Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan menghilangkan cairan paru-paru yang mendorong terjadinya peningkatan sirkulasi limfe dan membantu menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim. e. Karakteristik respirasi bayi baru lahir 1) RR : 30 – 60 x/ menit 2) Dangkal dan irreguler 3) Pernafasan cuping hidung 4) Apnea 5 – 15 detik 2. Perubahan Sistem Peredaran Darah Setelah lahir darah bayi baru lahir harus melewati paru-paru untuk mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik pada bayi baru lahir terjadi dua perubahan besar: a. Penutupan Foramen ovale pada atrium jantung b. Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru - paru dan aorta c. Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam sistem pembuluh darah, adalah: 1) Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan atrium kanan menurun. Tekanan atrium kanan menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium tersebut. Kedua kejadian ini membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit mengalir ke paru-paru untuk menjalani proses oksigenasi ulang. 2) Pernafasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru-paru dan meningkatkan tekanan atrium kanan. 3) pada pernafasan pertama ini menimbulkan relaksasi dan sedikit terbukanya sistem pembuluh darah paru-paru. 4) Peningkatan sirkulasi ke paru-paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium kanan. Dengan peningkatan tekanan atrium kanan dan



penurunan tekanan pada atrium kiri, foramen ovale secara fungsional akan menutup. d. Karakteristik fungsi kardio 1) Tekanan darah : bayi lahir 72/ 47 mmHg 2) Hearth murmurs : 90% 3. Perubahan Sistem Pengaturan Suhu Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan. Suhu dingin menyebabkan air ketubah menguap lewat kulit, sehingga mendinginkan darah bayi. Pada lingkungan dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya. Cara Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi Normal, Pencegahan kehilangan panas. Bayi baru lahir tidak dapat mengatur tubuhnya secara memadai, dan dapat dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas tidak segera dicegah. Mekanisme Hilangnya Panas Pada Bayi: a. Evaporasi: Adalah cara kehilangan panas karena menguapnya cairan ketuban pada permukaan tubuh setelah bayi lahir karena tubuh tidak segera dikeringkan. b. Konduksi: Adalah kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. c. Konveksi: Adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi terpapar dengan udara sekitar yang lebih dingin d. Radiasi: Adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi ditempatkan dekat benda yang mempunyai temperatur tubuh lebih rendah dari temperatur tubuh bayi. Upaya Untuk Mencegah Kehilangan Panas a. Keringkan bayi secara seksama. b. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat. c. Tutupi kepala bayi. d. Anjurkan ibu untuk memeluk dan memberikan ASI e. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir, lakukan penimbangan setelah bayi mengenakan pakaian. f. Jangan memandikan bayi setidak - tidaknya 6 jam setelah lahir.



g. Tempatkan bayi di lingkungan hangat 4. Mekanisme Glukosa Untuk memfungsikan otak diperlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat pada saat lahir, seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah akan turun cepat dalam waktu 1-2 jam 5. Perubahan Sistem Gastro Intestinal a. Hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang menyebabkan gumoh pada bayi baru lahir dan neonatus. b. Kapasitas lambung sangat terbatas, kurang dari 30 cc untuk bayi baru lahir cukup bulan. Waktu pengosongan lambung adalah 2,5-3 jam, itulah sebabnya bayi memerlukan ASI sesering mungkin c. Pada saat makanan masuk kelambung terjadilah gerakan peristaltik cepat. Ini berarti bahwa pemberian makanan sering diikuti dengan refleks pengosongan lambung. d. Bayi yang diberi ASI dapat bertinja 8-10 kali sehari atau paling sedikit 2-3 kali sehari. Bayi yang diberi minum PASI bertinja 4-6 kali sehari, tetapi terdapat kecenderungan mengalami konstipasi 6. Perubahan Sistem Kekebalan Tubuh Sistem imunitas bayi belum matang, sehingga menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Oleh karena itu, pencegahan terhadap mikroba dan deteksi dini infeksi menjadi sangat penting. Kekebalan alami dari struktur kekebalan tubuh yang mencegah infeksi. Jika bayi disusui ASI terutama kolostrum memberi bayi kekebalan pasif dalam bentuk laktobaksilus bifidus, laktoferin, lisozim dan sekresi Ig A.



7. Perubahan Sistem Ginjal



Beban kerja ginjal dimulai saat bayi lahir hingga masukan cairan meningkat, mungkin air kemih akan tampak keruh termasuk berwarna merah muda. Hal ini disebabkan oleh kadar ureum yang tidak banyak berarti. 8. Perubahan Sistem Reproduksi a. Anak laki-laki tidak menghasilkan sperma sampai pubertas b. Tetapi anak perempuan mempunyai ovum atau sel telur dalam indung telurnya. c. Kedua jenis kelamin mungkin memperlihatkan pembesaran payudara, kadang kadang disertai sekresi cairan pada puting pada hari 4-5, karena adanya gejala berhentinya sirkulasi hormon ibu. 9. Perubahan Sistem Muskuloskeletal a. Otot sudah dalam keadaan lengkap pada saat lahir, tetapi tumbuh melalui proses hipertropi. b. Tumpang tindih atau molase dapat terjadi pada waktu lahir c. Molase ini dapat menghilang beberapa hari setelah melahirkan. d. Ubun-ubun besar akan tetap terbuka hingga usia 18 bulan. 10. Perubahan Sistem Neurologi Sistem Neurologi belum matang pada saat lahir. Refleks dapat menunjukkan keadaan normal dari integritas sistem saraf dan sistem muskuloskeleat 11. Perubahan Sistem Intergumentary a. Pada bayi baru lahir cukup bulan kulit berwarna merah dengan sedikit verniks kaseosa. b. Sedangkan pada bayi prematur kulit tembus pandang dan banyak verniks. c. Pada saat lahir verniks tidak semua dihilangkan, karena diabsorpsi kulit bayi dan hilang dalam 24 jam. d. Bayi baru lahir tidak memerlukan pemakaian bedak atau krim, karena zat-zat kimia dapat mempengaruhi Ph kulit bayi. D. TATALAKSANA BAYI BARU LAHIR Tatalaksana bayi baru lahir meliputi: 1. Asuhan bayi baru lahir pada 0 – 6 jam:



a. Asuhan bayi baru lahir normal, dilaksanakan segera setelah lahir, dan diletakkan di dekat ibunya dalam ruangan yang sama. b. Asuhan bayi baru lahir dengan komplikasi dilaksanakan satu ruangan dengan ibunya atau di ruangan khusus. c. Pada proses persalinan, ibu dapat didampingi suami. 2. Asuhan bayi baru lahir pada 6 jam sampai 28 hari: a. Pemeriksaan neonatus pada periode ini dapat dilaksanakan di puskesmas/ pustu/ polindes/ poskesdes dan/atau melalui kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan. b. Pemeriksaan neonatus dilaksanakan di dekat ibu, bayi didampingi ibu atau keluarga pada saat diperiksa atau diberikan pelayanan kesehatan. E. JENIS PELAYANAN KESEHATAN BAYI BARU LAHIR Pelaksanaan asuhan bayi baru lahir mengacu pada pedoman Asuhan Persalinan Normal yang tersedia di puskesmas, pemberi layanan asuhan bayi baru lahir dapat dilaksanakan oleh dokter, bidan atau perawat. Pelaksanaan asuhan bayi baru lahir dilaksanakan dalam ruangan yang sama dengan ibunya atau rawat gabung (ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar , bayi berada dalam jangkauan ibu selama 24 jam). Asuhan bayi baru lahir meliputi: 1. Pencegahan infeksi (PI) 2. Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi 3. Pemotongan dan perawatan tali pusat 4. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) 5. Pencegahan kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6 jam, kontak kulit bayi dan ibu serta menyelimuti kepala dan tubuh bayi. 6. Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1 dosis tunggal di paha kiri 7. Pemberian imunisasi Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di paha kanan 8. Pencegahan infeksi mata melalui pemberian salep mata antibiotika dosis tunggal 9. Pemeriksaan bayi baru lahir 10. Pemberian ASI eksklusif



F. PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) Setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong, segera letakkan bayi tengkurap di dada ibu, kulit bayi kontak dengan kulit ibu untuk melaksanakan proses IMD. Langkah IMD pada persalinan normal (partus spontan): 1. Suami atau keluarga dianjurkan mendampingi ibu di kamar bersalin 2. Bayi lahir segera dikeringkan kecuali tangannya, tanpa menghilangkan vernix, kemudian tali pusat diikat. 3. Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, bayi ditengkurapkan di dada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu dan mata bayi setinggi puting susu ibu. Keduanya diselimuti dan bayi diberi topi. 4. Ibu dianjurkan merangsang bayi dengan sentuhan, dan biarkan bayi sendiri mencari puting susu ibu. 5. Ibu didukung dan dibantu tenaga kesehatan mengenali perilaku bayi sebelum menyusu 6. Biarkan kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu minimal selama satu jam; bila menyusu awal terjadi sebelum 1 jam, biarkan bayi tetap di dada ibu sampai 1 jam 7. jika bayi belum mendapatkan puting susu ibu dalam 1 jam posisikan bayi lebih dekat dengan puting susu ibu, dan biarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibu selama 30 menit atau 1 jam berikutnya. 8. Kemudian Setelah selesai proses IMD bayi ditimbang, diukur, dicap/diberi tanda identitas, diberi salep mata dan penyuntikan vitamin K1 pada paha kiri. Satu jam kemudian diberikan imunisasi Hepatitis B (HB 0) pada paha kanan G. PELAKSANAAN PENIMBANGAN, PENYUNTIKAN VITAMIN K1, SALEP MATA DAN IMUNISASI HEPATITIS B (HB 0) Pemberian layanan kesehatan tersebut dilaksanakan pada periode setelah IMD sampai 2-3 jam setelah lahir , dan dilaksanakan di kamar bersalin oleh dokter , bidan atau perawat. Semua BBL harus diberi penyuntikan vitamin K1 (Phytomenadione) 1 mg intramuskuler di paha kiri, untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian BBL.



Salep atau tetes mata diberikan untuk pencegahan infeksi mata (Oxytetrasiklin 1%). Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha kanan setelah penyuntikan Vitamin K1 yang bertujuan untuk mencegah penularan Hepatitis B melalui jalur ibu ke bayi yang dapat menimbulkan kerusakan hati H. PEMERIKSAAN BAYI BARU LAHIR Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin kelainan pada bayi. Risiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama. Pemeriksaan bayi baru lahir dilaksanakan di ruangan yang sama dengan ibunya, oleh dokter/ bidan/ perawat. Jika pemeriksaan dilakukan di rumah, ibu atau keluarga dapat mendampingi tenaga kesehatan yang memeriksa. Langkah langkah pemeriksaan: 1. Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan bayi tenang (tidak menangis). 2. Pemeriksaan tidak harus berurutan, dahulukan menilai pernapasan dan tarikan dinding dada bawah, denyut jantung serta perut. 3. Selalu mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir sebelum dan sesudah memegang bayi. I.



RAWAT



GABUNG (ROOMING IN) Ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar, berada dalam jangkauan ibu selama 24 jam. Berikan hanya ASI saja tanpa minuman atau makanan lain kecuali atas indikasi medis. Tidak diberi dot atau kempeng. Manfaat rawat gabung 1. Aspek fisik Bila bayi dekat dengan ibu maka ibu dengan mudah melakukan perawatan bayi dengan mandiri, dapat menyusui kapan saja, sehingga ibu dapat melihat perubahanperubahan yang terjadi pada bayinya.



2. Aspek fisiologis Bila bayi dekat dengan ibu, ibu akan sering menyusukan bayinya. Proses ini adalah proses fisiologis yang alami. Bagi ibu timbul refleks oksitosin yang membantu proses involusio rahim. 3. Aspek psikologis Dengan rawat gabung antara ibu dan bayi akan terjadi proses lekat (early infant mother bonding) akibat sentuhan badaniah antara ibu dan bayi. a. Bagi Ibu : Merupakan kepuasan tersendiri bisa memberikan ASI b. Bagi Bayi : Mendapatkan rasa aman atau merasa terlindungi. 4. Aspek edukatif Dengan rawat gabung ibu akan mempunyai pengalaman yang berguna terutama yang baru mempunyai anak.Keterampilan yang didapat pada rawat gabung yaitu diharapkan dapat menjadi modal bagi ibu untuk merawat bayinya sendiri. Dapat juga dipakai sebagai sarana pendidikan bagi keluarga. 5. Aspek ekonomi Dengan Rooming in pemberian ASI dapat dilakukan sedini mungkin. Bagi pihak keluarga bisa menjadi penghematan dalam pengeluaran biaya untuk susu botol. 6. Aspek medis Rooming in dapat menurunkan terjadinya infeksi nasokomial pada bayi Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan rawat gabung 1. Peranan sosial budaya Kemajuan tekhnologi, perkembangan Industri, urbanisasi dan pengaruh Kebudayaan barat pergeseran nilai sosial - budaya masyarakat memberi susu Formula modern 2. Faktor ekonomi a. Gaji yang sedikit à ibu-ibu untuk bekerja diluar rumah à Pemberian ASI menurun b. Ibu cenderung memberikan susu formula/botol



J.



KUNJUNGAN NEONATAL Kunjungan Neonatal adalah pelayanan kesehatan kepada neonatus sedikitnya 3 kali yaitu : 1. Kunjungan neonatal I (KN1) pada 6 jam sampai dengan 48 jam setelah lahir 2. Kunjungan neonatal II (KN2) pada hari ke 3 s/d 7 hari 3. Kunjungan neonatal III (KN3) pada hari ke 8 – 28 hari Pelayanan kesehatan diberikan oleh dokter/bidan/perawat, dapat dilaksanakan di puskesmas atau melalui kunjungan rumah. Pelayanan yang diberikan mengacu pada pedoman Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) pada algoritma bayi muda (Manajemen Terpadu Bayi Muda/MTBM) termasuk ASI ekslusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, perawatan tali pusat, penyuntikan vitamin K1 dan imunisasi HB0 diberikan pada saat kunjungan rumah sampai bayi berumur 7 hari (bila tidak diberikan pada saat lahir).



K. PENCATATAN DAN PELAPORAN Hasil pemeriksaan dan tindakan tenaga kesehatan harus dicatat pada: 1. Buku KIA (buku kesehatan ibu dan anak) a. Pencatatan pada ibu meliputi keadaan saat hamil, bersalin dan nifas. b. Pencatatan pada bayi meliputi identitas bayi, keterangan lahir, imunisasi, pemeriksaan neonatus, catatan penyakit, dan masalah perkembangan serta KMS 2. Formulir Bayi Baru Lahir a. Pencatatan per individu bayi baru lahir, selain partograph b. Catatan ini merupakan dokumen tenaga kesehatan 3. Formulir pencatatan bayi muda (MTBM) a. Pencatatan per individu bayi b. Dipergunakan untuk mencatat hasil kunjungan neonatal yang merupakan dokumen tenaga kesehatan puskesmas 4. Register kohort bayi a. Pencatatan sekelompok bayi di suatu wilayah kerja puskesmas b. Catatan ini merupakan dokumen tenaga kesehatan puskesmas



DAFTAR PUSTAKA Kemenkes. 2010. Panduan Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir Berbasis Perlindungan Anak.http://www.gizikia.depkes.go.id/wp-content/uploads/downloads/2011/01/ PANDUAN-YANKES-BBL-BERBASIS-PERLINDUNGAN-ANAK.pdf. Maryati, Ida. Adaptasi Bayi Baru Lahir. 2011. http://blogs.unpad.ac.id/maryati/files/2011/01/ Adaptasi-Bayi-Baru-Lahir-terhadap-Kehidupan-di1.pdf. Simanjuntak, C M. 2013. Adaptasi Fisiologis BBL. http://www.akperhkbp.ac.id/wpcontent/uploads/2013/07/Adaptasi-fisiologis-BBL.pdf. Aras, Sitti. 2011. Asuhan pada Bayi Baru Lahir. http://www.fk.unair.ac.id/pptfiles/ ADAPTASI%20BBL%20PW.ppt .