LP Kanker Kolon [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN KANKER KOLOREKTAL



OLEH : NURFITRI 14420212167



CI LAHAN



CI INSTITUSI



(..........................)



(..........................)



PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA 2022



LAPORAN PENDAHULUAN



A. KONSEP MEDIS KANKER KOLOREKTAL 1. Definisi Kanker usus (kolon) merupakan kanker yang menyerang bagian usus besar, yakni bagian akhir dari sistem pencernaan. Sebagian besar kasus kanker kolorektal dimulai dari sebuah benjolan/polip kecil, dan kemudian membesar menjadi tumor (Yayasan Kanker Indonesia, 2018). Kanker kolon adalah keganasan yang berasal dari jaringan usus besar, terdiri dari kolon (bagian terpanjang dari usus besar (Astuti,NSA, Rafli,R, & Zeffira,L, 2019) 2. Etiologi Ada beberapa orang memang memiliki risiko tinggi terkena kanker kolorektal. Beberapa faktor risiko tersebut ada yang tidak bisa diubah, seperti usia lebih dari 50 tahun, riwayat menderita polip, riwayat menderita infeksi usus, dan memiliki anggota keluarga yang mempunyai riwayat polip atau kanker usus besar. Faktor risiko lain adalah pola hidup yang tidak sehat yang dapat meningkatkan risiko kanker kolorektal di usia muda dibawah 40 tahun. Salah satunya adalah mengonsumsi daging merah dan daging olahan secara berlebihan.Oleh sebab itu, untuk mencegah timbulnya kanker kolorektal, batasi makanan tinggi lemak termasuk daging merah. Merokok juga merupakan faktor risiko terjadinya kanker kolorektal. Diperkirakan, satu dari lima kasus kanker usus besar di Amerika Serikat dihubungkan dengan rokok. Merokok berhubungan dengan kenaikan risiko terbentuknya adenoma dan peningkatan risiko perubahan adenoma menjadi kanker usus besar. Faktor risiko tinggi lain adalah pengonsumsian alkohol. Usus mengubah alkohol menjadi asetildehida yang meningkatkan risiko kanker kolorektal. Lebih baik konsumsi buah dan sayur yang mengandung probiotik, karena kandungan



seratnya akan mengikat sisa makanan dan membuat feses lebih berat sehingga mudah dibuang (RI, 2019) 3. Patofisiologi Penyebab jelas kanker usus besar belum diketahui secara pasti, namun makanan merupakan faktor yang penting dalam kejadian kanker tersebut. Yaitu berkorelasi dengan faktor makanan yang mengandung kolesterol dan lemak hewan tinggi, kadar serat yang rendah, serta adanya interaksi antara bakteri di dalam usus besar dengan asam empedu dan makanan, selain itu dapat juga dipengaruhi oleh minuman yang beralkohol, khususnya bir. Kanker kolon dan rektum terutama berjenis histopatologi (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel dalam usus = endotel). Munculnya kanker kolon biasanya dimulai sebagai polip jinak, yang kemudian dapat menjadi ganas dan menyusup, serta merusak jaringan normal dan meluas ke dalam struktur sekitarnya. Kanker kolon dapat berupa masa poliploid, besar, tumbuh ke dalam lumen, dan dengan cepat meluas ke sekitar usus sebagai striktura annular (mirip cincin). Lesi annular lebih sering terjadi pada bagi rektosigmoid, sedangkan lesi poliploid yang datar lebih sering terjadi pada sekum dan kolon asendens. Kanker kolon dapat menyebar melalui : 1. Infiltrasi langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih (vesika urinaria). 2. Penyebaran lewat pembuluh limfe limfogen ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon. 3. Melalui aliran darah, hematogen biasanya ke hati karena kolon mengalirkan darah balik ke sistem portal.



PATHWAY



Faktor Resiko Kanker kolon



Faktor Genetik



Riwayat keluarga menderita penyakit kanker



Faktor Usia



Usia > 50 tahun



Mutasi sel dala tubuh



Pola gaya hidup tidak sehat



Merokok



Masuk ke dalam saluran pernapasan



Minuman beralkohol



Merubah perilaku sel



Pembelahan sel tidak sempurna



Rendah serat, daging merah,daging olahan



Feses tidak lembut Menumpuk didalam usus



Kanker Kolon Invasi jaringan dan efek kompresi tumor Intervensi pembedahan Pasca bedah Luka pasca bedah



Perubahan intake nutrisi Asupan nutrisi tidak adekuat Defisit Nutrisi



Kerusakan jaringan lunak pasca bedah Respon serabut lokal Nyeri



4. Manifestasi Klinik Manifestasi kanker kolon menurut (Yayasan Kanker Indonesia, 2018)): a. Perubahan pada pola buang air besar termasuk diare, atau konstipasi atau perubahan pada lamanya saat buang air besar, dimana pola ini berlangsung selama beberapa minggu hingga bulan. Kadang-kadang perubahan pola itu terjadi sebagai perubahan bentuk dari feses atau kotoran dari hari ke hari (kadang- kadang keras, lalu lunak, dan seterusnya) b. Pendarahan pada buang air besar atau ditemukannya darah di feses, seringkali hanya dapat dideteksi di laboratorium c. Rasa tidak nyaman pada bagian abdomen atau perut seperti keram, gas atau rasa sakit yang berulang d. Perasaan bahwa usus besar belum seluruhnya kosong sesudah buang air besar e. Rasa cepat lelah, lesu lemah atau letih f. Turunnya berat badan secara drastis dan tidak dapat dijelaskan sebabnya 5. Komplikasi Komplikasi terjadi sehubungan dengan bertambahnya pertumbuhan pada lokasi tumor atau melelui penyebaran metastase yang termasuk : a. Perforasi usus besar yang disebabkan peritonitis. b. Pembentukan abses. c. Pembentukan fistula pada urinari bladder atau vagina. Biasanya tumor menyerang pembuluh darah dan sekitarnya yang menyebabkan pendarahan.Tumor tumbuh kedalam usus besar dan secara berangsur-angsur membantu usus besar dan pada akirnya tidak bisa sama sekali. Perluasan tumor melebihi perut dan mungkin menekan pada organ yang berada disekitanya ( Uterus, urinary bladder,dan ureter ) dan penyebab gejala-gejala tersebut tertutupi oleh kanker (Yusra, 2018)



6. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien dengan kanker kolorektal adalah sebagai berikut (Sayuti, M & Nouva, 2018) a. Pemeriksaan laboratorium klinis Pemeriksaan laboratorium terhadap karsinoma kolorektal bisa untuk menegakkan diagnosa maupun monitoring perkembangan atau kekambuhannya. Pemeriksaan terhadap kanker ini antara lain pemeriksaan darah, Hb, elektrolit, dan pemeriksaan tinja yang merupakan pemeriksaan rutin. Anemia dan hypokalemia kemungkinan ditemukan



oleh



karena



adanya



perdarahan



kecil



Perdarahan



tersembunyi dapat dilihat dari pemeriksaan tinja. Selain pemeriksaan rutin diatas, dalam menegakkan diagnose karsinoma kolorektal dilakukan juga skrining CEA (Carcinoma Embrionic Antigen). Carcinoma Embrionic Antigen merupakan pertanda serum terhadap adanya karsinoma kolon dan rektum. Carcinoma Embrionic Antigen adalah sebuah glikoprotein yang terdapat pada permukaan sel yang masuk ke dalam peredaran darah, dan digunakan sebagai marker serologi untuk memonitor status kanker kolorektal dan untuk mendeteksi rekurensi dini dan metastase ke hepar. Carcinoma Embrionic Antigen terlalu insensitif dan nonspesifik untuk bisa digunakan sebagai skrining kanker kolorektal. Meningkatnya nilai CEA serum, bagaimanapun berhubungan dengan beberapa parameter. Tingginya nilai CEA berhubungan dengan tumor grade 1 dan 2, stadium lanjut dari penyakit dan adanya metastase ke organ dalam. Meskipun konsentrasi CEA serum merupakan faktor prognostik independen. Nilai CEA serum baru dapat dikatakan bermakna pada monitoring berkelanjutan setelah pembedahan. b. Pemeriksaan laboratorium Patologi Anatomi Pemeriksaan Laboratorium Patologi Anatomi pada kanker kolorektal adalah terhadap bahan yang berasal dari tindakan biopsi saat kolonoskopi maupun reseksi usus. Hasil pemeriksaan ini adalah hasil



histopatologi yang merupakan diagnosa definitif. Dari pemeriksaan histopatologi inilah dapat diperoleh karakteristik berbagai jenis kanker maupun karsinoma di kolorektal ini. c. Radiologi Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan yaitu foto polos abdomen atau menggunakan kontras. Teknik yang sering digunakan adalah dengan memakai double kontras barium enema, yang sensitifitasnya mencapai 90% dalam mendeteksi polip yang berukuran >1 cm. Teknik ini jika digunakan bersama-sama sigmoidoskopi, merupakan cara yang hemat biaya sebagai alternatif pengganti kolonoskopi untuk pasien yang tidak dapat mentoleransi kolonoskopi, atau digunakan sebagai pemantauan jangka panjang pada pasien yang mempunyai riwayat polip atau kanker yang telah di eksisi. Risiko perforasi dengan menggunakan barium enema sangat rendah, yaitu sebesar 0,02 %. Jika terdapat kemungkinan perforasi, maka sebuah kontras larut air harus digunakan daripada barium enema. Computerised Tomography (CT) scan, Magnetic Resonance Imaging (MRI), Endoscopic Ultrasound (EUS) merupakan bagian dari teknik pencitraan yang digunakan untuk evaluasi, staging dan tindak lanjut pasien dengan kanker kolon, tetapi teknik ini bukan merupakan skrining tes. d. Kolonoskopi Kolonoskopi dapat digunakan untuk menunjukan gambaran seluruh mukosa kolon dan rektum. Prosedur kolonoskopi dilakukan saluran pencernaan dengan menggunakan alat kolonoskopi, yaitu selang lentur berdiameter kurang lebih 1,5 cm dan dilengkapi dengan kamera. Kolonoskopi merupakan cara yang paling akurat untuk dapat menunjukkan polip dengan ukuran kurang dari 1 cm dan keakuratan dari pemeriksaan kolonoskopi sebesar 94%, lebih baik daripada barium enema yang keakuratannya hanya sebesar 67%. Kolonoskopi juga dapat digunakan untuk biopsi, polipektomi, mengontrol perdarahan dan dilatasi dari striktur. Kolonoskopi merupakan prosedur



yang sangat aman dimana komplikasi utama (perdarahan, komplikasi anestesi dan perforasi) hanya muncul kurang dari 0,2% pada pasien. Kolonoskopi merupakan cara yang sangat berguna untuk mendiagnosis dan manajemen dari inflammatory bowel disease, non akut divertikulitis, sigmoid volvulus, gastrointestinal bleeding, megakolon non toksik, striktur kolon dan neoplasma. Komplikasi lebih sering terjadi pada kolonoskopi terapi daripada diagnostic kolonoskopi, perdarahan merupakan komplikasi utama dari kolonoskopi terapeutik, sedangkan perforasi merupakan komplikasi utama dari kolonoskopi diagnostik. 7. Penatalaksanaan a. Medis 1) Terapi primer yang dilakukan kepada klien untuk pengobatan dengan cara pembedahan. Terapi kemoterapi digunakan sebagai tambahan untuk menjaga tumor tidak tumbuh lagi. Kemoterapi digunakan untuk menekan pertumbuhan sel kanker yang ada di hepar. Radiasi yang diberikan bisa dengan sendiri- sendiri dan bersamaan. Terapi kombinasi dapat meningkat survival klien ca colon. 2) Pembedahan Tiga dari empat klien menjalani operasi ca colon dan 60% menjalani pengobatan. Intervensi operasi tergantung dari jenis kanker, lokasi, stadium, dan keadaan umum klien Kadang operasi ca colon ini memerlukan tindakan kolostomi. Prosedur kolostomi dilakukan dengan membuat lubang dinding perut atau abdomen yang berfungsi sebagai tempat untuk mengeluarkan feses. b. Keperawatan 1) Pre operasi Perawat pre operasi klien sering ditemukan dengan penurunan berat badan dan perubahan kebiasaan buang air besar. Untuk mendapatkan gambaran yang akurat dari manifestasi klinis pada



klien perlu dikaji faktor resiko seperti riwayat keluarga mempunyai penyakit kanker. Pengkajian abdomen dilihat ketidak abnormalnya abdomen, nyeri , distensi, dan adanya massa. Mengidentifikasi kecemasan klien dan dukungan support system, mulai dari penjelasan tentang pengobatan dan prosedur yang akan dilakukan, memberikan kesempatan kepada klien untuk berdiskusi tentang prosedur yang akan dilakukan oleh tim kesehatan. Jika dilakukan kolostomi maka tindakan kolostomi diperlukan enterostomal therapy nurse untuk edukasi tentang kolostomi dan perawatanya 2) Post operasi Setelah klien keluar dari ruangan ICU keruangan perawatan, perawat tetap melakukan pengkajian dan intervensi seperti pada ruangan perawatan intensif. Pengkajian yang dilakukan pada keadaan post anastesi general dapat menyebabkan komplikasi sehingga



tetap



memerlukan



monitor



system



respiratori,



kardiovaskuler, renal dan cairan elotrolit. Perawat harus melakukan perawatan khusus terhadap klien ini terutama pada bagian abdomen yang sudah di operasi seperti perawatan luka, jika ada melakukan kolostomi dan terpasang drain, maka harus melakukan pengantian dressing dan memonitor output drain harus dilakukan dengan baik. (Nasional,2015) B. KONSEP KEPERAWATAN 1. Pengkajian Pengkajian meliputi : Pengkajian yang dapat dilakukan menurut Wijaya dan Putri (2013). a.



Identitas klien terdiri atas Nama, umur, jenis kelamin,status, agama, perkerjaan, pendidikan, alamat, penanggung jawaban juga terdiri dari nama, umur penanggung jawab, hub.keluarga, dan perkerjaan. Pada ca colon lebih sering terjadi pada usia 40 tahun, pada wanita sering ditemukan ca colon dan pada laki-laki lebih sering terjadi kanker rekti.



b. Riwayat kesehatan



1) Riwayat kesehatan sekarang a) Biasanya klien mengeluh nyeri dibagian abdomen b) Klien pernah dipasangkan Tindakan kolostomi c) Klien merasakan tidak nyaman karena bisa jadi akibat anusnya di tutup maka klien BAB dan fltus di bagian abdomen 2) Riwayat kesehatan dahulu a) Biasanya pernah menderita polip kolon, b) Radang kronik kolon dan kolotis ulseratif yang tidak teratasi, c) Ada infeksi dan obstruksi pada usus besar, dan diet dan konsumsi diet tidak baik, tinggi protein, tinggi lemak, tinggi serat. 3) Riwayat kesehatan keluarga Biasanya keluarga klien adanya riwayat kanker, diindetifikasi kanker yang menyerang tubuh atau ca colon adalah turunan yang sifatnya dominan. c. Pemeriksaan fisik 1) Mata : Kunjungtiva anemis. 2) Mulut : Mukosa mulut kering dan pucat, lidah pecahpecah dan berbau 3) Leher : Distensi vena jugularis (JVP). 4) Abdomen : Distensi abdomen, adanya teraba massa, penurunan bissing usus dan kembung. 5) Kulit : Tugor kulit jelek, kering, (dehidrasi dan malnutrisi). d. Pengkajian fungsional 1) Aktivitas dan Istirahat Biasanya kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah, merasa gelisah dan ansietas, tidak tiduran semalaman karena akibat reaksi nyeri sudah pembedahan. 2) Pernafasan Biasanya klien nafas pendek, dispnea (respon terhadap nyeri yang dirasakan) yang ditandai dengan takipnea dan frekuensi menurun.



3) Sirkulasi Biasanya takikardi (respon terhadap demam, dehidrasi, proses imflamasi dan nyeri), ada perubahan pada tandatanda vital misalnya tekanan darah meningkat, nadi takikardi, pernafasan cepat, suhu meningkat. 4) Intergritas ego Biasanya ansietas ketakutan, emosi kesal, missal : perasaan tak berdaya /tak ada harapan. b. Eliminasi Biasanya fasesnya terlihat cair atau lunak karena dipasang kolostomi di bagian area abdomen. c. Makan /cairan Biasanya mual dan muntah juga sering dirasakan oleh klien setelah dilakukan operasi, maka dari itu akan menimbulkan penurunan berat badan pada klien tapi itu hanya pada awal-awal post operasi tetapi lama kelamaan sudah terbiasa. d. Muskulosketal Biasnya klien mengalami penurunan kekuatan otot akibat sudah insisi pembedahan itu hanya untuk sementara saja. e. Seksualitas Biasanya tidak bisa melakukan hubungan seksual/ fekuensi menurun. f. Hubungan social Biasanya ketidak efektifan ber interaksi dan besosialitas dengan masyarakat karena sakit.. 2. Diagnosis Keperawatan a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik b. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna makanan (PPNI, Standar diagnosis Keperawatan Indonesia : devinisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1, 2016)



3. Rencana Tindakan



a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik Manajemen nyeri 1) Observasi i. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri ii. Identifikasi skala nyeri Rasional : Untuk mengetahui intervensi apa yang akan dilakukan selanjutnya 2) Terapeutik i. Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri



seperti



terapi



pijat,



aromaterapi,



kompres



hangat/dingin Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri yang dialami klien tanpa meminum obat 3) Edukasi Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri Rasional : Agar klien tidak merasa cemas atas nyeri yang dialami nya 4) Kolaborasi Kalaborasi pemberian analgetik, jika perlu Rasional : Analgesic berfungsi untuk mengurangi rasa nyeri b. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna makanan Manajemen nutrisi 1) Observasi i. Identifikasi status nutrisi Rasional : Untuk membuat rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan ii. Monitor asupan makanan Rasional : Untuk mengetahui berapa asupan makanan yang telah dikonsumsi dan membandingan dengan berat badan klien



sekarang iii. Monitor berat badan Rasional : Untuk memantau perubahan pada berat badan 2) Terapeutik



i. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein Rasional : Makanan tinggi kalori dan tinggi protein dapat meningkatkan berat badan dan membuat badan sehat ii. Berikan suplemen makanan, jika perlu Rasional : Suplemen makanan dapat membantu klien untuk memenuhi nutrisi nya. 3) Edukasi Anjurkan posisi duduk, jika mampu Rasional : Jika klien hendak makan dianjurkan untuk dalam posisi duduk agar nyaman saat makan 4) Kolaborasi Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan, jika perlu Rasional : Untuk mengetahui jumlah nutrisi yang dibutuhkan ibu hamil 4. Implementasi Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Didalm implementasi terdapat evaluasi dari tidakan keperawatan yang dilakukan kepada pasien yang terdiri dari subjektif, objektif, analisis, perencanaan selanjutnya, atau biasa disingkat dengan SOAP. Tugas evaluator adalah melakukan evaluasi, menginterprestasi data sesuai dengan kriteria evaluasi, menggunakan penemuan dari evaluasi



untuk



keperawatan.



membuat



keputusan



dalam



memberikan



asuhan



DAFTAR PUSTAKA



Alimul H , & A Aziz. (2015). Pengantar KDM Aplikasi Konsep & Proses Keperawatan . Jakarta: Salemba Medika. Astuti,NSA, Rafli,R, & Zeffira,L. (2019). Profil dan Kesintasan Penderita Kanker Kolorektal di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Health & Medical Journal, 45–49. LiNasional, K. P. (2015). Panduan Penatalaksanaan Kanker kolorektal.. PPNI. (2016). Standar diagnosis Keperawatan Indonesia : devinisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. jakarta: DPP PPNI. PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesi : Devinisi dan Tindakan Keperawatan,Edisi 1. jakarta: DPP PPNI. RI, K. (2019). Faktor Risiko Kanker. . 21(1), 1–9. Sayuti, M, & Nouva. (2018). Kanker Kolorektal. Yayasan Kanker Indonesia. jakarta: 2(April), 60. Yayasan Kanker Indonesia. (2018). Harapan Terpadu World Cancer Day 2018. Buletin YKI.. Yusra, D. F. (2018). Efek Samping Kemoterapi Pada Pasien Kanker. jakarta.