LP Kehamilan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. A G3P2002 Ab000 USIA KEHAMILAN 32-34 MINGGU JANIN TUNGGAL HIDUP INTRAUTERINE DI POLI KIA PUSKESMAS PONCOKUSOMOKABUPATEN MALANG



Disusun untuk memenuhi tugas praktik pendidikan profesi bidan



Oleh:



DELINDA RATNA SAFITRI 18000070501111042



PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI BIDAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2018



LEMBAR PENGESAHAN “Asuhan Kebidanan pada Ny. “A” G3 P2002 Ab000 UK 32 – 34 Minggu, Janin Tunggal Hidup Intrauterine di Poli KIA Puskesmas Poncokusumo, Kabupaten Malang.



Mahasiswa Delinda Ratna Safitri



180070501111042



Persetujuan di Puskesmas Poncokusumo, Kab. Malang November 2018



Dosen Pembimbing Klinik



Preseptor Lahan



Program Profesi S1 Kebidanan FKUB



Mega Ulfah, SST, M.Keb



Mutmainah, Amd, Keb



NIP.2016097910052001



NIP.197202231992032005



PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN



Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama



: Delinda Ratna Safitri



NIM



: 180070501111042



Program Studi



: Program Studi S1 Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya



Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Laporan Kasus yang saya tulis ini benarbenar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil-alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Laporan Kasus ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.



Malang, 15 Oktober 2018 Yang membuat pernyataan



Delinda Ratna Safitri 180070501111042



KATA PENGANTAR



Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Sempurna yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan Pendahuluan yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Ny. T G4P30003 Usia Kehamilan 32-2-34 Minggu Kwhamilan Fisiologis Janin Tunggal Hidup Intrauterine di Poli KIA Puskesmas Poncokusumo Kabupaten Malang” Laporan Pendahuluan ini merupakan tugas dalam rangkaian Pendidikan Profesi Bidan, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang. Dalam penyusunan laporan pendahuluan ini, penulis didukung oleh, 1.



Dr. dr. Sri Andarini, M. Kes., selaku dekan FK-UB



2.



Dewi Ariani, SST.M.P.H., selaku koordinator Pendidikan Profesi Bidan, FKUB



3.



Mega Ulfah, S.ST., M.Keb selaku dosen pembimbing klinik



Program



Pendidikan Profesi Bidan FKUB yang memberikan bimbingan serta dukungan. 4.



Mutmainah,



Amd.Keb



selaku



pembimbing



lahan



di



Puskesmas



Poncokusumo, Kabupaten Malang, yang memberikan ilmu dan bimbingan. Atas bantuan yang diberikan, penulis mengucapkan terimakasih. Penyusunan laporan pendahuluan ini tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan penyelesaian laporan pendahuluan ini.



Malang, 15 Oktober 2018



Penulis



BAB 1 PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu hal fisiologis yang akan dialami wanita dalam siklus kehidupannya selama masa reproduksi, dimana seorang wanita memiliki janin yang sedang tumbuh di rahimnya. Kehamilan pada manusia berkisar 37-42 minggu di hitung dari awal periode menstruasi terakhir sampai melahirkan. Kehamilan merupakan suatu proses yang perlu perawatan khusus, agar dapat berlangsung dengan baik yang mengandung kehidupan ibu maupun janin (Prawirohardjo, 2014). Kehamilan merupakan hal yang fisiologis. Namun kehamilan yang normal dapat berubah menjadi patologi. Salah satu asuhan yang dilakukan oleh bidan untuk menapis adanya resiko ini yaitu melakukan pendeteksial dini adanya komplikasi atau penyakit yang mungkin terjadi selama hamil muda (Yuni Kusmiati, dkk :2009). Permasalahan kesehatan ibu dan bayi sampai saat ini masih menjadi masalah di seluruh dunia. Hal ini terkait tingginya morbiditas dan mortalitas yang masih tinggi. Berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (2012) terjadi penurunan AKI di Indonesia terjadi sejak tahun 1991 sampai dengan 2007, yaitu dari 390 menjadi 228. Namun demikian, SDKI tahun 2012 menunjukkan peningkatan AKI yang signifikan yaitu menjadi 359 kematian ibu kembali Melenium



menujukkan



per



100.000



kelahiran



hidup.



AKI



penurunan namun masih tetap tinggi dari target



Development



Goals (MDGs) pada tahun 2015 sebesar



102/100.000 kelahiran hidup yaitu menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015. Hal ini berarti bahwa AKI di Indonesia jauh di atas target yang ditetapkan WHO atau hampir dua kali lebih besar dari target WHO (Kemenkes, 2015)



Kondisi AKI Indonesia saat ini adalah 359/100.000 kelahiran hidup sesuai hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia termasuk salah satu yang tertinggi di Asia. Faktor yang di duga berpengaruh terhadap tingginya AKI menurut SDKI, Tahun 1991-2012 dalam Kemenkes 2013 salah satunya adalah empat terlalu dan tiga terlambat. Empat terlalu adalah ( terlalu muda saat melahirkan atau di bawah umur 15 tahun), (terlalu tua saat melahirkan atau di atas umur 35 tahun), (terlalu banyak anak atau sudah punya 3 anak kandung atau lebih saat melahirkan), (terlalu dekat jarak kelahiran atau kurang dari 2 tahun. Sedangkan yang disebut tiga terlambat adalah (terlambat dalam mengambil keputusan untuk membawa ke fasilitas kesehatan), (terlambat mencapai fasilitas pelayanan kesehatan sehingga terlambat mendapat pelayanan dan pertolongan yang cepat dan tepat di fasilitas pelayanan kesehatan), (terlambat dalam mengenali tanda bahaya kehamilan dan persalinan) (Kemenkes, 2015). Salah satu upaya penurunan AKI adalah melakuakan pelayanan antenatal yaitu dengan program ANC dengan 4 kali kunjungan, yaitu satu kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester II, dan dua kali pada trimester III. Jika upaya penerapan ANC ini dilakukan secara teratur , secara otomatis penurunan AKI dapat di turunkan . penyuluhan kepada ibu hamil dapat dilakukan karena



banyaknya



yang



tidak



mengerti arti



pentingnya



pemeriksaan kehamilan, terutama penyuluhan komplikasi sebagai akibat langsung yang merupakan hal patologis (Arif, 2009). Menurut Prawirohardjo (2014) Terdapat tiga faktor utama penyebab kematian ibu melahirkan adalah perdarahan (28%), eklampsia (24%), dan infeksi (11%). Selain itu masih tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) juga dipengaruhi dan didorong berbagai faktor yang mendasari timbulnya risiko maternal dan neonatal, yaitu faktor-faktor penyakit, masalah gizi dari wanita usia subur (WUS) serta faktor 4 T (terlalu muda dan terlalu tua untuk hamil dan melahirkan, terlalu dekat jarak kehamilan/ persalinan dan terlalu banyak hamil dan melahirkan). Kondisi tersebut di atas lebih diperparah lagi oleh adanya keterlambatan penanganan



kasus emergensi/ komplikasi maternal dan neonatal akibat oleh kondisi 3 T (terlambat), yaitu: terlambat mengambil keputusan merujuk, terlambat mengakses fasilitas pelayanan kesehatan yang tepat, dan terlambat memperoleh pelayanan dari tenaga kesehatan yang tepat/ kompeten. Berdasarkan survey kesehatan rumah tangga (Depkes RI, 2010) Penyebab tidak langsung kematian ibu antara lain kekurangan energi kronis (KEK) pada kehamilan (37%), dan anemia pada kehamilan (40%), sedangkan berdasarkan laporan rutin PWI-KIA pada tahun 2007, penyebab langsung kematian ibu adalah akibat perdarahan (28%), eklamsia (24%), infeksi (11%), dan lain-lain (33%). Berdasarkan laporan Kominfo Jawa timur Tahun 2014, AKI di Jawa Timur tahun 2014 tercatat 97,39/100.000 kelahiran hidup. Angka ini lebih rendah dari target perkiraan provinsi yaitu 102/100.000 kelahiran hidup. Berhubung jumlah penduduk Jatim sangat besar, yaitu 38 juta jiwa, jadi nilai absolut kematian menjadi tergolong cukup tinggi, meskipun secara angka lebih kecil dibanding provinsi lain (Kominfo, 2014). Puskesmas Poncokusumo merupakan tempat pelayanan kesehatan dengan rata-rata jumlah persalinan .... persalinan normal per bulan. Sebagai profesi



yang



terus



berkebang,



Bidan



harus



mempertahankan



profesionalismenya dengan mengikuti perkmebangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat difasilitasi dengan temat pelayanan kebidanan yang terstandar, seperti Puskesmas Poncokusumo. Sebagai mahasiswa profesi Kebidanan yang sedang dipersiapkan untuk menjadi seorang bidan, maka penulis menyusun laporan kasus berjudul “Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil Trimester III Fisiologis di Puskesmas Poncokusumo, Kabupaten Malang.” 1.2 Tujuan Penulisan 1.2.1 Tujuan Umum Mahasiswa mampu memberikan dan melaksanakan Asuhan Kebidanan pada ibu hamil .



1.2.2 Tujuan Khusus 1.



Mampu melakukan pengumpulan data subyektif dan obyektif pada pada ibu hamil.



2.



Mampu menegakkan diagnosa dan masalah pada ibu hamil.



3.



Mampu menegakkan diagnosa dan masalah potensial pada ibu hamil.



4.



Mampu menentukan kebutuhan segera, kolaboratif dan rujukan pada ibu hamil.



5.



Mampu menyusun rencana pada ibu hamil.



6.



Mampu melaksanakan tindakan pada ibu hamil.



7.



Mampu mengevaluasi tindakan pada ibu hamil.



1.3 Manfaat Penulisan 1.3.1 Bagi Mahasiswa Merupakan pengalaman belajar dalam melaksanakan praktek kebidanan khususnya asuhan kebidanan pada ibu hamil. 1.3.2 Bagi Profesi Sebagai salah satu masukan bagi bidan sebagai upaya meningkatkan kualitas



pelayanan



kesehatan



yang



optimal



berupa



pemantauan,



memberikan informasi serta pelayanan yang tepat dan adekuat dalam memberikan asuhan kebidanan, khususnya pada ibu hamil. 1.3.3 Bagi Institusi Pendidikan a. Bagi Rumah Sakit Sebagai referensi untuk meningkatkan mutu pelayanan dalam memberikan asuhan kebidanan khususnya pada ibu hamil. b. Bagi Pendidikan Dapat digunakan sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan kebidanan khususnya pada ibu hamil. 1.4 Ruang Lingkup Memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin presentasi puncak kepala



1.5 Sistematika Penulisan BAB 1



PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, tujuan, manfaat, ruang lingkup dan sistematika penulisan.



BAB 2



TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang landasan teori yang digunakan penulis untuk mengembangkan teori medis pada pada ibu hamil.



BAB 3



KERANGKA KONSEP ASUHAN Bab ini berisi pola pikir dalam melakukan asuhan kebidanan yang sesuai dengan kasus dikorelasikan dengan tinjauan teori yang sudah didapatkan.



BAB 4



TINJAUAN KASUS Bab ini berisi data-data dan keseluruhan manajemen asuhan kebidanan melingkupi 7 langkah Varney yang meliputi pengkajian, interpretasi



data,



diagnosa



potensial,



rencana



tindakan,



implementasi dan evaluasi. BAB 5



PEMBAHASAN Bab ini menguraikan apa saja hasil pembuatan kasus yang mencakup semua aspek yang terkait dengan teori kasus, SOP Puskesmas, evidence based practice dan membahas tentang keterkaitan antar faktor dari data yang diperoleh dikorelasikan dengan tinjauan teori yang didapatkan.



BAB 6



KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang menjabarkan tentang jawaban dari tujuan penulisan.



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA



2.1



Definisi



2.1.1



Definisi Kehamilan Menurut Prawirohardjo, 2014 kehamilan adalah masa yang dimulai dari konsepsi yang dihitung dari hari pertama haid (HPHT) sampai lahirnya janin. Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum yang berlanjut dengan nidasi hingga bayi lahir. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirmya bayi. Kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari menurut kalender internasional). Kehamilan adalah proses mata rantai yang berkesinambungan yang terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (manuaba, 2008).



2.1.2



Definisi Kehamilan Trimester III Menurut Kusmiati, 2009 kehamilan Trimerster III merupakan waktu unutk menyiapkan kelahiran dan kedudukan sebagai orangtua seperti terpusatnya perhatian perhatian pada kehadiran bayi, sehingga periode ini disebut sebagai periode penantian. Trimester III adalah usia kehamilan 7 nulan hingga 9 bulan atau 28 minggu hingga 42 minggu ( Prawirohardjo, 2014; Manjojoer, 2009).



2.2



Perubahan Fisiologi pada Kehamilan Trimester III



2.2.1



Uterus -



Berat dan ukuran Pada akhir kehamilan (40 minggu) berat uterus yang pada awal hamil 30 gram menjadi 1000 gram dengan panjang ± 20 cm dan lebarnya ±2,5 cm. Pembesaran uterus dikarenakan hyperplasia dan hipertrofi menjadi lebih besar dan lunak mengikuti pertumbuhan



janin, serabut-serabut kolagennya menjadi higroskopik endometrium menjadi desidua ukuran pada kehamilan cukup bulan 30 x 25 x 20 cm dengan kapitasi lebih dari 4000 cc. Pembesaran uterus dapat menekan semua organ dibagian perut, salah satunya adalah menekan ligamentum rotundum sehingga ibu akan merasa nyeri pada daerah ini, selain itu adanya pembesaran uterus dari lumbosacral meningkat sehingga menyebabkan spasme otot karena uterus menekan saraf yang membuat pinggang terasa sakit (Mochtar, 2016; Kusmiati, 2009). -



Bentuk dan Konsistensi Rahim teraba berisi cairan ketuban, dinding rahim terasa tipis, karena itu bagian-bagian janin dapat diraba melalui dinding perut dan dinding Rahim (Mochtar, 2015).



-



Posisi Rahim memasuki rongga perut yang dalam pembesarannya dapat mencapai batas hati. Rahim yang hamil biasanya mobilitasnya, lebih mengisi rongga abdomen kanan atau kiri. (Mochtar, 2015).



-



Vaskularisasi Arteri uterina dan Arteri ovarika bertambah dalam diameter panjang dan anak-anak cabangnya. Pembuluh darah balik (vena) mengembang dan bertambah (Mochtar, 2015).



-



Gambaran besarnya Rahim Pada kehamilan 28 minggu, Tinggi Fundus Uteri terletak 2 – 3 jari di atas pusat. Menurut Spiegelberg dengan mengukur Tinggi Fundus Uteri dari Simpisis adalah 26,7 cm diatas Simpisis. Pada kehamilan 36 minggu, Tinggi Fundus Uteri terletak 3 jari di bawah Processus Xiphoideus. Sedangkan Kusmiati, 2009 menyatakan bahwa TFU pada usia kehamilan 36 minggu ± 1 jari dibawah prosesus xipoideus. Pada kehamilan 40 minggu, Tinggi Fundus Uteri terletak sama dengan 8 bulan tapi melebar ke samping yaitu terletak diantara pertengahan pusat dan Processus xipoideus (Mochtar, 2015; Kusmiati, 2009).



2.2.2



Serviks Uteri Serviks uteri pada kehamilan mengalami perubahan karena hormone estrogen. Peningktan hormon estrogen dan hipervaskularisasi membuat konsistensi serviks menjadi lunak. Serviks terdiri dari jaringan ikat dan mengandung sedikit jaringan ottot, maka serviks tidak mempunyai fungsi sebagai spinkter, sehingga saat terjadi partus serviks akan membuka mengikuti tarikan-tarikan korpus uteri keatas dan tekanan bagian bawah janin kebawah. Perubahan pada serviks setelah terjadi partus adalah muncul lipatan-lipatan dan tidak menutup seperti spinkter. Pemeriksaan pada serviks harus berhati-hati agar tidak menimbulkan gangguan pada kehamilan. Kelenjar-kelenjar pada serviks akan berfungsi lebih senhingga sekresi akan semakin meningkat. Biasanya pada ibu hamil mengeluh pengeluaran cairan pervaginam lebih banyak, hal ini adalah fisiologis sampai batas tertentu karena peningkatan hormone progesteron. Selain itu prostaglandin bekerja pada serabut kolagen terutama pada minggu-minggu akhir kehamilan, sehinggga serviks menjadi lunak dan lebih mudah berdilatasi pada waktu persalinan (Mochtar, 2015).



2.2.3



Vulva dan Vagina Pada trimester III kadar hormone estrogen dan progesteron meningkat menyebabkan pembuluh darah akan mengalami peningkatan sehingga vulva dan porsio menjadi merah kebiru-biruan yang disebut sebagai tanda chadwick. Ciri khas ini muncul karena peningkatan oksigenasi dan nutrisi pada alat-alat genitalia, sehingga apabila terjadi kecelakaan pada kehamilan atau persalinan dapat mengakibatkan perdarahan yang banyak sekali sampai dapat menimbulkan kematian. Peningkatan estrogen dan progesteron juga menyebabkan produksi lendir meningkat sehingga terjadi hiperplasma mukosa vagina akibatnya sering terjadi keputihan (Manuaba, 2009).



2.2.4



Sistem Integumen Pada kulit terdapat deposit pigmen dan hiperpigmentasi alat – alat tertentu.



Pigmentasi



ini



disebabkan



oleh



pengaruh



Melanophore



Stimulating Hormone (MSH) yang meningkat. MSH ini adalah salah satu hormon yang juga dikeluarkan oleh Lobus Anterior Hipofisis. Kadang – kadang terdapat deposit pigmen pada dahi, pipi, dan hidung dikenal sebagai Cloasma Gravidarum. Di daerah leher sering terdapat hiperpigmentasi yang sama juga di areola mamae. Pembesaran rahim menimbulkan peregangan dan menyebabkan robeknya serabut elastik di bawah kulit sehingga timbul striae gravidarum. Kulit perut pada linea alba bertambah pigmentasinya dan disebut linea nigra, jarang dijumpai kulit perut seolah-olah retak-retak, warnanya berubah agak hiperemik dan kebiru-biruan disebut Striae Livide. Setelah partus Striae Livide ini berubah warnanya menjadi putih dan disebut Striae Albikantes. Pada seorang multigravida sering tampak Striae Livide bersama Striae Albikantes. Pada hamil tua perut menjadi tegang dan pusat menonjol keluar (Prawirohardjo, 2014; Mochtar, 2015; Saminem, 2009). 2.2.5



Mammae Selama kahamilan payudara bertambah besar, tegang, berat. Dapat teraba noduli – noduli, akibat hipertrofi kelenjar alveoli, bayangan vena – vena lebih membiru. Terdapat juga hiperpigmentasi pada puting susu dan areola payudara. Pada kehamilan TM III payudara telah membesar dan tegang. Fungsi laktasi akan mulai sempurna sehingga jika payudara diperas maka akan keluar air susu jolong (kolostrum) berwarna kuningdan banyak mengandung lemak. Kolostrum berasal dari kelenjar-kelenjar asinus yang mulai bersekresi (Mochtar, 2015; Saminem, 2009)



2.2.6



Sistem kardiovaskuler Denyut nadi waktu istirahat meningkat sekitar 10-1 kali per menit dan aspek jantung berpindah sedikit ke lateral, bising sistolik pada saat inspirasi, Cardiac Output (COP) meningkat 30-50% selama kehamilan dan tetap tinggi hingga persalinan. COP dapat menurun bila ibu berbaring terlentang karena pembesaran uterus menekan vena cava interior, mengurangi venous retrun ke jantung sehingga menurunkan COP yang dapat membuat ibu mengalami hypotension syndrome yaitu pusing, mual,



dan hendak pingsan. Hal ini juga diikuti oleh peningkatan volume darah total dan volume plasma darah naik pesat. Volume darah akan bertambah banyak, kira – kira 25 % dengan puncaknya pada kehamilan 32 minggu, lalu kenaikan plasma darah dapat mencapai 40% saat mendekati cukup bulan. Meskipun ada peningkatan dalam volume eritrosit secara keseluruhan, tetapi penambahan volume plasma jauh lebih besar sehingga konsentrasi hemoglobin dalam darah lebih rendah. Bersamaan itu jumlah sel darah putih meningkat ± 10.500/ml (Wagiyo dan Putrono, 2016; Mochtar, 2015). Vena tungkai mengalami distensi karena terjadi obstruksi aliran balik vena akibat tingginya tekanan darah vena yang kembali dari uterus dan akibat tekanan mekanik dari uterus pada vena kava. Keadaan ini menyebabkan varises (Mochtar, 2015). Aliran darah melalui kapiler kulit dan membrane mukosa meningkat hingga maksimum 500 ml/menit pada minggu ke-36. Peningkatan aliran darah pada kulit terjadi karena vasodilatasi perifer sehingga menyebabkan ibu merasa panas, mudah berkeringat banyak dan mengeluh kongesti hidung (Mochtar, 2015). 2.2.7



Sistem Respirasi Wanita hamil sering mengeluh sesak dan pendek napas. Hal ini disebabkan oleh usus yang tertekan ke arah diafragma akibat pembesaran uterus sehingga diafragma kurang leluasa bergerak. Kapasitas vital paru meningkat sedikit selama hamil. Seorang wanita hamil selalu bernafas dada (thoracic breathing). Selain itu karena peningkatan kadar progesteron dan estrogen membuat kadar CO2 menurun dan kadar O2 meningkat. Jadi untuk memenuhi kebutuhan O2 yang meningkat 20-25% ibu hamil bernafas lebih dalam (Mochtar, 2015).



2.2.8



Traktus Urinarius Pada akhir kehamilan, bila kepala janin mulai turun ke bawah pintu atas panggul, keluhan sering kencing akan timbul karena kandung kencing mulai tertekan. Dalam kehamilan ureter kanan dan kiri membesar karena



pengaruh progesterone. Akan tetapi ureter kanan lebih membesar daripada ureter kiri karena mengalami lebih banyak tekanan dibandingkan dengan ureter kiri. Hal ini disebabkan oleh karena uterus lebih sering memutar ke arah kanan. Mungkin karena orang bergerak lebih sering memakai tangan kanannya atau disebabkan oleh letak kolon dan sigmoid yang berada di belakang kiri uterus. Akibat tekanan pada ureter kanan tersebut lebih sering dijumpai Hidroureter Dekstra dan Pielitis Dekstra. Selain keluhan sering kencing, pada ibu hamil juga sering terjadi polliuri yang disebabkan oleh adanya peningkatan sirkulasi darah di ginjal pada kehamilan sehingga filtrasi glomerulus juga meningkat sampai 69 %. Reabsorbsi di tubulus tidak berubah sehingga lebih banyak dapat dikeluarkan urea, asam folik dalam kehamilan (Prawirohardjo, 2014). 2.2.9



Sistem Muskloskeletal Pengaruh dari peningkatan estrogen, progesterone dan elastin dalam kehamilan menyebabkan kelemahan jaringan ikat dan ketidakseimbangan persendian. Area yang paling dipengaruhi oleh perubahan-perubahan tersebut adalah tulang belakang (curva lumbar yang berlebihan), otot-otot abdomal (meregang ke atas uterus hamil) dan otot dasar panggul (menahan berat badan dan tekanan uterus). Oleh karena itu masalah postur merupakan hal biasa dalam kehamilan karena bertambahnya beban dan perubahan struktur dalam kehamilan merubah dimensi tubuh dan pusat gravitasi, selain itu ibu hamil mempunyai kecenderungan besar membentur benda-benda (memar biru) dan kehilangan keseimbangan (Praworohardjo, 2014).



2.2.10 Sistem Imun HCG dapat menurunkan respon imun ibu hamil. Kada Igg, IgA, dan IgM serum mencapai kadar terendah pada mingg ke-30 dan tetap berada pada kadar ini hingga aterm (Mochtar, 2015). 2.2.11 Metabolisme Tingkat metabolik basal (basal metabolic rate,BMR) pada wanita hamil meninggi hingga 15-20%, terutama pada trimester akhir.



Keseimbangan asam –alkali (acic base balance) sedikit mengalami perubahan. Kalsium dibutuhkan rata – rata 1,5 gram sehari sedangkan untuk pembentukan tulang terutama dalam trimester terakhir dibutuhkan 30 – 40 gram. Kebutuhan fosfor rata-rata 2 g/hari. Kebutuhan zat besi ± 800 mg (30-50 mg/hari). Kebutuhan air yang banyak karena ibu hamil cenderung mengalami retensi air. Kebutuhan kalori meningkat selama kehamilan dan laktasi. Kalori yang dibutuhkan untuk ini terutama diperoleh dari pembakaran zat arang, khususnya sesudah kehamilan 5 bulan keatas. Namun bila dibutuhkan, dipakai lemak ibu untuk mendapatkan tambahan kalori. Kadar kolesterol meningkat



sampai



350



mg



atau



lebih



per



100



cc.



Hormon



somatomamotropin mempunyai peranan dalam pembentukan lemak pada payudara. Deposit lemak lainya terdapat di badan, perut, paha dan lengan. Berat badan wanita hamil akan naik rata-rata sekitar 10-14 kg, yaitu pada Trimester I = 1-2 kg, Trimester II = 5-7 kg, dan Trimester III = 4-5 kg. Kenaikan berat badan wanita hamil disebabkan oleh : Janin, uri, air ketuban, uterus, payudara, kenaikan volume darah, lemak, protein dan retensi air. Kenaikan berat badan yang berlebihan biasa ditemukan pada Ibu hamil yang mengalami keracunan kehamilan. Ibu hamil memerlukan makanan yang bergizi dan harus mengandung banyak protein. Di Indonesia masih banyak dijumpai penderita defisiensi zat besi dan vitamin B, oleh karena itu wanita hamil harus diberikan Fe dan roboransia yang berisi mineral dan vitamin (Mochtar, 2015).



2.3



Perubahan dan Adaptasi Psikologis pada Ibu Hamil Trimester III



2.3.1



Perubahan Psikologis Trimester III a. Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh, dan tidak menarik. b. Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu



c. Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat melahirkan, khawatir akan keselamatannya. d. Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal, bermimpi yang mencerminkan perharian dan kekhawatirannya. e. Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya. f. Merasa kehilangan perhatian g. Perasaan mudah terluka (sensitive) (Susanti, 2008) 2.3.2



Adaptasi Psikologis Trimester III Kehamilan pada trimester ketiga sering disebut sebagai fase penantian yang penuh dengan kewaspadaan. Pada periode ini, ibu hamil mulai menyadari kehadiran bayi sebagai makhluk yang terpisah sehingga dia menjadi tidak sabar dengan kehadiran bayinya tersebut. Ibu hamil merasakan kembali ketidaknyamanan fisik karena merasa canggung atau merasa dirinya tidak menarik lagi, sehingga dukungan dari pasangan sangat dia butuhkan (Ramadani & Sudarmiati, 2013). Gerakan bayi dan membesarnya perut merupakan dua hal yang mengingatkan ibu akan bayinya. Kadang - kadang ibu merasa khawatir bahwa bayinya akan lahir sewaktu-waktu. Ini menyebabkan ibu meningkatkan kewaspadaannya akan timbulnya tanda dan gejala akan terjadinya persalinan. Ibu seringkali merasa khawatir atau takut kalau bayi yang akan dilahirkannya tidak normal. Kebanyakan ibu juga akan bersikap melindungi bayinya dan akan menghindari orang atau benda apa saja yang dianggapnya membahayakan bayinya. Seorang ibu mungkin mulai merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu melahirkan. Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali pada trimester ketiga dan banyak ibu yang merasa dirinya aneh dan jelek. Disamping itu ibu mulai merasa sedih karena akan berpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima selama hamil. Pada trimester inilah ibu memerlukan keterangan dan dukungan dari suami, keluarga dan bidan.



Trimester ketiga sering kali disebut periode menunggu / penantian dan waspada sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Trimester III adalah waktu untuk mempersiapkan kelahiran dan kedudukan sebagai orangtua seperti terpusatnya perhatian pada kehadiran bayi (Ade, 2011).



2.4



Kebutuhan Nutrisi Ibu Hamil Trimester III



2.4.1



Kalori Kebutuhan kalori selama kehamilan adalah sekitar 70.000 -80.000 kilo kalori (kkal), dengan pertambahan berat badan sekitar 12,5 kg. Pertambahan kalori ini diperlukan terutama pada 20 minggu terakhir. Untuk itu, tambahan kalori yang diperlukan setiap hari adalah sekitar 285300 kkal. Tambahan kalori diperlukan untuk pertumbuhan jaringan janin danplasenta dan menambah volume darah serta cairan amnion (ketuban). Selain itu, kalori juga berguna sebagai cadangan ibu untuk keperluan melahirkan dan



menyusui. Agar kebutuhan kalori terpenuhi, Anda harus



menggenjot konsumsi makanan dari sumber karbohidrat dan lemak. Karbohidrat bisa diperoleh melalui serelia (padi-padian) dan produk olahannya, kentang, gula, kacang-kacangan, biji-bijian dan susu. Sementara untuk lemak, Anda bisa mengonsumsi mentega, susu, telur, daging berlemak, alpukat dan minyak nabati. 2.4.2



Vitamin B6 (Piridoksin) Vitamin ini dibutuhan untuk menjalankan lebih dari 100 reaksi kimia di dalam tubuh yang melibatkan enzim. Selain membantu metabolisma asam amino, karbohidrat, lemak dan pembentukan sel darah merah, juga berperan dalam pembentukan neurotransmitter (senyawa kimia penghantar pesan antar sel saraf). Semakin berkembang otak jianin, semakin meningkat pula kemampuan untuk mengantarkan pesan. Angka kecukupan vitamin B6 bagi ibu hamil adalah sekitar 2,2 miligram sehari. Makanan hewani adalah sumber yang kaya akan vitamin ini.



2.4.3



Yodium. Yodium dibutuhkan sebagai pembentuk senyawa tiroksin yang berperan mengontrol setiap metabolisma sel baru yang terbentuk. Bila kekurangan senyawa ini, akibatnya proses perekembagan janin, termasuk otaknya terhambat dan terganggu. Janin akan tumbuh kerdil. Sebaliknya, jika tiroksin berlebih, sel-sel baru akan tumbuh secara berlebihan sehingga janin tumbuh melampaui ukuran normal. Karenanya, cermati asupa yodium ke dalam tubuh saat hamil. Angka yang ideal untuk konsumsi yodium adalah 175 mikrogram perhari.



2.4.4



Tiamin (vitamin B1), Riboflavin (B2) dan Niasin (B3) Deretan vitamin ini akan membantu enzim untuk mengatur metabolisma sistem pernafasan dan enerji. Ibu hamil dianjurkan untuk mengonsumsi Tiamin sekitar 1,2 miligram per hari, Riboflavin sekitar 1,2 miligram perhari dan Niasin 11 miligram perhari. Ketiga vitamin B ini bisa Anda konsumsi dari keju, susu, kacang-kacangan, hati dan telur.



2.4.5



Air Kebutuhan ibu hamil di trimester III ini bukan hanya dari makanan tapi juga dari cairan. Ari sangat penting untuk pertubuhan sel-sel baru, mengatur suhu tubuh, melarutkan danmengatur proses metabolisma zat-zat gizi, serta mempertahankan volume darah yang meningkat selama masa kehamilan. Jika cukup mengonsumsi cairan, buang air besar akan lancar sehingga terhindar dari sembelit serta risiko terkena infeksi saluran kemih. Sebaiknya minum 8 gelas air putih sehari. Selain air putih, bisa pula dibantu dengan jus buah, makanan berkuah dan buah-buahan. Tapi jangan lupa, agar bobot tubuh tidak naik berlebihan, kurangi minuman bergula seperti sirop dan softdrink.



2.5



Pertumbuhan dan Perkembangan Janin pada Trimester III Pertumbuhan dan perkembangan janin pada trimester ke III yaitu: Usia kehamilan



Perkembangan janin



Minggu 28 – 31a. Lemak sub kutan disimpan. b. Jika janin lahir saat ini dengan paru-paru imatur, respiratory distress syndroma (rsd) dapat terjadi. Minggu 32 – 36a. Berat janin menetap. b. Lanugo menghilang tetapi masih ada bekasnya di kepala. c. Kuku jari tumbuh. d. Janin mempunyai kemampuan yang cukup baik jika lahir dalam minggu-minggu ini. Minggu 37 – 40a. Lemak sub kutan tetap dibentuk dan disekeliling janin menjadi menggumpal. b. Kuku jari tangan dan kaki terbentuk sempurna dan melampaui ujung jari tangan dan kaki. c. Testis turun ke arah scrotum. d. Tengkorak berkembang sempurna dan lebih besar dari bagian tubuh. Kehamilan akan menyebabkan meningkatnya daya metabolisme energi. Proses anabolik fundamental yang terjadi selama kehamilan yaitu proses pertumbuhan dan pematangan janin, plasenta yang selanjutnya menjadi bayi, dengan berat waktu lahir kira-kira 7,5 pound (3,4 kg). Sebagai tambahan si Ibu akan menjalani penyesuaian fisiologik dan metabolik selama mengandung, yang sebenarnya serasi dengan prosesproses anabolik yang terjadi dalam janin dan plasenta. Hal-hal tersebut dikatalisis oleh perubahan, kelenjar endokrin pada ibu sehingga membesarkan ukuran uterus, payudara dan volume darah ibu, cairan ketuban dan masa jaringan adiposa. Berat badan selama hamil dapat digunakan sebagai tanda apakah ada sesuatu yang salah dengan kondisi ibu



hamil atau ibu hamil baik-baik saja. Berat badan bayi yang bertambah pada masa kehamilan karena tumbuh, perkembangan sistem placenta yang sehat, cairan ketuban, dan persediaan darah yang meningkat untuk memberikan nutrisi dan melindungi bayi, dan persiapan dilakukan untuk masa laktasi. Kenaikan Berat Badan dan Perinciannya Bayi



3,37 kg



Plasenta



0,67 kg



Cairan ketuban



0,78 kg



Pembesaran



0,90 kg



Jaringan buah dada ibu



0,45 kg



Volume darah ibu



1,23 kg



Cairan pada jaringan ibu



1,35 kg



Lemak ibu



3,15 kg



Total Rata-rata



11,9 kg



Berat badan ibu hamil harus memadai, bertambah sesuai dengan umur kehamilan, Ibu hamil dengan Pertambahan berat badan normal akan melahirkan bayi dengan berat badan normal juga Dalam 3 bulan pertama, berat badan ibu hamil akan naik sampai 2 kg. Kemudian dinilai normal apabila setiap mingggu berat badan naik 0,5 kg. Pada kehamilan tua, ratarata kenaikan berat badan ibu akan mencapai 12 kg. Jika kenaikan berat badan lebih dari normal, dapat menimbulkan komplikasi keracunan kehamilan



(pre-eklampsia),



ataupun



anak



terlalu



besar



sehingga



menimbulkan kesulitan persalinan. Sebaliknya, jika kenaikan berat badan ibu hamil kurang dari normal, kemungkinan ibu beresiko keguguran, anak lahir prematur, berat badan lahir rendah, gangguan kekuatan rahim saat mengeluarkan anak, dan pendarahan sehabis persalinan. Anak yang dilahirkan juga berukuran lebih kecil dari rata-rata bayi seusianya (Cunningham, 2016).



2.6



Ketidaknyamanan pada Ibu Hamil Trimester III



2.6.1



Nocturia Biasanya ibu merasa sering ingin kencing. Ini terjadi karena kandung kencing tertekan oleh uterus yang sudah sangat besar, selain itu juga dipengaruhi



oleh



hormon



Aldosteron



yang



dapat



meningkatkan



vaskularisasi pembuluh darah. Air dan sodium tertahan didalam tungkai bawah selama siang hari karena statis vena, pada malam hari terdapat aliran balik vena yang meningkat sehingga outpur air seni bertambah. Penanganan



:



a. Kurangi minum waktu akan tidur, agar istirahat tidak terganggu b. Kegel exercise otot pubis c. Bila ada keluhan saat BAK rujuk ke dokter, gunakan pembalut kalau perlu d. Mengurangi minuman diuretis alami seperti kopi, teh, kola dan kafein e. Tentramkan hati ibu dengan memberi penjelasan bahwa keadaan ini adalah fisiologis. 2.6.2



Hemoroid Pelebaran vena dari anus (hemoroid) dapat bertambah besar dalam kehamilan karena adanya kongesti darah dalam rongga panggul. Relaksasi dari otot halus pada bowel menyebabakan gumpalan tertahan dan memperparah konstipasi. Penanganan: a. Hindari konstipasi dan usahakan BAB yang teratur b. Beri rendam duduk hangat/dingin c. Bila mungkin gunakan jari untuk memasukkan kembali hemoroid ke dalam anus dengan pelan-pelan d. Makan makanan berserat e. Konsul ke dokter sebelum menggunakan obat hemoroid



2.6.3



Gangguan Pernafasan Nafas dangkal terjadi pada 50% wanita hamil, ekspansi diafgrama terbatas karena pembesaran uterus, dimana rahim membesar mendesak diafragma ke atas hal ini mengakibatkan penurunan kadar CO2 dan meningkatkan kadar O2 Penanganan: a. Latihan nafas melalui senam hamil b. Tidur dengan bantal yang tinggi c. Makan tidak terlalu banyak d. Secara berkala berdiri merentangkan tangan lengan diatas kepala serta



menarik nafas panjang e. Konsul ke dokter bila ada kelainan asma dll f. Berikan penjelasan bahwa hal ini akan hilang setelah melahirkan



2.6.4



Nyeri Punggung Perubahan keseimbangan tubuh oleh pembesaran perut, penarikan otot akibat pembesaran rahim, tertekannya pembuluh-pembuluh darah dan terganggunya peredaran darah karena pembesaran rahim, tertekannya tulang Lumbalima dan tulang ekor oleh kepala janin yang sudah memasuki pintu atas panggul. Penanganan: a. Santai dan istirahat b. Tidur dengan posisi miring kiri, gunakan bantal waktu tidur untuk meluruskan punggung c. Menggunakan BH yang menopang sesuai dengan ukuran d. Berjongkok bukan membungkuk saat mengangkat benda agar paha menahan beban berat benda. e. Lebarkan kaki dan letakkan satu kaki sedikit didepan kaki yang lain pada saat membungkuk agar seimbang.



2.6.5



Oedema Oedema



terjadi



karena



peningkatan



sodium



yang



banyak,



meningkatnya permeabilitas kapiler sehubungan dengan peningkatan



hormon estrogen, peningkatan tekanan vena, varices vena dengan kongesti, dan defisiensi diet protein. Penanganan : a. Meningkatkan periode istirahat, berbaring pada posisi miring kiri b. Tinggikan kaki bila duduk dan kenakan stoking c. Tingkatkan intake protein d. Menurunkan intake KH selama retensi cairan di jaringan e. Minum 6-8 gelas cairan sehari untuk membantu diuresis natural f. Anjurkan klien untuk melaporkan tanda toxemia, pre-eklampsi, oedema kelebihan BB, sakit kepala, pandangan kabur, penurunan urine output. 2.6.6



Perubahan Libido Perubahan libido terjadi karena ibu mengalami sakit ulu hati dan gangguan pencernaan, adanya hemoroid, kelelahan yang berlebihan, kurang tidur, ketegangan, rasa takut menyebabkan kecemasan yang dapat menyebabkan



pasangan



menghindari,



mengekspresikan



hubungan



seksual., dan nyeri waktu coitus disebabkan karena uterus terdorong ke bawah. Penanganan: a. Menjelaskan dan memberikan support pada ibu maupun suami bahas perubahan atau masalah seksual selama kehamilan adalah normal dan dapat disebabkan oleh pengaruh hormon estrogen dan psikologis. b. Jelaskan pada keluarga perlu pendekatan memberikan kasih sayang pada istri untuk mengalihkan rangsangan seksual secara fisik menjadi kontak psikis. 2.6.7



Gatal-gatal Gatal-gatal terjadi pada perut paha payudara maupun pada bagian lain terutama pada lipatan-lipatan terjadi karena peregangan kulit dan peningkatan pengeluaran keringat. Penanganan: a. Potong dan bersihkan kuku agar jika tergaruk tidak berbekas b. Jaga kebersihkan kulit dan berikan pelembab



c. Mandi guyur minimal 2x sehari 2.6.8



Ulu hati terasa panas Hal ini terjadi karena keterlambatan pengosongan lambung dan lambung terdesak oleh rahim yang membesar. Penanganan: a. Jangan mengkonsumsi makanan yang memproduksi gas seperti kubis, nangka, sawi dan durian b. Hindari mengkonsumsi makanan yang berlemak dan porsi besar c. Minum sedikit susu atau teh hangat



2.6.9



Konstipasi Konstipasi terjadi karena peningkatan penyerapan air oleh usus, konsumsi tablet zat besi, kurang minum, kurang mengkonsumsi makanan berserat, kurang gerak badan, penekanan usus oleh pembesaran rahim, penyerapan air oleh kolon meningkatan, dan peningkatan progesteron membuat peristaltik usus lambat. Penanganan: a. Berikan minum ± 8 gelas sehari b. Diet mengandung tinggi serat c. Exercise ringan d. Tidak boleh memberikan obat-obat yang mengandung laxative



2.6.10 Keputihan Keputihan terjadi karena peningkatan produksi lendir dan dan pengaruh hoemonal. Penanganan: a. Jangan membilas bagian dalam liang senggama b. Kenakan pembalut wanita dan segera ganti jika sudah basah c. Jaga kebersihan alat kelamin (bersihkan dari arah depan ke arah belakang) d. Jika gatal, bau menusuk, ada perubahan sifat dan warna segera laporkan dan konsultasikan pada tenaga kesehatan



2.6.11 Varises Varises terjadi karena pengaruh hormon kehamilan, pembesaran rahim yang menghabat aliran darah, dan mengejan saat buang air besar. Penanganan: a. Jangan terlalu lama berdiri atau duduk b. Hindari pakaian ketat c. Cukup bergerak d. Jangan mengejan terlalu kuat saat buang air besar e. Berbaring dengan kedua kaki ditinggikan misalnya dengan di ganjal



bantal (Kusmiati, 2009)



2.7



Kebutuhan Antenatal Care pada Trimester III



2.7.1 Standart ANC Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya 4 kali kunjungan selama periode antenatal. a. Kebijakan program Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan. 1)



1 kali pada triwulan pertama



2)



1 kali pada triwulan kedua



3)



2 kali pada trwulan ketiga



b. Pelayanan atau asuhan standar minimal “10 T” : 1)



Timbang berat badan dan pengukuran tinggi badan



2)



Ukur tekanan darah



3)



Ukur tinggi fundus uteri



4)



Pemberian imunisasi tetanus toxoid



5)



Pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama kehamilan



6)



Test terhadap penyakit menular seksual



7)



Temu wicara (konseling dan pemecahan masalah)



8)



Test Laboraturium



9)



Tatalaksana Kasus



10) Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas) (Saiffudin, 2009) 2.7.2 Pemeriksaan Kebidanan a. Pemeriksaan Abdomen 1. Inspeksi Dilihat pembesaran perutnya apakah membesar dengan arah memeanjang atau melebar, keadaan pusat, pigmentasi di linea alba/nigra, adakah striae gravidarum atau bekas operasi. 2. Palpasi Palpasi dilakukan untuk menentukan : besarnya rahim, tuanya kehamilan menentukan letaknya janin dalam rahim. Cara melakukan palpasi ialah menurut leopold yang terdiri dari atas 4 bagian.  Leopold 1 Pemeriksaan leopold 1 adalah untuk menentukan tuanya kehamilan dengan mengukur tinggi fundus uteri serta menentukan bagian apa yang terdapat didalam fundus.  Leopold II Pemeriksaan leopold II dilakukan untuk menentukan bagian apa yang terdapat dikiri atau kanan ibu (ekstremitas dan punggung).  Leopold III Leopold III adalah untuk menentukan bagian terendah janin dan mengetahui apakah bagian tersebut sudah masuk atau belum masuk ke dalam pintu atas panggul (konvergen,sejajar,divergen).  Leopold IV Leopold IV adalah untuk menentukan seberapa besar bagian terendah janin yang sudah masuk ke dalam pintu atas panggul dengan menggunakan penjarian.



b.



Pemeriksaan aogenital Pemeriksaan ini dilakukan dengan diinfeksi dan dilihat apakah ada flour albus, varises, oedema, tumor tau kelainan lainnya yang dapat mempengaruhi proses persalinan dan apabila ada kelainan dari anogenital.



c.



Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan urine dilakukan antara lain untuk mengetahui kadar urine protein ibu agar kadar gula dalam urine. Klasifikasi proteinuria : - Negatif



: urin jernih



- Positif 1 : ada keruhan - Positif



2 : kekeruhan mudah dilihat dan ada endapan



- Positif



3 : Lebih keruh dan endapan lebih jelas



- Positif



4 : sangat keruh dan disertai endapan yang menggumpal



Klasifikasi kadar glukosa : - Negatif



: biru



- Positif 1 : hijau - Positif



2 : kuning kehijauan



- Positif 3 : jingga - Positif 4 : merah bata Pemeriksaan darah yang dilakukan pada ibu hamil biasanya yaitu golongan darah dan pemeriksaan hemoglobin untuk mengetahui anemia atau tidak. Anemia pada kehamilan 1 dan 3 kadar hemoglobinnya rendah dibawah 11gr% atau 90 mmHg.



N



: normalnya 60 – 100 x/menit



RR



: 16 – 24 x/menit



S



: 36,5 – 37,5 ºC



(Mutaqqin, 2008). Pemeriksaan Fisik a.



Kepala



: Observasi bentuk, benjolan, infeksi pada kepala. Palpasi bila tampak benjolan untuk mengetahui besar, bentuk, kekenyalan dan mobilitasnya.



b.



Wajah



: Observasi chlosma gravidarum, oedema muka terutama pada trimester II dan III yang dapat mengarah pada preeklamsia, terutama bila tekanan darah ibu tinggi.



c.



Mata (ka/ki)



: Konjungtiva merah muda, sklera putih, mata simetris.



d.



Telinga (ka/ki)



: Melihat kesimetrisan, serumen, dan kebersihan.



e.



Hidung (ka/ki)



: Tidak ada sekret dan polip.



f.



Mulut



: Kebersihan, stomatitis dan keadaan konstruksi gigi, jika terjadi kekeroposan akan menjadi indikasi kekurangan kalsium.



g.



Leher



: Pembesaran kelenjar tiroid, pembesaran kelenjar limfe dan bendungan vena jugularis.



h. Dada (ka/ki)



: Mengkaji mammae ibu dan kesiapan masa laktasi yang meliputi bentuk putting susu harus menonjol, pigmentasi pada areola mammae dan putting, bentuk payudara dan kolostrum sudah keluar.



i.



Perut Inspeksi Observasi pembesaran uterus sesuai usia kehamilan, ibu hamil pembesarannya membujur sebagai tanda letak bayi, striae alba sebagai tanda pernah hamil yang lalu, striae lividae tanda hamil sekarang, linea alba dan nigrae garis antara sympisis-pusat yang tampak putih.



Auskultasi DJJ terdengar jelas dan teratur di punctum maksimum bagian kanan/kiri perut ibu dibawah pusat. Normal DJJ 120 - 160x/ menit, jika 120 atau 160 merupakan tanda fetal distress. j. Pemeriksaan leopold I, II, III, IV Leopold I



: Pada leopold I dikaji bagian janin apakah yang ada pada fundus uteri, kepala (bulat keras) atau bokong janin (bulat lunak). Pada kehamilan kembar dapat teraba dua bagian besar janin pada fundus uteri. Pada Trimester I dan awal Trimester II, leopold I hanya untuk mengetahui adanya ballottement.



Leopold II



: Leopold II ini efektif digunakan bila umur kehamilan sudah menginjak usia 6 bulan, karena bagian-bagian janin sudah mulai dapat dibedakan. Leopold II ini dilakukan untuk mengetahui dimanakah letak punggung janin yang ditandai dengan terabanya bagian panjang, keras, danada tahanan dan juga untuk mengetahui letak ekstremitas janin yang ditandai dengan terabanya bagian-bagian kecil. Punggung terdapat pada satu sisi, bagian-bagian kecil terdapat pada sisi yang berlawanan.



Leopold III



: Menentukan bagian terbawah janin yaitu bulat lunak atau bulat kera, masih bisa digoyangkan atau tidak, jika bagian bawah tidak dapat digoyangkan maka bagian terbawah sudah masuk PAP.



Leopold IV



: Menetukan seberapa jauh bagian terendah janin sudah masuk PAP konvergen (bagian kecil janin turun), sejajar (separuh turun), divergen (bagian besar janin turun).



His



: Kekuatan his dapat berpengaruh pada terjadinya ruptur uteri pada peritas tinggi dan bekas SC karena lapisan uterus yang sudah menipis.



k. Pemeriksaan Panggul Pada ibu hamil perlu dilakukan pemeriksaan untuk menilai keadaan dan bentuk panggul apakah terdapat kelainan atau keadaan yang dapat menimbulkan penyulit persalinan, apakah terdapat dugaan kesempitan panggul atau kelainan panggul. Pengukuran panggul dilakukan pada setiap wanita hamil yang akan direncanakan untuk lahir secara per vaginam. Pemeriksaan panggul ini dilakukan pada usia kehamilan > 32 minggu pada setiap pemeriksaan antenatal (Mochtar, 2015). l. Genetalia Terdapat pengeluaran pervaginam (lendir, darah), varises, benjolan abnormal yang menentukan kelancaran jalan lahir, juga luka perineum menandakan sudah pernah melahirkan. Varises dan kondiloma yang nantinya dapat mengganggu proses persalinan pervaginam, karena varises dapat pecah saat persalinan dan menimbulkan perdarahan. l. Ekstremitas (ka/ki) : Refleks



: Untuk curiga adanya keracunan kehamilan, refleks patella normal ada, baik (ka/ki)



Edema



: Ada atau tidak.



Varises



: Ada atau tidak.



Perkusi



: Pemeriksaan refleks patella positif atau negatif



m. Punggung



: Adakah kelainan seperti lordosis, kifosis dan skolioisis



n. Anus



: Adakah hemoroid/ tidak



Pemeriksaan Penunjang a. Hemoglobin (Hb) untuk mengkaji anemia b. Kadar protein urin untuk mengetahui resiko PEB dan PE c. Kadar glukosa untuk mengetahui resiko DM d. Pemeriksaan ultrasonografi untuk diagnosa yang lebih akurat dan NST untuk menggambarkan keadaan janin dalam kandungan jika curiga fetal distress. (Muttaqin, 2008).



3.2 Interpretasi Data Diagnosa dibuat berdasarkan nomenklatur kebidanan yang dilakukan untuk menentukan rencana asuhan yang akan dilakukan pada persalinan dengan presentasi puncak kepala. Penulisan diagnosa sebagai berikut : G . P …..(5 digit angka) UK ..-.. minggu inpartu kala … dengan bekas SC janin tunggal hidup intrauterine dengan presentasi puncak kepala. Penegakan diagnosa harus disertakan data-data penunjang. Data-data tersebut meliputi data subjektif berupa HPHT, keluhan ibu dan data objektif berupa TTV, hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang. Data subyektif diperoleh dari hasil anamnesis sedangkan data obyektif diperoleh dari hasil pemeriksaan (FKUB, 2018; Varney, 2008). Masalah



: Masalah dapat berupa ketidaknyamanan yang mungkin dialami oleh klien.



Kebutuhan



: Kebutuhan segera merupakan kebutuhan yang harus diberikan dan bila tidak diberikan akan mengacam jiwa (Varney, 2008).



3.3



Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial Identifikasi ini dilakukan berdasarkan diagnose atau masalah yang telah



ditemukan berdasarkan data yang kemungkinan dapat menimbulkan keadaan yang lebih parah. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila mungkin dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan waspada dan bersiap-siap menghadapinya bila diagnosis/ masalah potensial ini benar-benar terjadi. Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman (Muslihatun, 2009).



3.4



Identifikasi Kebutuhan Segera Mencakup tentang tindakan segera untuk menangani diagnosa/masalah



potensial yang dapat berupa konsultasi, kolaborasi dan rujukan. Kebutuhan segera merupakan suatu tindakan yang harus dilakukan dimana apabila tidak dilakukan akan mengancam jiwa (Varney, 2008).



3.5



Intervensi atau Rencana Asuhan Merencanakan asuhan secara menyeluruh yang akan diberikan kepada



klien untuk mengatasi diagnosa atau masalah. Perencanaan tindakan asuhan harus disertai dengan rasionalisasi tindakan yang jelas. Rasionalisasi merupakan dasar dilakukannya perencanaan asuhan, rasionalisasi bukan tujuan maupun alasan (Prawirohardjo, 2011). Tujuan



: Tujuan dalam hal ini berisi seputar kondisi klien yang diharapkan setelah dilakukan asuhan kebidanan dalam waktu tertentu.



Kriteria hasil : Dibuat untuk menjadi tolak ukur keberhasilan perencanaan asuhan kebidanan sehingga tujuan tercapai. Dikembangkan berdasarkan intervensi saat sekarang dan antisipasi diagnosa dan masalah serta meliputi data - data tambahan setelah data dasar. Rencana tindakan harus disetujui oleh klien, karena itu harus didiskusikan dengan klien. Semua tindakan yang diambil harus berdasarkan rasional dan diakui kebenarannya serta harus dianalisa secara teoritis. Dx G . P …..(5 digit angka) UK ..-.. minggu inpartu kala … dengan bekas SC janin tunggal hidup intrauterine dengan presentasi puncak kepala. Tujuan setelah dilakukan asuhan kebidanan selama beberapa menit diharapkan kondisi bayi yang dilahirkan sehat dan ibu selamat. Kriteria hasil : Kriteria hasil untuk diagnose mewakili status kesehatan klien yang dapat dicapai atau dipertahankan melalui rencana tindakan yang mandir, sehingga dapat membedakan antara diagnose dan masalah kolaburatif. Komponen kriteria



hasil



adalah



spesifik,



dapat



diuukur,



dapat



dicapai,



dapat



dipertanggungjawabkan secara ilmiah, dan ada batasan waktu/ tujuan asuhan (Carpenito, 2016). Intervensi : 1. Jelaskan pada klien dan keluarga tentang keadaan wanita hamil, baik normal maupun tidak normal



R/



penjelasan



keadaan



klien



dapat



membantu



klien



memahami



kehamilannya dan ibu dapat mengurangi kecemasan yang dirasakan (Hana, Ummi, 2010). 2. Berikan nasehat-nasehat yang dibutuhkan ibu hamil R/ Pada ibu hamil TM III, nasehat-nasehat yang diperlukan antara lain; nutrisi ibu hamil TM III, personal hygiene, istirahat, aktivitas fisik, perawatan payudara (Hana, Ummi, 2010). 3. Jelaskan tentang ketidaknyamanan selama kehamilan TM III R/ penjelasan bidan tentang ketidaknyaman kehamilan yang dilami klien adalah hal fisiologis dapat membantu klien memahmi keadaannya (Hana, Ummi, dkk, 2010). 4. Jelaskan tentang tanda bahaya kehamilan lanjut/komllikasi kehamilan TM III R/ nyeri melingkar dari punggung menjalar ke perut bagian depan, kenceng-kenceng atau perut mulas secara teratur,sering dan lama, keluarnya lendir bercampur darahdari jalan lahir,keluarnya air ketuban dari jalan lahir (Hana, Ummi, 2010). 5. Jelaskan tentang tanda-tanda persalinan R/ nyeri melingkar dari punggung menjalar ke perut bagian depan, kenceng-kenceng atau perut mulas secara teratur,sering dan lama, keluarnya lendir bercampur darahdari jalan lahir,keluarnya air ketuban dari jalan lahir. 6. Jelaskan tentang persiapan persalinan R/ Persiapan persalinan yang harus disiapkan, seperti : tempat bersalin, alat transportasi, perlengkapan



biaya bayi,



yang



di



butuhkan,



memberitahu



menyiapkan



keluarga



terutama



donor suami



darah, agar



mendampingi ibu pada saat proses persalinan, obat obatan, serta surat-surat jika terjadi rujukan (Hana, Ummi, 2010). 7. Rencanakan KB setelah bersalin R/ perencanaan KB pada TM III dapat membantu klien memutuskan KB yang tepat pasca bersalin (Hana, Ummi, dkk, 2010). 8. Berikan Tablet Fe



R/ Fe dibutuhkan untuk pembentukan Hb terutama saat hemodulusi, pemasukan harus adekuat selama hamil untuk mencegah anemia. Wanita hamil memerlukan 800 mg atau 30-50 g perhari (Yeyeh, 2009). 9. Jadwalkan kunjungan sesuai perkembangan kehamilan. R/ kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan yaitu; satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua, dua kali pada triwulan ketiga (Prawirohardjo, 2014). 10. Dokumentasikan hasil asuhan R/ dokumentasi adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam persoalan hukum. (Yeyeh, 2009) 3.6



Implementasi



Melaksanakan rencana asuhan yang telah direncanakan secara menyeluruh dengan efisien dan aman sesuai perencanaan. Namun, tidak semua rencana asuhan harus dilakukan. Pada implementasi disertakan tempat, tanggal, dan waktu dilakukannya implementasi (Varney, 2008).



3.7



Evaluasi



Tindakan mengevaluasi pelaksanakan asuhan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan yang dilakukan untuk mencapai kriteria hasil yang ditetapkan dan perlunya asuhan lanjutan atau tidak. Pendokumentasian menggunakan SOAP. S



: Data diperoleh dari keterangan/keluhan klien dan keluarga.



O



: Data diperoleh dari hasil pemeriksaan yang didapat secara keseluruhan.



A



: Diagnosa yang ditetapkan berdasarkan data subyektif dan obyektif setelah dilakukan implementasi.



P



: Perencanaan yang perlu dilakukan selanjutnya Diakhir dokumentasi asuhan kebidanan harus disertakan tempat, tanggal



beserta nama terang diikuti tanda tangan sebagai tanda bukti dimana, kapan dan oleh siapa dokumentasi asuhan kebidanan dilakukan. Apabila asuhan memerlukan evaluasi perkembangan, evaluasi perkembangan ditulis dalam bentuk SOAP



dengan tetap diberikan tempat, tanggal, beserta nama terang yang diikuti tanda tangan petugas (Varney, 2008).