LP Koma [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Ny. S pada Kasus Koma Ruang 28 – RSSA



Oleh : Muhammad Ilyas, S.kep



Prodi



: Profesi Ners



Stikes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo 2019 A. Anatomi dan Fisiologi Otak



Otak mungkin merupakan organ yang paling mengagumkan dari seluruh organ. Kita mengetahui bahwa seluruh angan – angan, keinginan dan nafsu, perencanaan dan memori merupakan hasil akhir dari aktivitas otak. Otak berisi 10 miliar neuron yang menjadi kompleks secara kesatuan fungsional. Otak lebih kompleks daripada batang otak. Berat otak manusia kira – kira merupakan 2% dari berat badan orang dewasa. Otak menerima 15 % dari curah jantung, memerlukan sekitar 20 % pemakaian oksigen tubuh, dan sekitar 400 kalori energy setiap hari. Otak merupakan jaringan yang paling banyak memakai energy dalam seluruh tubuh manusia dan terutamam berasal dari proses metabolisme oksidasi glukosa. Jaringan otak sangat rentan dan kebutuhan akan oksigen dan glukosa melalui aliran darah adalah konstan. Metabolisme otak merupakan proses tetap dan kontinu, tanpa ada masa istirahat. Bila aliran darah berhenti 10 detik saja, maka kesadaran mungkin sudah akan hilang, dan penghentian dalam beberapa menit saja dapat menimbulkan kerusakan yang irreversible. Hipoglikemia yang berkepanjangan juga dapat merusak jaringan otak. Aktivitas otak yang tidak pernah berhenti ini berkaitan dengan fungsinya yang kritis sebagai pusat integrase dan koordinasi organ – organ sensorik dan system efektor perifer tubuh, disamping berfungsi sebagai pengatur informasi yang masuk, simpanan pengalaman, impuls yang keluar dan tingkah laku.



Otak manusia mengandung hampir 98% jaringan saraf tubuh. Kisaran berat otak sekitar 1,4 kg dan mempunyai isi sekitar 1200cc. terdapat pertimbangan variasi akan besaran otak, yaitu otak laki – laki lebih besar 10% daripada otak perempuan dan tidak ada kolerasi yang berarti antara besar otak dan tingkat intelegen. Seseorang dengan ukuran otak kecil (750cc) dan ukuran otak besar (2100cc) secara fungsinal sama (Simon dan Schuster,1998). Otak merupakan suatu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat komputer semua alat tubuh, bagian dari semua saraf sentral yang terletak di dalam rongga tengkorak (kranium) yang dibungkus oleh selaput otak yang kuat. Otak dibagi menjadi empat bagian, yaitu: 1) Cerebrum (Otak Besar) Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut dengan nama cerebral cortex, forebrain atau otak depan. Cerebrum merupakan bagian otak yang membedakan manusia dengan binatang. Cerebrum membuat manusia memiliki kemampuan berpikir, analisa, logika, bahasa, kesadaran, perencanaan, memori dan kemampuan visual. Kecerdasan intelektual atau IQ Anda juga ditentukan oleh kualitas bagian ini. Cerebrum secara terbagi menjadi 4 (empat) bagian yang disebut lobus. Bagian lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan yang menyerupai parit disebut sulcus. Keempat lobus tersebut masingmasing adalah : a) Lobus frontal merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan dari otak besar. Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat alasan, kemampuan gerak, kognisi, perencanaan, penyelesaian masalah, memberi penilaian, kreativitas, kontrol perasaan, kontrol perilaku seksual dan kemampuan bahasa secara umum.



b) Lobus parietal berada di tengah, berhubungan dengan proses sensor perasaan seperti tekanan, sentuhan dan rasa sakit. c) Lobus temporal berada di bagian bawah berhubungan dengan kemampuan pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa dalam bentuk suara. d) Lobus occipital ada di bagian paling belakang, berhubungan dengan rangsangan visual yang memungkinkan manusia mampu melakukan interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina mata. Selain dibagi menjadi 4 lobus, cerebrum (otak besar) juga bisa dibagi menjadi dua belahan, yaitu belahan otak kanan dan belahan otak kiri. Kedua belahan itu terhubung oleh kabel-kabel saraf di bagian bawahnya. Secara umum, belahan otak kanan mengontrol sisi kiri tubuh, dan belahan otak kiri mengontrol sisi kanan tubuh. Otak kanan terlibat dalam kreativitas dan kemampuan artistik. Sedangkan otak kiri untuk logika dan berpikir rasional. Kedua belahan itu terhubung oleh kabel-kabel saraf di bagian bawahnya. Secara umum, belahan otak kanan mengontrol sisi kiri tubuh, dan belahan otak kiri mengontrol sisi kanan tubuh. Otak kanan terlibat dalam kreativitas dan kemampuan artistik. Sedangkan otak kiri untuk logika dan berpikir rasional. 2) Cerebellum (Otak Kecil) Otak kecil atau cerebellum terletak di bagian belakang kepala, dekat dengan ujung leher bagian atas. Cerebellum mengontrol banyak fungsi otomatis otak, diantaranya: mengatur sikap atau posisi tubuh, mengkontrol keseimbangan, koordinasi otot dan gerakan tubuh. Otak kecil juga menyimpan dan melaksanakan serangkaian gerakan otomatis yang dipelajari seperti gerakan mengendarai mobil, gerakan tangan saat menulis, gerakan mengunci pintu dan sebagainya. Jika terjadi cedera pada otak kecil, dapat mengakibatkan gangguan pada



sikap



dan



koordinasi



gerak



otot.



Gerakan



menjadi



tidak



terkoordinasi, misalnya orang tersebut tidak mampu memasukkan makanan ke dalam mulutnya atau tidak mampu mengancingkan baju. 3) Brainstem (Batang Otak) Batang otak (brainstem) berada di dalam tulang tengkorak atau rongga kepala bagian dasar dan memanjang sampai ke tulang punggung atau sumsum tulang belakang. Bagian otak ini mengatur fungsi dasar manusia termasuk pernapasan, denyut jantung, mengatur suhu tubuh, mengatur proses pencernaan, dan merupakan sumber insting dasar manusia yaitu fight or flight (lawan atau lari) saat datangnya bahaya. Batang otak terdiri dari empat bagian, yaitu: a) Diensepalon adalah bagian batang otak paling atas, terdapat diantara serebellum dengan mesensepalon. b) Mesensepalon atau otak tengah (disebut juga mid brain) adalah bagian teratas dari batang otak yang menghubungkan otak besar dan otak kecil. Otak tengah berfungsi dalam hal mengontrol respon penglihatan, gerakan mata, pembesaran pupil mata, mengatur gerakan tubuh dan pendengaran. c) Medulla oblongata adalah titik awal saraf tulang belakang dari sebelah kiri badan menuju bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya. Medulla mengontrol funsi otomatis otak, seperti detak jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan pencernaan. d) Pons merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan data ke pusat otak bersama



dengan



formasi



reticular. Pons yang



menentukan apakah kita terjaga atau tertidur 4) Limbic System (Sistem Limbik)



Sistem limbik terletak di bagian tengah otak, membungkus batang otak ibarat kerah baju. Limbik berasal dari bahasa latin yang berarti kerah. Komponen



limbik



antara



lain



hipotalamus,



thalamus,



amigdala,



hipocampus dan korteks limbik. Sistem limbik berfungsi menghasilkan perasaan, mengatur produksi hormon, memelihara homeostasis, rasa haus, rasa lapar, dorongan seks, pusat rasa senang, metabolisme dan juga memori jangka panjang. Bagian terpenting dari sistem limbik adalah hipotalamus yang salah satu fungsinya adalah bagian memutuskan mana yang perlu mendapat perhatian dan mana yang tidak. Sistem limbik menyimpan banyak informasi yang tak tersentuh oleh indera. Dialah yang lazim disebut sebagai otak emosi atau tempat bersemayamnya rasa cinta dan kejujuran. Carl Gustav Jung menyebutnya sebagai "Alam Bawah Sadar" atau ketidaksadaran kolektif, yang diwujudkan dalam perilaku baik seperti menolong orang dan perilaku tulus lainnya. LeDoux mengistilahkan sistem limbik ini sebagai tempat duduk bagi semua nafsu manusia, tempat bermuaranya cinta, penghargaan dan kejujuran. B. Definisi Koma merupakan suatu keadaan tidak sadar menetap pada pasien yang: Tidak berespons pada stimulus verbal, dapat memiliki berbagai respons terhadap stimulus nyeri, tidak bergerak secara volunter, dapat memiliki respon pupil terhada cahaya yang terganggu dan tidak berkedip, dapat memiliki pola pernafasan yang terganggu. Koma merupakan suatu keadaan di mana pasien dalam keadaan tidur dalam dan tidak dapat dibangunkan secara adekuat dengan stimulus kuat yang sesuai. Pasien mungkin masih dapat meringis atau melakukan gerakan stereotipik, namun tidak dapat melakukan lokalisasi nyeri dan gerakan defensif yang sesuai. Seiring dengan semakin dalamnya koma,



pada akhirnya pasien tidak merespons terhadap rangsangan sekuat apapun. C. Etiologi Dua tipe gangguan yang menyebabkan koma : 1. Lesi struktural pada otak yang menempatkan tekanan pada batang otak atau struktur di dalam fosa kranial posterior, termasuk serebelum, otak terngah, pons, dan medulla. Tipe ini mempengaruhi ARAS (Ascending Reticular Activating System). 2. Gangguan metabolik dan lesi difus yang menganggu kesiagaan dan kesadaran dengan mengurangi suplai oksigen dan glukosa; dengan meningkatkan akumulasi sampah metabolik di otak; atau dengan menganggu proses metabolik serebral lain. Penyebab struktural koma dapat berupa trauma kepala, stroke iskemik atau hemoragik dan tumor otak. Kecelakaan kendaraan bermotor, serangan fisik, luka tembak, dan jatuh merupakan penyebab trauma kepala yang sering. Pengaruh cedera awal menyebabkan kerusakan tetapi kerusakan lanjut dapat terjadi sebagai hasil dari konsekuensi iskemik akibat cidera. Stroke iskemik terjadi akibat gangguan suplai darah ke otak. Iskemia dapat secara langsung memengaruhi struktur yang terlibat dalam kesadaran



atau



menyebabkan



pembengkakan



pada



otak



yang



menyebabkan koma. Stroke hemoragik dapat terjadi sebagai konsekuensi dari hipertensi atau anomali vaskular yang ruptur. Hemoragi menyebabkan koma dengan penekanan otak. Tumor dapat merupakan metastasis dari organ lain atau dapat berasal dari otak sendiri. Peningkatan tekanan intrakranial akibat tumor dapat menyebabkan koma. Terdapat beragam gangguan metabolik penyebab koma. Istilah metabolik digunakan untuk mendeskripsikan setiap masalah yang menganggu metabolisme otak. Hipoksia merupakan kondisi yang sering menyebabkan koma metabolik. Kehilangan darah, ketinggian, keracunan karbon monoksida dapat menyebabkan otak kekurangan oksigen. Sebagai catatan, koma dapat dengan sengaja untuk merawat penyakit neurologis atau penyakit serius lain. Pada situasi ini, propofol diberikan



untuk menghasilkan koma untuk mengistirahatkan otak dan diharapkan dapat mencegah kerusakan lanjut pada otak. Koma yang diinduksi atau koma



terapeutik



dapat



dipertimbangkan



pada



klien



dengan



pembengkakan otak ekstrem akibat cedera otak, stroke, atau penyakit metabolik. Perawatan untuk pasien dalam koma yang diinduksi secara umum sama dengan pasien yang koma karena sebab lain. Dibutuhkan suatu dukungan kehidupan penuh pada suatu latar perawatan intensif. D. Patofisiologi Kesadaran merupakan suatu fungsi kompleks yang dikontrol oleh reticular activation system (RAS) dan komponen RAS yang terintegrasi. RAS mulai pada medulla sebagai formasio retikularis (FR). Formasio retikularis menghubungkan RAS yang terletak di otak tengah kemudian ke hipotalamus dan talamus. Jaras terintegrasi menghubungkan ke korteks melalui talamus dan sistem limbik melalui hipotalamus. Sistem umpan balik juga menghubungkan pada tingkat batang otak. FR menghasilkan kondisi siaga sedangkan RAS dan koneksi yang lebih tinggi bertanggung jawab pada kesadaran diri dan lingkungan. Koneksi kortikal difus memungkinkan integrasi maksimal dari seluruh aktivitas terkait kondisi sadar. Gangguan yang mempengaruhi bagian RAS dapat menyebabkan koma. Untuk menyebabkan koma, suatu gangguan harus memengaruhi kedua hemisfer serebri atau batang otak itu sendiri. Gangguan akan memengaruhi area ini pada satu dari tiga cara: a. Kompresi langsung atau merusak struktur yang bertanggung jawab pada kesadaran. Suatu tumor atau perdarahan pada batang otak atau pembengkakan hemisfer serebri dapat menyebabkan koma dengan cara ini. b. Menurunkan ketersediaan oksigen atau glukosa, yang sangat dibutuhkan untuk metabolisme serebral. Hipoksia dan iskemia merupakan penyebab yang paling sering, tanpa oksigen dan



glukosa, otak tidak dapat membentuk zat kimia yang dibutuhkan untuk melaksanakan fungsinya. c. Efek toksik dari substansi tertentu pada struktur RAS. Sampah toksik dari penyakit hati atau ginjal invasi bakterial dari meningitis dan metabolt overdosis obat-obatan merupakan contoh dari substansi di atas. E. Manifestasi klinis Menurut corwin elizabeth ( 2009 ), manifestasi klinisnya adalah : 1. Perubahan respons pupil Perubahan pupil penting yang dijumpai pada kerusakan otak adalah pupil pinpoint yang tampak pada overdosis opiat ( heroin ) serta dilatasi dan fiksasi pupil bilateral yang biasanya dijumpai pada overdosis barbiturat. Cedera batang otak memperlihatkan fiksasi pupil bilateral dengan posisi di tengah. 2. Perubahan gerakan mata Pada cidera batang otak, terjadi gangguan gerakan mata, dan mata terfiksasi dalam posisi ke depan langsung. Deviasi yang miring dengan satu mata memandang ke atas dan satu ke bawah, menunjukkan cedera kompresif pada batang otak. Gerakan siklik unvolunter normal pada bola mata ( respons nigtagmus ) sebagai respons terhadap pemberian air es ke telinga menghilang pada disfungsi korteks dan batang otak. 3. Perubahan pola nafas a. Kerusakan pada batang otak Pusat pernafasan di batang otak bagian bawah mengontrol pernafasan berdasarkan konsentrasi ion hidrogen dalam CSS yang mengelilinginya. Kerusakan batang otak menyebabkan pola nafas yang tidak teratur dan tidak dapat diperkirakan. b. Kerusakan serebral Pernafasan cheynes-stokes juga merupakan



pernafasan



yang



didasarkan pada kadar karbondioksida. Pada kasus ini pusat pernafasan berespons berelebihan terhadap karbondioksida yang menyebabkan pola nafas tenang meningkat frekwensi dan kedalaman pernafasan kemudian turun dengan mudah sampai terjadi apnea ( decrescendo breathing ).



Pernafasan chynes-stokes mirip dengan apnea pasca ventilasi, yang dijumpai pada kerusakan hemisfer serebri, dan sering berkaitan dengan koma metabolik. 4. Perubahan respons motorik dan gerakan Respons motorik abnormal meliputi tidak sesuainya atau tidak adanya gerakan sebagai respons terhadap stimulus nyeri, refleks batang otak seperti respons mengisap dan menggengam terjadi apabila pusat otak yang lebih tinggi rusak. 5. Disfasia Disfasia adalah gangguan pemahamaan atau pembentukan bahasa. Afasia adalah kehilangan total pemahaman atau pembenyukaan bahasa. Disfasia biasanya disebabkan oleh hipoksia serebral yang sering berkaitan dengan stroke, tetapi dapat juga disebabkan oleh trauma atau infeksi. Kerusakan otak yang menyebabkan disfasia biasanya mengenai hemisfer serebri kiri. 6. Disfasia broca Disfasia broca terjadi akibat kerusakan area broca di lobus frontalis. Individu yang mengalami disfasia broca memahami bahasa, tetapi kemampuanya untuk mengekspresikan kata secara bermakna dalam bentuk tulisan atau lisan terganggu. Hal ini disebut disfasia ekspresif. 7. Disfasia wernicke Disfasia wernicke terjadi akibat kerusakan area wernicke di lobus temporalis kiri. Pada disfasia wernicke, ekspresi bahasa secara verbal utuh, tetapi pemahaman bermakna terhadap kata yang diucapkan atau tertulis terganggu. Hal ini disebut disfasia reseptif. 8. Agnosia Agnosia adalah kegagalan mengenali obyek karena ketidaknyamanan memahami stimulus sensorik yang datang.agnosia dapat berupa visual, pendengaran,



taktil,



atau



berkaitan



dengan



pengucapan



atau



penciuman.agnosia terjadi akibat kerusakan pada area sensorik primer atau asosiatif tertentu di korteks serebri F.



dan



Klasifikasi 1. Koma Supratentorial Diensefalik Semua proses supratentorial yang dapat mengakibatkan destruksi kompresi



pada



substansia



retikularis



diensefalon



(nuklei



intralaminares) akan menimbulkan koma. Destruksi dalam arti destruksi morfologik, dapat terjadi akibat perdarahan atau infiltrasi dan metastasis tumor ganas. Destruksi dalam arti destruksi biokimia, dijumpai pada meningitis. Dan kompresi yang tersebut di atas disebabkan oleh proses desak ruang, baik yang berupa hematoma atau neoplasma. Koma supratentorial akibat proses desak ruang menunjukkan tahaptahap progresi yang sesuai dengan gangguan di tingkat diensefalon, mesensefalon, pons dan medula oblongata. Jika jenis proses desak ruang itu berupa hematoma atau abses, progresi yang lazimnya bertahap sesuai dengan urutan rostro-kaudal batang otak itu, bisa mendadak berakhir pada kematian karena ruptur abses ke dalam ventrikel ketiga. Proses-proses desak ruang supratentorial yang bisa menimbulkan koma supratentorial dapat dibagi dalam 3 golongan: a. Proses desak ruang yang meninggikan tekanan di dalam ruang intrakranial supratentorial secara akut. b. Lesi yang menimbulkan sindrom unkus. c. Lesi supratentorial yang menimbulkan



sindrom



kompresi



rostrokaudal terhadap batang otak. Sindrom unkus dikenal juga sebagai sindrom kompresi diensefalon ke lateral. Proses desak ruang di bagian lateral dari fosa kranii media biasanya mendesak tepi medial unkus dan girus hipokampalis dan ke bawah tepi bebas daun tentorium. Karena desakan itu, bukannya diensefalon yang pertama-tama mengalami gangguan, melainkan bagian ventral nervus okulomotorius. Maka dari itu gejala yang pertama akan dijumpai bukannya gangguan kesadaran akan tetapi dilatasi pupil kontralateral. Anisokori ini merupakan suatu tanda bahwa herniasi tentorial kelak terjadi. Yang dimaksud dengan hernia tentorial itu ialah terjepitnya diensefalon oleh tentorium. Pupil yang melebar itu mencerminkan penekanan terhadap nervus okulomotorius dari bawah oleh arteria serebeli superior karena penggeseran diensefalon ke arah garis tengah dan bawah. 2. Koma Infratentorial Diensefalik



Adapun dua macam proses patologik di dalam ruang infratentorial yang dapat menimbulkan koma, ialah (1) proses patologik di dalam batang otak yang merusak substansia retikularis dan (2) proses di luar batang otak yang mendesak dan mengganggu fungsi substansia retikularis. Lesi vaskular yang merusak substansia retikularis mesensefali terjadi akibat penyumbatan arteria serebeli superior. Yang mengakibatkan lesi vaskular di pons ialah penyumbatan arteri-arteri perforantes yang berinduk pada arteria basilaris. Di samping lesi vaskular, perdarahan karena trauma kapitis dapat merusak tegmentum batang otak berikut substansia retikularis. Neoplasma, granuloma, abses dan perdarahan di dalam serebelum mendesak batang otak dari luar. Koma infratentorial akan cepat timbul jika substansia retikularis mesensefalon mengalami gangguan sehingga tidak bisa berfungsi lagi. Hal ini timbul akibat perdarahan. Frekuensi perdarahan di batang otak, lebih sering merusak tegmentum pontis daripada mesensefalon. Karena masifnya perdarahan tersebut, maka koma akan timbul serentak dengan terjadinya perdarahan. Lagi pula perdarahan yang masif itu seringkali merupakan infark hemoragik sepanjang tegmentum mesensefalon dan pons. Gejala-gejala gangguan pupil, pernafasan, okular dan tekanan darah



berikut



nadi



yang



menandakan



terlibatnya



tegmentum



mesensefalon, pons dan medula oblongata akan dijumpai juga pada pemburukan koma subtentorial. 3. Koma Bihemisferik Difus Koma ini terjadi karena



metabolisme



neuronal



kedua



belah



hemisferium terganggu secara difus. Unsur fungsional utama neuronneuron ialah kemampuan untuk dapat digalakkan sehingga menghasilkan potensial aksi. Gaya listrik inilah yang mewujudkan fenomen perasaan dan gerakan. Proses-proses yang memelihara kehidupan neuron-neuron serta unsur-unsur selular otak ialah metabolisme oksidatif. Proses biokimia ini menyediakan dan mengatur keseimbangan natrium dan kalium di dalam. Dan di luar sel membuat zat-zat yang diperlukan unluk memungkinkan serah terima potensial aksi antar neuron, yang dinamakan



neurotransmitter,



dan



mengolah



katabolit-katabolit



yang



akan



dimanfaatkan untuk resintesis enzim dan unsur-unsur sel. Maka otak tidak mendapat bahan energi dari luar, maka metabolisme oksidatif serebral akan berjalan dengan enersi intrinsik. Maka bahan enersi diri-sendiri tidak lagi mencukupi kebutuhan, maka otak akan tetap memakai enersi yang terkandung



oleh



neuron-neuronnya



untuk



masih



bisa



berfungsi



sebagaimana mestinya. Maka keadaan ini berlangsung cukup lama, neuron-neuron akan menghancurkan diri sendiri. Bahan yang diperlukan untuk metabolisme oksidatif serebral ialah glukose dan zat asam. Yang mengangkut glukose dan oksigen ke otak ialah aliran darah serebral. Semua



proses



yang



menghalang-halangi



transportasi



itu



dapat



mengganggu dan akhirnya memusnahkan neuron-neuron otak.



G. Pemeriksaan Penunjang A. Laboratorium Darah rutin, fungsi ginjal (bun, serum kreatinin), fungsi hati (lft, sgot, sgpt), elektrolit, glukosa darah. Liquor serebrospinalis harus diperiksa bila diduga



ada



Kontraindikasi



infeksi lp



intarakranial



dalah



(meningitis,



peningkatan



meningoensefalitis).



tekanan



intracranial.



Pada



pemeriksaan liquor serebrospinalis harus diperhatikan: 1. Warna ; normalnya jernih. Bila ada perdarahan, dihitung jumlah eritrosit. a. < 50/mm kemungkinan suatu emboli b. 1000/mm kemungkinan perdarahan intraserebral c. 10.000/mm kemungkinan infark haemorage d. 25.000/mm kemungkinan perdarahan subarakhnoid 2.



Jumlah sel ; normal < 5/m



a. Bila meningkat: meningitis/meningoesefalitis b. Peningkatan mononuclear :menunjukkan adanya meningitis serosa yang dapat disebabkan oleh tb, virus, atau jamur



c. Peningkatan sel polimorfonuklear : meningitis purulenta 3. Protein : kadar protein liquor normalnya 0.15-0.45 g/l. Meningkat pada keradangan/ perdarahan. 4. Glukosa : kadar glukosa liquor normalnya 2/3 kadar glukosa darah. Kadar glukosa yang menurun menunjukkan ada infeksi (TBC, bacterial). 5. Bakteriologi : pemeriksaan pengecatan gram dan kultur bila dicurigai adanya infeksi intracranial. B. Ct Scan CT Scan tanpa kontras biasa dipergunakan untuk identifikasi awal penyebab koma dan pada keadaan darurat. Lesi hipodens fokal menandakan



adanya



kemungkinan



infark



serebral,



perdarahan



intrakranial, massa intrakranial, edema otak, dan hidrosefalus akut. Jika dicurigai ada infeksi sistem saraf pusat, khususnya meningitis bakterial akut, antibiotik dan deksametason diberikan sebelum CT Scan kepala dan pungsi lumbal. CT Scan kepala dengan atau tanpa kontras juga dilakukan untuk evaluasi adanya massa intrakranial sebelum pungsi lumbal. Pungsi lumbal dilakukan jika curiga infeksi sistem saraf pusat, infl amasi, dan komplikasi limfoma atau kanker lainnya. Pungsi lumbal harus dilakukan jika klinis dicurigai adanya perdarahan subaraknoid, tetapi tidak terlihatpada CT Scan otak. C. Oftalmoskop Pada setiap penderita koma, fundus okuli harus diperiksa untuk melihat adanya papiledema, tanda-tanda arteriosclerosis pembuluh darah di retina dan tuberkel di koroidea. D. EEG Untuk melihat kelainan difus atau fokal. Harus dibandinngkan antara hemisfer kiri dan kanan. Serial EEG diperlukan untuk evaluasi penderita koma. E. MRI



Pada setiap penderita koma, fundus okuli harus diperiksa untuk melihat adanya papiledema, tanda-tanda arteriosclerosis pembuluh darah di retina dan tuberkel di koroidea. H. Penatalaksanaan Penatalaksanaan penderita koma secara umum harus dikelola menurut prinsip 5 B yaitu: 1. Breathing Posisi jalan napas harus bebas dari obstruksi. Posisi penderita miring agar lidah tidak jatuh kebelakang, serta bila muntah tidak terjadi aspirasi. Bila pernapasan berhenti segera lakukan resusitasi. 2. Blood Diusahakan tekanan darah cukup tinggi untuk mengalirkan darah ke otak. Tekanan darah yang rendah berbahaya untuk susunan saraf pusat. Komposisi kimiawi darah dipertahankan semaksimal mungkin. 3. Brain Usahakan untuk mengurangi edema otak yang timbul. Bila penderita kejang



sebaiknya



diberikan



difenilhidantoin



3



dd



100



mg



atau



karbamezepin 3 dd 200 mg per os atau nasogastric. Bila perlu difenilhidantoin diberikan intravena secara perlahan. 4. Bladder Harus diperhatikan fungsi ginjal, cairan,elektrolit, dan miksi. Kateter harus dipasang kecuali terdapat inkontinensia urin ataupun infeksi. 5. Bowel Makanan penderita harus cukup mengandung kalori dan vitamin. Pada penderita tua sering terjadi kekurangan albumin yang memperburuk edema otak, hal ini harus cepat dikoreksi. Bila terdapat kesukaran menelan dipasang sonde hidung. Perhatikan defekasinya dan hindari terjadi konstipasi. I.



Komplikasi Komplikasi yang mungkin terjadi pada pasien tidak sadar meliputi



gangguan pernapasan, pneumonia, dekubitus dan aspirasi. Gagal pernafasan dapat terjadi dengan cepat setelah pasien tidak sadar.



Pneumonia umumnya terlihat pada pasien yang menggunakan ventilator atau mereka yang tidak dapat untuk mempertahankan bersihan jalan napas. Dekubitus, pasien tidak sadar tidak mampu untuk bergerak atau membalikkan tubuh, hal ini menyebabkan dalam tetap pada posisi yang terbatas. Keadaan ini akan mengalami infeksi dan merupakan sumber sepsis. Aspirasi isi lambung atau makanan dapat terjadi, yang mencetuskan terjadinya pneumonia atau sumbatan jalan nafas.