LP + LK Efusi Pleura [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1



LATAR BELAKANG Efusi pleura adalah penimbunan cairan didalam rongga pleura akibat transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. Efusi pleura bukan merupakan suatu penyakit, akan tetapi merupakan tanda suatu penyakit. Pada keadaan normal, rongga pleura hanya mengandung sedikit cairan sebanyak 10-20 ml yang membentuk lapisan tipis pada pleura parietalis dan viseralis, dengan fungsi utama sebagai pelican gesekan antara permukaan kedua pleura pada waktu pernafasan. Penyakit-penyakit yang dapat menimbulkan efusi pleura adalah tuberculosis, infeksi paru nontuberkulosis, keganasan, sirosis hati, trauma tembus atau tumpul pada daerah ada, infark pare, serta gagal jantung kongestif. Di Negara-negara barat efusi pleura terutama disebabkan oleh gagal jantung kongestif, sirosis hati, keganasan, dan pneumonia bakteri, sementara di Negara-negara yang sedang berkembang, seperti Indonesia, lazim diakibatkan oleh infeksi tuberculosis. Efusi pleura keganasan merupakan salah satu komplikasi yang biasa ditemukan pada penderita keganasan dan terutama disebabkan oleh kanker paru dan kanker payudara. Efusi pleura merupakan manifestasi klinik yang dapat dijumpai pada sekitar 50-60% penderita keganasan pleura primer atau metastatik. Sementara 5% kasus mesotelioma (keganasan pleura primer) dapat disertai fusi pleura dan sekitar 50% penderita kanker payudara akhirnya akan mengalami efusi pleura.(Smeltzer C Suzanne , 2002).



1.2 1.2.1



TUJUAN PENULISAN TUJUAN UMUM Mampu memberikan Asuhan keperawatan pada Ny.l dengan efusi pleura di ruang maria 2 RS Santo Borromeus Bandung.



1.2.2



TUJUAN KHUSUS Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, diharapkan penulis mampu : Mampu melakukan pengkajian selama memberikan Asuhan keperawatan pada Ny.L dengan dengan efusi pleura di ruang maria 2 RS Santo Borromeus Bandung. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan selama memberikan Asuhan keperawatan pada Ny.L dengan dengan efusi pleura di ruang maria 2 RS Santo Borromeus Bandung. Mampu merumuskan rencana tindakan keperawatan selama memberikan Asuhan keperawatan pada Ny.L dengan dengan efusi pleura di ruang maria 2 RS Santo Borromeus Bandung. Mampu melakukan tindakan keperawatan selama memberikan Asuhan keperawatan pada Ny.L dengan dengan efusi pleura di ruang maria 2 RS Santo Borromeus Bandung.



a. b.



c.



d.



1



e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan selama memberikan Asuhan keperawatan pada Ny.L dengan dengan efusi pleura di ruang maria 2 RS Santo Borromeus Bandung.



BAB II 2



PEMBAHASAN 2.1 KONSEP DASAR MEDIK 2.1.1 PENGERTIAN Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002). Efusi pleura merupakan salah satu kelainan yang mengganggu istem pernafasan. Efusi pleura bukanlah diagnosis dari suatu penyakit tapi, melainkan hanya merupakan gejala atau komplikaso dari suatu penyakit. Efisu pleura adalah suatu keadaan terdapat cairan berlebihan di rongga pleura, jika kondisi ini dibiarkan akan membahayakan jiwa penderitanya (Muttaqin Arif, 2008) Efusi pleura adalah istilah yang digunakan untuk penimbunan cairan dalam rongga pleura (Price & Wilson 2005). 2.1.2 ANATOMI DAN FISIOLOGI 1. Anatomi



Paru-paru terletak pada rongga dada. Masing-masing paru berbentuk kerucut. Paru kanan dibagi oleh dua buah fisura kedalam tiga lobus atas, tengah dan bawah. Paru kiri dibagi oleh sebuah tisuda ke dalam dua lobus atas dan bawah. Permukaan datar paru menghadap ke tengah rongga dada atau kavum mediastinum. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau hillus paru-paru dibungkus oleh selaput yang tipis disebut Pleura 3



Pleura merupakan membran tipis, transparan yang menutupi paru dalam dua lapisan : Lapisan viseral, yang dekat dengan permukaan paru an lapisan parietal menutupi permukaan dalam dari dinding dada. Paru-paru yaitu: paru-pau kanan, terdiri dara 3 lobus (belah paru), lobus pulmo dekstra superior, lobus nedia, dan lobus inferior, tiap lobus tersusun oleh lobulus. Paru-paru kiri, terdiri dari, pulmo sinester, lobus superior, dan lobus inferior, tiap-tiap lobus terdiri dari belahanbelahan yang lebih kecil bernama segment. Paru-paru kiri mempunyai 10 segment yaitu: lima buah segment pada lobus superior, dua buah segment pada lobus medialis tiga buah segmen pada lobus inferior.Kapasitas paru-paru merupakan kesanggupan paru-paru dalam menampung udara didalamnya.Kapasitas paru-paru dapat dibedakan sebagai berikut: 1.Kapasitas total yaitu jumlah udara yang dapat megisi paru-paru pada inspirasi sedalam dalamnya. 2. Kapasitas vital yaitu jumlah udara yang dapat dikeluarkan setelah ekspirasi maksimal. 2. Fisiologi a. Pernapasan pulmoner Merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang trjadi pada pau-paru. Empat proses yang berhubugan dengan pernapasan polmuner yaitu: 1) Ventilasi pulmoner, gerakan pernapasan yang menukar udara dalam alveoli dengan udara luar. 2) Arus darah melalui paru-paru, darah mengandung oksigen masuk keseluruh tubuh, karbondiaksoda dari seluruh tubuh masuk ke paru-paru 3) Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian rupa degan jumlah yang tepat yang bias dicapai untuk semua bagian. 4) Difusi gas yang menembus mambran alveoli dan kapiler karbondioksida. Proses pertukaran oksigen dan karbondioksida, konsentrasi dalam darah nenpengaruhi dan merangsang pusat pernapasan terdapat dalam otak untuk memperbesar kecepatan dalam pernapasan sehingga terjadi pengambilan O2 dan pengeluaran CO2 lebih banyak. b. Pernafasan jaringan (Pernafasan interna) Darah merah (hemoglobin) yang banyak mengandung oksigen dari seluruh tubuh masuk kedalam jaringan akhirnya mencapai kapiler, darah mengeluarkan oksigen kedalam jaringan, mengambil karbondioksida untuk dibawa ke paru-paru terjadi pernafasan eksterna. c. Daya muat paru-paru Besarnya daya muat udara dalam paru-paru 4500 ml – 5000 ml (4,5 - 5 liter) udara yang diproses dalam paru-paru (inspirasi dan ekspirasi) hanya 10 %, ± 500 ml disebut juga udara pasang surut (pidal air) yaitu yang dihirup dan yang dihembuskan pada pernafasan biasa. d. Pengendalian pernafasan



4



Mekanisme pernafasan diatur dan dikendalikan oleh dua faktor utama kimiawi dan pengendalian saraf. Adanya faktor tertentu merangsang pusat pernafasan yang terletak di dalam medula oblongata . kalau dirangsang mengeluarkan impuls yang disalurkan melalui saraf spinal. Otot pernafasan (otot diafragma atau interkostalis) pengendalian oleh saraf pusat otomatik dalam medula oblongata mengeluarkan impuls eferen keotot pernafasan melalui radik saraf servikalis diantarkan ke diafragma oleh saraf prenikus. Impuls ini menimbulkan kontraksi ritmik pada otot diafragma dan inter costalis yang kecepatanya kira-kira 15 kali setiap menit. Pengendalian secara kimia, pengendalian dan pengaturan secara kimia meliputi frekuensi kecepatan dan dalamnya gerakan pernafasan, pusat pernafasan dalam sumsum sangat peka, sehingga kadar alkali harus tetap dipertahankan, karbondioksida adalah produksi asam dari metabolisme dan bahan kimia yang asam merangsang pusat pernafasan untuk mengirim keluar impuls saraf yang bekerja atas otot pernafasan. e. Kecepatan pernafasan Pada wanita lebih tinggi dari pada pria, pernafasan secara normal maka ekspirasi akan menyusul inspirasi dan kemudian istirahat, pada bayi adakalanya terbalik, inspirasi istirahat ekspirasi disebut juga pernafasan terbalik f. Kebutuhan tubuh terhadap oksigen Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan, manusia sangat membutuhkan oksigen dalam hidupnya, kalau tidak mendapatkan oksigen selama 4 menit akan mengakibatkan kerusakan pada otak yang tak dapat diperbaiki dan bisa menimbulkan kematian, kalau penyediaan oksigen berkurang akan menimbulkan kacau pikiran dan anoksia serebralis misalnya orang bekerja pada ruangan yang sempit, tertutup, ruang kapal, kapal uap dan lain-lain, bila oksigen tidak mencukupi maka warna darah merahnya hilang berganti kebiru-biruan misalnya yang terjadi pada bibir, telinga, lengan dan kaki disebut sianosis. 2.1.3 ETIOLOGI a. Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan seperti pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum, sindrom meig (tumor ovarium) dan sindroma vena kava superior. b. Penbentukan cairan yang berlebihan, karena radang (tuberculosis, pneumonia, virus), bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura, karena tumor dimana masuk cairan berdarah dan karena trauma. Kelebihan rongga pleura dapat terkumpul pada proses penyakit neoplasktik, tromboembolitik, kardiovaskuler, dan infeksi. Ini disebabkan oleh sedikitnya satu dari empat mekanisme dasar: a. Peningkatan teaan kapiler subpleural atau limfatik 5



b. Penurunan tekanan osmotik koloid darah c. Peningkatan tekanan negative intrapleural d. Adanya inflamasi atau neoplastik pleura 2.1.4



PATOFISOLOGI Pleura dan rongga pleura dapat menjadi tempat sejumlah gangguan yang dapat menghambat pengembangan paru atau alveolus atau keduanya. Reaksi ini dapat disebabkan oleh penekanan pada paru akibat penimbunan udara, cairan, darah, atau nanah dalam rongga pleura. Nyeri akibat peradangan atau fibrosis pleura juga dapat menyebabkan pembatasan pengembangan dada. Pleura parietalis atau viseralis letaknya berhadapan satu sama lain dan hanya dipisahkan oleh selapis tipis cairan serosa. Lapisan tipis ini memperlihatkan adanya keseimbangan antara transudasi dari kapiler-kapiler pleura dan reabsorbsi oleh vena visceral dan parietal, dan saluran getah bening. Efusi pleura adalah istilah yang digunakan untuk penimbunan cairan dalam rongga pleura. Efusi pleura dapat berupa transudat atau eksudat. Transudat terjadi pada peningkatan tekanan vena pulmonalis misalnya pada gagaj jantung kongestif. Pada kasus ini keseimbangan kekuatan menyababkan penyebab pengeluaran cairan dari pembuluh darah. Trasudasi juga dapat terjadi pada hipoproteinemia, seperti pada penyakit hati dan ginjal. Penimbunan transudat dalam rongga pleura disebut hidrothoraks. Cairan pleura cenderung tertimbun pada dasar paru akibat gaya gravitasi. Penimbunan eksudat ini disebabkan oleh peningkatan permeabilitas kapiler atau gangguan absorbs getah bening. Eksudat dibedakan dengan transudat dari kadar protein yang dikandungnya dan berat jenis. Transudat mempunyai berat jenis kurang dari 1.015 dan kadar proteinnya kurang dari 3%, eksudat mempunyai berat jenis dan kadar protein lebih tinggi, karena banyak mengandung sel. Jika efusi pleura mengandung nanah, keadaan ini disebut empiema. Empiema disebabkan oleh perluasan infeksi dari struktur yang berdekatan dan dapat merupakan komplikasi dari pneumonia, abses paru, dan perforasi karsinoma ke dalam ronga pleura. Empiema yang tak tertangani dengan drainase yang baik dapat membahayakan rangka thoraks. Eksudat akibat peradangan akan mengalami organisasi, dan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan viseralis . keadaan ini dikenal dengan nama fibrotoraks. Jika fibrotoraks meluas, dapat menimbulkan hambatan mekanis yang berat pada jaringan-jaringan yang terdapat dibawahnya. Pembedahan pengupasan yang dikenal sebagai dekortikasi, kadang-kadang perlu dilakukan guna memisahkan membran-membran pleura tersebut. Istilah hemotoraks dipakai untuk menyatakan perdarahan sejati ke dalam rongga pleura dan tidak dimaksudkan untuk menyatakan efusi pleura yang berdarah. Trauma merupakan penyebab tersering dari hemotoraks. Trauma dapat diklasifikasikan sebagai trauma tembus (misalnya, luka tusuk) atau trauma tumpul (misalnya fraktur iga yang selanjutnya menyebabkan laserasi paru atau pembuluh darah interkostal). Duktus torasikus dapat juga menyalurkan getah bening ke dalam rongga pleura sebagai akibat trauma atau keganasan. Keadaan ini dikenal dengan nama kilotoraks (Price & Wilson 2005). 6



2.1.5 TANDA DAN GEJALA a. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak napas. b. Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seprti demam, menggigil, dan nyeri dada pleurtitis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosis), banyak keringat, batuk, banyak riak. c. Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan cairan pleural yang signifikan d. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam pernafasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis Ellis Domoiseu) e. Didapati segitiga garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani bagian atas garis Ellis Domiseu. Segitiga grocco-Rachfusz, yaitu daerah pekak karena cairan mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati vesikuler melemah dengan ronki. f. Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura. 2.1.6 TEST DIAGNOSTIK Uji Diagnostik X-ray dada



Thoraccutesis



Temuan Letak Efusi biasanya berada di dasar ruang pleura; jumlah dimoderasi cairan (250-330ml) harus mengumpulkan untuk dilihat pada PA tegak, dekubitus, atau dada lateral x-ray; efusi dilihat sebagai opacity padat; besar efusi mungkin dihapuskan hemothorax, simulasi kolaps paru; perbedaan antara efusi dan keruntuhan berdasarkan pergeseran mediastinum jauh dari efusi tapi menuju kolaps paru. Untuk analisis cairan pleura; submit beberapa ratus mililiter jika memungkinkan



Uji Laboratorium Stain, budaya, dan sensitivitas Identifikasi agen penyebab (bakteri, fugal, atau virus) cairan pleura



Pemeriksaan sitologi cairan Evaluasi keterlibatan potensi neoplastik pleura Adanya efusi darah tanpa riwayat trauma dada sugestif keganasan atau emboli paru Biopsi pleura dengan analisis Ditunjukkan ketika analisis cairan gagal untuk jaringan mendirikan penyebabkan.



7



2.1.7



KOMPLIKASI 1. Penumonia 2. Pneumothoraks 3. Empiema



2.18 1.



2. 3.



4.



5.



PENATALAKSANAAN Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar, untuk mencegah penumpukan kembali cairan, dn untuk menghilangkan ketidaknyamanan serta dispneu. Pengobatan spesifik ditujukan pada penyebab dasar (Co: gagal jantung kongestif, pneumonia, sirosis) Torasentesis dilakukan untuk membuang cairan, untuk mendapatkan specimen guna keperluan analisis dan untuk menghilangkan dispneu. Bila penyebab dasar malignasi, efusi dapat terjadi kembali dalam beberapa hari atau minggu, torasentesis berulang mengakibatkan nyeri, penipisan protein dan elektrolit, dan kadang pneumothoraks. Dalam keadaan ini kadang diatasi dengan pemasangan selang dada dengan drainase yang dihubungkan ke sistem drainase water-seal atau pengisapan untuk mengevaluasi pleura dan pengembangan paru. Agen yang secara kimiawi mengiritasi, seperti tetrasiklin dimasukkan ke dalam ruang pleura untuk mengobliterasi ruang pleura dan mencegah akumalasi cairan lebih lanjut. Pengobatan lain untuk efusi pleura maligna termasuk radiasi dinging dada, bedah plerektomi, dan terapi diuretic. (Padila, 2012).



2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 2.2.1 PENGKAJIAN a. Pengumpulan data 1) Identitas klien 2) Riwayat kesehatan 8



a. Keluhan utama Nyeri dada, sesak nafas, takipneu, hipoksemi b. Riwayat penyakit sekarang Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tandatanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan menurun dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhannya tersebut c. Riwayat Penyakit Dahulu Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti TBC paru, pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisia. d. Riwayat Penyakit Keluarga Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakitpenyakit yang disinyalir sebagai penyebab effusi pleura seperti Ca paru, asma, TB paru dan lain sebagainya 3) Pola fungsional Gordon yang terkait a. Pola nutrisi dan metabolisme Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi pasien, selain juga perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS pasien dengan effusi pleura akan mengalami penurunan nafsu makan akibat dari sesak nafas dan penekanan pada struktur abdomen. Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses penyakit. pasien dengan effusi pleura keadaan umumnya lemah nutrisi dan metabolik b. Pola persepsi sensori dan kognitif Akibat dari efusi pleura adalah penekanan pada paru oleh cairan sehingga menimbulkan rasa nyeri c. Pola aktivitas dan latihan Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang terpenuhi dan akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal. Disamping itu pasien juga akan mengurangi aktivitasnya akibat adanya nyeri dada. Dan untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan pasien dibantu oleh perawat dan keluarganya. d. Istirahat dan tidur Karena adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istitahatnya



4) Pemeriksaan Fisik a. Sistem pernafasan 1. Inspeksi Peningkatan usaha frekuensi pernafasan yang disertai penggunaan otot bantu pernafasan. Gerakan pernafasan ekspansi dada yang asimetris 9



b.



c.



d.



e.



(pergerakan dada tertinggal pada sisi yang sakit), iga melebar, rongga dada asimetris (cembung pada sisi yang sakit). Pengakjian batuk yang produktif dengan sputum purulen. 2. Palpasi Pendorongan mediatinum ke arah hemithoraks yang diketahui dari posisi trakhea dan ictus cordis. Taktil fremitus menurun terutama untuk efusi pleura yang jumlah cairannya > 300 cc. Di samping itu, pada palpasi juga ditemukan pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada yang sakit. 3. Perkusi Suara perkusi redup hingga pekak tergantung dari jumlah cairannya 4. Auskultasi Suara napas menurun sampai menghilang pada sisi yang sakit. Pada posisi duduk, cairan semakin ke atas semakin tipis Sistem kardiavaskuler Pada saat dilakukan inspeksi, perlu diperhatikan letak ictus cordis normal yang berada pada ICS 5 pada linea media claviculas kiri selebar 1 cm. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pergeseran jantung. Palpasi dilakukan untuk menghitung frekuensi jantung (heart rate) dan harus memerhatikan kedalaman dan teratur tidaknya denyut jantung. Selain itu, perlu juga memeriksa adanya thrill, iatu getaran ictus cordis. Tindakan perkusi dilakukan untuk menentukan batas jantung daerah mana yang terdengar pekak. Hal ini bertujuan untuk menentukan apakah terjadi pergeseran jantung karena pendorongan cairan efusi pleura. Auskultasi dilakukan untuk menentukan bunyi jantung I dan II tunggal atau gallop dan adakah bunyi jantung III yang merupakan gejala payah jantung, serta adakah murmur yang menunjukkan adanya peningkatan arus turbelensi darah. Sistem persyarafan Pada saat dilakukan inspeksi, tingkat kesadaran perlu dikaji, setelah sebelumnya diperlukan pemeriksaan GCS untuk menentukan apakah klien berada dalam keadaan compos mentis, samnolen, atau koma. Selain itu fungsi-fungsi sensorik juga perlu dikaji seperti pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan, dan pengecapan. Sistem perkemihan Pengukuran volume output urine dilakukan dalam hubungannnya dengan intake cairan. Oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria, karena itu merupakan tanda awal syok. Sistem pencernaan Pada saat inspeksi, hal yang perlu diperhatikan adalah apakah abdomen membuncit atau datar, tepi perut menonjol atau tidak, umbilikus menonjol atau tidak, selain itu juga perlu di inspeksi ada tidaknya benjolan-benjolan 10



atau massa. Pada klien biasanya didapatkan indikasi mual dan muntah, penurunan nafsu makan, dan penurunan berat badan. 2.2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Ketidakefektifan pola pernafasan b.d menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura. 2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d sekresi mukus yang kental, kelemahan, upaya baruk buruk, dan edema trachea/faringeal. 3. Gangguan pertukaran gas yang b.d penurunan kemampuan ekspansi pari dan kerusakan membran alveolar kapiler 4. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan metabolisme tubuh dan penurunan nafsu makan akibat sesak nafas sekunder terhadap penekanan struktur abdomen. 5. Gangguan ADL b.d kelemahan fisik umum dan keletihan sekunder akibat adanya sesak nafas. 6. Cemas b.d adanya ancaman kematian yang dibayangkan (katidakamampuan untuk bernafas) 7. Gangguan pola tidur dan istirahat b.d batuk yang menetap dan sesak napas serta peruhan suasana lingkungan. 8. Kurangnya pengetahuan b.d informasi yang tidak adekuat mengenai proses penyakit dan pengobatan. 2.2.3 PERENCANAAN KEPERAWATAN 1. Ketidakefektifan pola pernafasan b.d menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura Tujuan : setelah diberikan perawatan diharapkan Pola nafas klien kembali efektif. Kriteria: Tidak ada dispnea, tidak ada penggunaan otot bantu nafas, RR normal (16 - 20 x/menit) Intervensi : a. Observasi pernafasan khususnya bunyi nafas dan perkusi R/ Bunyi nafas dapat menurun b. Pertahankan posisi yang nyaman dengan kepala ditinggikan R/ Meningkatkan inspirasi maksimum c. Anjurkan klien untuk tidak banyak aktivitas R/ Aktivitas yang meningkat akan meningkatkan kebutuhan d. Anjurkan klien untuk tidak banyak beraktivitas R/aktiitas yang meningkat akan meningkatkan kebutuhan oksigen e. Kolaborasi pemberian O2 R/ Alat membantu meningkatkan O 2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubugan dengan nyeri dada Tujuan : Tsetelah diberikan perawatan diharapkan klien tidak ada nyeri dada Kriteria: keluhan nyeri berkurang, skala nyeri menurun, wahaj tidak tampak meringis kesakitan 11



Intervensi : a. Kaji perkembangan nyeri R/ Untuk mengetahui terjadiya komplikasi b. Ajarkan klien tehnik relaksasi R/ Untuk meringankan nyeri c. Beri posisi yang nyaman untuk klien R/ Untuk memberikan kenyamanan dan mengurangi rasa nyeri klien d. Kolaborasi pemberian analgetik R/analgesik dapat memblok rasa nyeri sehingga mengurangi rasa sakit 3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubugan dengan akumulasi sekret Tujuan : Setelah di berikan perawatan diharapkan jalan nafas klien menjadi efektif Kriteria : - Tidak ada pengumpulan secret - Tidak ada pengguaan alat bantu nafas Intervensi a. Observasi karakteristik batuk R/ Untuk mengetahui batuk apakah menetap atau tidak efektif b. Ajarkan batuk efektif R/membantu pengeluaran secret c. Berikan pasian posisi semi fowler R/ Membantu memaksimalkan ekspansi paru. d. Kolaborasi pemberian Oksigen R/ Dapat meningkatkan intake oksige 4. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia Tujuan : Setelah diberikan perawatan diharapkan tidak terjadi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Kriteria : Nafsu makan meningkat, porsi habis, BB tidak turun drastis Intervensi : a. Observasi nafsu makan klien R/ Porsi makan yang tidak habis menunjukkan nafsu maka belum baik b. Beri makan klien sedikit tapi sering R/ Meningkatkan masukan secara perlahan c. Beritahu klien pentingnya nutrisi R/ Klien dapat memahami dan mau meningkatkan masukan nutrisi



d. Pemberian diit TKTP R/ Peningkatan energi dan protein pada tubuh sebagai pembangun



2.2.4



IMPLEMENTASI KEPERAWATAN Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan rencana tindakan



2.2.5 EVALUASI KEPERAWATAN 12



Evaluasi keperawatan dilakukan untuk mengetahui masalah teratasi, masalah teratasi sebagian, masalah tidak teratasi.



2.3 ASUHAN KEPERAWATAN KASUS 2.3.1 PENGKAJIAN A. PENGUMPULAN DATA 13



1. Data umum a. Identitas Klien Nama Umur Jenis kelamin Agama Pendidikan Pekerjaan Tanggal pengkajian Tanggal masuk Diagnosa masuk Alamat



: Ny. L. K : 55 thn 10 bln 6 hari : Perempuan : Kristen : SMA : Wiraswasta : 20-1-2015 : 19-1-2015 : Efusi Pleura + TBC lama : Jln. Aria Cikondang No. 2A



b. Identitas keluarga/Penanggung jawab Nama : Tn. W. T Umur : 60 thn Jenis kelamin : laki-laki Pendidikan : SMA Pekerjaan : Wiraswasta Hubungan dengan klien : Suami Alamat : Jln. Aria Cikondang No. 2A 2. Riwayat Kesehatan a. Riwayat Kesehatan Klien 1) Riwayat Kesehatan Sekarang a) Alasan Masuk Rumah Sakit Ny. L mengatakan merasa sesak nafas sehingga keluarga membawa Ny.L ke IGD santo borromeus pada tgl 19-1-2015 jam 17.30. Sampai di IGD Ny. L di periksa dan didapatkan hasil nyeri pada ulu hati, badan lemas, TD: 100/70 mmhg, N: 80x/mnt, S: 38.3°C, RR: 20x/mnt, sehingga Ny. L perlu di rawat di RS. b) Keluhan Utama Sesak nafas c) Riwayat Penyakit Sekarang P : Sesak napas setelah beraktivitas (Pergi ke toilet, miring kiri dan miring kanan dan berbicara banyak) dan berkurang setelah beristirahat dan diberikan O2 Q R S



: Saat inspirasi terasa berat di daerah dada sehingga Ny. L sulit untuk bernapas : Sesak napas terasa di daerah dada dan hidung : Sesak napas yang dirasakan klien 4/5 dari skala (1-5) yaitu 14



gangguan berat T : lamanya sesak nafas yang di rasakan Ny. L ± 30 menit d) Keluhan Yang Menyertai Pusing dan nafsu makan berkurang e) Riwayat Tindakan Konservatif dan Pengobatan Yang Telah Didapat Ny. Mendapatkan terapi oksigen dan obat-obatan 2) Riwayat Kesehatan Masa Lalu a) Riwayat Penyakit atau Rawat Inap Sebelumnya Ny. L pernah menderita penyakit TBC tetapi belum pernah di rawat inap b) Riwayat Alergi Ny. Mengatakan alergi dengan asap dan debu c) Riwayat Operasi Tidak ada d) Riwayat Transfusi Tidak ada e) Riwayat Pengobatan Ny. Mendapatkan terapi obat-obatan seperti INH 30 mg, Ofloxatin 40 mg, Pariet 20 mg, Domperidone 10 mg dan masih menjalami terapi sampai sekarang 3. Data biologis a. Penampilan Umum Ny. Tampak sakit sedang, terpasang infus Ringer asetat 15 tts/mnt, terpasang O2 2 liter , Ny. L dalam keadaan bersih. b. Tanda-tanda vital - Tekanan Darah 110/60 mmhg - Suhu 37,5°C - Nadi (frekuensi. Keteraturan, lokasi arteri, denyutan) 84 x/mnt, teratur, arteri radialis, dan denyutan lemah -



Pernapasan 23 x/mnt c. Tinggi badan Berat badan IMT



: 160 cm : 46 kg : 18



d. Anamnesa 1) Sistem Pernapasan



15



kategori : Tidak Normal



Ny. L mengeluh sesak nafas, RR: 24x/menit, takipnea, jalan nafas tidak ada sumbatan, bentuk dada simetris, tidak ada nafas cuping hidung, ada batuk, sputum tidak ada, sianosis tidak ada, terpasang oksigen 2 ltr 2) Sistem Persyarafan Ny. L mengeluh pusing 3) Sistem Pencernaan Nafsu makan berkurang, porsi makan tidak di habiskan, bising usus 18x/mnt, Bab 1 x konsistensi encer dan warna kuning, kesulitan untuk menelan 4) Sistem Muskuloskeletal Ny. L merasa lemas, cepat lelah ketika beraktivitas, ADL di bantu parsial, skala kekuatan otot 5 5 5



5



4. Data Psikologis a. Status Emosi Ny.L mampu mengontrol emosinya b. Konsep Diri Ny. L merasa tidak kehilangan peranya sebagai orang tua karena meskipun sakit klien masih bisa mendidik anak-anaknya dan aktivitas seperti biasa seperti membuka toko mebel diganti oleh suami. c. Gaya komunikasi Ny. L menggunakan bahasa yang jelas, menggunakan bahasa indonesia, intonasinya baik, d. Pola Interaksi Ny. L mampu berinteraksi dengan orang disekelilingnya teruma keluarga, dokter dan perawat di ruangan e. Pola Mengatasi Masalah Ny. L mengatakan jika ada masalah selalu berunding dengan istri dan anakanaknya 5. Data Sosio-Spritual a. Hubungan sosial Baik b. Kultur yang diikuti Klien sudah menetap lama di bandung sehingga klien mengikuti adat istiadat bandung tetapi masih mengikuti budaya cina c. Gaya hidup Ny. L Selalu makan makanan rumah, tidak pernah meminum alkohol atau merokok d. Kegiatan agama dan relasi dengan tuhan 16



Ny. L mengatakan setiap minggu pergi ke gereja tetapi jika sakit Ny. Hanya berdoa sendiri 6. Persepsi Klien Terhadap Penyakitnya Ny. L mengatakan merasa biasa saja dengan penyakitnya karena yakin bahwa ia dapat sembuh jika di rawat dengan baik. 7. Data Penunjang a. Laboratorium 1) Pemeriksaan tanggal 19-1-2015 jam 21.30 - Darah lengkap Hemoglobin 11,4 g/dl Hematokrit 33,0 % Eritrosit 3,97 juta/µL MCV 83 FL MCH 29 pg/ml MCHC 35 g/dl Jumlah leukosit 13,38 10.3 /µL Jumlah trombosit 328 ribu/µL -



Hitung jenis Basofil Eosinofil Neutrofil segmen Limfosit Monosit



0,0 0,0 81,0 10.0 9,0



% % % % %



-



GDS



134



mg/dl



2) -



Pemeriksaan tanggal 20-1-2015 jam 08.55 Protein total 6,84 g/dl Albumin L 3.31 g/dl Globulin 3,53 g/dl Bilirubin total 0,87 mg/dl Gama GT 59 µ/L Alkali fosfatase 75 µ/L Kolinesterase 5,7 ku/L



3) Pemeriksaan tanggal 20-1-2015 jam 22.29 Natrium 130 mmol/L



b. Radiologi Pemeriksaan tanggal 20-1-2015 17



Klinis : low back pain Hasilnya - Pemeriksaan radiografi bertebrae lumbalsacral proyeksi AP dan lateralis - Kelengkapan vertebra lumbal balik - Kedudukan bertebra lumbal baik, tidak tampak listheus - Pensitas vertebra lumbascaral baik - Prosesus transversus L5 kiri kanan tampak lebar & fusi dengan 05 scarum disertai defek - Prosesus spinossus L5 Tidak ada tanda-tanda fraktur lesi titik maupun blastik - Pembentukan spur di anterolateral corpus L4 dan lateralis corpus L3 Lelah diskus intervertebralis tidak menyempit - Facet sant L3-4 dan L4-5 Tampak slerotik celah sendi scaroliaca bilateral terlihat baik jaringan lunak paravertebra kesan baik rongga pelvis tampak terpasang IUD c. Terapi 1) Terapi parenteral Terpasang infus ringer asetat 15 tts/ menit dan lancar 2) Terapi oral N Nama obat Golongan o 1. INH 300 mg Antituberkul



Dosis



Indikasi



Kontra indikasi



Efek samping



Mekanisme kerja



1x1



Terapi anti tuberkulosis



Penyakit hati akut, penyakit karena kerusaha n sel.



Menghambat biosintesis asam mikolat (mycolic acid) yang merupakan unsur penting dinding sel mikrobacteriu m.



1x1



untuk pengobata n tuberkulos is atau TBC dalam kombinasi obat tuberkulos is lainnya,



penderita yang hipersens itif terhadap obat ini, Penderita jaundice, Penderita porfiria



Efek toksid terhadap saraf pusat, anoreksia, nausea, sakit kepala, ataksia, tinnitus, konstipasi, hematokrit Mual dan muntah,ga ngguan fungsi hati, pernah dilaporkan timbulnya ikterus, purpura, reaksi



osis



2 .



Rifampicin 450 mg



Antimikroba /antileprotik



18



Menghambat sintesa RNA dari mikrobacteriu m



Untuk pengobata n lepra, digunakan dalam kombinasi dengan senyawa leprotik lain.



3.



Probiotik



Antimikroba /antibakteri



1x1



Penyakit yang mengandung virus atau bakteri yang bisa menular,



Infeksi bakteri stapiloko kus penghasil penisilin ase dan non penisilin ase



4



Lansoprazol



Antasida dan



1x1



Pengobatan



hipersens



19



hipersensit ivitas atau alergi, trombosito penia, leukopenia ,dapat terjadi abdominal distress (ketidakny amanan pada perut) dan pernah dilaporkan terjadinya kolitis pseudo membran, Juga pernah dijumpai keluhankeluhan seperti influenza (flu syndrome) , demam, nyeri otot dan sendi Intestinal gas dan perut kembung.



Sakit



Mencegah pelekatan/adh esi dar sel-sel pathogen yang akan memperoduk si zat kimi aktif permukaan, mencegah perkembanga n dari sel-sel pathogen yang memperoduk si asam, hydrogen peroxide dan bakteriosin. Lansoprazole



e



ulkus, antibusa



5.



Ofloxacin 40 mg



Antimikroba /antibakteri



6.



Pariet 20 mg



Antasisa dan ulkus, antibusa



7.



Domporidon e 10 mg



Antiemetik



jangka pendek tukak usus, tukak lambung, refluks esofagus



itivitas



kepala, diare, mual,munt ah, mulut kering, sembelit, kembung pusing,lela h, ruam kuliturtika ria, pruritus.



1x1



Infeksi saluran nafas bawah



Hipersen sitivitas



1x1



Tukak lambung ringan



Hipersen sitivitas terhadap penggant i benzimid azol. Hamil dan laktasi Hipersen sitivitas, prolaktin oma, tumor hipofise yang mengerlu akan prolaktin .



Mual,mun tah,diare, mulut kring, konstipasi, sakit kepala, insomnia. Konstipasi ,edema, sakit kepala, peningkata n GPT



1x1



Menyembuh kan rasa sakit kepala, menurunkan demam yang diserati flu



20



Jarang dilaporkan : sedasi, reaksi ekstrapira midal distonik, parkinson, tardive diskinesia (pada pasien dewasa dan usia lanjut) dan dapat diatasi dengan obat antiparkin



adalah inhibitor sekresi asam lambung yang efektif. Lansoprazole secara efektif menghambat (H+/K+)ATP ase (pompa proton) dari sel parietal mukosa lambung. Menghambat enzim DNA topoisomeras e (ATPhydrolyzing).



-



Domperidone merupakan antagonis dopamin yang mempunyai kerja anti emetik, Efek Anti emetik dapat disebabkan oelh kombinasi efek periferal (gastrokinetik ) dengan antagonis terhadap reseptor dopamin di kemoreseptor "triggerzone" yang terletak



so, Peningkat an prolaktin serum sehingga menyebab kan galaktorrh oea dan ginekomas tiaMulut kering, sakit kepala, diare, ruam kulit, rasa haus, cemas dan gatal.



8.



Sumagestik



Analgesik non narkotik



1x1



Sakit kepala, pusing, demam



21



hipersens itivitas



Reaksi kulir,darah ,reaksi kulit lain



di luar sawar darah otak diarea  postrema, Pemberian peroral Domperidone menambah lamanya kontraksi anal dan duodenum, meningkatka n pengosongan lambung dalam bentuk cairan dan setengah pada pada orang sehat, serta bentuk pada pada penderita yang pengosongan nya terlambat dan menambah tekanan pada sfinker esofagus bagian bawah pada orang sehat Sumagesic bekerja pada pusat rasa sakit dalam otak, mencegah timbulnya rangsangan sakit. Sumagesic juga dapat menurunkan demam dengan mempengaru hi pusat pengatur suhu tubuh dalam otak. Sumagesic membuat penderita



demam mengeluarka n keringat, sehingga suhu badan menurun



d. Diit e. Acara infus Infus RA 500 ml dalam 15 tts/ mnt f. Mobilisasi Ny.L dapat pergi ke toilet sendiri dan dapat bangun dan duduk sendiri, aktivitas terbatasa karena Ny. L merasa pusing. B. PENGELOMPOKKAN DATA No Data subyektif 1. Ny. L mengeluh sesak nafas 2.



Ny. L mengatakan badan terasa lemas



Data objektif Dispnea, RR 24x/mnt, takipnea, batuk kering Cepat lelah, TD: 110/60, N: 84x/mnt, RR: 24x mnt, dispnea, ADL di bantu parsial



C. ANALISA DATA No Data 1. DS: Ny. L mengeluh sesak nafas DO Dispnea, RR 23x/mnt, takipnea, batuk kering



Etiologi Adanya timbunan cairan Osmosis terjadi secara terus menerus di ruang intra-ekstra Adanya tekanan hidrostatik Terjadi pergesekan Gangguan ventilasi (pengembangan baru tidak maksimal) dan gangguan difusi Pao2 menurun, Pco2 meningkat, sesak nafas, takipnea, RR meningkat



22



Masalah Ketidakefektifan pola nafas



KETIDAKEFEKTIFAN POLA NAFAS 2.



DS: Ny. L mengatakan badan terasa lemas DO: Cepat lelah, TD: 110/60, N: 84x/mnt, RR: 23x mnt, dispnea, ADL di bantu parsial



Penurunan suplai oksigen ke jaringan



Intoleransi aktivitas



Peningkatan metabolisme anaerob Peningkatan produksi asam laktat Kelemahan umum fisik INTOLERANSI AKTIVITAS



2.3.2



DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Ketidakefektivan pola nafas b.d pengembangan paru tidak maksimal yang di ditandai dengan Ny. L menguluh sesak nafas, takipnea, RR 23x/mnt, batuk kering. b. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum yang ditandai dengan Ny. L menguluh badan terasa lemas, adanya dispnea, cepat lelah saat beraktivitas, TD: 110/60, N: 84x/mnt, RR: 24x mnt, ADL di bantu parsial



2.3.3



PERENCANAAN KEPERAWATAN



No



Tgl



Diagnosa keperawatan



1.



20/1/15



Pola nafas tidak efektif b.d pengembangan paru kurang maksimal yang ditandai dengan klien mengeluh sesak napas, takipnea, RR 23x/mnt, adanya batuk kering



Perencanaan Tujuan Intervensi Setelah a. Jelaskan diberikan kepada klien perawatan dan keluarga selama 2 x 24 penyebab sesak jam di harapkan tidak terjadi perubahan pola nafas dengan kriteria : - Tidak mengeluh sesak nafas b. Lakukan - Tidak takipnea manajemen - RR dalam jalan napas batas normal dengan (12- 20x/mnt) memfasilitasi - tidak ada batuk kepatenan jalan 23



Rasional a. Untuk meningkatkan pengetahuan pasien serta meningkatkan pasien dalam kooperatif terhadap tindakan keperawatan yang diberikan b. Manajemen jalan napas dapat meningkatkan asupan o2 sehingga sesak



napas c. ajarkan teknik nafas dalam



d. bantu pasien dalam posisi semi fowler/fowler



e. kolaborasi dalam o2 sesuai indikasi



f. observasi keluhan sesak, RR, irama pernapasan dan batuk



2.



20/1/15



Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum yang ditandai dengan Ny. L mengeluh badan terasa lemas, adanya dispnea, cepat lelah saat beraktivitas, TD: 110/60, N: 84x/mnt, RR: 24x mnt, ADL di bantu parsial



Setelah diberikan perawatan 3x24 jam di harapkan aktivitas klien sehari-hari akan terpenuhi dan kemampuan beraktivitas meningkat dengan kriteria: - tidak mengeluh badan lemas - aktiivtas ADL di lakukan 24



a. Kaji skala aktivitas klien



b. lakukan terapi aktivitas dengan memberi anjuran dan bantuan aktivitaf fisisk, kognitif sosial dan spitual yang spesifik untuk meningkatkan



klien akan berkurang c. untuk menurunakan rasa sesak nafas dan memberikan rasa nyaman d. untuk memungkinkan ekspansi dada maksimal sehingga mudah untuk bernafas e. untuk meningkatkan asupan o2 sehingga menurunkan distress pernapasan f. untuk mengetahui keberhasilan dari tindakan dan menentukan intervansi selanjutnya a. untuk menentukan tingkat ketergantungan klien b. bantuan fisik dapat menurunkan kelelahan yang di rasakan klien sehingga dapat menurunkan kerja miokard/konsu msi oksisgen



sendiri - TD; 120/80 Mmhg -N : 60-100 x/mnt - RR : 1220x/mnt



rentang gerak



c. ajarkan periode untuk istirahat dan aktivitas secara bergantian



d. lakukan manajemen energi: bantu dengan aktivitas fisik teratur misalnya, duduk, berpindah, mengubah posisi dan perawatan personel e. observasi keluhan lelah klien, rentang gerak, TD, N, RR 2.3.4



c. aktivitas yang meningkat memberikan kontrol jantung, meningkatkan regangan, dan mencegah aktivitas berlebihan. d. dengan manajemen energi dapat menurunkan rasa kelelahan akibat aktivitas



e. untuk mengetahui keberhasilan dari tindakan



IMPLEMENTASI KEPERAWATAN



No & tgl 20/1/1 5



Jam 09.00 09.15 10.00 11.30



No. DK 1



12.30 14.00 07.45 08.00



2



Implementasi



Memberikan obat ofloxatin & pariet Mengobservasi keluhan sesak, RR, dan batuk



Nama& ttd sinta k. vera Sinta Sinta & yanti Sinta Sinta



Membantu Ny. Ke toilet untuk BAK Membantu Ny. L dalam melakukan personal hygiene



Sinta Sinta



Membantu Ny. L dalam posisi fowler Memberikan obat INH & rifampicin Memberikan oksigen 2 liter Mengukur TTV (TD, N, RR, S)



25



08.20 09.00 09.15 11.30 14.00 21/1/1 5



09.00 09.15 10.15 12.30 14.00 07.45 08.00 08.20 09.00 09.15 11.30 14.00



2.3.5



1



2



Membantu merapikan tempat tidur Membantu Ny. L dalam mengubah posisi duduk, kemudian fowler Memberikan waktu istirahat di antara aktivitas Mengukur TTV (TD, N, RR, S) Mengobservasi keluhan lelah klien, rentang gerak, TD, N, RR Membantu Ny. L dalam posisi fowler Memberikan obat INH & rifampicin Mengajarkan teknik nafas dalam dengan cara menarik nafas melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut sebanyak 3 x Memberikan obat ofloxatin & pariet Mengobservasi keluhan sesak, RR, dan batuk Membantu Ny. Ke toilet untuk BAK Membantu Ny. L dalam melakukan personal hygiene Membantu merapikan tempat tidur Membantu Ny. L dalam mengubah posisi duduk, kemudian fowler Memberikan waktu istirahat di antara aktivitas Mengukur TTV (TD, N, RR, S) Mengobservasi keluhan lelah klien, rentang gerak, TD, N, RR



Sinta Sinta Sinta Sinta Sinta Sinta Sinta Sinta k. adji Sinta Sinta Sinta Sinta Sinta Sinta Sinta



EVALUASI KEPERAWATAN Tgl



No.DK



20/1/15 1



Soap S : Ny. L masih mengeluh sesak napas



Nama & TTD Sinta



O : RR 22x/mnt, menggunakan O2 2 ltr/mnt, takipnea, batuk kering A : Masalah pola nafas tidak efektif belum teratasi P : Rencana intervensi tetap di lanjutkan 2



S : klien mengatakan badan masih terasa lemas



Sinta



O : cepat lelah jika melakukan aktivitas, TD: 110/80, N: 89x/mnt, RR: 22x/mnt, ADL di bantu parsial A : masalah intoleransi aktivitas belum teratasi P : rencana intervensi tetap dilanjutkan 21/1/15 1



S : klien mengatakan sudah tidak sesak nafas O : RR: 20 x/mnt A : masalah pola nafas tidak efektif teratasi 26



Sinta



2



P : rencana intervensi tetap di lanjutkan S : klien mengatakan badan lemas O: cepat lelah jika melakukan aktivitas, TD: 110/70, N: 78x/mnt, RR: 20x/mnt, ADL di bantu parsial A : masalah gangguan pola tidur belum teratasi P : rencana intervensi tetap dilanjutkan



BAB III PENUTUP



27



Sinta



3.1 KESIMPULAN Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi. Penyebab efusi pleura yaitu pernah menderita TBC, gangguan jantung dll. Tanda dan gejala dari efusi pleura yaitu sesak napas, batu, pusing, mual,muntah, kelemahan. Pengobatan yang bisa dilakukan yatu salah satunya bisa dengan melakukan WSD. Penyakit efusi pleura yang dierita Ny. L disebabkan karena Ny. L menderita sakit TBC sudah hampie setahun sehingga berkomplikasi pada efusi pleura. Selama sakit Ny. L merasakan sesak nafas, nafsu makan berkurang, pusing dan cepat lelah jika beraktivitas. Pengobatan yang telah didapat oleh Ny. L yaitu terapi oksigen 2 ltr dan juga obat-obatan (INH, rifampicin, Pariet, Sumagesti dll).



3.2 SARAN Dengan adanya pengobatan yang dilakukan Ny. L diharapkan Ny. L cepat sembuh dan tetap menjalani pengobatan sehingga tidak menjalani pengobatan ulang.



DAFTAR PUSTAKA



28



http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-asuhankepe-5141-2-babii.pdf. Tgl 24-2-2015 jam 14.45 IAI. 2013. Iso Indonesia. Jakarta. PT. ISFI. Padila, 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha medika. Price, Sylvia Anderson dan Lorraine M. Wilson . 2005 . Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit vol 2 ed 1 . Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran (EGC) Smeltzer, Suzzane C . 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth vol 1 ed 8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC) Syaifuddin. 2009. Anatomi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Wilkinson, J, M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Ed. 2. Jakarta : EGC



29