22 0 145 KB
LAPORAN PENDAHULUAN MUSCLE STRAIN
DOSEN: NS NUR FEBRIYANTI, S.KEP.,M.KEP
DI SUSUN OLEH KELOMPOK IV: YHEFIN SAMPE PARENDEN (201801137) CHADIJA ALANG (201801197) FADIL HIDAYAT (201801101) KHAIRIL ANWAR (201801110) NOVITA A. BOGOLEMBA (201801120) PUTRI AMALIA (201801125) RIZKHI AMALIA 9201801131) SINTA (201801135)
PROGRAM STUDI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU 2020
KATA PENGANTAR Puji syukur Penyusun ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmat-Nya Penyusun telah dapat menyelesaikan Makalah ini meski secara sederhana. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua. Makalah ini Penyusun susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III. Dalam penyusunannya Peyusun
menemui
berbagai rintangan. Namun Tuhan Yang Maha Esa sangat memperhatikan hambanya yang mau berusaha dan berdoa. Sehingga dengan adanya bantuan dari berbagai pihak Makalah ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini, tak lupa Penulis ucapkan Terima Kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan Makalah ini. Penulis berharap Makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Palu, 22 September 2020
Penyusun
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR............................................................................................... DAFTAR ISI.............................................................................................................. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang............................................................................................... B. Rumusan Masalah.......................................................................................... C. Tujuan............................................................................................................ BAB II PEMBAHASAN A. Anatomi Fisiologi.......................................................................................... B. Konsep Medis................................................................................................ 1. Definisi..................................................................................................... 2. Etiologi..................................................................................................... 3. Patofisiologi............................................................................................. 4. Pathway.................................................................................................... 5. Manifestasi klinik..................................................................................... 6. Klasifikasi................................................................................................ 7. Pencegahan.............................................................................................. 8. Penatalaksanaan....................................................................................... C. Terapi Komplamenter.................................................................................... D. Pencegahan Primer, Sekunder, Dan Tersier.................................................. E. Konsep Keperawatan..................................................................................... 1. Pengkajian................................................................................................ 2. Diagnosa keperawatan............................................................................. 3. Intervensi Keperawatan........................................................................... BAB III PENUTUP A. Kesimpulan.................................................................................................... B. Saran.............................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN A. Kata pengantar Strain adalah cedera yang melibatkan peregangan atau robeknya sebuah otot dan tendon (struktur otot). Strain akut terjadi di ujung saat otot menjad sebuah tendon. Menurut Taylor (1997:115) cedera akut ditimbulkan oleh karena adanya penekanan melakukan gerakan membelok secara tiba-tiba. Strain biasa terjadi pada saat berlari ataupun saat melompat dan biasanya terjadi pada otot hamstring. Strain kronis adalah cedera yang terjadi secara berkala karena penggunaan secara berlebihan atau tekanan berulang-ulang dan menghasilkan tendonitis atau peradangan pada tendon. Gejala yang terjadi pada strain otot yang akut bisa berupa nyeri, kehilangan kekuatan dan keterbatasan lingkup gerak sendi (Januardi, 2011). Penyebab cedera strain adalah akibat konstraksi yang hebat, gerakan yang tidak terkoordinasi dan mendadak. Gejala pada strain otot yang akut bisa berupa nyeri, spasme otot, kehilangan kekuatan, dan keterbatasan lingkup gerak sendi. Strain kronis adalah cidera yang terjadi secara berkala oleh karena penggunaan berlebihan atau tekakan berulang-ulang, menghasilkan tendonitis (peradangan pada tendon). Sebagai contoh, pemain tenis bisa mendapatkan tendonitis pada bahunya sebagai hasil tekanan yang terus-menerus dari servis yang berulang-ulang. Menurut penelitian yang di lakukan di amerika serikat, Belanda, dan Hong Kong tipe cedera yang sering terjadi (33-73%). Di inggris, 3-5% dari seluruh kunjungan ke departemen gawat darurat merupakan cedera dengan perkiraan insiden 5,600 perhari. Cedera olaraga sering terjadi 33 dari 43 jenis olaraga. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana anatomi fisiologi dari muscle strain? 2. Bagaimana konsep teori dari muscle strain? 3. Bagaimana terapi komplamenter dari muscles train? 4. Bagaimana pencegahan primer, sekunder, dan tersier dari muscle strain? 5. Bagaimana konsep keperawatan dari muscle strain?
C. Tujuan Tujuannya untuk megetahui gambaran secara nyata dan lebih mendalam tentang pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan Muscle Strain.
BAB II PEMBAHASAN A. Anatomi Fisiologi
1. Otot Semua
sel-sel
otot
mempunyai
kekhususan
yaitu
untuk berkontraksi. Terdapat lebih dari 600 buah otot pada tubuh manusia. Sebagian besar otot-otot tersebut dilekatkan pada tulangtulang kerangka tubuh oleh tendon, dan sebagian kecil ada yang melekat di bawah permukaan kulit. Fungsi sistem muskuler/otot: a. Pergerakan. Otot menghasilkan gerakan pada tulang tempat otot tersebut melekat dan bergerak dalam bagian organ internal tubuh. b. Penopang tubuh dan mempertahankan postur. Otot menopang rangka dan mempertahankan tubuh saat berada dalam posisi berdiri atau saat duduk terhadap gaya gravitasi. c. Produksi
panas.
Kontraksi
otot-otot
secara
metabolis
menghasilkan panas untuk mepertahankan suhu tubuh normal. 2. Tendon Tendon adalah tali atau urat daging yang kuat yang bersifat fleksibel, yang terbuat dari fibrous protein (kolagen). Tendon berfungsi melekatkan tulang dengan otot atau otot dengan otot. B. Konsep Medis 1. Definisi
Strain adalah cedera yang melibatkan peregangan atau robeknya sebuah otot dan tendon (struktur otot). Strain akut terjadi di ujung saat otot menjad sebuah tendon. Menurut Taylor (1997:115) cedera akut ditimbulkan oleh karena adanya penekanan melakukan gerakan membelok secara tiba-tiba. Strain biasa terjadi pada saat berlari ataupun saat melompat dan biasanya terjadi pada otot hamstring. Strain kronis adalah cedera yang terjadi secara berkala karena penggunaan secara berlebihan atau tekanan berulang-ulang dan menghasilkan tendonitis atau peradangan pada tendon. Gejala yang terjadi pada strain otot yang akut bisa berupa nyeri, kehilangan kekuatan dan keterbatasan lingkup gerak sendi (Januardi, 2011). Strain adalah “tarikan otot” akibat penggunaan berlebihan, peregangan berlebihan serta adanya robekan mikroskopis tidak komplit dengan perdarahan kedalam jaringan (Smeltzer Suzame). 2. Etiologi Penyebab cedera strain adalah akibat konstraksi yang hebat, gerakan yang tidak terkoordinasi dan mendadak. Penyebab srain akut dan kronis yaitu: a. Pada strain akut :Ketika otot keluar dan berkontraksi secara mendadak b. Pada
strain
kronis
penggunaaan
yang
:Terjadi
secara
berlebihan
berkala
tekanan
oleh
karena
berulang-ulang,
menghasilkan tendonitis (peradangan pada tendon). 3. Patofisiologi Strain adalah kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact) atau tidak langsung (overloading). Cedera ini terjadi akibat otot tertarik pada arah yang salah,kontraksi otot yang berlebihan atau ketika terjadi kontraksi ,otot belum siap,terjadi pada bagian groin muscles (otot pada kunci paha),hamstring (otot paha bagian bawah),dan otot guadriceps. Fleksibilitas otot yang baik bisa menghindarkan daerah sekitar cedera memar dan membengkak. Gejala pada strain otot yang akut bisa berupa nyeri, spasme otot, kehilangan kekuatan, dan keterbatasan lingkup gerak sendi. Strain kronis adalah cidera yang terjadi secara berkala oleh karena penggunaan berlebihan
atau tekakan berulang-ulang, menghasilkan tendonitis (peradangan pada tendon). Sebagai contoh, pemain tenis bisa mendapatkan tendonitis pada bahunya sebagai hasil tekanan yang terus-menerus dari servis yang berulang-ulang. 4. Phatway
Penggunan berlebihan , Tekanan yang berulang, Peregangan yang berlebihan
cederaotot
Perubahan jaringan sekitar
Spasme otot
↓ Gerakan minimal
Nyeri akut
Hambatan mobilitas fisik
hospital
Pengetahuan
Laserasi kulit Anxietas
Risiko infeksi
5. Manifestasi Klinis a. Strain ringan ditandai dengan kontraksi otot terhambat karena nyeri dan teraba pada bagian otot yang mengaku.
b. Strain total didiagnosa sebagai otot tidak bisa berkontraksi dan terbentuk benjolan c. Nyeri yang tajam dan mendadak pada daerah otot tertentu.pada cidera strain rasa sakit adalah nyeri yang menusuk pada saat terjadi cedera, terlebih jika otot berkontraksi. d. Nyeri menyebar keluar dengan kejang atau kaku otot. e. Cidera strain membuat daerah sekitar cedera memar dan membengkak. Setelah 24 jam, pada bagian memar terjadi perubahan warna, ada tandatanda perdarahan pada otot yang sobek, dan otot mengalami kekejangan. 6. Klasifikasi a. Derajat I/Mild Strain (ringan) yaitu adanya cidera akibat penggunaan
yang
berlebihan
pada
penguluran
unit
muskulotendinous yang ringan berupa stretching/kerobekan ringan pada otot/ligaent. b. Derajat II/Medorate Strain (ringan) yaitu adanya cidera pada unit
muskulotendinous
akibat
kontraksi/pengukur
yang
berlebihan. c. Derajat III/Strain Severe (berat) yaitu adanya tekanan/penguluran mendadak yang cukup berat. Berupa robekan penuh pada otot dan ligament yang menghasilkan ketidakstabilan sendi. 7. Pencegahan Tindakan mencegah (preventif) lebih baik dari pada mengobati (kuratif), karena tindakan preventif biayanya lebih murah serta menghindarkan terjadinya invalid (cacat seumur hidup). Untuk mencegah cedera olahraga, dibedakan menjadi 2 sebab antara lain: a. Ditinjau dari sudut sarana/prasarana (infrastruktur) b. Ditinjau dari sudut si atlet sendiri, yaitu: 1) Dari atlet yang belum mengalami cedera keseleo a) berlatih secara teratur, sistematis dn terprogram b) atlet haus berlatih (bertanding) dalam kondisi sehat jasmani dan rohani. c) Mematuhi peraturan permainan dan pertandingan (fair play)
d) Tidak mempunyai kelainan anatomis maupun antropometri e) Memakai alat pelindung yang adekuat f) Melakukan pemanasan dan pendinginan (hardianto, 1995;77- 80) 2) Atlet yang pernah mengalami cedera keseleo Usaha pencegahan bila setelah program rehabilitasi keseleo yaitu: a) plester atau pembungkus plastic sebaiknya digunkan untuk mendukung pergelangan kaki selama 4 sampai 6 minggu setelah memulai latihan kembali. b) Latihan-latihan kekuatan otot-otot peritoneal sebaiknya tetap dilakuan selama 2 sampai 3 bulan. c) Sebaiknya pemakaian plester pada pergelangan kaki tetap dipakai pada janga waktu yang tidak terbatas (Paul, 2002; 118). c. Untuk menghindari cedera keseleo alangkah baiknya melakukan pencegahan Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia (2012) 2: 54-58 58 d. dengan melakukan streatching, pemanasan, latihan penguatan ligamentligament sendi, otot dan tendon yang melintasi sendi, latihan pergelangan kaki, serta melakukan pembebatan pergelangan kaki, pada saat latihan maupun pertandingan. 8. Penatalaksanaan Salah satu prinsip utama dalam pengobatan cedera adalah dengan RICE. Karena jika terjadi penanganan yang salah pada pertolongan pertama, akan memperparah cedera yang dialami. Menurut (Rahardjo, 1992:35) perlu memahami apakah itu RICE. a. Rest (Istirahat) Istirahat adalah penting karena jika latihan tidak dilanjutkan atau melakukan aktifitas lain, dapat memperluas cedera. Hentikanlah pergerakan pada bagian tubuh yang cedera pada saat timbulnya rasa nyeri/ sakit untuk pertama kalinya. b. Ice (es)
Pendinginan atau mengurangi pendarahan dari pembuluh darah pada tempat cedera. Karena pendinginan menyebabkan pembuluh darah ditempat cedera berkontraksi/ menyempit. c. Compression (Penekanan) Penekanan membatasi pembengkakan. Untuk penekanan, balutkan pembalut elastic dengan kuat diatas es, disekitar daerah cedera. Jangan membalut terlalu kuat, karena dapat menghentikan aliran darah. Tandatanda aliran darah berhenti ialah mati rasa, kejang dan sakit. Bila timbul rasa tersebut diatas, segera buka balutan. d. Elevation (Peninggian) Letakkan tubuh yang cedera lebih tinggi dari jantung, ini memanfaatkan gaya berat, untuk membantu cairan yang berlebihan. Program RICE ini dapat dikerjakan sampai selama dua puluh empat jam (dikerjakan 24 jam pertama setelah cedera). Bila tidak ada penyembuhan kirim ke dokter atau rumah sakit. Menurut (Paul M. Taylor 1997:31) hindari atau Do not HARM yaitu: a. Heat atau hot, pemberian (balsam atau kompres air panas) justru akan meningkatkan pendarahan. b. Alcohol, akan meningkatkan pembengkakan. c. Running, atau exercise atau mencoba latihan terlalu dini akan memperburuk cedera. d. Massage, pemijatan tidak boleh diberikan pada masa akut karena merusak jaringan. C. Terapi Komplamenter 1. Terapi Latihan Terapi latihan adalah gerak dari tubuh atau bagian dari tubuh untuk mengurangi
gejala-gejala
pada
muscle
soleus
strain
atau
untuk
meningkatkan fungsi tubuh akibat muscle soleus strain. Dimana dalam melakukan terapi ini posisi aman pasien tergantung dengan latihan yang diberikan dimana harus duduk atau berdiri. a. Streaching Posisi pasien : duduk di bed
Pelaksanaan : Gerakan pasien aktif, Tekuk lutut kaki yang terkena sampai 90º dengan lutut menghadap langit-langit dan telapak kaki menapak di bed, Pastikan kaki dalam garis lurus dari shin (tidak berubah). Sekarang gunakan otot Anda untuk meningkatkan kaki depan dari lantai sejauh yang Anda bisa,dan kemudian jari jari kaki mencengkeram bed dan tarik perlahan ke arah lutut, Terus menarik selama 2 detik, kemudian lepaskan kaki kembali ke bed.Hati-hati untuk tidak meregangkan selama lebih dari 2 detik setiap kali, Ulangi selama 810 kali b. Strengthening Posisi pasien: berdiri didepan tangga Pelaksanaan: Pasien aktif, Mulailah dengan berdiri dan naik ke tangga dengan lutut lurus, Kaki harus sejajar dan terbuka selebar bahu, Lakukan selama tiga kali per set selama 10 kali, dengan istirahat singkat setiap set nya, Tambahkan latihan yang sama dengan kaki sedikit di buka ke luar. Selanjutnya,lakukan semuanya dengan lutut di tekuk di seluruh latihan. D. Pencegahan Primer, Sekunder, Dan Tersier 1. Pencegahan Primer Pencegahan primer melibatkan menghidari cedera. 2. Pencegahan Sekunder Pencegahan sekunder melibatkan diagnosis dini dan pengobatan harus dilakukan setelah cedera terjadi. Tujuannya memperoleh diagnosis dini adalah untuk memastikan bahwa cedera menerima perawatan yang tepat dan pulih dengan benar, oleh karena itu membatasi perhatian terhadap masalah medis lainnya yang berasal peristiwa traumatis awal. 3. Pencegahan Tersier Pencegahan tersier hanya difokuskan pada rehabilitasi untuk mengurangi dan memperbaiki kecacatan yang ada akibat peristiwa tarumatis. Contohnya pada atlet yang mengalami cedera pergelangan kaki, rehabilitasi terdiri dari latihan keseimbangan untuk memperoleh kekuatan dan mobilitas punggung serta menggenakan penyangga pergelangan kaki, sambil secara bertahap kembali ke olaraga.
E. Konsep Keperawatan 1. Pengkajian a. Triage Gambaran triage pada kasus strain biasanya ditemukan sebagai berikut: 1) Merah, P2 (Merah : Prioritas Pertama : Gangguan ABC, Prioritas 2 atau Urgent : Pasien dengan penyakit yang akut, Mungkin membutuhkan trolley, kursi roda atau jalan kaki, Waktu tunggu 30 menit, Area Critical care). 2) Kuning, P2 (Kuning : Prioritas Sedang : Tanpa gangguan ABC tapi bisa memburuk perlahan, Prioritas 2 atau Urgent : Pasien dengan penyakit yang akut, Mungkin membutuhkan trolley, kursi roda atau jalan kaki, Waktu tunggu 30 menit, Area Critical care). b. Pengkajian Primer 1) Airway Ada atau tidanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk. 2) Breathing a) Look : Kesimetrisan bising nafas kanan dan kiri dan mungkin juga dijumpai sianosis, penggunaan otot bantu pernapasan, Respirasi : (1)Dewasa
: 12-20 kali/menit
(2)Anak
: 15-30 kali/menit
(3)Bayi baru lahir
: 30-50 kali/menit
(4)Pada orang dewasa, abnormal bila pernapasan >30 kali/menit atau