Muscle Imbalance [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

29



STATUS KLINIS PASIEN PROGRAM PROFESI FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA



Nomor Urut



: ____/_____/_____



IDENTITAS MAHASISWA Nama Mahasiswa



: Elvia Nurafriani



No Induk Mahasiswa



: J130170113



Tempat Praktek



: YPAC SURAKARTA



Nama Pembimbing



: Edi Waspada, SST.FT, S.Fis, M.Kes



Tanggal Pembuatan Laporan : 10 Januari 2018 Kondisi/Kasus I.



: Down Syndrome



KETERANGAN UMUM PENDERITA Identitas Pasien No RM



: 10.001



Nama



: Nn. HAP



Umur



: 1 tahun 5 bulan



Jenis Kelamin : P Alamat



: Mertudin Rt 08 / IX Solo



Agama



: Islam



Pekerjaan



:-



II. DATA MEDIS RUMAH SAKIT (Hasil : Foto Rontgen, uji Laboratorium, CT-Scan, MRI, EMG, EKG, EEG, dll yang terkait dengan permasalahan fisioterapi) -



III. SEGI FISIOTERAPI A. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF 1. Body Chart



30



2. Keluhan Utama dan Riwayat Penyakit Sekarang Saat ini berusia 1 tahun 5 bulan tetapi belum mampu duduk mandiri, merangkak dan berjalan. Emosi belum stabil



Pre Natal



: Trimester 1 pendarahan + flek dan Hipertensi. Trimester 3 Kaki bengkak. Usia ibu mengandung 41 tahun dan ayah 33 tahun.



Natal



: lahir CS 8 bulan (kurang daari HPL), berat badan 2.3 kg. Tidak ikterus, ketika lahir menggunakan sonde dan menangis cuman sedikit. Tidak dapat mengisap ketika lahir menggunakan sonde



Post Natal



: Langsung didiagnosa DS pada Agustus 2016. Tidak ada riwayat demam tinggi yang disertai kejang. Mampu tengkurap secara mandiri pada usia 6 bulan.



3. Riwayat Keluarga dan Status Sosial Tidak ada keluarga yang memiliki riwayat penyakit Down Syndrom.



4. Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada



B. PEMERIKSAAN OBJEKTIF 1. Pemeriksaan Vital Sign :



31



HR : 100x/Sec



BB



: 7 Kg



RR : 30x/Sec



SH



: 36,6 Celcius



TB



: 80 cm



2. Inspeksi : Inspeksi Statis



:







lidah menjulur kedepan







bentuk wajah yang seperti wajah mongoloid,







allignment kepala cndrung kekiri, posisi tubuh terkesan tampak jatuh kedepan







rambut pendek dan halus







mulut sering mencucu pertanda akan menangis



Inspeksi Dinamis



:







emosi tidak stabil







keteika bergerak kepala cendrung kebelakang tangan dan kaki mendorong ke depan







Saat di dudukan tanpa sandaran, pasien sering terjatuh kebelakang



3. Palpasi 



Hipotonus AGA dan AGB







Suhu badan normal



4. Auskultasi Tidak dilakukan



5. Perkusi Bisep D/S



: 1+/2+



Trisep D/S : 0 (tidak dapat diperiksa) Patela D/S : +1/+2 Achilles D/S: +2/+2 0 : Negative +1 : Lemah +2 : Normal +3 : Tinggi (belum patologi)



32



+4 : Hiperaktif disertai klonus



6. Pemeriksaan Gerak Dasar : a. Gerak Aktif 



Saat diberikan rangsangan visual benda berwarna mencolok atau mainan kesukaan, kedua tangan pasien mampu menggapai ke arah tersebut dimana posisi pasien saat tiduran atau duduk dengan sandaran / fiksasi. Saat duduk mandiri, dengan bantuan tumpuan tangan, ada aktivasi satu tangan untuk meraih dan satunya menumpu atau kedua tangan mengambil mainan tanpa ada tumpuan ketika duduk







Pada tungkai, cenderung aktif saat menangis. Kaki menendang ketika dilakukan nya terapi.



b. Gerak Pasif Semua gerakkan pada anggota gerak bawah dan anggota gerak atas dapat digerakkan dan full ROM. Terdapat hipermobile pada ankle utamanya pada gerakkan dorsoplantar fleksi ankle



c. Gerak Isometrik Melawan Tahanan Tidak dapat dilakukan karena pasien belum dapat diberikan perintah atau instruksi secara verbal



d. Joint Play Movement Joint Play Movement



Hiper / hipo mobile



Ankle Dextra dan Sinistra



Hipermobile



7. Test Kognitif, Intra Personal, dan Interpersonal Kognitif



: Pasien belum bisa berbicara dengan baik



Intra Personal



: karena pasien masih bayi, belum dapat memahami pentingnya



terapi bagi dirinya, prilaku cenderung pasif dan tidak kooperatif Interpersonal



: Keluarga mendukung kesembuhan pasien



33



C. PEMERIKSAAN FISIK 1. MMT REGION



DEXTRA



SINISTRA



Neck



X



X



Trunk



X



X



Shoulder



X



X



Elbow



X



X



Wrist



X



X



Hip



X



X



Knee



X



X



Ankle



X



X



2. Test Sensoris Item



Nilai



Visual



2



Auditory



2



Smell



1



Taste



2



Touch



2



Taktil



2



Vestibular



1



Propioseptiv



1



3. PEMERIKSAAN REFLEK 1) Neonatal Spinal a) Moro Reflek



: (+)



b) Grasp Reflek



: (-)



c) Babinsky Reflek



: (+)



d) Fleksor withdrawl



: (-)



e) Ekstensor Trust



: (-)



34



f) Crossed Ekstensor



: (-)



g) Reflek walking



: (+)



2) Postural Brain Steam a) ATNR



: (-)



b) STNR



: (-)



c) Supporting Reaction



: (-)



3) Righting dan Protective Mid Brain a) Neck Labyrithine



: (+)



b) Body Righting



: (+)



c) Optical Righting



: (-)



4) Righting dan Protective Cortical a) Parachute Reflex



: (+/-)



b) Equilibrium Prone



: (+)



c) Supine dan Sitting



: (+)



d) All-Fours



: (-)



e) Standing



: (-)



Interpretasi : level reflek pada pasien sudah berada pada level mid brain mendekati kortikal. Dengan beberapa reflek level spinal dan brainstem yang masih tersisa



D. PEMERIKSAAN KHUSUS DDST



E. DIAGNOSIS FISIOTERAPI a. Impairment 



Hipotonus tonus postural







Hipotonus AGA dan AGB







Emosi belum stabil







Hipermobil ankle saat dorsi fleksi dan plantar fleksi







Gangguan sensoris pada vestibular, proprioseptive dan smell







Pola gerakan cenderung kearah ekstensi







Head of control belum bagus



35



 b.



Beberapa reflek kortikal belum muncul



Functional Limitation 



Belum mampu duduk sendiri







Belum mampu merangkak







Belum mampu berdiri







Belum mampu berjalan



c. Participation Restriction Pasien belum mampu bermain dengan teman sebayanya



F. PROGRAM FISIOTERAPI Jangka Pendek : 



Meningkatkan tonus postutal







Meningkatkan tonus AGA dan AGB







Meningkatkan rileksasi pasien







Meningkatakan sensoris vestibular dan proprioseptive







Meningkatkan stabilisasi ankle joint







Memperbaiki head of control







Memperbaiki pola gerak dan koordinasi gerakan







Menstimulasi mnculnya reflek cortical







Latihan duduk dan keseimbangan duduk







Latihan merangkak







Menstimulasi reflek kortikal



Jangka Panjang: 1. Meningkatkan kemampuan fungsional motorik kasar seperti berdiri, berjalan dan berlari



G. INTERVENSI FISIOTERAPI 1. Neuro Senso Motor Reflex Development: 



Usapan keseluruh tubuh



36







Usapan bintang halus







Usapan bintang gelombang







Usapan angka 8







Contrac – stretch







Grounding



Frekuensi : 2 kali/minggu Intensitas : 3 kali usapan Time



: 10 menit



2. Neuro Developmental Treatment 



Duduk : fasilitasi duduk, inhibisi ekstensor trunk dan stimulasi trunk







Merangkak : fasilitasi merangkak , patterning merangkak, stabilisasi pelvis dan shoulder dan neck







Keseimbangan duduk di bola dan guling



Frekuensi



: 2 kali / minggu



Intensitas



: 50 detik x 3 – 5



Type



: duduk sit up, duduk di atas guling dan duduk sila dengan



bertumpu pada tangan. Fasilitasi merangkak, patterning merangkak dan stabilisasi pelvic, trun dan shoulder. Keseimbangan duduk. Time



: 30 menit



H. RENCANA EVALUASI 1. Kekuatan otot dengan XOTR 2. Sensoris dengan test sensoris 3. Reflek dengan test level reflek primitif



37



I. UNDERLYING PROCESS



PRE NATAL



  



NATAL



Usia ibu 41 tahun Hipertensi Flek + pendarahan



   



Langsung di Diagnosa DS



Lahir CS 8 bulan BBL 2,3 KG Menangis sedikit Tidak bisa mengisap



NON DISJUCTION



MEIOSIS



MITOSIS



Pd saat pmbntk gamet



Awal perkembangan zigot



BRAIN



Pembelahan oosit kromosom tdk terpisah



Oosit primer perkembangannya terhenti



SMALL BRAIN SIZE



METABOLIC RAIT BRAIN



Volume hippocampus Profase meiosis 1 tdk berubah sampai ovulasi



IQ rendah



Cognitive deficit



Ovum mengandung 21 autosom Emosi



Zigot trisomi 21



Neuropatology



Reflek fisiologis belum kuat



Sensoris problem



Smell, prorioseptve dan vestibular



38 DOWN SYNDROME



MUSKULOSKELETAL



   



SENSORIS



Hipotonus general Hipermobile ankle Head of control blm bagus Pola gerakan cendrung ke ekstensi







Gangguan sensoris: Smell, prorioseptve dan vestibular Emosi yg tdk stabil







NEURO DEVELOPMENT TREATMENT



NEURO SENSO MOTOR REFLEK DEVELOPMENT



Latihan duduk: fasilitasi gerakan duduk, inhibisi pola ekstensi, stimulasi fleksor trunk



Usapan keseluruh tubuh



Usapan bintang halus



Latihan duduk dengan guling ditambah beban pada tungkai



Usapan bintang gelombang Usapan angka 8



Latihan merangkak : fasilitasi pola merangkak, stimulasi trunk, pelvic dan neck



Contrac – stretc Grounding



-



-



Mencapai tonus optimal Meningkatkan kekuatan otot Postural allignment normal Meningkatkan tumbang



-



Goals Meningkatkan aktivitas fungsioanal secara mandiri



Menurunkan emosi Meningkatkan sensoris



39



J.



PROGNOSIS Qua at Vitam



: ad bonam



Qua at Sanam



: dubia ad bonam



Qua at Cosmeticam



: dubia ad bonam



K. HASIL TERAPI AKHIR 1. Reflek Level Reflek



T awal



T akhir



Level Spinal 



Moro Reflek



+



+







Graps Reflek



-



-







Babinski Reflek



+



+







Fleksor Withdrawl



-



-







Ekstensor Trust



-



-







Crossed Ekstensor



-



-







Walking Reflek



+



+



Level Brain Stean 



ATNR



-



-







STNR



-



-







Supporting



-



-



Reaction Level Mid Brain 



Neck Labyrithine



+



+







BodyRighting



+



+







Optical Righting



-



-



Level Cortical 



Parasut Reflek



+/-



+







Equilibrium Prone



+



+







Supine dan Sitting



+



+







All – Fours



_



_







Standing



_



_



40



2. Kekuatan otot ( XOTR ) Segmen



T awal



T akhir



D/S



D/S



Neck



X/X



X/X



Trunk



X/X



X/X



Shoulder



X/X



X/X



Elbow



X/X



X/X



Wrist



X/X



X/X



Hip



X/X



X/X



Knee



X/X



X/X



Ankle



X/X



X/X



3. Test Sensoris Item



Nilai T Awal



Nilai T Akhir



Visual



2



2



Auditory



2



2



Smell



1



1



Taste



2



2



Touch



2



2



Taktil



2



2



Vestibular



1



1



Propioseptiv



1



1



4. Lama duduk tanpa jatuh Posisi Duduk



T1



T2



T3



T4



T5



Duduk bersila dengan



50 detik x 3



50 detik x 3



50 detik x 3



50 detik x 5



60 detik x 3



Duduk di atas guling



Belum



50 detik x 5



50 detik x5



50 detik x 5



Tidak



dengan tambahan beban



dilakukan



posisi kedua tangan di depan menyetuh matras



pada tungkasi



dilakukan



41 Duduk dengan posisi



7 dtk 8 kali



7 dtk 8 kali



sit-up



Tidak



Tidak



dilakukan



dilakukan



7 dtk 5 kali



5. Ekspresi dan Respon Waktu



T1



T2



T3



T4



T5



Awal



Berwajah



Berwajah



Berwajah



Tersenyum



Menangis



datar di



datar



kepada terapis



Kedatangan datar



selingi tersenyum sebelum masuk ruangan terapi Selama Sesi Menangis



Sebagian



Menangis



Menangis



Intinsitas



terapi



diselingi



besar diisi



diselingi



diselingi



menangis lebih



wajah datar



dengan



wajah datar



wajah datar



banyak



bila intensitas



menangis,



disaat



disaat



dikarenakan



terapi rendah.



mampu



intensitas



intensitas



sedang demam.



Emosi tinggi



berinteraksi



terapi



terapi rendah.



Emosi tinggi



dengan



rendah.



Emosi tinggi.



terapis pada



Emosi



Reflek



play



tinggi.



parasut



exercise.



Reflek



muncul



Emosi



parasut



sedikit



muncul



menurun Setelah



Berwajah



Berwajah



Berwajah



Berwajah



Terapi



datar



datar



datar di



datar



selingi tersenyum



Berwajah datar



42



Kesimpulan : Setelah dilakukan 5 kali terapi, didapatkan hasil akhir, yaitu ada perubahan pada reflek parasut yang mulai muncul pada terapi t3 dan t4. Juga respon pada pemberian stimulasi ada peningkatan; kecendrungan peningkatan kemampuan duduk mandiri dari awal sesi terapi sampai t4 dengan bantuan tumpuan tangan pasien, namun ada penurunan kembali d t5 dikarenakan demam. Emosi yang cendrung tidak stabil dari t1 – t5. Namun, ada peningkatan terhadap respon stimulasi yang diberikan. Proprioseptif jari tangan dan kaki mulai ada respon untuk membuka dan menutup. Ketika diberikan beban kaki jarang diangkat keatas. Namun belum ditemukan adanya perubahan pada sensoris selama 5 kali terapi.