LP Nifas (Clara) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEBIDANAN PADA MASA NIFAS DI KLINIK EKA SRI WAHYUNI Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas



Oleh : Clara Ervianinta Br Sitepu NIM : P07524720004 PEMBIMBING INSTITUSI Yusniar Siregar, SST, M.Kes



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES MEDAN 2020/2021



HALAMAN PENGESAHAN



LAPORAN PENDAHULUAN



ASUHAN KEBIDANAN PADA MASA NIFAS DI KLINIK EKA SRI WAHYUNI Oleh: Clara Ervianinta Br Sitepu NIM : 000000000000000 Menyetujui,



No. Nama Pembimbing 1.



Tanda Tangan



Eka Sri Wahyuni, SST, M.Kes NIP : (Pembimbing Lahan Praktik)



2.



Yusniar Siregar, SST,M.Kes NIP : 196707081990032001 (Pembimbing Institusi)



Mengetahui, Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan



Ardiana Batubara, SST,M.Keb NIP:196605231986012001 2



KATA PENGANTAR Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan pendahuluan dalam Asuhan Kebidanan pada masa nifas ini dengan baik. Dalam kesempatan ini penulis menghanturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada dosen pengampu Ibu Yusniar Siregar,SST,M.Kes yang telah membimbing selama ini. Penulis juga mengakui bahwa dalam proses penulisan laporan ini, masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki. Dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan dan penyempurnaan makalah ini dikemudian hari. Akhirnya penulis berharap, makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca. Dan dapat memberikan kontribusi yang positif serta bermakna dalam proses perkuliahan Profesi bidan.



Medan,



2020



Clara Ervianinta



3



DAFTAR ISI Hal Halaman Judul ................................................................................................. Halaman Pengesahan .......................................................................................



ii



Kata Pengantar..................................................................................................



iii



Daftar Isi...........................................................................................................



iv



BAB I TINJAUAN TEORI A.



Nifas ....................................................................................................



5



A.1 Pengertian Nifas ..................................................................................



5



B.



Bendungan Asi ....................................................................................



5



B.1 Pengertian Bendungan Asi ..................................................................



5



B.2 Anatomi Payudara ...............................................................................



6



B.3 Bagian Utama Payudara.......................................................................



6



B.4 Faktor Penyebab Bendungan Asi ........................................................



7



B.5 Tanda dan Gejala Bendungan Asi........................................................



8



B.6 Penanganan Bendungan Asi ................................................................



8



B.7 Penatalaksanaan Bendungan ASI.........................................................



9



BAB II TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN A. Anamnesis Lengkap..............................................................................



14



B. Pemeriksaan Fisik..................................................................................



14



C. Pemeriksaan Penunjang.........................................................................



15



D. Diagnosis...............................................................................................



15



E. Intervensi...............................................................................................



16



DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 4



BAB I TINJAUAN TEORI A. Masa Nifas A.1 Pengertian Masa Nifas Masa nifas (postpartum/puerperium) berasal dari bahasa latin “puer” yang berarti anak, parous artinya melahirkan atau masa sesudah melahirkan. Masa nifas dapat diartikan sebagai masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama pada masa ini berkisar 6-8 minggu (Irma, 2016). B. Bendungan ASI B.1 Pengertian Bendungan ASI Bendungan Air Susu Ibu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri di sertai kenaikan suhu badan (Maryunani, 2015). Bendungan ASI dikarenakan penyempitan duktus laktiferus atau oleh kelenjar-kelenjar yang tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu (Maryunani, 2015). Bendungan air susu dapat terjadi pada hari ke-2 atau ke-3 ketika payudara telah memproduksi air susu. Bendungan disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusui, produksi meningkat, terlambat menyusukan, hubungan dengan bayi yang kurang baik, dan dapat pula terjadi akibat pembatasan waktu menyusui (Prawirohardjo, 2011). B.2 Anatomi Payudara Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit, diatas otot dada, dan fungsinya memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, dengan berat kira-kira 200 gram, yang kiri umumnya lebih besar dari yang kanan. Pada waktuhamil, payudara membesar mencapai 600 gram dan pada waktu menyusui bisa mencapai 800 gram (Maryunani, 2015). 5



Payudara disebut pula galndula mamalia yang ada baik pada wanita maupun pria. Pada pria secara normal tidak berkembang kecuali jika dirangsang oleh hormon. berkembang terutama berkembang pada saat menyusui (Sari dan Rimandini, 2014). Ukuran payudara berbeda untuk setiap individu, juga bergantung pada stadium perkembangan dan umur. Tidak jarang salah satu payudara ukurannya agak lebih besar daripada payudara yang lain (Sari dan Rimandini,2014).



Gambar AnatomiPayudara B.3 Bagian Utama Payudara Menurut Maryunani (2015), Ada tiga bagian utama payuadara yaitu : a. Korpus (badan) yaitu bagian yang membesar. b. Areola yaitu bagian yang menghitam di tengah. Bagian ini terdiri darikulit yang longgar dan mengalami pigmentasi dan masingmasingpayudara bergaris tengah kira-kira 2,5 cm. Areola ini berwarna merah muda pada wanita pada wanita yang berkulit cerah, lebih gelap pada wanita yang berkulit coklat dan warna tersebut menjadi lebih gelap pada7 waktu hamil. Didaerah areola ini terletak kira-kira glandula sebecea. Pada kehamilan areola ini membesar dan disebut tuberculum montgomery. c. Papilla, atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara, dengan panjang kira-kira 6 mm, tersusun atas jaringan erektil berpigmen dan merupakan bangunan yang sangat peka. 6



Permukaan papila mamae berlubang-lubang berupa ostium papilare kecil-kecil yang merupakan muara ductus lactifer ini dilapisi oleh epitel. Bentuk puting ada empat yaitu: normal, pendek/datar, panjang dan terbenam (inverted)



Gambar AnatomiPayudara B.4 Faktor Penyebab Bendungan ASI Menurut Rukiyah dan Yulianti (2010), beberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI, yaitu: a. Pengosongan mamae yang tidak sempurna (Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada Ibu yang produksi ASI nya berlebihan. apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu, & payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI didalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI). b. Faktor hisapan bayi yang tidak aktif (Pada masa laktasi, bila Ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif mengisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI). c. Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar (Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet 7



menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya Ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI). d. Puting susu terbenam (Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI). e. Puting susu terlalu panjang (Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI). f. Pengeluaran ASI (Bendungan juga dapat terjadi pada ibu yang ASI nya tidak keluar sama sekali (agalaksia), ASI sedikit (oligolaksia) dan ASI terlalu banyak (poligalaksia) tapi tidak dikeluarkan/disusukan. B.5 Tanda dan Gejala Bendungan ASI Mammae panas serta keras pada perabaan dan nyeri, puting susu bias mendatar sehingga bayi sulit menyusu. Pengeluaran susu kadang terhalang oleh duktuli laktiferi menyempit. Payudara bengkak, keras, panas, nyeri bila ditekan, warnanya kemerahan, suhu tubuh sampai 38 0C. (Rukiyah dan Yulianti, 2010). Bendungan air susu ibu ditandai dengan payudara bengkak, keras, terasa panas sampai suhu badan sedikit naik. Sehingga menyebabkan air susu tidak lancar atau keluar sedikit. Bendungan ASI merupakan permulaan kemungkinan infeksi payudara atau mastitis. Apabila masih terjadi akan menimbulkan demam, nyeri lokal pada payudara, terjadi pemadatan dan terjadi pemadatan perubahan warna pada payudara (Laksono,2010). B.6 Penanganan Bendungan ASI



8



Penanganan yang dilakukan yang paling penting adalah dengan mencegah terjadinya payudara bengkak dengan cara : a. Susukan bayi segera setelah lahir b. Susukan bayi tanpa di jadwal b. Keluarkan sedikit ASI sebelum menysusui agar payudara lebih lembek d. Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi ASI melebihi ASI. c. Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara berikan kompres dingin dan hangat dengan handuk secara bergantian kiri dan kanan. d. Untuk memudahkan bayi menghisap atau menangkap putting susu berikan kompres sebelum menyusui. e. Untuk mengurangi bendungan di vena dan pembuluh getah bening dalam payudara lakukan pengurutan yang di mulai dari puting ke arah korpus mammae, ibu harus rileks, pijat leher dan punggung belakang (Rukiyah dan Yulianti, 2010). B.7 Penatalaksanaan Bendungan ASI Penatalaksanaan Kasus pada ibu nifas dengan bendungan ASI adalah: Cara menyusui yang baik dan benar Menurut Maryunani (2015), cara menyusui yang baik dan benar adalah sebagai berikut: a. Sebelum menyusui, keluarkan sedikit ASI untuk mengolesi putting ibu agar bayi mencium aromanya dan lebih berselera menyusu. b. Susui bayi setiap kali ia menginginkannya dan selama yang ia mau. c. Saat menyusui, letakan bayi dalam pangkuan sedemikian rupa hingga wajah dan tubuhnya menghadap ke payudara ibu. Posisinya harus lurus searah dari telinga, hidung, dan badannya. Dagunya menempel di payudara ibu. d. Duduklah dalam posisi yang nyaman dan tegak, jangan membungkuk, kalau perlu sangga tubuh bayi dengan bantal. Ibu yang baru saja



9



menjalani persalinan dengan operasi sesar tak perlu khawatir karena posisi bayi berada di atas perut. e. Jika paudara menyusu pada payudra kiri, letakkan kepalanya di siku lengan kiri ibu. Lengan kiri bayi bebas ke arah payudara. Begitu pula sebalikya. f. Topanglah payudara dengan meletakan ibu jari tangan ibu diatas puting dan keempat jari menyangga payudara. g. Usai menyusui, bayi akan melepaskan isapannya. Kalau tidak lepaskan puting dengan memasukan jari kelingking ibu ke mulut bayi melalui sudut mulut atau tekan dagu bayi agar bibir bawahnya terbuka. Jangan langsung menarik puting terlalu kuat. selagi masih berada didalam mulut bayi karena akan membuatnya lecet. h. Bila puting lecet, lakukan kompres dingin di payudara dan tetaplah menyusui bayi. Usai menyusui, usapkan tetesan ASI untuk pelumasan dan pelindungan. Jika menggunakan obat dokter, seka puting dengan air atau waslap basah yang lembut setiap kali akan menyusui. Menurut Wahyuni dan Purwoastuti (2015), perawatan payudara adalah suatu tindakan untuk merawat payudara terutama pada masa nifas (masa menyusui) untuk memperlancar ASI. Perawatan payudara adalah perawatan payudara setelah melahirkan dan menyusui yang merupakan suatu cara yang dilakuakan untuk merawat payudara agar air susu keluar dengan lancar. Perawatan payudara sangat penting dilakuakan selama hamil sampai masa menyusui. Hal ini dikarenakan payudara merupakan satu-satu penghasil ASI yang merupakan makanan pokok bayi yang baru lahir sehingga harus dilakukan sedini mungkin. Perawatan payudara pasca persalinan merupakan kelanjutan perawatan payudara semasa hamil, yang mempunyai tujuan sebagai berikut: a. Untuk menjaga kebersihan payudara sehingga terhindar dari infeksi. b. Untuk mengenyalkan puting susu, supaya tidak mudah lecet. c. Untuk menonjolkan puting susu yang terbenam. 10



d. Menjaga bentuk buah dada tetap bagus e. Untuk mencegah terjadinya penyumbatan. f. Untuk memperbanyak produksi ASI. g. Untuk mengetahui adanya kelainan. Pelaksanaan perawatan payudara pasca persalinan dimulai sedini mungkin yaitu 1-2 hari sesudah bayi dilahirkan. Hal itu dilakukan 2 kali sehari (Wahyuni dan Purwoastuti, 2015) Langkah-langkah perawatan payudara yaitu: 1 Persiapan Alat 



Baby oil secukupnya.







Kapas secukupnya.







Waslap 2 buah.







Handuk bersih 2 buah.







Bengkok.







Dua baskom berisi air (hangat dan dingin).







BH yang bersih dan terbuat dari katun untuk menyokong payudara.



2 Persiapan ibu 



Cuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir dan keringkan dengan handuk.







Baju ibu dibuka.







Letakkan handuk diatas pangkuan ibu dan tutuplah payudara dengan handuk, buka handuk pada daerah payudara.



3 Pelaksanaan perawatan payudara 



Puting susu dikompres dengan menggunakan kapas minyak selama 3-4 menit, kemudian bersihkan dengan kapas minyak tadi.



11







Pengenyalan yaitu puting susu dipegang dengan ibu jari, dan jari telunjuk diputar kedalam dengan kapas minyak tadi.







Penonjolan puting susu yaitu: a. Puting susu cukup di tarik sebanyak 20 kali. b. Dirangsang dengan menggunakan ujung waslap c. Memakai pompa puting susu.



4.Pengurutan payudara: 



Telapak tangan petugas diberi baby oil kemudian diratakan.







Sokong payudara kiri dengan tangan kiri, lakukan gerakan kecil dengan dua atau tiga jaridengan tangan kanan, mulai dari pangkal payudaraberakhir dengan gerakan spiral pada daerah putingsusu.







Buatlah gerakan memutar sambil menekan dari pangkal payudara dan berakhir pada puting susu diseluruh bagian payudara (lakukan gerakan seperti ini pada payudara kanan).







Kedua telapak tangan diantara kedua payudara, urutlah dari atas sambil mengangkat kedua payudara dan lepaskan keduanya perlahan. Lakukan gerakan ini kurang lebih 30 kali.







Sangga payudara dengan satu tangan, sedangkan tangan lainnya mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah pangkal payudara ke arah puting susu. Lakuakan gerakan ini sekitar 30 kali.







Merangsang payudara dengan air hangat dan dingin secara bergantian.







Setelah itu usahakan menggunakan BH yang longgar atau khusus, yang dapat menopang payudara 12



Gambar cara perawatan payudara



13



BAB II TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN



I.



KONSEP ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS



A. Anamnesis Lengkap Pada langkah ini, kegiatan yang dilakukan adalah pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi klien secara lengkap. Data yang dikumpulkan antara lain: 1) Keluhan klien 2) Riwayat kesehatan klien 3) Pemeriksaan fisik secara lengkap sesuai dengan kebutuhan 4) Meninjau catatan terbaru atau tahun sebelumnya Meninjau data laboratorium. Pada langkah ini, dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Pada langkah ini bidan mengumpulkan data dasar awal secara lengkap. B. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Umum Pada ibu nifas pemeriksaan umum yang perlu dilakukan antara lain adalah  kesadaran penderita, keluhan yang terjadi setelah persalinan. Pemeriksaan Khusus Pemeriksaan khusus pada ibu nifas meliputi: 1.



Fisik                   : tekanan darah, nadi dan suhu



2.



Fundus uteri       :  tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.



3.



Payudara           :  puting susu, pembengkakan, pengeluaran ASI



4.



Patrun lochia     : Locia rubra, lochia sanginolenta, lochia serosa, lochia      alba 14



5.



Luka jahitan episiotomi  : Apakah baik atau terbuka, apakah ada tandatanda infeksi.



C. Pemeriksaan penunjang 1. Kondisi uterus: palpasi fundus, kontraksi, TFU. 2. Jumlah perdarahan: inspeksi perineum, laserasi, hematoma. 3. Pengeluaran lochea. 4. Kandung kemih: distensi bladder. 5. Tanda-tanda vital: Suhu 1 jam pertama setelah partus, TD dan Nadi terhadap penyimpangan cardiovaskuler. D. Diagnosis 1.



Nyeri akut berdasarkan agen injuri fisik (trauma jalan lahir, epiostomi)



2.



Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) berdasarkan trauma perineum dan saluran kemih.



3.



Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) berdasarkan kurangnya mobilisasi; diet yang tidak seimbang; trauma persalinan.



4.



Gangguan rasa nyaman (nyeri) berdasarkan peregangan perineum; luka episiotomi; involusi uteri; hemoroid; pembengkakan payudara.



5.



Gangguan pemenuhan ADL berdasarkan kelemahan; kelelahan post partum.



6.



Resiko defisit volume cairan berdasarkan pengeluaran yang berlebihan; perdarahan; diuresis; keringat berlebihan.



7.



Resiko infeksi berdasarkan trauma jalan lahir.



8.



Resiko gangguan proses parenting berdasarkan kurangnya pengetahuan tentang cara merawat bayi.



9.



Resiko infeksi berdasarkan episiotomi, laserasi jalan lahir, bantuan pertolongan persalinan. 15



E. Intervensi Pada post partum normal dengan bayi normal tidak ada penatalaksanaan khusus. Pemberian obat obatan hanya diberikan pada ibu yang melahirkan dengan penyulit, terutama pada ibu anemia dan resiko infeksi dengan pemberian anti biotic dan obat-obat roboransia seperti suplemen vitamin, demikian juga pada bayi obat-obatan biasanya diberikan untuk tindakan profolatif, misalnya vit K untuk mencegah perdarahan, antibiotik untuk mencegah infeksi. 1. Nyeri akut berdasarkan agen injuri fisik (trauma jalan lahir, epiostomi) a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi (PQRST) b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan c. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien d. Ajarkan tentang teknik non farmakologi e. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri f. Motivasi untuk meningkatkan asupan nutrisi yang bergizi. g. Tingkatkan istirahat h. Latih mobilisasi miring kanan miring kiri jika kondisi klien mulai membaik i. Kaji kontraksi uterus, proses involusi uteri. j. Anjurkan pasien untuk membasahi perineum dengan air hangat sebelum berkemih. k. Anjurkan dan latih pasien cara merawat payudara secara teratur. l. Jelaskan pada ibu tetang teknik merawat luka perineum dan mengganti PAD secara teratur setiap 3 kali sehari atau setiap kali lochea keluar banyak. m. Kolaborasi dokter tentang pemberian analgesik.



16



2. Resiko defisit volume cairan berdasarkan pengeluaran yang berlebihan; perdarahan; diuresis; keringat berlebihan. a. Obs Tanda-tanda vital setiap 4 jam. b. Obs Warna urine. c. Status umum setiap 8 jam. d. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat e. Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ), jika diperlukan f. Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian g. Lakukan terapi IV h. Dorong masukan oral i. Beritahu dokter bila: haluaran urine < 30 ml/jam, haus, takikardia, gelisah, TD di bawah rentang normal, urine gelap atau encer gelap. j. Konsultasi dokter bila manifestasi kelebihan cairan terjadi. k. Pantau: cairan masuk dan cairan keluar setiap 8 jam. 3. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) berdasarkan trauma perineum dan saluran kemih. a. Kaji haluaran urine, keluhan serta keteraturan pola berkemih. b. Anjurkan pasien melakukan ambulasi dini. c. Anjurkan pasien untuk membasahi perineum dengan air hangat sebelum berkemih. d. Anjurkan pasien untuk berkemih secara teratur. e. Anjurkan pasien untuk minum 2500-3000 ml/24 jam. f. Kolaborasi untuk melakukan kateterisasi bila pasien kesulitan berkemih. 4. Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) berdasarkan kurangnya mobilisasi; diet yang tidak seimbang; trauma persalinan. a. Kaji pola BAB, kesulitan BAB, warna, bau, konsistensi dan jumlah. b. Anjurkan ambulasi dini. c. Anjurkan pasien untuk minum banyak 2500-3000 ml/24 jam. 17



d. Kaji bising usus setiap 8 jam. e. Pantau berat badan setiap hari. f. Anjurkan pasien makan banyak serat seperti buah-buahan dan sayursayuran hijau. 5. Gangguan pemenuhan ADL (Activity Daily Living) berdasarkan kelemahan; kelelahan post partum. a. Kaji toleransi pasien terhadap aktifitas menggunakan parameter berikut: nadi 20/mnt di atas frek nadi istirahat, catat peningaktan TD, dispnea, nyeri dada, kelelahan berat, kelemahan, berkeringat, pusing atau pinsan. b. Tingkatkan



istirahat,



batasi



aktifitas



pada



dasar



nyeri/respon



hemodinamik, berikan aktifitas senggang yang tidak berat. c. Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktifitas contoh: penurunan kelemahan/kelelahan, TD stabil/frek nadi, peningaktan perhatian pada aktifitas dan perawatan diri. d. Dorong memajukan aktifitas/toleransi perawatan diri. e. Anjurkan keluarga untuk membantu pemenuhan kebutuhan ADL pasien. f. Jelaskan pola peningkatan bertahap dari aktifitas, contoh: posisi duduk ditempat tidur bila tidak pusing dan tidak ada nyeri, bangun dari tempat tidur, belajar berdiri. 6. Resiko infeksi berdasarka trauma jalan lahir. a. Pantau: vital sign, tanda infeksi. b. Kaji pengeluaran lochea, warna, bau dan jumlah. c. Kaji luka perineum, keadaan jahitan. d. Anjurkan pasien membasuh vulva setiap habis berkemih dengan cara yang benar dan mengganti PAD setiap 3 kali perhari atau setiap kali pengeluaran lochea banyak. e. Pertahnakan teknik septik aseptik dalam merawat pasien (merawat luka perineum, merawat payudara, merawat bayi).



18



7. Resiko gangguan proses parenting berdasarkan kurangnya pengetahuan tentang cara merawat bayi. a.



Beri kesempatan ibu untuk melakuakn perawatan bayi secara mandiri.



b.



Libatkan suami dalam perawatan bayi.



c.



Latih ibu untuk perawatan payudara secara mandiri dan teratur.



d.



Motivasi ibu untuk meningkatkan intake cairan dan diet TKTP.



e.



Lakukan rawat gabung sesegera mungkin bila tidak terdapat komplikasi pada ibu atau bayi.



19



DAFTAR PUSTAKA Maryunani, A. (2015) Asuhan Ibu Nifas dan Asuahan Ibu Menyusui. Bogor : Penerbit IN MEDIA-Anggota IKAPI Muthoharoh Husnul. Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny. “N” P2002 Hari Ke-3 Dengan Bendungan Asi Di Puskesmas Lamongan Tahun 2016. Suryani Irma. 2016. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan Bendungan Asi Di Ruang Vii (Nifas) Rsud Dr. Soekardjo Tasikmalaya. Prawirohardjo, Sarwono. (2011) Ilmu Kandungan. Jakarta: EGC



20