LP Nutrisi Pada Pasien Anemia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GANGGUAN PEMENUHAN NUTRISI DENGAN DIAGNOSA MEDIS ANEMIA GRAVIS DI RUANG PAVILIUN VIP DAN VVIP RS BHAYANGKARA



DISUSUN OLEH: BUDIANTO 2014901006



POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PROFESI NERS 2020



LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA GRAVIS A. PENGERTIAN Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin (Hb) atau sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan penurunan kapasitas sel darah merah dalam membawa oksigen (Badan POM, 2011) Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat.  Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan



sel



darah,



yang



mengakibatkan



penurunan



kapasitas



pengangkut oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan beragam penyebabnya (Marilyn E, Doenges, Jakarta, 2010). Disebut anemia gravis yang artinya berat dan nilai Hb di bawah 7 g/dl sehingga memerlukan tambahan umumnya melalui transfusi. B. ETIOLOGI Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya merupakan akibat dari beragam kondisi seperti: 1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah) 2. Perdarahan 3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker) 4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi  defisiensi besi, folic acid, piridoksin, vitamin C dan copper C. PATOFISIOLOGI Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum



(misalnya



berkurangnya



eritropoesis)



dapat



terjadi



akibat



kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau penyebab lain yang



belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi). (Smeltzer & Bare. 2010) Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa.  Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah.  Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera). Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia).  Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).  (Marilyn E, Doenges, 2010) Kesimpulan  mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia (Patrick Davay, 2009).



Pathway Anemia



Defisiensi nutrient



Hemolisis (Eritrosit mudah pecah)



Penekanan sumsum tulang (misalnya: kanker)



Perdarahan



Rusaknya mekanisme produksi sel darah merah Penurunan produksi sel-sel darah merah Kurang paparan informasi



ANEMIA



Mual



anoreksia Mual/muntah



Defisiensi pengetahuan



Berkurangnya Hb dalam darah



Intake nutrisi inadekuat



viskositas darah menurun resistensi aliran darah perifer



.



ketidakefektifan perfusi jaringan perifer



penurunan transport O2 ke jaringan hipoksia, pucat, lemah



Sumber : Marlyn E. Doenges, 2009, Smeltzer & Bare. 2010



Intoleransi aktivitas



Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari dari kebutuhan tubuh Keletihan



D. MANIFESTASI KLINIS Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus kerempeng), pica, serta perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata bawah). Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang.  Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung (Sjaifoellah, 2008). E. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih, kadar Fe, pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12, hitung trombosit, waktu perdarahan, waktu protrombin, dan waktu tromboplastin parsial.  2. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity serum 3. Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis serta sumber kehilangan darah kronis. F. PENATALAKSANAAN Tindakan umum: Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang    hilang. 1. Transpalasi   sel darahmerah. 2. Antibiotik diberikan untuk  mencegah infeksi. 3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah. 4. Menghindari



situasi



membutuhkan oksigen



kekurangan



oksigen



atau



aktivitas



yang



5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada. 6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau. Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang: 1. Anemia aplastik: a. Transplantasi sumsum tulang b. Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG) 2. Anemia pada penyakit ginjal a. Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat b. Ketersediaan eritropoetin rekombinan 3. Anemia pada penyakit kronis Kebanyakan pasien tidak memerlukan



penanganan



penanganan



kelainan



untuk



yang



menunjukkan aneminya,



mendasarinya,



gejala dan tidak



dengan besi



keberhasilan



sumsum



tulang



dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat. 4. Anemia pada defisiensi besi a. Dicari penyebab defisiensi besi b. Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat ferosus. 5. Anemia megaloblastik a. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM. b. Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi. c. Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.



DAFTAR PUSTAKA



Brunner & Suddarth. 2010. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC Carpenito, L.J. 2010. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6. Jakarta: EGC Marlyn E. Doenges, 2009. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC Patrick Davay, 2009, At A Glance Medicine, Jakarta, EMS Smeltzer & Bare. 2010. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta



A. Konsep Gangguan Kebutuhan Dasar 1. Definisi Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh (Alimul, 2006). Nutrisi adalah substansi organik dan non organik yang ditemukan dalam makanan dan dibutuhkan oleh tubuh agar dapat berfungsi dengan baik (Kozier dalam Mubarak, 2008). Gangguan nutrisi terjadi jika diet mengandung satu atau lebih nutrient dalam jumlah yang tidak tepat. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah intake nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik yang dibutuhkan oleh tubuh. Nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh adalah intake makanan melebihi kebutuhan metabolism tubuh (NANDA, 2015). 2. Etiologi a. Kekurangan nutrisi 1) Efek dari pengobatan 2) Mual / muntah 3) Gangguan intake makanan 4) Radiasi / kemoterapi 5) Penyakit kronis 6) Meningkatnya kebutuhan kalori dan kesulitan dalam mencerna kalori akibat penyakit infeksi atau kanker 7) Disfagia karena adanya kelainan persarafan 8) Penurunan absorbsi nutrisi akibat penyakit / intoleransi laktosa 9) Nafsu makan menurun b. Kelebihan nutrisi 1) Kelebihan intake 2) Gaya hidup 3) Psikologi untuk konsumsi tinggi kalori 4) Penurunan laju metabolik 5) Latihan/ aktivitas yang tidak adekuat 8



3. Patofisiologi dan Pathway Abnormalitas



saluran



gastrointestinal



bermacam-macam



dan



menunjukkan banyak patologi yang dapat mempengaruhi sistem organ lain: perdarahan, perforasi, obstruksi, inflamasi dan kanker. Lesi congenital, inflamasi, infeksi, traumatic dan neoplastik telah ditemukan pada setiap bagian dan pada setiap sisi sepanjang saluran gastrointestinal. Bagian dari penyakit organik dimana saluran gastrointestinal dicurigai, terdapat banyak faktor ekstrinsik yang menimbulkan gejala. Stress dan ansietas sering menjadi keluhan utama berupa indigesti, anoreksia / gangguan motorik usus, kadang-kadang menimbulkan konstipasi / diare. Selain itu status kesehatan mental, faktor fisik: seperti kelelahan dan ketidakseimbangan / perubahan masukan diet yang tiba-tiba dapat mempengaruhi saluran gastrointestinal sehingga menyebabkan perubahan nutrisi. Pathway Pola makan tidak teratur, obat-obatan, nikotin dan alkohol, Stress Berkurangnya pemasukan makanan Kekosongan lambung Erosi pada lambung (gesekan dinding lambung) Produksi HCL Meningkatkan Asam lambung Reflek muntah Intake makanan tidak adekuat Kekurangan nutrisi



9



4. Manifestasi Klinik a. Nyeri abdomen dengan atau tanpa penyakit b. Merasakan ketidak mampuan c. Melaporkan perubahan sensasi rasa d. Melaporkan kurangnya makan e. Merasa kenyang segera setelah mengingesti makanan f. Tidak tertarik untuk makan g. Berat badan 20% atau lebih di bawah berat badan ideal h. Nafsu makan menurun i. Tonus otot menurun j. Kesalahan informasi k. Perut terasa kembung l. Sukar menelan m. Mual muntah n. Berkurangnya indera pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap cita rasa manis, asin, asam, dan pahit o. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun p. Gerakan usus atau gerak peristaltik hiperaktif dan biasanya menimbulkan konstipasi. q. Kurang makanan r. Sariawan rongga mulut s. Kelemahan otot penyunyah 5. Penatalaksanaan a. Medis (Farmakologi) 1) Nutrisi enteral Metode pemberian makanan alternative untuk memastikan kecukupan



nutrisi



meliputi



metode



enteral



(melalui



system



pencernaan). Nutrisi enteral juga disebut sebagai nutrisi enteral total (TEN) diberikan apabila klien tidak mampu menelan makanan atau mengalami gangguan pada saluran pencernaan atas dan transport makanan ke usus halus terganggu. Pemberian makanan lewat enteral 10



diberikan melalui slang nasogastrik dan slang pemberian makan berukuran kecil atau melalui slang gastrostomi atau yeyunostomi. 2) Nutrisi parenteral Nutrisi parenteral (PN), juga disebut sebagai nutrisi parenteral total (TPN) atau hiperalimentasi intravena (IVH), diberikan jika saluran gastrointestinal tidak berfungsi karena terdapat gangguan dalam kontinuitas fungsinya atau karena kemampuan penyerapannya terganggu. Nutrisi parenteral diberikan secara intravena seperti melalui kateter vena sentral ke vena kava superior. Makanan parenteral adalah larutan dekstrosa, air, lemak, protein, elektrolit, vitamin, dan unsure renik, semuanya ini memberikan semua kalori yang dibutuhkan. Karena larutan TPN bersifat hipertonik larutan hanya dimasukkan ke vena sentral yang beraliran tinggi, tempat larutan dilarutkan oleh darah klien. (Kozier, 2011) b. Keperawatan (Non-Farmakologi) 3) Menstimulasi nafsu makan a) Berikan makanan yang sudah dikenal yang memang disukai klien yang disesuaikan dengan kondisi klien b) Pilih porsi sedikit sehingga tidak menurunkan nafsu makan klien yang anoreksik c) Hindari terapi yang tidak menyenangkan atau tidak nyaman sesaat sebelum atau setelah makan d) Berikan lingkungan rapi dan bersih yang bebas dari penglihatan dan bau yang tidak enak. Balutan kotor, pispot yang telah dipakai, set irigasi yang tidak tertutup atau bahkan piring yang sudah dipakai dapat memberikan pengaruh negative pada nafsu makan e) Redakan gejala penyakit yang menekan nafsu makan sebelum waktu makan; istirahat bila mengalami keletihan f) Kurangi stress psikologi 11



g) Berikan oral hygiene sebelum makan 4) Membantu klien makan 5) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan diet sesuai dengan kondisi (Kozier, 2011) 6. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan yang biasa dilakukan untuk mengetahui adanya perubahan nutrisi adalah sebagai berikut : a. Kadar total limfosit b. Albumin serum c. Zat besi d. Transferin serum e. Kreatinin f. Hemoglobin g. Hematokrit h. Keseimbangan nitrogen i. Tes antigen kulit Hasil pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan resiko status nutrisi buruk meliputi penurunan hemoglobin dan hematokrit, penurunan nilai limfosit, penurunan albumin serum < 3.5 gr/dl, dan peningkatan/ penurunan kadar kolesterol (Mubarak, 2008). 7. Komplikasi a. Malnutrisi Kekurangan zat makanan (nutrisi) ataupun kelebihan (nutrisi) b. Obesitas Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai lebih dari 20% berat badan normal. Status nutrisinya adalah melebihi kebutuhan metabolism karena kelebihan asupan kalori dan penurunan dalam pengguanaan kalori.



12



c. Hipertensi Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh berbagai masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti penyebab dari adanya obesitas, serta asupan kalsium, natrium, dan gaya hidup yang berlebihan. d. Penyakit jantung koroner Merupakan gangguan nutrisi yangs sering disebabkan oleh adanya peningkatan kolesterol darah dan merokok. Saat ini, gangguan ini sering dialami karena adanya perilaku atau gaya hidup yang tidak sehat, obesitas, dan lain-lain. e. Kanker Kanker merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan oleh pengonsumsian lemak secara berlebihan. f. Anoreksia nervosa Merupakan



penurunan



berat



badan



secara



mendadak



dan



berkepanjangan, ditandai dengan adanya konstipasi, pembengkakan badan, nyeri abdomen, kedinginan, letargi, dan kelebihan energi. B. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a. Komponen pengkajian nutrisi: Data skrining Antropometri       Tinggi badan



Biokimia



Clinical



Diet



Data tambahan      Lipatan trisep



      Berat badan



     LILA



      Berat badan ideal



     Lingkar otot lengan tengah



      Indeks massa tubuh       Hemoglobin



     Lingkar lengan tengah      Kadar transferin serum



      Albumin serum



     Nitrogen urea kemih



      Hitung limfosit total       Kulit



     Ekskresi kreatinin kemih      Analisis rambut



      Rambut dan kuku



     Neurologi



      Membran mukosa       Porsi makan dalam 24 jam



     Riwayat diet 13



      Frekuensi makan Environment       Lingkungan Fatique       Tingkat aktivitas



     Penyakit tertentu yang berhubungan dengan aktivitas



b. Riwayat keperawatan 1) Usia, jenis kelamin, dan tingkat aktivitas 2) Kesulitan makan (gangguan mengunyah atau menelan) 3) Perubahan nafsu makan 4) Perubahan berat badan 5) Ketidakmampuan fisik 6) Kepercayaan budaya dan agama yang mempengaruhi dalam pemilihan makanan 7) Status kesehatan umum dan kondisi medis 8) Riwayat pengobatan c. Pemeriksaan fisik Pengkajian tidak hanya berfokus pada jaringan yang berproliferasi secara cepat seperti kulit, rambut, kuku, mata, dan mukosa tetapi juga meliputi tinjauan sistematis yang dapat dibandingkan dengan setiap pemeriksaan fisik yang rutin. Tanda Klinis malnutrisi : Area pemeriksaan Tanda- tanda Penampilan umum Apatis, tidak bersemangat, lelah, mudah letih BB Berlebih/ kurang Kulit Kering, berlapis, bersisik, pucat/ berpigmen, ada Kuku Rambut Mata



petekie/ memar, lemak subkutan kurang Rapuh, pucat, melengkung, bentuk seperti sendok Kering, kusam, jarang, warna memudar, rapuh Konjungtiva pucat/merah,, kering, kornea lunak,



Bibir



kornea berawan Bengkak, pecah berwarna merah di pinggir mulut, fisura vertical 14



Lidah Gusi Otot Sistem



Bengkak, berwarna merah, penampakan halus Berspons, bengkak, mudah berdarah, meradang Lemah, mengecil Anoreksia, tidak mampu mencerna, diare,



gastrointestinal Saraf



konstipasi, pembesaran hati Penurunan refleks, kehilangan sensorik, rasa terbakar, kesemutan di tangan dan kaki, iritabilitas



d. Riwayat diet Mencakup data mengenai pola dan kebiasaan makan klien yang biasa; pilihan makanan, alergi, dan intoleransi; frekuensi, jenis, dan kuantitas makanan yang dikonsumsi; dan factor social, ekonomi, etnis atau agama yang mempengaruhi nutrisi. 2. Diagnosa Keperawatan a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d.:  Kesulitan untuk mencerna makanan  Kesulitan untuk menelan makanan  Anoreksia, muntah  Ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien  Depresi, stress, isolasi social  Peningkatan kebutuhan protein dan vitamin untuk penyembuhan luka dan penurunan asupan sekunder akibat: pembedahan, medikasi ( mis. kemoterapi), terapi radiasi, rekontruksi bedah mulut, kawat rahang  Penurunan asupan oral, ketidaknyamanan mulut, akibat : terapi radiasi, kemoterapi, tonsilektomi b. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d.:  Perubahan pola kepuasan makan  Penurunan indera pengecapan dan penciuman  Obat-obatan (kortikosteroid, antihistamin, estrogen)  Penurunan pola aktivitas, penurunan kebutuhan metabolic  Kurang pengetahuan terhadap nutrisi dasar  Pola makan disfungsional 15



 Peningkatan nafsu makan  Pemilihan makanan yang tidak memenuhi kebutuhan sehari-hari



16



3. Perencanaan Keperatawatan No 1



Diagnosa Keperawatan Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh



Tujuan



Kriteria Hasil



Intervensi



Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Pasien dapat menunjukkan peningkatan pemenuhan kebutuhan nutrisi.



 Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan.  Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan .  Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi.  Tidak ada tandatanda malnutrisi.  Menunjukan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan.  Tidak terjadi penurunan BB yang berarti.



Mandiri :  Timbang BB setiap hari  Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat  Berikan kondisi yang relaks saat menyajikan makanan  Ajarkan atau bantu individu untuk beristirahat sebelum makan  Pertahankan kebersihan mulut yang baik sebelum dan sesudah makan  Berikan makan dalam porsi kecil namun sering  Instruksikan individu yang mengalami penurunan nafsu makan untuk :  Makan makanan kering (crakers) saat bangun tidur  Makan makanan asin bila tidak ada pantangan  Hindari makanan yang terlalu manis  Makan kapan saja bila dapat ditoleransi  Pada kondisi menurunnya nafsu makan, batasi asupan cairan saat makan dan hindari mengonsumsi cairan satu jam sebelum dan sesudah makan.



11



Kolaborasi :  Konsulkan kebutuhan kalori harian yang realistis dan adekuat pada ahli gizi  Berikan suplemen makanan  Beri makanan tinggi kalori dan tinggi protein  Enteral. Pemberian makanan melalui selang nasogastrik (NGT)  Nutrisi parenteral total (TPN), menggunakan larutan hiperosmolar. 2



Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh



Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien dapat menunjukkan pemenuhan kebutuhan nutrisi adekuat.



 Peningkatan aktivitas dengan penurunan BB  Mengidentifikasi pola makan yang menunjang penambahan BB  Penurunan BB  Lipatan otot triseps  BB ideal  Menahan diri untuk tidak makan banyak dalam satu waktu tertentu  Masukan adekuat tapi tidak berlebihan, cukup kalori, lemak, protein,



Mandiri :  Observasi aktivitas klien  Tentukan faktor penyebab peningkatan BB  Timbang BB klien  Tentukan keinginan dan motivasi klien untuk mengurangi BB  Bantu klien untuk menentukan pola makan tentang apa, kapan, dan di mana pasien makan.  Berikan informasi yang sesuai tentang kebutuhan nutrisi adekuat dan bagaimana dapat memenuhi kebutuhan tersebut.  Anjurkan klien untuk mengikuti diet yang terdiri dari karbohidrat kompleks dan protein, dan hindari gula, makanan cepat saji, kafein atau minuman ringan.  Ajarkan pemilihan makanan yang sesuai.  Bantu pengurangan BB:  Bantu pasien untuk mengidentifikasi motivasi untuk makan dan isyarat internal dan eksternal yang dikaitkan dengan makan



12



karbohidrat, vitamin, mineral, besi, dan kalsium



 Tentukan dengan klien tentang jumlah penurunan BB yang diinginkan  Bantu dengan menyesuaikan diet terhadap gaya hidup dan tingkat aktivitas  Rencanakan program latihan , pertimbangkan aktivitas klienyang dibatasi  Susun rencana yang realistis dengan klien untuk memasukkan pengurangan asupan makanan dan peningkatan penggunaan energy  Ajarkan teknik modifikasi perilaku untuk mengurangi asupan kalori :  Jangan makan pada saat melakukan kegiatan  Minum segelas air sesaat sebelum makan  Kurangi porsi makanan tambahan, makanan berlemak, makanan manis, dan alcohol.  Siapkan makanan dalam porsi kecil cukup untuk satu kali makan  Makan dengan perlahan dan kunyah makanan hingga sempurna Kolaborasi :  Diskusikan dengan ahli gizi, program penurunan BB yang meliputi pengelolaan diet dan pengeluaran energi



13



4. Evaluasi a. Menunjukkan peningkatan Berat Badan b. Menunjukkan perilaku untuk meningkatkan dan atau mempertahankan Berat Badan c. Membuat pilihan diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi



20



DAFTAR PUSTAKA



Andarmoyo, S. 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Arruzz. Asmadi. 2009. Tehnik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika. Bulechek, Gloria M, dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) 6th Edition Edisi Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Mocomedia Hidayat, A.A. 2008. Pengantar Konsep Kebutuhan Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Herlman, T. Heather. 2012. NANDA International Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC. Johnson, Marion, dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) 5th Edition Pengukuran Outcomes Kesehatan Edisi Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Mocomedia. Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC Edisi Revisi. Yogyakarta: Mediaction Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta.



21