LP Omi Revisi Done [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA Tn. S DENGAN OMI ANTEROSEPTAL DIRUANG ICCU RSUD DR. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN



Oleh: 1. Desi Listiyani



(D2017016)



2. Desy Ratna Puspita Sari



(D2017017)



3. Devi Novitasari Hadi Utama



(D2017018)



4. Dodik Widyantoro



(D2017020)



5. Dian Widyaloka Wijayanti



(D2017099)



PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH SURAKARTA 2018



1. Pengertian Infark miokardium merupakan penyakit yang terjadi pada system kardiovaskuler, menurut Brunner & Sudarth, (2002) terjadi kerusakan pada jaringan jantung, sedangkan menurut Muttaqin (2009) tidak adekuatnya pasokan darah karena sumbatan, dan menurut Hudak & Gallo, (2005) terjadi sumbatan pada arteri koroner. Old miocard infark terjadi karena adanya sumbatan karena plak pada aliran darah kejaringan otot jantung yang telah kronis sehingga mempengaruhi kerja otot jantung. Aterosklerotik adalah suatu penyakit pada arteri-arteri besar dan sedang dimana lesi lemak yang disebut plak ateromatosa timbul pada permukaan dalam dinding arteri. Sehingga mempersempit bahkan menyumbat suplai aliran darah ke arteri bagiuan distal (Hudak & Gallo; 2005). 2. Etiologi Faktor resiko yang menjadi pencetus terjadinya old infak miokard old adalah : a.



Faktor yang dapat diubah : 1) Merokok 2) Hipertensi 3) Hiperlipidiea 4) Obesitas 5) Hiperkolestrolimia 6) Pola makan tinggi lemak dan kalori 7) Stress 8) Emosional, agresif dan ambivalen 9) Inaktifitas fisik



b. Faktor yang tidak dapat dirubah : 1) Hereditas atau keturunan 2) Usia lebih dari 40 tahun 3) Ras, insiden lebih tinggi pada orang yang berkulit hitam sering terjadi pada wanita



Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Udjianti (2010) Penyebab dari infark miocard antara lain adalah: 1) Coronary Arteri Disease: 2) Coronary Arteri Emboli: 3) Kelainan congenital. 4) Ketidak seimbangan suplai oksigen dan kebutuhan miocard. 5) Gangguan hematologi. 3. Patofisiologi Menurut



pendapat



yang



dikemukakan



oleh



(Rilantono,



2004).Patofisiologi Infark miocard yang mengenai endokardium sampai epikardium disebut infark transmural, namun bisa juga hanya mengenai daerah subendokardial. Setelah 20 menit terjadi sumbatan, infark sudah dapat terjadi pada subendokardium, dan bila berlanjut terus rata-rata 4 jam telah terjadi infark transmural. Hal ini kadang-kadang belum selesai karena daerah infark masih dalam bahaya bila proses iskemia masih berlanjut. Bila arteri left anterior descending yang oklusi, infark mengenai dinding anterior ventrikel kiri dan bisa mengenai septum. Bila arteri left circumplex yang oklusi, infark mengenai dinding lateral atau posterior dari ventrikel kiri. Bila arteri koroner kanan yang oklusi, infark terutama mengenai dinding inferior dari ventrikel kiri tetapi bisa juga septum dan ventrikel kanan. Oklusi arteri koronaria bisa juag tidak sampai menimbulkan infark bila daerah yang diperdarahi arteri yang oklusi tersebut mendapat pasok oleh kolateral pembuluh arteri lainnya. 4. Klasifikasi Berdasarkan



anamnesis,



pemeriksaan



fisik,



pemeriksaan



elektrokardiogram (EKG), dan pemeriksaan marka jantung, Sindrom Koroner dibagi menjadi: 1. Infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI: ST segment elevation myocardial infarction)



2. Infark miokard dengan non elevasi segmen ST (NSTEMI: non ST segment elevation myocardial infarction) 3. Angina Pektoris tidak stabil (UAP: unstable angina pectoris) Infark



miokard



dengan



elevasi



segmen



ST



aku



(STEMI )merupakan indikator kejadian oklusi total pembuluh darah arteri koroner. Keadaan ini memerlukan tindakan revaskularisasi untuk mengembalikan aliran darah dan reperfusi miokard secepatnya; secara medikamentosa menggunakan agen fibrinolitik atau secara mekanis, intervensi koroner perkutan primer. Diagnosis STEMI ditegakkan jika terdapat keluhan angina pektoris akut disertai elevasi segmen ST yang persisten di dua sadapan yang bersebelahan. Inisiasi tatalaksana revaskularisasi tidak memerlukan menunggu hasil peningkatan marka jangan terulang. Diagnosis NSTEMI dan angina pektoris tidak stabil ditegakkan jika terdapat keluhan angina pektoris akut tanpa elevasi segmen ST yang persisten di dua sadapan yang bersebelahan. Rekaman EKG saat presentasi dapat berupadepresi segmen ST, inversi gelombang T, gelombang T yang datar, gelombang pseudo-normalization, atau bahkan tanpa perubahan. Sedangkan Angina Pektoris tidak stabil dan NSTEMI dibedakan berdasarkan kejadian infark miokard yang ditandai dengan peningkatan marka jantung. Marka jantung yang lazim digunakan adalah Troponin I/T atau CK-MB. Bila hasil pemeriksaan biokimia marka jantung terjadi peningkatan bermakna, maka diagnosis menjadi Infark Miokard Akut Segmen ST Non Elevasi (Non ST-Elevation Myocardial Infarction NSTEMI).



Pada Angina Pektoris tidak stabil marka jantung tidak



meningkat secara bermakna. Pada sindroma koronerakut, nilai ambang untuk peningkatan CK-MB yang abnormal adalah beberapa unit melebihi nilai normal atas (upper limits of normal, ULN). Jika pemeriksaan EKG awal tidak menunjukkan kelainan (normal) atau menunjukkan kelainan yang nondiagnostik



sementara



angina



masih



berlangsung,



maka



pemeriksaan diulang 10-20 menit kemudian. Jika ulangan EKG tetap



menunjukkan gambaran nondiagnostik sementara keluhan anginasangat sugestif SKA, maka pasien dipantau selama 12-24 jam. EKG diulang tiap 6 jam dan setiap terjadi angina berulang. 5. Manifestasi klinis Manifestasi klinik, pada infark miokard dikenal istilah TRIAS, yaitu: a. Nyeri hebat pada dada kiri menyebar kebahu kiri, leher kiri dan lengan atas kiri, nyeri terjadi hinggga dengan durasi waktu 30 menit sampai bebrapa jam, sifatnya seperti tertusuk- tusuk. b. Takikarrdi c. Keringat banyak.kadang mual dan muntah disertai nyeri hebat dan refleks vasosegal yang disalurkan dari area kerusakan miokard ke tarkus gastro intestinal d. Dispnea e. Laboratorium abnormal (Pemeriksaan enzim jantung) : 1)CPKMB/CPK (Creatinin Kinase-MB/Creatinin Phospokinase). 2)LDH/HBDH (Lactate Dehydrogenase). 3)AST/SGOT (Serum Glutamic Oxalo Transaminase). f. Abnormal pada pemeriksaan EKG. 6. Komplikasi Komplikasi Ada beberapa macam komplikasi dari infark miocard menurut Rilantono (2004), antara lain: a. Aritmia. b. Renjatan kardiogenik. c. Gagal jantung kiri. d. Gagak ventrikel kanan. e. Emboli paru dan infark paru. f. Emboli arteri sistemik. g. Sumbatan pembuluh darah otak. h. Rupture jantung. i. Disfungsi dan rupture muskulus papilaris. 7. Penatalaksanaan Penatalaksanaan menurut (Smeltzer, S.C. & Bare, B.G, 2002) antara lain :



a. Rawat ICU/ICCU, puasa 8 jam. b. Tirah baring, posisi semi fowler. c. Monitor EKG. d. Infus D5% 10 – 12 tetes/ menit. e. Oksigen 2 – 4 lt/menit. f. Analgesik : morphin 5 mg atau petidin 25 – 50 mg. b. Obat sedatif : diazepam 2 – 5 mg . c. Antikoagulan : heparin tiap 4 – 6 jam /infus. d. Diet rendah kalori dan mudah dicerna. e. Psikoterapi untuk mengurangi cemas. 8. Pengobatan a. Vasodilatator Vasodilatator pilihan untuk mengurangi rasa nyeri jantung adalah nitrogliserin baik diberikan secara intravena maupun sublingual, efek sampingnya yaitu mengurangi preload, beban kerja jantung dan afer load. b. Antikogulan Heparin adalah antikogulan yang dipilih utama berkerja memperkerja waktu



pembekuan



darah,



sehngga



mencegah



trombotik



dan



memeperkecil penyumbatan dan meluaskan infak c. Analgetik Pemberianya dibatasi hanya untuk pasien yang tidak efektif dengan pemberian nitrat antikogulan, analgetik [pilihan adalah morvin sulfat secara intravena. 9. Diaknosa keperawatan a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan cairan dalam intersitial b. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Injury Biologis c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik



10. Rencana kepearwatan a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan cairan dalam intersitial Tujuan : pola nafas pasien membaik kriteria hasil : 1) Tidak sesak nafas 2) Tidak ada ronchi 3) SP02 100 % 4) Tanda-tanda vital dalam batas normal : 5) Tidak edema di kaki 6) Tidak ada sianosis pada bibir rencana kegiatan : 1) Monitor TTV setiap 2 jam 2) Observasi tanda-tanda hipoventilasi 3) Posisikan pasien semi fowler untuk memaksimalkan ventilasi 4) Beri terapi oksigen 3lpm nasal canul 5) Balance cairan 6) Beri Diuretik 7) Beri Antibiotik 8) Penkes membatasi minum pasien dan batasi pengunjung 9) Kolaborasi dengan dokter pemberian terapi obat b.



Nyeri akut berhubungan dengan agen biologis : iskemik miokard. Tujuan : nyeri pasien berkurang kriteria hasil: 1) Nyeri berkurang dari 5 menjadi 3 2) TTV dalam batas normal 3) Pasien rileks 4) Nyeri dada hilang 5) Akral hangat 6) Tidak ada sianosis



Rencana kegiatan : 1) Pantau TTV pasien 2) Kaji skala nyeri pasien 3) Posisikan semi fowler 4) Berikan oksigen 5) Anjurkan teknik relaksasi nafas dalam 6) Berikan penjelasan tentang nyeri yang dirasakan pasien 7) Kolaborasikan dengan dokter dalam pemberian obat c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik Tujuan : meningkatkan pasien aktifitas secara mandiri Kriteria Hasil : 1) Skore ADL meningkat 2) Kekuatan otot menjadi 5 3) TTV dalam batas normal 4)



Pasien tidak lemas



5)



SP02 100%



Rencana kegiatan 1) Pantau TTV pasien 2) Berikan oksigen 3lpm 3) Batasi pengunjung 4) Berikan posisi nyaman 5) Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien 6) Anjurkan pasien istirahat bila terjadi kelelahan dan kelemahan serta dorong pasien melakukan aktifitas sederhana 7) Anjurkan pasien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan/kondisi pasien



DAFTAR PUSTAKA



Arief,.Mansjoer,dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Ed. 3. Jakarta: Media Aesculapius FKUI. Blanchard, Janelle F and Donna A. Murnaghan. (2010). Nursing Patients With Acute Chest Pain: Practice Guided By The Prince Edward Island Conceptual Model For Nursing. Nurse Education In Practice. Emergency Room Nurse, Charlottetown, Prince Edward Island, Canada b School of Nursing, University of Prince Edward Island, Charlottetown, Prince Edward Island, Canada. Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku saku Patofisiologi. Jakarta: EGC. Diagnosa NANDA (NIC & NOC. 2009.) Disertai Dengan Dischange Planning. 2007-2008. Jakarta: EGC. Galdeano, Luzia Elaine and Rosana (2012). Deficient Knowledge Nursing Diagnosis: Identifying The Learning Needs Of Patients With Cardiac Disease. International Journal Of Terminologies And Classifications. Proquest Research Library. Diakses pada 25 Oktober 2012 dari Asuhan Keperawatan Pada Ny. D Dengan Old Miokard Infark (Omi) Di Ruang Intensive Care Unit – Intensive Coronary Care Unit Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen (Meiftasari Fitri Utami) 16 Guyton, Arthur C., dkk. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta: EGC. Hudak & Gallo, 2005. Keperawatan Kritis, edisi VI. Jakarta: EGC. Hudak & Gallo, 2012. Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan Holistic Vol 1. Jakarta: EGC. Jamal, S., 2004. Penyebab Utama Kematian di Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI.



Jakarta.



Diakses



pada



19



Oktober



2010



dari



http://www.scribd.com/doc/20951715. Julia A, McAvoy. (2001.). Teaching Guide, Cardiac Pain: Discover The Unexpected. Journal Nursing Management. ProQuest Researce



Library pg 27. Staff Development Special. Diakses pada 18 Oktober 2012 dari http://www.proquest.com/doc. Julian, Desmond, G dkk. 2005. Cardooligy Eighth Edition. Philadelpia: Saunders From Elsevier’s Health Science Right Departement In Philadephia: USA. Kasuari.



2002.



Asuhan



Keperawatan



Sistem



Pencernaan



dan



Kardiovaskuler Dengan Pendekatan Patofisiology, Magelang : Poltekes Semarang PSIK. Meyer, Thomas and dkk.1998. Superiority Of Combined CK-MB and Troponin I Measurements For The Early Risk Stratification Of Unselected Patients Presenting With Acute Chest Pain. Journal Coronary Care:. Departement Of Cardilogy And Clinincal Chemistry. University Of Gottingen: Germany. Diakses pada 18 Oktober 2012 dari http://www.proquest.com/doc. Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuham Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika. Nursing Interventions Classification (NIC). 1995. Members Of The Iowa Intervention Project Research Team, 1995. St. Louis. Mosby. Nur, Desta. 2007. Perbedaan Etiologi Gagal Jantung Kongesti Pada Usia Lanjut Dengan Usia Dewasa Di Rumah Sakit Dr. Kariadi January-Desember 2006. Karya Tulis Ilmiah. Semarang. Price, A. Sylvia. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.Jakarta: EGC. Rilantono, Lily Ismudiati. 2004. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: Gaya Baru. Simpson, lain dkk. 2006. Lecture notes: Kardiologi . Jakarta: Erlangga. Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. 2002. Brunner and Suddarth’s Asuhan Keperawatan Jakarta: Salemba Medika