LP Peb [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN PRE EKLAMASI BERAT A. PENGERTIAN Preeklamsia adalah kelainan multiorgan spesifik pada kehamilan yang ditandai dengan adanya hipertensi, edema dan proteinuria tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, adapun gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 20 minggu (Obgynacea, 2019) Menurut Wiknjosastro (2018) preeklamsia dibagi menjadi 2 yaitu : a. Preeklamsia ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut : a) Tekanan darah 140/90mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring terlentang b) Edema umum, kaki, jari tangan dan muka serta kenaikkan berat badan 1kg atau lebih setiap minggunya b. Preeklamsia berat a) Tekanan darah 160/100 mmHg atau lebih b) Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam c) Adanya gangguan serebal, gangguan visus, dan rasa nyeri pada epigastrium d) Terdapat edema paru atau sianosis B. ETIOLOGI Menurut Bobak (2018) preeklamsia umumnya terjadi pada kehamilan pertama, kehamilan diusia remaja dan kehamilan wanita diatas 40th, namun ada beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya preeklamsia, faktor tersebut adalah : a. Riwayat tekanan darah tinggi yang kronis sebelum kehamilan b. Kegemukan c. Riwayat kencing manis, kelainan ginjal, lupus atau rematoid arthritis d. Gangguan aliran darah ke Rahim e. Gizi Buruk f. Kehamilan Kembar C. TANDA DAN GEJALA a. Hipertensi b. Proteinuria c. Sakit Kepala terus menerus d. Nyeri perut kanan atas e. Sesak nafas f. Mual dan Muntah g. Edema h. Berat Badan naik secara tiba-tiba D. PATOFISIOLOGI Pada preeklamasi terdapat penurunan aliran darah. Perubahan ini menyebabkan prostaglandin plasenta menurun dan mengakibatkan iskemia uterus. Keadaan iskemia pada uterus merangsang pelepasan bahan tropoblastik yaitu akibat hiperoksidase lemak dan pelepasan renin



uterus. Bahan tropoblastik berperan dalam proses terjadinya endotheliosis yang menyababkan pelepasan tromboplastin. tromboplastin yang di lepaskan mengakibatakan pelepasan tomboksan dan aktivitas agregasi trombosit deposisi fibrin. Pelepasan tromboksan akan menyebabkan terjadi vasospasme sedangkan aktivasi trombosit deposisi fibrin akan menyebabkan koagulasi intravaskuler yang mengakibatkan perfusi darah menurun dan konsumstif koagulapati. Koagulapati mengakibatkan trombosit danfaktor-faktor pembekuan darah menurun dan menyebabkan faal hemostasis. Renin uterus yang di keluarkan akan mengalir bersama darah sampai organ hati dan bersama-sama angiotensinogen menjadi angiotensi I dan selanjutnya menjadi angiotnsi II . Angiotensi II bersama tromboksan akan menyebabkan terjadinya vasospasme. Vasospasme menyebabkan lumen arteriol menyempit. Lumen arteriol yang menyempit menyebabkan lumen hanya dapat dilewati oleh satu sel darah merah. Tekanan perifer akan meningkat agar oksigen mencukupi kebutuhan sehingga menyebabkan terjadinya hipertensi. Selain menyebabkan vasospasme, angiotensi II akan merangsang glandula suprarenal untuk mengeluarkan aldosterone. Vasospasme bersama koagulasi intravascular akan menyebabkan gangguan perifer darah dan gangguan multi organ.



E. PATHWAY Pathway ( Teori ) Kehamilan tua Pre eklamasi/impeding eklamasi/eklamasia Vasokontriksi meningkat, Vaso dilator menurun TD meningkat, protein urin, transudasi Kejang atau penurunan kesadaran Terminasi Kehamilan



Pervaginam



SC



Dialisis menurun



Sistem kardiovaskuler



Oliguria



Kehilangan darah dan cairan



Edema



Perdarahan Ekstra/interna



Resiko injuri



Gangguan keseimbangan cairan



Sistem Saraf Luka Op Imobilisasi



Nyeri



Ansietas



PATHWAY Pasien Ny.N 35 Thn Kehamilan 36 mg Pre eklamasi ( TD : 170/100) Keluar bercak darah



Penaikan vena



SC



Kecemasan ibu terhadap keselamatan janin



Akumulasi cairan



Luka OP



Edema ekstermitas



Nyeri



Gg Vol Cairan



Gg. Mobilitas fisik



F. KOMPLIKASI Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan pre eklamsia tergantung pada derajat pre eklamsia yang dialami. Namun yang termasuk komplikasi preeklamsia antara lain: a. Komplikasi pada ibu a) Tekanan darah meningkat dan dapat menyebabkan perdarahan otak dan gagal jantung mendadak yang berakibat pada kematian ibu b) Solutio plasenta , solusio plasenta adalah komplikasi kehamilan di mana plasenta terlepas dari dinding rahim bagian dalam sebelum proses persalinan. Lepasnya plasenta ini dapat menyebabkan pasokan nutrisi dan oksigen pada bayi dapat menurun atau terhambat. c) Gangguan fungsi ginjal: oligo sampai anuria d) Perdarahan atau ablasio retina yang dapat menyebabkan kehilangan penglihatan untuk sementara e) Aspirasi dan edema paru-paru yang dapat mengganggu pernafasan b. Komplikasi pada janin a) Hipoksia karena solustio plasenta b) Terhambatnya pertumbuhan janin dalam uterus sehingga terjadi peningkatan angka morbiditas dan mortalitas perinatal. c) Lahir prematur G. PENATALAKSANAAN Prinsip penatalaksanaan preeklampsia adalah sebagai berikut : a. Melindungi ibu dari efek peningkatan tekanan darah b. Mencegah progresifitas penyakit menjadi eklampsia c. Mengatasi dan menurunkan komplikasi pada janin d. Terminasi kehamilan dengan cara yang paling aman H. PEMERIKSAAN PENUNJANG a. Laboratorium : Protein urine dengan kateter ( Biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt ), Kadar Hematokrit menurun, BJ urine meningkat , Serum kreatinin meningkat, uric acid biasanya >7mg/100 ml b. USG : Untuk mengetahui keadaan janin c. NST : Untuk mengetahui kesejahteraan janin I. KONSEP ASUHANKEPERAWATAN a. Pengkajian a) Data Subjektif I Umur biasanya sering terjadi pada primigravida , < 20 tahun atau > 35 tahun II Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tekanan darah, adanya edema, pusing, nyeri epigastrium, mual, muntah, penglihatan kabur, pertambahan berat badan yang berlebihan



yaitu naik > 1 kg/minggu, pembengkakan ditungkai, muka, dan bagian tubuh lainnya, dan urin keruh dan atau sedikit (pada pre eklamsia berat < 400 ml/24 jam). III Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial,hipertensi kronik, DM IV Riwayat kehamilan: riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya V Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan VI Psikososial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan,oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya VII Pola Aktivitas  Aktivitas Gejala : Biasanya pada pre eklamsi terjadi kelemahan, penambahan berat badan atau penurunan BB, reflek fisiologis +/+, reflek patologis -/-. Tanda : Pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka  Sirkulasi Gejala : Biasanya terjadi penurunan oksegen  Abdomen Gejala : Inspeksi : Biasanya Perut membuncit sesuai usia kehamilan aterm, apakah adanya sikatrik bekas operasi atau tidak ( - ) Palpasi : Leopold I : Biasanya teraba fundus uteri 3 jari di bawah proc. Xyphoideus teraba massa besar, lunak, noduler Leopold II : Teraba tahanan terbesar di sebelah kiri, bagian – bagian kecil janin di sebelah kanan. Leopold III :Biasanya teraba masa keras, terfiksir Leopold IV : Biasanya pada bagian terbawah janin telah masuk pintu atas panggul Auskultasi : Biasanya terdengar BJA 142 x/1’ regular  Eliminasi Gejala : Biasanya proteinuria + ≥ 5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes celup, oliguria  Makanan atau cairan Gejala : Biasanya terjadi peningkatan berat badan dan penurunan , muntah-muntah Tanda : Biasanya nyeri epigastrium,  Integritas ego Gejala :Perasaan takut. Tanda : Cemas











 











Neurosensori Gejala :Biasanya terjadi hipertensi Tanda : Biasanya terjadi kejang atau koma Nyeri / kenyamanan Gejala : Biasanya nyeri epigastrium, nyeri kepala, sakit kepala, ikterus, gangguan penglihatan. Tanda :Biasanya klien gelisah, Pernafasan Gejala : Biasanya terjadi suara nafas antara vesikuler, Rhonki, Whezing,sonor Tanda : Biasanya ada irama teratur atau tidak, apakah ada bising atau tidak. Keamanan Gejala : Apakah adanya gangguan pengihatan, perdarahan spontan. Seksualitas Gejala :Status Obstetrikus



b) Data Objektif I Pemeriksaan Fisik  Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam.  Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, dan lokasi edema.  Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM jika refleks positif.  Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress. Selain itu, untuk pre eklamsia ringan tekanan darah pasien > 140/90 mmHg atau peningkatan sistolik > 30 mmHg dan diastolik > 15 mmHg dari tekanan biasa (base line level/tekanan darah sebelum usia kehamilan 20 minggu). Sedangkan untuk pre eklamsia berat tekanan darah sistolik > 160 mmHg, dan atau tekanan darah diastolik > 110 mmHg. II Pemeriksaan Penunjang  Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan interval 4-6 jam  Laboratorium : proteinuria dengan kateter atau midstream (biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau lebih dan +1 hingga +2 pada skala kualitatif),  kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatinin meningkat,  uric acid biasanya > 7 mg/100 ml.  Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu.  Tingkat kesadaran: penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak.



 



USG: untuk mengetahui keadaan janin. NST: untuk mengetahui kesejahteraan janin



b. Diagnosa a) Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan pre eklamsia berat b) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ventilasi-perfusi akibat penimbunan cairan paru : adanya edema paru c) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi c. Intervensi 1. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan pre eklamsia berat Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 jam diharapkan status neurologi membaik dan ketidakefektifan perfusi jaringan serebral teratasi . Intervensi :  Monitor ukuran pupil, bentuk,  simetris dan reaktifitas pupil  Monitor keadaan klien dengan  GCS  Monitor TTV  Monitor status respirasi:  ABClevels, pola nafas,  kedalaman nafas, RR  Monitor reflek muntah  Monitor pergerakan otot  Monitor tremor  Monitor reflek babinski  Identifikasi kondisi gawat darurat pada pasien.  Monitor tanda peningkatan tekanan intrakranial  Kolaborasi dengan dokter jika terjadi perubahan kondisi pada klien 2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ventilasi-perfusi akibat penimbunan cairan paru : adanya edema paru Setelah di lakukan tindakan keperawatan 3x24 jam, status respiratori: pertukaran gas dengan indikator: 1.Status mental dalam batas normal (5) 2.Dapat melakukan napas dalam (5) 3.Tidak terlihat sianosis (5) 4.Tidak mengalami somnolen (4) 5.PaO2 dalam rentang normal (4) 6.pH arteri normal (4) 7.ventilasi-perfusi dalam kondisi seimbang (4) Intervensi:  Posisikan klien untuk memaksimalkan potensi ventilasinya.



    



Identifikasi kebutuhan klien akan insersi jalan nafas baik aktual maupun potensial. Lakukan terapi fisik dada Auskultasi suara nafas, tandai area penurunan atau hilangnya ventilasi dan adanya bunyi tambahan Monitor status pernafasan dan oksigenasi



DAFTARPUSTAKA Arif, M. (2002). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius. Bobak, I.M., Deitra L.L., & Margaret D. J. (2015). Buku ajar keperawatan maternitas, Edisi 4. Jakarta: EGC Herdman, T. H. (2012). Diagnosis keperawatan: definisi dan klasifikasi 2012-2014. Jakarta:EGC. Johnson, M. M., & Sue M. (2000). Nursing outcame clasification. Philadelphia: Mosby.



LAPORAN PENDAHULUAN PEB ( PRE EKLAMASI BERAT ) PADA NY N DI RUANG BERSALIN RSUD BANYUMAS



Disusun Oleh : IFFAH KHAIRUNNISA 2011040161



PROGRAM PROFESI NERS FAKULTA ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 2020/2021