LP POST PARTUM SPONTAN [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN POST PERSALINAN NORMAL (PARTUS SPONTAN) Latar Belakang Pasca melahirkan ibu akan mengalami beberapa perubahan, baik perubahan fisik maupun perubahan psikologis, seorang ibu akan merasakan gejala gejala psikiatrik setelah melahirkan, beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh ibu. Sebagian ibu bisa menyesuaikan diri dan sebagian tidak bisa menyesuaikan diri, bahkan bagi mereka yang tidak bisa menyesuaikan diri mengalami gangguan gangguan psikologis dengan berbagai macam sindrom atau gejala, oleh peneliti hal ini disebut postpartum blues (Marshall, 2004). Angka kejadian postpartum blues cukup tinggi yakni 26,00% - 85,00%. Dari beberapa penelitian dijelaskan sebanyak 50,00% ibu setelah melahirkan mengalami depresi setelah melahirkan dan hampir 80,00% ibu baru mengalami perasaan sedih setelah melahirkan atau sering disebut Postpartum Blues ( Kasdu, 2003). Pieter & Lubis (dalam Kusumadewi, 2010) menyatakan 50 – 70 % dari seluruh wanita pasca melahirkan akan mengalami sindrom ini. Sedangkan di Indonesia menurut Hidayat yaitu 50 – 70 % dan hal ini dapat berlanjut menjadi depresi postpartum dengan jumlah bervariasi dari 5% hingga lebih dari 25% setelah ibu melahirkan (Daw dan Steiner dalam Bobak dkk., 2005). I.  Konsep Dasar Keperawatan a.   Definisi Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. (Prawirohardjo, 2001). Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban di dorong keluar melalui jalan lahir. (Prawirohardjo, 2001). Partus di anggap spontan atau normal jika wanita berada dalam masa aterm, tidak terjadi komplikasi, terdapat satu janin presentasi puncak kepala dan persalinana selesai dalam 24 jam (Bobak, 2005).



Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak, 2010) Pesalinan dan kelahiran normal (partus spontan) adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala yang dapat hidup dengan tenaga ibu sendiri dan uri, tanpa alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam melalui jalan lahir. (Mochtar, Rustam. 2012) Masa nifas adalah periode sekitar 6 minggu sesudah melahirkan anak, ketika alat – alat reproduksi tengah kembali kepada kondisi normal.( Barbara F. weller 2005 ) Post partum adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat – alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.(Abdul Bari Saifuddin, 2002) Pesalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. (Prawirohardjo, 2001). b.   Etiologi Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori menghubungkan dengan faktor hormonal,struktur rahim,sirkulasi rahim,pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011) a) Teori penurunan hormone 1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone progesterone dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot –otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila progesterone turun. b) Teori placenta menjadi tua



Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim. c) Teori distensi rahim Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta. d) Teori iritasi mekanik Di belakang servik terlihat ganglion servikale(fleksus franterrhauss). Bila ganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus. e) Induksi partus Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser, amniotomi pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus.



d.   Patofisiologi Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut “involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting lain yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh hormon laktogen dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mamae. Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh darah yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk serviks agak menganga seperti corong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam cincin. Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis



ditempat implantasi plasenta pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 25 mm itu mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang merenggang sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur kembali seperti sedia kala.



Pathway



e.   Tanda dan Gejela 1.   Involusi uterus Adalah proses kembalinya alat kandungan uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan sehingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil. Setelah plasenta lahir, uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi ini menyebabkan rasa nyeri/mules-mules yang disebut after pain post partum terjadi pada hari ke – 23 hari. 2.   Kontraksi uterus Intensistas kontraksi uterus meningkat setelah melahirkan berguna untuk mengurangi volume cairan intra uteri. Setelah 1 – 2 jam post partum, kontraksi menurun stabil berurutan, kontraksi uterus menjepit pembuluh darah pada uteri sehingga perdarahan setelah plasenta lahir dapat berhenti. 3.  After pain Terjadi karena pengaruh kontraksi uterus, normal sampai hari ke -3. After pain meningkat karena adanya sisa plasenta pada cavum uteri, dan gumpalan darah (stoll cell) dalam cavum uteri . 4.   Endometrium Pelepasan plasenta dan selaput janin dari dinding rahim terjadi pada stratum spunglosum, bagian atas setelah 2 – 3 hari tampak bahwa lapisan atas dari stratum sponglosum yang tinggal menjadi nekrosis keluar dari lochia. Epitelisasi endometrium siap dalam 10 hari, dan setelah 8 minggu endometrium tumbuh kembali. Epitelisasi tempat plasenta + 3 minggu tidak menimbulkan jaringan parut, tetapi endometrium baru, tumbuh di bawah permukaan dari pinggir luka. 5.  Ovarium Selama hamil tidak terjadi pematangan sel telur. Masa nifa terjadi pematangan sel telur, ovulasi tidak dibuahi terjadi mentruasi, ibu menyusui mentruasinya terlambat karena pengaruh hormon prolaktin.



6.   Lochia Adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam masa nifas, sifat lochia alkalis sehingga memudahkan kuman penyakit berkembang biak. Jumlah lebih banyak dari pengeluaran darah dan lendir waktu menstruasi, berbau anyir, tetapi tidak busuk. Lochia dibagi dalam beberapa jenis : a.  Lochia rubra Pada hari 1 – 2 berwarna merah, berisi lapisan decidua, sisa-sisa chorion, liguor amni, rambut lanugo, verniks caseosa sel darah merah. b.   Lochia sanguinolenta Dikeluarkan hari ke 3 – 7 warna merah kecoklatan bercampur lendir, banyak serum selaput lendir, leukosit, dan kuman penyakit yang mati. c.   Lochia serosa Dikeluarkan hari ke 7 – 10, setelah satu minggu berwarna agak kuning cair dan tidak berdarah lagi. d.  Lochia alba Setelah 2 minggu, berwarna putih jernih, berisi selaput lendir, mengandung leukosit, sel epitel, mukosa serviks dan kuman penyakit yang telah mati. 7.  Serviks dan vagina Beberapa hari setelah persalinan, osteum externum dapat dilalui oleh 2 jari dan pinggirnya tidak rata (retak-retak). Pada akhir minggu pertama hanya dapat dilalui oleh 1 jari saja. Vagina saat persalinan sangat diregang lambat laun mencapai ukuran normal dan tonus otot kembali seperti biasa, pada minggu ke3 post partum, rugae mulai nampak kembali. 8.  Perubahan pada dinding abdomen Hari pertama post partum dinding perut melipat dan longgar karena diregang begitu lama. Setelah 2 – 3 minggu dinding perut akan kembali kuat, terdapat striae melipat, dastosis recti abdominalis (pelebaran otot rectus/perut) akibat janin yang terlalu besar atau bayi kembar. 9.  Perubahan Sistem kardiovaskuler



Volume darah tergantung pada jumlah kehilangan darah selama partus dan eksresi cairan extra vasculer. Curah jantung/cardiac output kembali normal setelah partus 10. Perubahan sistem urinaria Fungsi ginjal normal, dinding kandung kemih memperlihatkan oedema dan hiperemi karena desakan pada waktu janin dilahirkan. Kadang-kadang oedema trigonum, menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga terjadi retensio urin. Pengaruh laserasi/episiotomi yang menyebabkan refleks miksi menurun. 11. Perubahan sistem Gastro Intestina; Terjadi gangguan rangsangan BAB atau konstipasi 2 – 3 hari post partum. Penyebabnya karena penurunan tonus pencernaan, enema, kekakuan perineum karena episiotomi, laserasi, haemorroid dan takut jahitan lepas 12. Perubahan pada mammae Hari pertama bila mammae ditekan sudah mengeluarkan colustrum. Hari ketiga produksi ASI sudah mulai dan jaringan mammae menjadi tegang, membengkak, lebut, hangat dipermukaan kulit (vasokongesti vaskuler) 13. Laktasi Pada waktu dua hari pertama nifas keadaan buah dada sama dengan kehamilan. Buah dada belum mengandung susu melainkan colustrum yang dapat dikeluarkan dengan memijat areola mammae. Colustrum yaitu cairan kuning dengan berat jenis 1.030 – 1,035 reaksi alkalis dan mengandung protein dan garam, juga euglobin yang mengandung antibodi. bayi yang terbaik dan harus dianjurkan kalau tidak ada kontra indikasi 14. Temperatur Temperatur pada post partum dapat mencapai 38 0C dan normal kembali dalam 24 jam. Kenaikan suhu ini disebabkan karena hilangnya cairan melalui vagina ataupun keringat, dan infeksi yang disebabkan terkontaminasinya vagina. 15. Nadi Umumnya denyut nadi pada masa nifas turun di bawah normal. Penurunan ini akibat dari bertambahnya jumlah darah kembali pada sirkulasi seiring lepasnya



placenta.



Bertambahnya volume darah menaikkan tekanan darah sebagai



mekanisme kompensasi dari jantung dan akan normal pada akhir minggu pertama. 16. Tekanan Darah Keadaan tensi dengan sistole 140 dan diastole 90 mmHg baik saat kehamilan ataupun post partum merupakan tanda-tanda suatu keadaan yang harus diperhatikan secara serius. 17. Hormon Hormon kehamilan mulai berkurang dalam urine hampir tidak ada dalam 24 hari, setelah 1 minggu hormon kehamilan juga menurun sedangkan prolaktin meningkat untuk proses laktasi f. Komplikasi 1. PERDARAHAN MASA NIFAS Perdarahan postpartum atau pendarahan pasca melahirkan normal adalah perdarahan dengan jumlah lebih dari 500 ml setelah bayi lahir. Ada dua jenis menurut waktunya, yaitu perdarahan dalam 24 jam pertama setelah melahirkan dan perdarahan nifas. Penyebab tersering adalah atoni uteri, yakni otot rahim tidak berkontraksi sebagaimana mestinya segera setelah bayi lahir.Perdarahan pada masa nifas umumnya disebabkan oleh infeksi. Jika perdarahan disertai infeksi, maka selain pemberian uterotonika, dokter akan memberikan juga anti biotik yang adekuat.



2. INFEKSI PASCA PERSALINAN (POSTPARTUM) Infeksi post partum adalah infeksi yang terjadi setelah ibu melahirkan. Keadaan ini ditandai oleh peningkatan suhu tubuh, yang dilakukan pada dua kali pemeriksaan, selang waktu enam jam dalam 24 jam pertama setelah persalinan. Jika suhu tubuh mencapai 38 derajat celcius dan tidak ditemukan penyebab lainnya (misalnya bronhitis), maka dikatakan bahwa telah terjadi infeksi post partum. Infeksi yang secara langsung berhubungan dengan proses persalinan adalah infeksi pada rahim, daerah sekitar rahim, atau vagina. Infeksi ginjal juga terjadi segera setelah persalinan. Beberapa keadaan pada ibu yang mungkin dapat



meningkatkan resiko terjadinya infeksi post partum, antara lain anemia, hipertensi pada kehamilan, pemeriksaan pada vagina berulang-ulang, penundaan persalinan selama lebih dari enam jam setelah ketuban pecah, persalinan lama, operasi caesar, tertinggalnya bagian plasenta didalam rahim, dan terjadinya perdarahan hebat setelah persalinan. Gejalanya antara lain menggigil, sakit kepala, merasa tidak enak badan, wajah pucat, denyut jantung cepat, peningkatan sel darah putih, rasa nyeri jika bagian perut ditekan, dan cairan yang keluar dari rahim berbau busuk. 3. RUPTUR UTERI Secara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh. Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri, misalnya ibu yang mengalami operasi caesar pada kehamilan sebelumnya. Selain itu, kehamilan dengan janin yang terlalu besar, kehamilan dengan peregangan rahim yang berlebihan, seperti pada kehamilan kembar, dapat pula menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek. Gejala yang sering muncul adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal. 4. TRAUMA PERINEUM Parineum adalah otot, kulit, dan jaringan yang ada diantara kelamin dan anus. Trauma perineum adalah luka pada perineum sering terjadi saat proses persalinan.



Hal



ini



karena



desakan



kepala



atau



ubuh janin secara tiba-tiba, sehingga kulit dan jaringan perineum robek. g. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan darah lengkap 2. Analisis urin



bagian



II.  Konsep Dasar Asuhan Keperawatan A.  Pengkajian Fokus Keperawatan a. Riwayat ibu 1) Biodata ibu. 2) Penolong. 3) Jenis persalinan. 4) Masalah-masalah persalinan. 5) Nyeri. 6) Menyusui atau tidak. 7) Keluhan-keluhan saat ini, misalnya : kesedihan/depresi, pengeluaran per vaginam/perdarahan/lokhia, putting/payudara. 8) Rencana masa datang : kontrasepsi yang akan digunakan. b. Riwayat sosial ekonomi 1) Respon ibu dan keluarga terhadap bayi. 2) Kehadiran anggota keluarga untuk membantu ibu di rumah. 3) Para pembuat keputusan di rumah. 4) Kebiasaan minum, merokok dan menggunakan obat. 5) Kepercayaan dan adat istiadat. c. Riwayat bayi 1) Menyusu. 2) Keadan tali pusat. 3) Vaksinasi. 4) Buang air kecil/besar. d. Pemeriksaan fisik 1) Pemeriksaan umum a) Suhu tubuh. b) Denyut nadi. c) Tekanan darah. d) Tanda-tanda anemia. e) Tanda-tanda edema/tromboflebitis.



f)  Refleks. g) Varises. h) CVAT (Contical Vertebral Area Tenderness). 2) a Pemeriksaan payudara a) Putting susu : pecah, pendek, rata. b) Nyeri tekan. c) Abses. d) Pembengkakan/ASI terhenti. e) Pengeluaran ASI. 3) Pemeriksaan perut / uterus a) Posisi uterus/tinggi fundus uteri. b) Kontraksi uterus. c) Ukuran kandung kemih. 4) Pemeriksaan vulva/perineum a) Pengeluaran lokhia. b) Penjahitan laserasi atau luka episiotomi. c) Pembengkakan. d) Luka. e) Henoroid. 5) Aktivitas/istirahat Insomnia mungkin teramati. 6) Sirkulasi Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari. 7) Integritas ego Peka rangsang, takut / menangis (“post partum blues” sering terlihat kira-kira 3 hari setelah melahirkan). 8) Eliminasi Diuresis diantara hari kedua dan kelima. 9) Makanan/cairan Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira hari ketiga.



10) Nyeri/ketidaknyamanan Nyeri tekan payudara / pembesaran dapat terjadi diantara hari ketiga sampai kelima pasca partum. 11) Seksualitas Uterus 1 cm di atas umbilikus pada 12 jam setelah kelahiran, menurun kirakira 1 lebar jari setiap harinya. Lokhia rubra berlanjut sampai hari kedua sampai ketiga, berlanjut menjadi lokhia serosa dengan aliran tergantung pada posisi (misal : rekumben versus ambulasi berdiri) dan aktivitas (misal : menyusui). Payudara : produksi kolostrum 48 jam pertama, berlanjut pada suhu matur, biasanya pada hari ketiga; mungkin lebih dini, tergantung kapan menyusui dimulai. B.  Diagnosa keperawatan 1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan peregangan perineum; luka episiotomi; involusi uteri; hemoroid; pembengkakan payudara 2. Resiko defisit volume cairan berubungan dengan pengeluaran yang berlebihan; perdarahan; diuresis; keringat berlebihan. 3. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) berhubungan dengan trauma perineum dan saluran kemih 4. Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) berhubungan dengan kurangnya mobilisasi; diet yang tidak seimbang; trauma persalinan. 5. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan immobilisasi; kelemahan. 6. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jalan lahir. 7. Resiko gangguan proses parenting berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang cara merawat bayi.



C. Intervensi Keperawatan No . 1.



Diagnosa



Tujuan dan



Keperawatan Kriteria Hasil Gangguan Pasien rasa



nyaman mendemonstrasika



(nyeri)



b/d n



tidak



Intervensi a. Kaji



Rasional



tingkat a. Menentukan



nyeri pasien



intervensi



adanya



keperawatan



peregangan



nyeri.



b. Kaji



kontraksi



sesuai



perineum;



Kriteria hasil: vital



uterus,



proses



nyeri.



luka



sign dalam batas



involusi uteri



episiotomi;



normal,



pasien



involusi uteri; menunjukkan



skala



b. Mengidentifikas c. Anjurkan pasien



i penyimpangan



hemoroid;



peningkatan



untuk



dan



pembengkaka



aktifitas,



membasahi



berdasarkan



n payudara.



nyeri



perineum dengan



involusi uteri.



keluhan terkontrol,



payudara lembek,



air



tidak



sebelum



ada



bendungan ASI.



kemajuan



hangat c. Mengurangi



berkemih



ketegangan pada



d. Anjurkan



dan



luka



perineum.



latih pasien cara merawat payudara secara teratur.



d. Melatih



ibu



mengurangi e. Jelaskan



pada



bendungan ASI



ibu tetang teknik



dan



merawat



luka



memperlancar



perineum



dan



pengeluaran



mengganti PAD



ASI.



secara setiap



teratur 3



kali e. Mencegah



sehari atau setiap



infeksi



dan



kali



kontrol



nyeri



lochea



keluar banyak.



pada



luka



perineum. f. Kolaborasi dokter



tentang f. Mengurangi



pemberian analgesik



2.



Resiko defisit Pasien



intensitas nyeri bial



nyeri skala 7 ke



menekan



atas.



rangsnag nyeri



dapat a. Pantau:



volume cairan mendemostrasikan b/d



status



cairan



denagn



pada nosiseptor. a. Mengidentifikas i penyimpangan







Tanda-tanda



indikasi



vital setiap 4



kemajuan



jam.



penyimpangan



pengeluaran



membaik.



yang



Kriteria



berlebihan;



tak ada manifestasi







Warna urine.



dari hasil yang



perdarahan;



dehidrasi, resolusi







Berat badan



diharapkan.



diuresis;



oedema,



keringat



urine di atas 30



berlebihan.



ml/jam,



evaluasi:



kenyal/turgor kulit baik.



setiap hari.



haluaran kulit



atau







Status



b. Mengidentifikas



umum setiap



i keseimbangan



8 jam



cairan



pasien



secara



adekuat



b. Pantau: cairan masuk dan cairan keluar setiap 8 jam. c. Beritahu dokter



dan teratur. c. Temuan-temuan ini mennadakan hipovolemia dan



perlunya



peningkatan bila: haluaran



cairan.



urine < 30 ml/jam, haus, takikardia,



d. Mencegah pasien jatuh ke



gelisah, TD di bawah rentang normal, urine gelap atau encer gelap



dalam



kondisi



kelebihan cairan yang



beresiko



terjadinya oedem paru.



d. Konsultasi dokter bila manifestasi kelebihan cairan terjadi. 3.



Perubahan



Pola



pola eleminasi (BAK)



eleminasi a. Kaji pasien



BAK (disuria) teratur. b/d



trauma Kriteria



perineum dan eleminasi saluran kemih. lancar,



hasil:



urine,



haluaran a. Mengidentifikas keluhan



i penyimpangan



serta keteraturan



dalam



pola berkemih.



berkemih



BAK



pola



pasien.



disuria b. Anjurkan pasien b. Ambulasi



tidak ada, bladder



melakukan



memberikan



kosong,



ambulasi dini.



rangsangan



keluhan



kencing tidak ada.



dini



untuk c. Anjurkan pasien



pengeluaran



untuk



urine



membasahi



pengosongan



perineum dengan



bladder.



air



hangat c. Membasahi



dan



sebelum



bladder dengan



berkemih.



air hangat dapat mengurangi



d. Anjurkan pasien



ketegangan



untuk berkemih



akibat



secara teratur.



luka



adanya pada



bladder. e. Anjurkan pasien d. Menerapkan untuk



minum



pola



2500-3000 ml/24



secara



jam.



akan



berkemih teratur melatih



pengosongan f. Kolaborasi untuk melakukan



bladder



secara



teratur.



kateterisasi bila e. Minum banyak pasien kesulitan



mempercepat



berkemih.



filtrasi



pada



glomerolus dan mempercepat pengeluaran urine. f. Kateterisasi memabnatu pengeluaran urine



untuk



mencegah stasis 4.



Perubahan



Pola



urine. eleminasi a. Kaji pola BAB, a. Mengidentifikas



pola eleminasi (BAB) teratur.



kesulitan



BAB



warna,



Kriteria hasil: pola



BAB,



i penyimpangan



bau,



serta kemajuan



(konstipasi)



eleminasi



b/d kurangnya feses mobilisasi; diet



teratur,



lunak



dan



konsistensi



dan



jumlah



khas



(BAB).



feses, b. Anjurkan



b. Ambulasi



tidak



tidak ada kesulitan



seimbang;



BAB,



tidak



trauma



feses



bercampur c. Anjurkan pasien



persalinan.



darah dan lendir,



untuk



konstipasi



banyak



ada.



ambulasi dini.



ada



tidak



pola



eleminasi



warna khas feses,



yang bau



dalam



dini



merangsang pengosongan



minum



rektum



secara



lebih cepat.



2500- c. Cairan



3000 ml/24 jam.



dalam



jumlah



cukup



mencegah d. Kaji bising usus setiap 8 jam. e. Pantau badan



berat setiap



hari.



terjadinya penyerapan cairan



dalam



rektum



yang



dapat menyebabkan feses



f. Anjurkan pasien



menjadi



keras.



makan



banyak d. Bising



usus



serat



seperti



mengidentifikas



buah-buahan dan



ikan pencernaan



sayur-sayuran



dalam



hijau.



baik.



kondisi



e. Mengidentifiaki s



adanya



penurunan



BB



secara dini. f. Meningkatkan pengosongan



feses 5.



Gangguan



ADL



pemenuhan



kebutuhan



ADL



rektum. toleransi a. Parameter



dan a. Kaji



b/d beraktifitas pasien



pasien terhadap



menunjukkan



aktifitas



respon fisiologis



menggunakan



pasien terhadap stres



aktifitas



dan



indikator



immobilisasi;



terpenuhi



kelemahan.



adekuat.



parameter



Kriteria hasil:



berikut:



-  



secara



Menunjukkan



dalam



nadi



20/mnt di atas



derajat penagruh



peningkatan dalam



frek



nadi



kelebihan kerja



beraktifitas.



istirahat,



catat



jantung.



-   Kelemahan dan



peningaktan TD,



kelelahan



dispnea,



berkurang.



dada,



-   Kebutuhan ADL terpenuhi mandiri



kelelahan



kerja



berat,



miokard/komsu



secara



kelemahan,



msi oksigen ,



atau



berkeringat,



menurunkan



dengan bantuan. -  



nyeri b. Menurunkan



frekuensi



pusing



atau



pinsan.



resiko komplikasi.



jantung/irama dan Td



dalam



batas b. Tingkatkan



normal. -  



kulit



istirahat, hangat,



batasi c. Stabilitas



aktifitas



pada



fisiologis



pada



merah muda dan



dasar



istirahat penting



kering



nyeri/respon



untuk



hemodinamik,



menunjukkan



berikan aktifitas



tingkat aktifitas



senggang



individu.



yang



tidak berat. d. Komsumsi



c. Kaji



kesiapan



oksigen



untuk



miokardia



meningkatkan



selama berbagai



aktifitas contoh:



aktifitas



penurunan



meningkatkan



kelemahan/kelel



jumlah oksigen



ahan,



yang



TD



stabil/frek nadi,



Kemajuan



peningaktan



aktifitas



perhatian



pada



aktifitas



dan



perawatan diri



ada.



bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba



d. Dorong



dapat



pada



kerja jantung.



memajukan



e. Teknik



aktifitas/toleransi



penghematan



perawatan diri.



energi menurunkan



e. Anjurkan



penggunaan



keluarga



untuk



energi



dan



membantu



membantu



pemenuhan



keseimbangan



kebutuhan ADL



suplai



pasien



kebutuhan



dan



oksigen. f. Jelaskan



pola f. Aktifitas



peningkatan bertahap



yang



maju dari



memberikan



aktifitas, contoh:



kontrol jantung,



posisi



meningaktkan



duduk



ditempat



tidur



regangan



dan



bila tidak pusing



mencegah



dan



aktifitas



tidak



nyeri,



ada



bangun



berlebihan.



dari tempat tidur, belajar



berdiri



dst. 6.



Resiko infeksi Infeksi b/d



tidak a. Pantau:



trauma terjadi.



jalan lahir.



Kriteria



vital a. Mengidentifikas



sign, hasil:



tanda



i penyimpangan



infeksi.



dan



kemajuan



tanda infeksi tidak



sesuai intervensi



ada,



yang dilakukan.



episiotomi



luka b. Kaji pengeluaran kering



dan bersih, takut



lochea,



warna, b. Mengidentifikas



bau dan jumlah.



i



kelainan



berkemih dan BAB



pengeluaran



tidak ada.



lochea c. Kaji



luka



perineum,



secara



dini. c. Keadaan



keadaan jahitan.



luka



perineum berdekatan



d. Anjurkan pasien



dengan



daerah



membasuh vulva



basah



setiap



habis



mengakibatkan



berkemih dengan



kecenderunagn



cara yang benar



luka



dan



selalu kotor dan



PAD



mengganti 3



mudah



kali perhari atau



infeksi



setiap



setiap



untuk



kali d.



terkena



Mencegah



pengeluaran



infeksi



lochea banyak.



dini.



e. Pertahnakan



secara



e. Mencegah



teknik



septik



kontaminasi



aseptik



dalam



silang terhadap



merawat pasien (merawat



infeksi.



luka



perineum, merawat payudara, 7.



Resiko



Gangguan



gangguan



parenting



proses



ada.



merawat bayi). proses a. Beri kesempatan a. Meningkatkan tidak



ibu



untuk



melakukan



dalam



parenting b/d Kriteria hasil: ibu



perawatan



kurangnya



dapat



secara mandiri.



pengetahuan



bayi



tentang



merawat



secara b. Libatkan



cara mandiri



merawat bayi.



(memandikan,



bayi



pusat).



perawatan bayi.



suami b. Keterlibatan



dalam perawatan



bapak/suami



bayi.



dalam



menyusui, merawat



kemandirian ibu



perawatan bayi tali c. Latih ibu untuk



akan membantu



perawatan



meningkatkan



payudara secara



keterikatan batih



mandiri



ibu dengan bayi.



dan



teratur. c. Perawatan d. Motivasi



ibu



payudara secara



untuk



teratur



akan



meningkatkan



mempertahanka



intake cairan dan



n produksi ASI



diet TKTP.



secara kontinyu sehingga



e. Lakukan



rawat



kebutuhan bayi



gabung sesegera



akan



mungkin



tercukupi.



tidak



bila



ASI



terdapat



komplikasi pada d. Meningkatkan ibu atau bayi.



produksi ASI. 5.   e.



Meningkatkan



hubungan ibu dan bayi



sedini



mungkin.



D. Implementasi Lakukan tindakan sesuai rencana tindakan E. Evaluasi Catatan perkembangan pasien dan Perbandingan sistematik atau terencana tentang



kesehatan



pasien



dengan



cara



berkesinambungan



,



dengan



cara



berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluargadan tenaga kesehatan yang lain.



DAFTAR PUSTAKA http://www.slideshare.net/septianraha/asuhan-keperawatan-pada-ny-d-denganpost-partum-normal-di-wilayah-kerja-puskesmas-delanggu-klaten



diakses



pada tanggal 11 Februari 2020 http://dwitasari37.blogspot.com/2013/09/post-partum.html diakses pada tanggal 11 Feb. 20 http://serangkai-bacaan.blogspot.co.id/2014/06/v-behaviorurldefaultvmlo.html diakses pada tanggal 11 Feb. 20 Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3, Peneribit Buku Kedokteran EGC, Jakarta Bobak, 2005 Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC. Buku Bobak. (2010) Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC. Mochtar, Rustam. (2012) Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.