LP Pranikah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH DI BPM DEWI SANDRA KABUPATEN ACEH BARAT



Untuk Memenuhi Persyaratan Stage Pra Nikah



Disusun Oleh: LILIS MAULISIA P1337424520061



PRODI PROFESI BIDAN SEMARANG JURUSAN KEBIDANAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG TAHUN 2021



LEMBAR PENGESAHAN



Laporan Pendahuluan Asuhan Kebidanan Pra Nikah telah diperiksa dan disahkan pada tanggal



September 2021.



Semarang,



September 2021



Pembimbing Klinik



Pembimbing Institusi



Dewi Sandra L, SST NIP. 19810926 200604 2 005



Riza Amalia, S.ST, M.Kes NIP.



TINJAUAN TEORI A. TINJAUAN TEORI MEDIS 1. Filosofi Pranikah Kata dasar dari pranikah ialah “nikah” yang merupakan ikatan (akad) perkawinan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran agama. Imbuhan kata pra yang memiliki makna sebelum, seeing arti dari pranikah adalah sebelum menikah dan sebelum adanya ikatan perkawinan (lahir batin) antara seorang pria dan wanta sebagai suami istri (Setiawan, 2017). Menurut UU No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dengan batas usia 19 tahun untuk laki-laki dan 16 tahun untuk perempuan. Akan tetapi, berdasarkan UU No.35 Tahun 2014 untuk perubahan atas UU No.23 Tahun 2002 tentangperlindungan anak, usia kurang dari 18 tahun masih tergolong anak-anak. Oleh karena itu, BKKBN memberikan batasan usia pernikahan 21 tahun bagi perempuan dan 25 tahun untuk pria. Selain itu umur ideal yang matang secara biologis dan psikologis adalah 20-25 tahun bagi wanita dan umur 25-30 tahun bagi pria



(BKKBN,



2017).



Sedangkan



pasangan



yang



akan



melangsungkan



pernikahan/akad perkawinan disebut calon pengantin (Setiawan, 2017). 2. Tujuan Asuhan Pranikah Menurut Kemenkes RI (2018), penyelenggaraan pelayanan kesehatan masa sebelum hamil (prakonsepsi) atau pranikah bertujuan untuk: a. Menjamin kesehatan ibu seeing mampu melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas; b. Mengurangi angka kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi baru lahir; c. Menjamin tercapainya kualitas hidup dan pemenuhan hak-hak reproduksi;dan d. Mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang bermutu, aman, dan bermanfaat sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.



3. Informasi Pra Nikah Menurut Kemenkes RI (2018), informasi pranikah yang dibutuhkan sebelum memasuki jenjang pernikahan meliputi: a. Kesehatan Reproduksi Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan yang menunjukkan kondisi kesehatan fisik, mental dan sosial seseorang dihubungkan dengan fungsi dan proses reproduksinya. Perempuan lebih rentan dalam menghadapi risiko kesehatan reproduksi, seperti kehamilan, melahirkan, aborsi yang tidak aman, penyakit infeksi menular seksual (HIV/AIDS) dan pemakaian alat kontrasepsi. Laki-laki juga mempunyai masalah kesehatan reproduksi, khususnya yang berkaitan dengan IMS termasuk HIV/AIDS, karena itu dalam menyusun strategi untuk memperbaiki kesehatan reproduksi harus diperhitungkan pula kebutuhan, kepedulian dan tanggung jawab laki-laki. b. Hak Reproduksi dan Seksual Hak asasi manusia yang dimiliki oleh setiap laki-laki dan perempuan berkaitan dengan kehidupan reproduksinya. Hak ini menjamin setiap pasangan dan individu untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab mengenai jumlah,jarak dan waktu memiliki anak serta untuk memperoleh informasi kesehatan reproduksi. Informasi ini meliputi: 1) Kesehatan reproduksi, permasalahan dan cara mengatasinya. 2) Penyakit menular seksual (IMS) dan infeksi saluran reproduksi (ISR), memahami upaya pencegahan dan penularannya serta efek samping obatobatan, alat dan tindakan medis yang digunakan untuk menguasai masalah kesehatan reproduksi dan seksual. 3) Calon pengantin juga berhak untuk memperoleh pelayanan KB yang aman, efektif, terjangkau, dapat diterima, sesuai dengan pilihan tanpa paksaan serta mengetahui dan memahami efek samping, komplikasi dari masing-masing alat kontrasepsi. 4) Pihak perempuan berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan yang memungkinkan sehat dan selamat dalam menjalani kehamilan, persalinan, dan nifas serta memperoleh bayi yang sehat. 5) Hubungan suami istri harus didasari penghargaan terhadap pasangan masingmasing dan dilakukan dalam kondisi yang diinginkan bersama tanpa unsur pemaksaan, ancaman dan kekerasan.



Perilaku yang harus dihindari dalam aktivitas seksual antara lain: 1) Melakukan hubungan seksual pada saat menstruasi dan masa nifas 2) Melakukan hubungan seksual melalui dubur dan mulut karena berisiko dalam penularan penyakit dan merusak organ reproduksi c. Organ Reproduksi 1) Organ Reproduksi Wanita



Gambar 2.1 Organ Reproduksi Wanita a) Ovarium (Indung Telur) Organ yang terlrtak dikiri dan kanan rahim di ujung saluran telur dan tergeletak di rongga pinggul. Indung telur berfungsi mengeluarkan sel telur (ovum), sebulan sekali indung telur kiri dan kanan secara bergiliran mengeluarkan sel telur. b) Fimbrae (Umbai-umbai) Berfungsi menangkap sel telur yang dikeluarkan indung telur. c) Tuba Fallopi (Saluran Telur) Saluran kiri dan kanan rahim yang berfungsi untuk mengantar ovum dari indung telur menuju rahim d) Uterus (Rahim) Merupakan tempat janin berkembang, bentuknya seperti buah pir dan berat normalnya antara 30-50 gram. Pada saat tidak hamil, besar rahim kurang lebih seperti telur ayam kampung, dindingnya terdiri dari:



(1) Lapisan parametrium merupakan lapisan paling luar dan yang berhubungan dengan rongga perut. (2) Lapisan myometrium merupakan lapisan yang berfungsi mendorong bayi keluar pada proses persalinan (kontraksi). (3) Lapisan endometrium merupakan lapisan dalam rahim tempat menempelnya sel telur yang sudah dibuahi. Lapisan ini terdiri dari lapisan kelenjar yang berisi pembuluh darah. e) Serviks (Leher Rahim) Bagi rahim yang berbatasan dengan vagina. Pada saat persalinan tiba, leher rahim membuka seeing bayi dapat keluar. f) Vagina (Liang senggama) Merupakan sebuah saluran berbentuk silinder dengan diameter depan ±6,5 cm dan dinding belakang ± 9 cm yang bersifat elastis dengan berlipat lipat. Fungsinya sebagai tempat penis berada saat bersenggama, tempat keluarnya menstruasi dan bayi. g) Klitoris (Keletit) Merupakan organ kecil yang paling peka terhadap rangsangan dibanding dengan bagian-bagian alat kealin perempuan yang lain. Klitoris banyak mengandung pembuluh darah dan syaraf. h) Labia (Bibir Kemaluan) Terdiri dari dua bibir, yaitu bibir besar (labia mayor) dan bibir kecil (labia minor). i) Perineum Merupakan jaringan diantara vagina dan anus yang memisahkan rongga panggul atas dengan rongga panggul bawah. Perineum berperan penting dalam berkemih, buang air besar, hubungan seksual dan melahirkan.



2) Organ Reproduksi Pria



Gambar 2.2 Organ Reproduksi Pria a) Testis (buah zakar) Berjumlah dua buah untuk memproduksi sperma setiap hari dengan abntuan testosterone. Testis berada dalam skrotum, diluar rongga panggul karena pembentukan sperma membutuhkan suhu yang lebih rendah dari pada suhu badan (36,7°C). sperma merupakan sel yang berbentuk seperti berudu (kecebong) berekor hasil dari testis yang dikeluarkan saat ejakulasi bersama cairan mani dan bila bertemu dengan sel telur yang matang akan terjadi pembuahan. b) Skrotum (kantung buah zakar) Kantong kulit yang melindungi testis, berwarna gelap dan berlipatlipat. Skrotum adalah tempat bergantungnya testis dan mengandung otot polos yang mengatur jarak testis ke dinding perut dengan maksud mengatur suhu testis agar relative tetap. c) Vas deferens (saluran sperma) Saluran yang menyalurkan sperma dari testis epididimis menuju ke uretra/ saluran kencing pars prostatiks. Vas deferens panjangnya ±4,5 cm



dengan diameter ±2,5 mm. saluran ini muara dari epidedimis yaitu saluransaluran yang lebih kecil dari vas deferens. Bentuknya berkelok-kelok dan membentuk bangunan seperti topi. d) Prostat, vesikula seminalis dan beberapa kelenjar lainnya Kelenjar-kelenjar yang menghasilkan cairan mani (semen) yang berguna untuk memberikan makanan pada sperma. e) Penis Berfungsi sebagai alat bagian glans merupakan bagian depan atau kepala penis. Glans banyak mengandung pembuluh darah dan syaraf. Kulit yang menutupi glans disebut foreskin (preputium). Pada laki-laki sunat dilakukan dengan cara membuang kulit preputium. Secara medis sunat dianjurkan karena memudahkan pembersihan penis sehingga mengurangi kemungkinan terkena infeksi, radang dan dan kanker. d. Cara Merawat Organ Reproduksi Untuk menjaga kesehatan dan fungsi organ reproduksi perlu dilakukan perawatan baik pada laki-laki dan perempuan, antara lain: 1) Cara merawat organ reproduksi wanita a) Bersihkan organ kelamin dari depan ke belakang dengan menggunakan air bersih dan dikeringkan. b) Sebaiknya tidak menggunakan cairan pembilas vagina karena dapat membunuh bakteri baik dalam vagina dan memicu tumbunya jamur. c) Pilihlah pembalut berkualitas yang lembut dan mempunyai daya serap tinggi. Jangan memakai pembalut dalam waktu lama. Saat menstruasi, ganti pembalut sesering mungkin. d) Jika sering keputihan, berbau, berwarna, terus gatal serta keluhan organ reproduksi lainnya segera memeriksakan diri ke petugas kesehatan. e) Pakaian dalam diganti minimal 2 kali sehari. 2) Cara merawat organ reproduksi pria a) Menjaga kebersuhan organ kelamin b) Dianjurkan sunat untuk menjaga kebersihan kulup kulit luar yang menutup penis c) Jika ada keluhan pada organ kelamin dan daerah sekitar kelamin segera memeriksakan diri ke petugas kesehatan.



4. Persiapan Pranikah Dalam Pelatihan Peer Konselor Kota Depok (2011) di Kemenkes RI (2015), persiapan pernikahan meliputi kesiapan fisik, kesiapan mental/psikologis dan kesiapan sosial ekonomi. a. Kesiapan Fisik Secara umum, seorang individu dikatakan siap secara fisik apabila telah selesai fase pertumbuhan tubuh yaitu sekitar usia 20 tahun. Persiapan fisik pranikah meliputi pemeriksaan status kesehatan, status gizi, dan laboratorium (darah rutin dan yang dianjurkan). b. Kesiapan Mental/Psikologis Dalam sebuah pernikahan, individu diharapkan sudah merasa siap untuk mempunyai anak dan siap menjadi orangtua termasuk mengasuh dan mendidik anak. c. Kesiapan Sosial Ekonomi Dalam menjalankan sebuah keluarga, anak yang dilahirkan tidak hanya membutuhkan kasih saying orang tua namun juga sarana yang baik untuk membuatnya tumuh dan berkembang dengan baik. Status sosial ekonomi juga dapat mempengaruhi status gizi calon ibu, seperti status sosial ekonomi yang kurang dapat meningkatkan risiko terjadi KEK dan anemia. 5. Pelayanan Kesehatan Pranikah Pelayanan kesehatan sebelum hamil di Indonesia telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan (PMK No.97 Tahun 2014) dan telah tertulis dalam buku satu kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin maupun bagi penyuluhnya yang dikeluarkan oleh Kemenkes RI. Pemerintah baik daerah provinsi maupun kabupaten/kota telah menjamin ketersediaan sumber daya kesehatan, sarana, prasarana dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan sebelum hamil sesuai standar yang telah ditentukan. Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil dilakukan untuk mempersiapkan perempuan dalam menjalani kehamilan dan persalinan yang sehat dan selamat serta memperoleh bayi yang sehat. Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil sebagaimana yang dimaksud dilakukan pada remaja calon pengantin dan pasangan usia subur (PMK No. 97 Tahun 2014). Menurut Kemenkes RI (2015) dan PMK No. 97 Tahun



2014, kegiatan pelayanan kesehatan masa sebelum hamil atau persiapan pranikah sebagaimana yang dimaksud meliputi: a. Pemeriksaan Fisik Dalam rangka mempersiapkan kesehatan sebelum menikah, catin perlu menjalani prosedur pemeriksaan, antara lain: 1) Tanda-tanda vital: tekanan darah, suhu, nadi dan laju nafas 2) Pemeriksaan status gizi: 



Berat badan







Tinggi badan







Lingkar lengan atas (LILA)







Tanda-tanda anemia



3) Pemeriksaan darah rutin: Hb, Gol. Darah dan Rhesus 4) Pemeriksaan urin rutin 5) Pemeriksaan lain atas indikasi: gula darah, IMS, HIV, malaria, thalassemia, hepatitis B, TORCH (Toksoplasmosis, Rubella, Citomegalovirus dan Herpes Simpleks) b. Persiapan Gizi Penilaian status gizi catin dapat ditentukan dengan menghitung Indeks Masa Tubu (IMT) berdasarkan PMK RI No. 41 Tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang sebagai berikut: IMT =



BB(kg) [TB ( m ) ] 2



Keterangan: BB = Berat Badan (kg) TB = Tinggi Badan (m) Dari hasil perhitungan tersebut dapat diklasifikasikan status gizinya sebagai berikut: Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi berdasarkan IMT



Kurus Normal



Kategori Kekurangan berat badan tingkat berat Kekurangan berat badan tingkat ringan



Kelebihan berat badan tingkat ringan Kelebihan berat badan tingkat berat Sumber: Depkes, 2011; Supariasa, dkk, 2014 Gemuk



IMT 27,0



Jika seseorang termasuk kategori : 1) IMT < 17,0: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat badan tingkat berat atau Kurang Energi Kronis (KEK) berat. 2) IMT 17,0 – 18,4: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat badan tingkat ringan atau KEK ringan (Depkes, 2011) Menurut Supariasa, dkk (2014), pengukuran LLA pada kelompok Wanita Usia Subur (Usia 15-45 tahun) adalah salah satu deteksi dini yang mudah untuk mengetahui kelompok berisiko Kekurangan Energi Kronis (KEK). Ambang batas LILA WUS dengan risiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. apabila LILA 25 tahun



*) Yang dimaksud dengan masa perlindungan >25 tahun adalah apabila telah mendapatkan imunisasi TT lengkap mulai dari TT 1 sampai TT 5. e. Suplementasi gizi Peningkatan status gizi calon pengantin terutama perempuan melalui penanggulangan KEK (Kekurangan Energi Kronis) dan anemia gizi besi, serta defiensi asam folat. Dilaksanakan dalam bentuk pemberian edukasi gizi seimbang dan tablet tambah darah. f. Konseling/Konsultasi kesehatan pranikah Konseling pranikah dikenal dengan sebutan pendidikan pranikah, konseling edukatif pranikah, terapi pranikah maupun program persiapan pernikahan. Konseling pranikah merupakan suatu proses konseling yang diberikan kepada calon pasangan untuk mengenal, emmahami dan menerima agar mereka siap secara lahir dan batin sebelum memutuskan untuk menempuh suatu perkawinan (Triningtyas, dkk, 2017). Bimbingan konseling pra nikah merupakan kegiatan yang diselenggarakan kepada pihak-pihak yang belum menikah, sehubungan dengan pernikahannya. Pihak-pihak tersebut datang ke konselor untuk membuat keputusannya agar lebih mantap dan dapat melakukan penyesuaian di kemudian di hari secara baik (Triningtyas, 2017). Konseling pernikahan atau yang biasa disebut marriage counseling yang merupakan upaya membantu pasangan calon pengantin. Konseling pernikahan ini dilakukan oleh konselor yang professional. Tujuannya agar mereka dapat berkembang dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya melalui cara-cara yang bersaling menghargai, toleransi dan komunikasi agar dapat tercapai motivasi berkeluarga, perkembangan, kemandirian dan kesejahteraan seluruh anggota keluarganya (Willis, 2009).



Konseling pernikahan juga disebut dengan terapi untuk pasangan yang akan menikah. Terapi tersebut digunakan untuk membantu pasangan agar saling memahami, dapat memecahkan masalah dan konflik secara sehat, saling menghargai perbedaan, dan dapat meningkatkan komunikasi yang baik (Kertamuda, 2009). Bimbingan konseling pra nikah mempunyai objek yaitu calon pasangan suami istri dan anggota keluarga calon suami istri. Calon suami istri atau lebih tepatnya pasangan laki-laki dan perempuan yang dalam perkembangan hidupnya baik secara fisik maupun psikis sudah siap dan sepakat untuk menjalin hubungan ke jenjang yang lebih serius (pernikahan). Anggota keluarga calon suami istri yaitu individu-individu yang mempunyai hubungan keluarga dekat, baik dari pihak suami maupun istri (Zulaekha, 2013). g. Menjaga kesehatan jiwa dan harmonisasi pasangan suami istri Sehat jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Ciri-ciri sehat jiwa: 1) Perasaan sehat dan bahagia 2) Menyadari kemampuan diri 3) Merasa nyaman terhadap diri sendiri 4) Dapat menerima orang lain 5) Mampu memenuhi kebutuhan hidup 6) Mampu menghadapi tantangan hidup 7) Mempunyai sikap positif terhadap diri dan orang lain 6. Informasi Tentang Nutrisi Pranikah Persiapan kehamilan sehat memang sangat penting terkait makan dan nutrisi yang dikonsumsi. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengatur pola makan. Pola makan merupakan perilaku penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizi. Hal ini disebabkan karena kuantitas dan kualitas makanan dan minuman yang dikonsumsi akan mempengaruhi kesehatan individu dan masyarakat. Gizi yang optimal sangat penting untuk pertumbuhan normal serta perkembangan fisik dan kecerdasan bayi, anak-anak, serta seluruh kelompok umur (Kemenkes RI, 2015).



Membatasi asupan makanan bergula dan berlemak tinggi serta usahakan catin dalam kondisi berat badan yang ideal sehingga proses pembuahan berlangsung sempurna. Untuk mencegah makan berlebihan dan merusak momen special,pakar diet Erin Palinski-Wade mengungkapkan ada beberapa makanan yang bisa disantap calon pengantin minimal seminggu sebelum hari bahagianya yaitu: a. Buah dan sayur Memperbanyak konsumsi buah dan sayur yang mengandung banyak vitamin C karena dipercaya dapat menurunkan kadar hormone kortisol yang dapat membuat stress. Buah-buahan yang memiliki kandungan vitamin C antara lain; jeruk, apel, papaya, kiwi dan kelengkeng. Sedangkan sayuran yang mengandung viamin C adalah brokoli, kubis, kembang kol dan paprika. b. Ikan Mengonsumsi makanan yang kaya akan omega-3 seperti salmon, walnut, biji chia karena bisa menurunkan rasa cemas dan mencegah pembengkakan pada tubuh yang disebabkan oleh stress. Untuk sarapan pagi, sebaiknya menyantap makanan dengan kandungan protein dan karbohidrat yang seimbang seperti omelet sayuran, oatmeal dengan walnut. c. Makanan antioksidan Pakar nutrisi sara Vance menganjurkan calon pengantin untuk menyantap makanan dengan antioksidan tinggi seperti blueberry, stroberi, brokoli dan bayam. Makanan ini baik dikonsumsi dengan makanan yang kaya probiotik karena bisa meningkatkan sistem pencernaan, mencegah tubuh mengalami pembengkakan serta membuat suasana hati lebih baik. d. Hindari junkfood Saat dilanda stress, banyak orang yang mencari junk food sebagai pelampiasannya karena mudah didapat. Makanan dan minuman yang terlalu manis bida menjadi boomerang karena dapat meningkatkan kadar gula darah di dalam tubuh yang dapat membuat calon pengantin semakin stress karena makanan manis membuat suasana hati dan fungsi otak semakin tidak stabil. Menurut Kemenkes RI (2015), informasi pranikah yang dibutuhkan sebelum memasuki jenjang pernikahan meliputi: a. Meningkatkan asupan makanan bergizi persiapan kehamilan Persiapan kehamilan sehat memang sangat penting terkait dengan makanan dan nutrisi yang dikonsumsi. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah



mengatur pola makan dengan prinsip gizi seimbang, memperbanyak konsumsi buah dan sayuran, menghindari makanan yang mengandung zat adiktif seperti penyedap, pengawet dan pewarna. Kandungan radikal bebas dari zat adiktif tersebut dapat memicu terjadinya mutasi genetic pada anak sehingga menyebabkan kelainan fisik dan cacat kongenital. Saat terjadi pembuahan, janin sudah terekspos dengan nutrisi yang dimakan ibu sejak dua minggu sebelumnya. seeing calon ibu harus memperhatikan asupan makanan yang mendukung pembentukan janin sehat. Dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung: 1) Protein Berfungsi untuk meningkatkan produksi spema. Makanan sumber protein seperti telur, ikan, daging, tahu dan tempe. 2) Asam folat Berperan dalam perkembangan sistem saraf pusat dan darah janin, cukup asam folat mengurangi risiko bayi lahir dengan cacat system saraf sebanyak 70%. Jika seorang perempuan memiliki kadar asam folat yang cukup setidaknya 1 bulan sebelum dan selama kehamilan, maka dapat membantu mencegah kecacatan pada otak dan tulang belakang bayi. Asam folat dapat diperoleh melalui makanan, seperti sayuran bewarna hijau tua (bayam dan sawi hijau), asparagus, okra, kembangkol, seledri, wortel, buah bit dan jagung. Sebagian susu untuk ibu hamil pun mengandung asam folat cukup tinggi, sehingga dapat membantu memenuti kebutuhan ibu. Ibu dapat memilih susu untuk ibu hamil yang rasanya enak untuk mengurangi rasa mual, serta tentu merupakan produk yang berkualitas tinggi. 3) Konsumsi berbagai vitamin -



Vitamin A Berperan cukup penting dalam produksi sperma yang sehat. Terdapat pada hati, mentega, margarin, telur, susu, ikan berlemak, brokoli, wortel, bayam dan tomat.



-



Vitamin D Kekurangan vitamin D akan menurunakan tingkat kesuburan hingga 75%. Sumber vitamin D diproduksi di dalam tubuh dengan bantuan sinar matahari, selain itu dapat pula diperoleh dari telur, susu, hati, minyak ikan,ikan tuna, margarin dan ikan salmon.



-



Vitamin E Vitamin E dapat meningkatkan kemampuan sperma membuahi sel telur dan mencegah keguguran karena perannya dalam menjaga kesehatan dinding rahim dan plasenta. Banyak terdapat pada minyak tumbuhtumbuhan, bekatul gandum dan kecambah atau tauge.



-



Vitamin B6 Kekurangan



vitamin



ini



akan



menyebabkan



terjadinya



ketidakseimbangan hormone, padahal keseimbangan hormone estrogen dan progesterone penting untuk terjadinya kehamilan. Sumber vitamin B6 antara lain; ayam, ikan, beras merah, kacang kedelai, kacang tanah, pisang dan sayur kol. -



Vitamin C Pada wanita, vitamin C berperan penting untuk fungsi indung telur dan pembentukan sel telur. Selain itu, sebagai antioksidan (bekerjasama dengan vitamin E dan beta karoten) vitamin C berperan melindungi sel-sel organ tubuh dari serangan redikal bebas (oksidan) yang mempengaruhi kesehatan sistem reproduksi. vitamin C banyak terdapat pada jambu biji, jeruk, stroberi, papaya, mangga, sawi, tomat dan cabai merah.



4) Cukup zat seng Berperan penting dalam pertumbuhan organ seks dan juga pembentukan sperma yang sehat. Bagi calon ibu, seng membantu produksi materi genetic ketika pertumbuhan terjadi. Bagi calon ayah, melancarkan pembentukan sperma. Sumber seng antara lain makanan hasil laut/seafood (seperti lobster, ikan, daging kepiting), kacang-kacangan (kacang mente dan almond), bijibijian (biji labu dan bunga matahari) serta produk olahan susu. 5) Cukup zat besi Kekurangan zat besi membuat siklus ovulasi (pelepasan sel telur) ibu terganggu. Makanan atau multi vitamin yang mengandung zat besi akan membantu dalam persiapan kehamilan dan menghindari anemia yang sering kali dikeluhkan oleh ibu hamil. Sumbernya: hati, daging merah, kuning telur, sayuran hijau, jeruk dan sereal yang diperkaya zat besi. 6) Fosfor Jika kekurangan menurunkan kualitas sperma calon ayah. Ada di susu dan ikan teri.



7) Selenium (Se) Berperan penting dalam produksi sperma yang sehat. Gejala kekurangan selenium



antara



lain



tekanan



darah



tinggi,



disfungsi



seksual



dan



ketidaksuburan. Sumber selenium antara lain; beras, bawang putih, kuning telur, seafood, jamur dan semangka. 8) Kurangi konsumsi kandungan makanan yang berminyak Jika memungkinkan calon ibu dapat mengganti minyak goring dengan minyak zaitun. Kandungan asam lemak yang terkandung di dalam minyak zaitun bermanfaat untuk kesehatan jantung, tubuh serta level kolesterol sehingga menyeimbangkan endokrin yang sehat. 9) Membatasi kafein Batasi konsumsi kopi dan the dikarenakan mengandung kafein yang dapat memperburuk kesehatan menjelang persiapan kehamilan. Rekomendasi dari pakar kesehatan bahwa mengawali kehamilan dapat dilakukan dengan batas mengkonsumsi kafein sebanyak 200 miligram, hal ini juga dapat dibatasi sampai kehamilan. 10) Hindari konsumsi a) Daging mentah, karena berisiko mengandung virus penyebab toksoplasma, parasite penyebab infeksi janin dan bakteri E.coli yang berbahaya bagi kehamilan dan janin. b) Sayuran mentah (lalap dan salad). Bila proses pencucian piring kurang baik, dapat mengandung virus penyebab toksoplasma. c) Daging ayam dan telur ½ matang atau mentah, kemungkinan ada bakteri salmonella penyebab diare berat. d) Ikan bermekuri. Merkuri yang terakumulasi dan tertinggal di darah akan mempengaruhi sistem saraf janin. Waspada makan ikan tuna kalengan, tuna beku, kakap putih, bawal hitam, marlin, tongkol dan hiu. Meski kaya omega-3 dan 6, ikan dari sebagian perairan Indonesia diduga tercemar, merkuri melalui penurunan kualitas air maupun rantai makanan. 7. Informasi Kehamilan dan Pencegahan Komplikasi pada Kehamilan Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari fase fertilitas hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu



atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan berlangsung dalam tiga trimester, trimester satu berlangsung dalam 13 minggu pertama, trimester kedua 14 minggu (minggu ke-14 hingga ke-27) dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 bhingga ke 40) (Yulistiana, 2015). Kehamilan adalah proses normal yang menghasilkan serangkaian perubahan fisiologis dan psikologis pada wanita hamil. Kehamilan merupakan periode dimana terjadi perubahan-perubahan psiokologis dan terjadinya proses adaptasi terhadap pola hidup dan proses kehamilan itu sendiri. Proses kehamilan sampai persalinan merupakan mata rantai satu kesatuan dari konsepsi, nidasi, pengenalan adaptasi, pemeliharaan kehamilan, perubahan endokrin sebagai persiapan menyongsong kelahiran bayi dan persalinan dengan kesiapan pemeliharaan bayi. a. Konsumsi tablet tambah darah untuk mencegah anemia Proses haemodilusi yang terjadi pada masa hamil dan meningkatnya kebutuhan ibu dan janin, serta kurangnya asupan zat besi lewat makanan mengakibatkan kadar Hb ibu hamil menurun. untuk mencegah kejadian tersebut maka kebutuhan ibu dan janin akan tablet zat besi harus dipenuhi. Anemia defesiensi besi sebagai dampai dari berkurangnya asupan zat besi pada kehamilan tidak hanya berdampak buruk pada ibu, tetapi juga berdampak buruk pada kesejahteraan janin. Beberapa hal yang bisa dipakai sebagai pedoman untuk mencukupi kebutuhan besi antara lain 1-3 1) Pemberian suplemen Fe untuk anemia berat dosisnya adalah 4-6 mg/kg BB/hari dalam 3 dosis terbagi. Untuk anemia ringan-sedang: 3 mg/kg/BB/hari dalam 3 dosis terbagi. 2) Mengatur pola diert seimbang berdasarkan piramida makanan seeing kebutuhan makronutrien dan mikronutrien dapat terpenuhi. 3) Meningkatkan konsumsi bahan makanan sumber besi terutama dari protein hewani seperti daging, seeing walaupun tetap mengkonsumsi protein nabati diharapkan presentase konsumsi protein hewani lebih besar dibandingkan protein nabati. 4) Meningkatkan konsumsi bahan makanan yang dapat meningkatkan kelarutan dan bioavailabilitas besi seperti vitamin C yang berasal dari buah-buahan bersama-sama dengan protein hewani. 5) Membatasi konsumsi bahan makanan yang dapat menghambat absorbs besi seperti bahan makanan yang mengandung polifenol atau pitat.



6) Mengkonsumsi suplemen besi ferro sebelum kehamilan direncanakan minimal tiga bulan sebelumnya apabila diketahui kadar ferritin rendah. b. Suplemen kalsium untuk mengurangi risiko pre eklamsia Pre eklamsia adalah kondisi khusus di pertengahan kehamilan yang mempengaruhi sekitar 3%-8% dari ibu hamil dan memberikan kontribusi yang signifikan baik pada morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal. Secara keseluruhan, 10-15% dari kematian ibu secara langsung berhubungan dengan preeklamsia dan eklamsia. Kalsium memegang peranan penting dalam berbagai proses fungsi fisiologis didalam tubuh yaitu proses pembekuan darah, bersama dengan natrium dan kalium mempertahankan potensial membrane sel, tranduksi sinyal antara reseptor hormone, eksibilitas neuromuskuler, integritas membrane sel, pembentukan struktur tulan dan sebagai cadangan kalsium tubuh. Makanan yang kaya kalsium seperti susu, susu kedelai, yogurt, keju dan sayuran kubis, brokoli, almond, sarden, salmon dan jus jeruk. Konsumsi kalsium yang tidak memadai pada ibu hamil dapat menyebabkan efek samping pada ibu dan janin serta menghasilkan osteopenia, tremor, parestia, kram otot, tetanus, pertumbuhan janin terhambar, berat bdan lahir rendah, dan mineralisasi janin rendah (Gustrini, 2019). Selama kehamilan janin membutuhkan sejumlah besar kalsium untuk perkembangan. Janin menyimpan kalsium sebanyak 28,2 g kalsium dan 80% dari jumlah tersebut diperoleh pada trimester ketiga. Sekres kalsium pada kehamilan meningkat dua kali lipat dibandingkan wanita tidak hamil. Penyesuaian kalsium dalam tubuh ibu merupakan kompensasi terhadap kebutuhan janin dan peningkatan sekresi kalsium. Kadar kalsium dalam plasma ditentukan oleh absorbsi kalsium pada saluran cerna, reabsorbsi kalsium pada tulang dan pengeluaran kalsium pada tinja, urin dan keringat. Pengaturan keseimbangan kalsium dipengaruhi terutama hornmon paratiroid, kalsitonin dan vitamin D (Gustrini, 2019). 8. Informasi Tentang Infeksi Menular Seksual Infeksi menular seksual (IMS) adalah penyakit yang salah satu penularannya melalui hubungan seksual. Dulu kita kenal juga dengan nama penyakit kelamin. Jika kita melakukan hubungan seks berisiko, maka kita dapat terkena penyakit kelamin atau infeksi menular seksual ini.



a. Gejala Infeksi Menular Seksual 1) Keluar cairan dari vagina, penis atau anus yang berbeda dari biasanya. 2) Rasa perih atau nyeri atau panas pada saat kencing atau setelah kencing atau menjadi sering kencing. 3) Ada luka terbuka/basah di sekitarkemaluan atau sekitar mulut. Luka ini bisa terasa nyeri bisa juga tidak. 4) Ada semacam tumbuhan seperti jengger ayam/kutil di sekitar kemaluan. 5) Terjadi pembengkakan pada lipatan paha. 6) Pada pria, terdapat bengkak dan nyeri pada kantung pelir/kantung zakar. 7) Sakit perut di bagian bawah yang kambuhan, tetapi tidak berhubungan dengan haid/menstruasi. 8) Keluar darah setelah berhubungan seks. 9) Demam. b. Jenis-Jenis IMS (Infeksi Menular Seksual) 1) Gonore dan Klamidia berakibat kemandulan bagi penderitanya, jika tidak diobati dengan benar. 2) Kaondiloma akuminata (jengger ayam) dan herpes genetalis sangat menjengkelkan karena bersifat kambuhan seumur hidup. 3) Hepatitit berbahaya jika sudah parah dan merusak hati. 4) Sifilis pada bayi yang dilahirkan dari perempuan penderita sifilis seringkali cacat atau lahir dalamkeadaan sudah mati. 5) HIV merupakan virus yang pada tahap AIDS dapat mematikan. c. Penyebab terjadinya IMS Tidak semua IMS dapat diobati, HIV/AIDS, hepatitis B dan C, herpes genitalis dan kondiloma akuminata (jengger ayam) termasuk jenis-jenis IMS yang tidak dapat disembuhkan. HIV adalah penyakit yang paling berbahaya karena selain tidak dapat disembuhkan, HIV merusak kekebalan tubuh manusia untuk melawan penyakit apapun. Akibatnya orang yang terkena HIV dapat menjadi sakit-sakitan dan banyak yang meninggal karenanya. Ingat!!! HIV akan lebih mudah menulari kita jika terkena IMS. Hepatitis merupakan peradangan hati yang dapat merusak hingga hati tidak dapat berfungsi dengan baik. Hepatitis B dapat dicegah dengan melakukan vaksinasi, terapi hepatitis C hingga kini belum ada vaksinnya.



Herpes genitalis, sering kambuh dan sangat nyeri jika sedang kambuh. Pada herpes, yang dapat diobati hanyalah gejala luarnya saja, tetapi bibit penyakitnya akan tetap hidup dalam tubuh penderita selamanya. Kondiloma akuminata (jengger ayam) pada laki-laki dapat menyebabkan kanker penis sedangkan perempuan seringkali menyebabkan kanker rahim. d. HIV/AIDS 1) Penularan HIV Infeksi HIV ditularkan melalui pertukaran caran tubuh manusia. Beberapa cara yang berisiko menularkan HIV diantaranya: a) Hubungan seks, pada saat berhubungan seks tanpa kondom,HIV dapat menular dari darah orang yang terinfeksi, air mani atau cairan vagina langsung ke aliran darah orang lain atau melalui selaput mukosa yang berada dibagian alam vagina, penis atau dubur. b) HIV dapat menular melalui transfusi darah yang mengandung HIV atau melalui alat suntik atau alat tindakan medis lain yang tercemar HIV. Selain dari jarum suntik, para pengguna narkoba suntik bergantian juga risiko tertular HIV. HIV menular dari ibu ke bayi pada saat kehamilan, kelahiran dan ketika menyusui. c) Selain dari jarum suntik, para pengguna narkoba suntik bergantian juga risiko tertular HIV. d) HIV menular dari ibu ke bayi pada saat kehamilan, kelahiran dan ketika menyusui. 2) Gejala HIV Setelah seseorang terinfeksi HIV, dia terlihat biasa saja seperti halnya orang lain karena tak menunjukkan gejala klinis. Tetapi orang tersebut bisa menularkan virus HIV melalui penularan cairan tubuh. Hal ini bisa terjadi selama 5-10 tahun. Setelah itu orang tersebut mulai menunjukkan kumpulan gejala akibat menurunnya kekebalan tubuh setelah terinfeksi HIV. 3) Pencegahan Penularan IMS dan HIV a) Saling setia Masing-masing setia pada pasangan dan tidak melakukan hubungans seks dengan orang lain. b) Kondom Kondom dapat mencegah masuknya cairan kelamin yang terinfeksi virus.



c) Hindari penggunaan narkoba suntik Menggunakan jarum bergantian berisiko menularkan HIV dalam jarum yang tercemar darah. Namun apapun bentuknya, hindari NARKOBA karena hanya akan merugikan diri sendiri. d) Penggunaan alat-alat steril Jangan gunakan jarum, alat suntik atau alat peluka (alat penembus) kulit lainnya (tindik atau tato) secara bergantian, penularan akan lebih mudah terjadi melalui darah. 9. Informasi Tentang Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara a. Kanker Leher Rahim Kanker leher rahim (serviks) atau karsinoma serviks uterus merupakan kanker pembunuh perempuan nomor dua di dunia setelah kanker payudara. Di Indonesia, kanker leher rahim bahkan menduduki peringkat pertama. kanker leher rahim yang sudah masuk ke stadium lanjut sering menyebabkan kematian dalamjangka waktu relative cepat. Serviks atau leher rahim/mulut rahim merupakan bagian ujung bawah rahim yang menonjol ke liang senggama (vagina). Kanker serviks berkembang secara bertahap. Proses terjadinya kanker ini diperlukan waktu 1-20 tahun. 1) Faktor Risiko Kanker Leher Rahim Ada beberapa sebab yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker leher rahim, antara lain adalah: a) Hubungan seks pada usia muda atau pernikahan pada usia muda. Semakin muda seorang perempuan melakukan hubungan seks, semakin besar risikonya untuk terkena kanker leher rahim. b) Berganti-ganti pasangan seksual. Perilaku seksual berupa gonta-ganti pasangan seks akan meningkatkan penularan penyakit kelamin. Penyakit yang ditularkan seperti infeksi Human Papilloma Virus (HPV) telah terbukti dapat meningkatkan timbulnya kanker leher rahim. c) Merokok, wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar terkena kanker leher rahim dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok. Penelitian menunjukkan, lendir leher rahim pada wanita perokok mengandung nikotin dan zat-zat lainnya yang ada di dalam rokok. Zat-zat tersebut akan



menurunkan daya tahan leher rahimdi samping merupakan faktor pencetus (ko-karsinogen) infeksi virus. d) Persalinan, infeksi, iritasi menahun pada leher rahim dapat menjadi pemicu kanker leher rahim. 2) Tanda-tanda Kanker Leher Rahim Pada fase prakanker, sering tidak ada gejala atau tanda-tanda yang khas. Namun, kadang bisa ditemukan gejala-gejala sebagai berikut: a) Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. b) Perdarahan



setelah



sanggama



yang



kemudian



berlanjut



menjadi



perdarahan yang abnormal. c) Timbulnya perdarahan setelah masa menopause d) Keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau dan dapat bercampur dengan darah. e) Timbul gejala-gejala kurang darah bila terjadi perdarahan kronis. f) Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang panggul. g) Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus. Kanker leher rahim juga dapat mengalami penyebaran lewat : a) Melalui pembuluh getah bening menuju ke kelenjar getah bening lainnya. b) Melalui pembuluh darah menuju paru-paru sehingga menimbulkan gejala batuk kadang sampai batuk berdarah dan nyeri dada. c) Penyebaran langsung ke daerah sekitar vagina. 3) Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Kematian pada kasus kanker leher rahim terjadi karena sebagian besar penderita yang berobat sudah berada dalam stadium lanjut. Deteksi dini terhadap kanker serviks pada stadium dini, kemungkinan penyembuhan penyakit lebih besar. Deteksi dini kanker leher rahim dapat dilakukan dengan Papsmear dan Tes IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat). Deteksi dini kanker leher rahim dianjurkan untuk perempuan usia 30 - 50 tahun yang sudah berhubungan seksual dan dapat dilakukan 5 tahun sekali. Deteksi dini kanker leher rahim dapat dilakukan di Bidan/ Dokter, Puskesmas, Rumah Sakit. Pada stadium awal umumnya kanker leher rahim tidak memiliki gejala. Pada stadium lanjut, gejalanya yaitu perdarahan pasca senggama, perdarahan tidak



normal dari vagina mulai bercak-bercak hingga menggumpal disertai bau busuk, keputihan, nyeri pinggang saat buang air kecil dan buang air besar. b. Kanker Payudara Kanker payudara adalah kanker terbesar kedua yang berisiko diderita oleh perempuan setelah kanker leher rahim. Sampai saat ini, penyebab pasti kanker payudara belum dapat diketahui. Tetapi dapat dipastikan beberapa penyebab terjadinya kanker payudara. 1) Faktor Risiko Kanker Payudara a) Perempuan perokok atau perokok pasif. b) Pola makan tinggi lemak dan rendah serat, termasuk mengandung banyak zat pengawet atau pewarna. c) Mendapat haid pertama kurang dari 12 tahun. d) Menopause (mati haid) setelah umur 50 tahun e) Melahirkan anak pertama sesudah umur 35 tahun f) Tidak pernah menyusui anak g) Pernah mengalami operasi pada payudara yang disebabkan oleh kelainan tumor jinak atau tumor ganas h) Anggota keluarga ada yang menderita kanker payudara 2) Deteksi Dini Kanker Payudara dengan SADARI SADARI adalah kegiatan yang dilakukan untuk deteksi dini benjolan atau perubahan pada payudara dibandingkan dengan keadaan sebelumnya. SADARI dianjurkan dilakukan sebulan sekali setelah selesai haid. Langkahlangkah SADARI antara lain :



a) Bercermin dengan kedua tangan di pinggang b) Angkat kedua tangan cermati setiap perubahan pada payudara c) Pencet puting, perhatikan cairan yang keluar d) Pijatlah payudara sambil berbaring e) Pijatlah payudara saat mandi



Beberapa cara deteksi dini kanker payudara antara lain, Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI), Mammografi, USG, Biopsi tanpa pembedahan, pemeriksaan klinis payudara. Masalah utama terjadinya kanker payudara adalah ketidakteraturan dan jarang melakukan SADARI dengan benar. SADARI sebaiknya dilakukan setiap kali selesai menstruasi (hari ke-10 dari awal menstruasi), pemeriksaan dilakukan setiap bulan sejak umur 20 tahun. Menurut Ekanita (2013), SADARI sangat efektif sampai dengan 90% dalam mendeteksi kanker payudara termasuk pada wanita usia subur. 10.



Informasi tentang Gangguan dalam Kehidupan Seksual Suami Istri Kehidupan seksual suami dan isteri adalah suatu hubungan yang dibina oleh suami dan isteri, dimana masing-masing pihak dapat memperlihatkan bentuk kasih sayang cintanya lewat sebuah tindakan pribadi yang dilakukan berdua. Pada dasarnya setiap orang yang sudah dewasa memiliki dorongan untuk melakukan hubungan seksual terutama bagi mereka yang menikah dan telah hidup bersama setiap hari. Namun ada kalanya dorongan seksual tersebut terganggu oleh beberapa hal. Gangguan seksual dapat dipengaruhi oleh faktor fisik dan psikis. Kalau kedua faktor ini baik, fungsi seksual juga baik. Faktor fisik adalah ada tidaknya penyakit, pola hidup sehat, atau ada tidaknya pengobatan yang didapat untuk mendukung fungsi organ tubuh. Sementara faktor psikis misalnya stres, kejenuhan, serta suasana hubungan yang pribadi atau kadar cinta dengan pasangan. Gangguan seksual dapat terjadi pada suami (laki-laki) ataupun isteri (perempuan). Oleh karena itu, kehidupan seksual dalam rumah tangga tidak boleh berpihak hanya kepada satu orang saja, tetapi harus dapat dikomunikasikan apa yang menjadi kebutuhan seksual dari masing-masing pihak, apa yang disukai dan apa yang tidak disukai, sehingga ketika kegiatan seksual dilaksanakan, pihak suami atau isteri samasama mengetahui apa yang bisa dan apa yang tidak bisa dilakukan oleh mereka agar kedua belah pihak sama-sama puas. a. Gangguan Seksual pada Perempuan 1) Gangguan dorongan seksual, misalnya dorongan seksual hipoaktif dan ketidaksenangan terhadap aktivitas seksual. 2) Gangguan bangkitan seksual, yaitu vagina yang kurang mengeluarkan cairan meskipun sudah dalam keadaan cukup terangsang. 3) Tidak bisa atau sulit untuk mencapai orgasme saat berhubungan seksual.



4) Rasa sakit atau tidak nyaman di kelamin dan sekitarnya setiap kali berhubungan seksual. b. Ganggian Seksual pada Laki-laki 1) Gangguan dorongan seksual, misalnya akibat penyakit fisik atau psikis. 2) Disfungsi ereksi, misalnya karena menderita diabetes melitus. 3) Gangguan ejakulasi, yaitu ejakulasi dini atau justru ejakulasi yang terhambat. 4) Gangguan orgasme, yaitu tidak bisa merasakan orgasme. c. Mencegah Gangguan Seksual 1) Selalu ingat bahwa kehidupan seksual adalah milik bersama dan dibina bersama pasangan. 2) Bersikap dan bicaralah secara terbuka apa adanya. 3) Jaga kesehatan tubuh dan jiwa. Bentuk tubuh ideal menjadi faktor pendukung untuk membangkitkan gairah pasangan. 4) Hindari gaya hidup tak sehat, misalnya rokok, stres, kurang tidur, pola makan tidak baik, dan tidak berolahraga. 5) Jangan tergoda untuk menggunakan obat/ ramuan yang tidak jelas isi dan indikasinya. 6) Jagalah keseimbangan antara kesibukan dan rileksasi. 7) Selalu usahakan untuk memiliki waktu khusus hanya berdua bersama pasangan. 8) Jangan melakukan hubungan seksual sebagai hal yang rutin. B. TINJAUAN TEORI ASUHAN PRANIKAH 1. Pengertian Asuhan Kebidanan Asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan keterampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien Asuhan kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang berurutan, yang di mulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Tujuh langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap dan bisa di aplikasikan dalam suatu situasi (Varney, 2012). 2. Tahapan Asuhan Kebidanan Dalam praktiknya bidan menggunakan manajemen kebidanan dalam memberikan asuhan kebidanan. Menurut Varney (2012), manajemen kebidanan adalah proses



pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilanketerampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan berfokus pada klien. Menurut Varney (2012), langkah-langkah manajemen kebidanan tersebut sebagai berikut: a. Langkah I (Pengumpulan Data Dasar) Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap yang berkaitan dengan kondisi klien. Pendekatan ini harus bersifat komprehensif meliputi data subjektif, objektif, dan hasil pemeriksaan. b. Langkah II (Interpretasi Data Dasar) Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas dasar data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan dinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnose dan masalah yang spesifik. c. Langkah



III



(Mengidentifikasi



Diagnosa



dan



Masalah



Potensial



dan



Mengantisipasi Penangananya) Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnose potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah diidentifikasikan (Varney, 2012). d. Langkah IV (Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera) Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau dikonsulkan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien (Varney, 2012). e. Langkah V (Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh) Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh, ditentukan langkah-langkah sebelumnya. langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi. f. Langkah VI (Pelaksanaan Langsung Asuhan Efisien dan Aman) Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh di langkah kelima harus dilaksanakan secara efisien dan aman.



g. Langkah VII (Mengevaluasi Hasil Tindakan) Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan. Rencana dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaanya. 3. Pendokumentasian Manajemen Asuhan Kebidanan a. Data Subyektif (S) Data subyektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney langkah pertama (pengkajia data), terutama data yang diperoleh melalui anamnesis. 1) Nama Klien dan Pasangan Digunakan untuk memperlancar komunikasi dalam asuhan, sehingga antara bidan dan pasien menjadi lebih akrab (Walyani, 2015). 2) Umur Dikaji untuk mengetahui masa reproduktif klien berisiko tinggi atau tidak dimana 35 tahun (Walyani, 2015). Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) juga telah mengeluarkan aturan bahwa usia ideal menikah pihak perempuan adalah 20-35 tahun dan 25-40 tahun untuk pihak pria (Sekarayu, 2020). 3) Agama Untuk menentukan bagaimana kita memberikan dukungan pada ibu selama memberikan asuhan. Informasi ini terkait dengan pentingnya agama dalam kehidupan klien, tradisi agama dalam kehamilan dan lain-lain (Walyani, 2015). 4) Suku Bangsa Dikaji untuk menentukan adat istiadat dan budayanya. Ras, etnis dan keturunan harus diidentifikasi dalam rangka memberikan perawatan yang peka budaya pada klien (Walyani, 2015). 5) Pendidikan Tanyakan tingkat pendidikan tertinggi klien. Mengetahui pendidikan klien berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, seeing bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya (Walyani, 2015).



6) Pekerjaan Mengetahui



pekerjaan



klien



adalah



penting



untuk



mengetahui



kemungkinan pengaruh lingkungan kerjaan pasien terhadap kehamilan yang dapat merusak janin dan persalinan premature (Walyani, 2015). 7) Alamat Dikaji untuk mengetahui keadaan lingkungan dan tempat tinggal klien, sehingga lebih memudahkan pada saat akan bersalin serta mengetahui jarak rumah dengan tempat pelayanan kesehatan (Walyani, 2015). 8) Alasan Datang Ditanyakan untuk mengetahui alasan datang ke bidan/klinik,apakah untuk memeriksakan keadaannya atau untuk memeriksakan keluhan lain yang disampaikan dengan kata-katanya sendiri (Hani, dkk, 2010). 9) Keluhan Utama Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke fasilitas kesehatan (Sulistyawati, 2011). 10) Riwayat Obstetri a) Menarche: Dikaji untuk mengetahui kapan pertama kali pasien menstruasi. Umumnya menarche terjadi pada usia 12-13 tahun (Sulistyawati, 2011). b) Siklus: Siklus merupakan jarak antara menstruasi yang dialami dengan menstruasi berikutnya, dalam hitungan hari. Dikaji teratur atau tidaknya setiap bulan. Biasanya sekitar 23-32 hari (Sulistyawati, 2011). c) Lamanya: Menurut Walyani (2015), lamanya haid yang normal adalah ±7 hari. Apabila sudah mencapai 15 hari berarti sudah abnormal dan kemungkinan adanya gangguan ataupun penyakit yang mempengaruhi. d) Nyeri Haid: Nyeri haid perlu ditanyakan untuk mengetahui apakah klien menderita atau tidak disetiap haid. Nyeri haid juga menjadi tanda kontraksi uterus klien begitu hebat sehingga menimbulkan nyeri haid (Walyani, 2015). e) Banyaknya: Dikaji untuk mengetahui berapa banyak darah yang keluar saat haid. Normalnya yaitu 2 kali ganti pembalut dalam sehari. Apabila darahnya terlalu berlebihan,itu berarti telah menunjukkan gejala kelainan banyaknya darah haid.



11) Riwayat Kesehatan Data yang perlu dikumpulkan adalah riwayat penyakit yang saat ini diderita oleh ibu hamil, baik penyakit menular seperti TBC, hepatitis, malaria, HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya maupun penyakitmenurun atau degenerative seperti hipertensi, DM, asma, jantung dan lain-lain. 12) Riwayat Imunisasi Pemberian imunisasi TT pada wanita harus didahului dengan skrining untuk mengetahui jumlah dosis dan status imunisasi TT yang telah diperoleh selama hidupnya (Kemenkes RI, 2015). Berikut ini jadwal pemberian imunisasi yang sudah pernah mendapatkan imunisasi TT. Tabel 1.1 Jadwal Pemberian Imunisasi TT Pernah



Pemberian Dengan Selang Waktu Minimal



1 kali



TT2, 4 minggu setelah TT1



2 kali



TT3, 6 bulan setalah TT2



3 kali



TT4, 1 tahun setelah TT3



4 kali



TT5, 1 tahun setalah TT4



5 kali



Tidak perlu lagi



Sumber : (Kemenkes RI, 2013) Berdasarkan penelitian Meiriza (2018), Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Pranikah Dengan Pelaksanaan Imunisasi Tetanus Toxoid (Catin) di Puskesmas Padang Luar Kabupaten Agam tidak terdapat hubungan namun imunisasi ini berguna saat kehamilan nantinya. 13) Rencana KB Untuk mengetahui rencana pemakaian kontrasepsi, apakah akan menunda kehamilan atau tidan (Walyani, 2015). 14) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari a) Pola Nutrisi Beberapa hasil yang perlu ditanyakan pada pasien berkaitan dengan pola makan adalah menu, frekuensi, jumlah perhari dan pantangan (Walyani, 2015). b) Pola Eliminasi BAB dan BAK seperti frekuensi perhari, warnanya, ada masalah selama BAB/BAK atau tidak (Walyani, 2015).



c) Personal Hygiene Untuk mengetahui kebersihan diri pasien. Dianjurkan untuk mandi minimal 2 kali sehari, ganti baju minimal 1 kali, ganti celana dalam minimal 2 kali sehari, berkeramas lebih sering dan menjaga kebersihan kuku (Walyani, 2015). d) Pola Istirahat Tidur Untuk mengetahuui kecukupan istirahat pasien. Istirahat sangat diperlukan calon pengantin. Lama tidur siang hari normalnya 1-2 jam, malam hari normal adalah 6-8 jam (Sulystiawati, 2009). e) Pola Aktivitas dan Olahraga Mengkaji aktivitas sehari-hari pasien untuk gambaran tentang seberapa berat aktivitas pasien (Sulystiawati, 2009). f) Kebiasaan yang Merugikan Kesehatan Dikaji untuk mengetahui apakah ibu memiliki kebiasaaan seperti minum jamu, merokok, minum-minuman keras dan obat terlarang dan kebiasaan lainnya (Walyani, 2015). 15) Riwayat Psikososial Spiritual a) Persiapan Acara Pernikahan b) Persiapan Membina Rumah Tangga c) Persiapan Psikologis d) Persiapan Spiritual e) Identitas Karakter f) Tingkat Pengetahuan Untuk mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan pasien mengenai persiapan pernikahan yang akan dilakukan b. Data Obyektif (O) Data objektif merupakan pendokumentasian hasil observasi yang jujur, hasil pemeriksaan fisik klien, hasil pemeriksaan laboratorium. Catatan medik dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam data objektif ini sebagai data penunjang. Data ini akan memberikan bukti gejala klinis klien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis.



1) Pemeriksaan Umum a) Keadaan umum Baik: Jika pasien memperlihatkan respons yang baik terhadap lingkungan dan orang lain serta secara fisik pasien tidak mengalami ketergantungan dalam berjalan. b) Kesadaran Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita dapat melakukan



pengkajian



tingkat



kesadaran



mulai



dari



keadaan



komposmentis (kesadaran maksimal). c) Tekanan Darah Tekanan darah pada ibu tidak boleh mencapai 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolic. Perubahan 30 mmHg sistolik dan 15 mmHg diastolic diatas tensi sebelum hamil, menandakan toxaemia gravidarum (keracunan kehamilan). Tekanan darah normal berkisar systole/diastole 120/80. d) Suhu Suhu tubuh normalnya 35,8°C-37°C, jika lebih dari 37,5°C dikatakan demam, hal ini mungkin ada infeksi. e) Nadi Normalnya frekuensi denyut jantung teratur sekitar 80-90x/menit. f) Respirasi Pernafasan normal pada ibu adalah 16-24x/menit. g) BB Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dankebutuhan zat gizi terjamin, berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan abnormal, terhadap dua kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau lambat dari keadaan normal. Berat badan harus selalu dimonitor agar memberikan informasi yang memungkinkan intervensi



gizi



yang



preventif



sedini



mungkin



guna



mengatasi



kecendrungan penurunan atau penambahan berat badan yang tidak dikehendaki. Berat badan harus selalu dievaluasi dalam konteks riwayat berat badan yang meliputi gaya hidup maupun status berat badan yang



terakhir. Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang (Anggraeni, 2012). h) Tinggi badan Tinggi badan merupakan salah satu parameter yang dapat melihat keadaan status gizi sekarang dan keadaan yang telah lalu. Pertumbuhan tinggi/jarang badan tidak seperti berat badan, relative kurang sensitive pada masalah kekurangan gizi pada waktu singkat (Anggraeni, 2012). Salah satu cara untuk menentukan status gizi yaitu degan membandingkan berat badan dan tinggi badan. IMT = BB (kg)/TB2 (m) 







Untuk perempuan Kurus



: 27 kg/m2



Untuk laki-laki Kurus



: 27 kg/m2



i) LILA Ukuran LILA normalnya 23,5-25 cm, bila kurang dari 23,5 cm merupakan indicator kuat untuk status gizi yang kurang/buruk. 2) Status Present a) Kepala Dikaji ukuran, bentuk, kontur, kesimetrisan kepala, kesimetrisan wajah, lokasi struktur wajah. b) Rambut Dikaji warna, kebersihan, mudah rontok atau tidak. c) Mata Dikaji kelopak mata edema atau tidak, ada tanda-tanda infeksi tidak, warna konjungtiva, warna sclera, ukuran dan bentuk serta kesamaan pupil.



d) Hidung Dikaji ada nafas cuping hidung atau tidak, kesimetrisan, ukuran, letak, rongga hidung bebas sumbatan atau tidak, ada polip atau tidak, ada tandatanda infeksi atau tidak. e) Mulut 



Bibir (warna dan integritas jaringan seperti lembab/kering)







Lidah (warna, kebersihan)







Gigi (kebersihan, karies, gangguan pada mulut).



f) Telinga Dikaji ada pembesaran atau tidak, ketajaman pendengaran, letak telinga dikepala, bentuk, ada tonjolan atau tidak, edema atau tidak, ada lesi atau tidak, adanya sumbatan atau benda pada saluran pendengaran eksterna atau tidak. g) Leher Lakukan palpasi apakah terjadi pembesaran tiroid atau tidak. h) Ketiak Dikaji tentang ada/tidaknya pembesaran kelenjar limfe. i) Dada Dikaji bentuk, simetris atau tidak,bentuk dan kesimetrisan payudara, bunyi/denyut jantung, ada/tidaknya gangguan pernafasan (auskultasi). j) Genetalia 



Lihat adanya tukak/luka, varises, cairan (warna, konsistensi, jumlah, bau)







Uretra dan skene : adakah cairan atau nanah







Kelenjar Bartholini adakah: pembengkakan, massa, atau kista dan cairan.



k) Anus Dikaji ada/tidaknya hemoroid dan kebersihan. l) Ekstremitas Dikaji adakah kelainan atau tidak,adakah oedema dan varises serta reflek patella pada kaki kanan dan kaki kiri.



3) Status Obstetri a) Mammae: Tidak terdapat benjolan/massa yang abnormal b) Abdomen: menilai ada tidaknya masa abnormal da nada tidaknya nyeri tekan c) Genetalia: pada keadaan normal tidak terdapat bau busukdan tidak ada condiloma. Pada vulva mungkin didapat cairan jernih atau sedikit bewarna putih tidak berbau, pada keadaan normal, terdapat pengeluaran cairan tidak ada rasa gatal, luka atau perdarahan (Walyani, 2015). 4) Pemeriksaan Penunjang a) Pemeriksaan darah rutin, meliputi: HB, Trombosit, Leukosit b) Pemeriksaan darah yang dianjurkan: Golongan darah dan Rhesus, Gula Darah Sewaktu (GDS), Thalassemia, Hepatitis B/C dan TORCH (Toksoplasma, Rubella, Citomegalovirus dan Herpes Simplek) c) Pemeriksaan urin digunakan untuk mengetahui kadar urin protein dan kadar glukosa. c. Analisa Langkah ini merupakan pendokumentasian hasil analisis dan intrepretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Karena keadaan klien yang setiap saat bisa mengalami perubahan, dan akan ditemukan informasi baru dalam data subjektif maupun data objektif, maka proses pengkajian data akan menjadi sangat dinamis. Di dalam analisis menuntut bidan untuk sering melakukan analisis data yang dinamis tersebut dalam rangka mengikuti perkembangan klien. Analisis yang tepat dan akurat mengikuti perkembangan data klien akan menjamin cepat diketahuinya



perubahan



pada



klien,



dapat



terus



diikuti



dan



diambil



keputusan/tindakan yang tepat. Analisis data adalah melakukan intrepretasi data yang telah dikumpulkan, mencakup diagnosis, masalah kebidanan, dan kebutuhan. Data yang telah dikumpulkan pada tahap pengkajian kemudian dianalisa dan diinterpretasikan untuk dapat menentukan diagnose dan masalah ibu. Diagnosa: Ny. X, usia 20-35 tahun calon pengantin dengan kebutuhan Dalam bagian ini yang dikumpulkan oleh bidan antara lain sebagai berikut: a) Masalah: masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian, normalnya tidak terjadi masalah.



b) Diagnose potensial: Pada keadaan normal, diagnose potensial dapat diabaikan c) Tindakan Segera: Pada keadaan normal, langkah ini dapat diabaikan d. Pelaksanaan Penatalaksanaan adalah mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara komprehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan.tujuan penatalaksanaan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraannya.



DAFTAR PUSTAKA Anggraeni, A.C. (2012). Asuhan Gizi, Nutrional Care Process. Yogyakarta: Graha Ilmu BKKBN.



2017.



BKKBN:



Usia



Pernikahan



Ideal



21-25



Tahun.



Diunduh



di



https://www.bkkbn.go.id/detailpost/bkkbn-usia-pernikahan-ideal-21-25-tahun? Diakses pada 13 September 2021 Depkes, 2011. Petunjuk Teknis Pemantauan Status Gizi Orang Dewasa dengan Indeks Massa Tubuh (IMT). Jakarta: Depkes RI Gustirini, R. 2019. Suplementasi Kalsium Pada Ibu Hamil Untuk Mengurangi Insidensi Preeklamsia di Negara Berkembang. Jurnal Kebidanan. 8(2), 151. Hani, Ummi, D. (2010). Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis. Malang: Edward Tanujaya. Kemenkes RI (2015). Pedoman Penangguangan Kurang Energi Kronik (KEK) Pada Ibu Hamil. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI Kementrian Kesehatan RI (2018). Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Calon Pengantin. Kementrian Kesehatan RI Kertamuda, E.F. 2009. Konseling Pernikahan untuk Keluarga di Indonesia. Jakarta: Salemba Humanika. Kurniawan, A. (2016). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta Selatan: Pusdik SDM Kesehatan BPPSDMK Meiriza, W. & Triveni. 2018. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Pra Nikah Dengan Pelaksanaan Imunisasi Tetanus Toxoid (Catin) di Puskesmas Padang Luar Kabupaten Agam. Jurnal Kebidanan. Vol. 1 No. 2 Sekarayu, S. Y. 2021. Dampak Pernikahan Usia Dini Terhadap Kesehatan Reproduksi. Jurnal Pengabdian dan Penelitian Kepada Masyarakat (JPPKM). Vol. 2 No. 1 Sulistyawati, A. (2011). Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika Supariasa, I. D. N., B. dkk. 2014. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC Triningtyas, D. A. , dkk. 2017. Konseling Pranikah: Sebuah Upaya Meredukasi Budaya Penikahan Dini di Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo. Jurnal Konseling Indonesia. 3 (1): 28 - 32 Varney, Helen & Marlyn HE, David W, M. L. (2012). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2. Jakarta: EGC Walyani, E. S. & E. P. (2015). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: Pustaka Baru Pers



Willis, S. S. 2009. Konseling Keluarga. Bandung: Alfabeta Yulistiana. E. 2015. Hubungan Pengetahuan Ibu dan Kunjungan Suami pada Ibu Hamil Terhadap Keteraturan Kunjungan Antenatal Care (ANC) di Puskesmas Wates Lampung Tengah. Jurnal Kebidanan, 1(2), 81-90 Zulaekha. 2013. Bimbingan Konseling Pra Nikah bagi "Calon Pengantin" di BP4 KUA Kec. Mranggen (Studi Analisis Bimbingan Konseling Perkawinan. Skipsi. Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Semarang. Institut Agama Islam Negeri Walisongo).