14 0 155 KB
KEPERAWATAN GERONTIK LAPORAN PENDAHULUAN PADA LANSIA DENGAN PRURITUS
HILDA NUR ISLAMI 1018031054 PSIK 4B
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS FALETEHAN TAHUN 2021/2022
BAB I KONSEP LANSIA DAN KONSEP KASUS A. KONSEP PROSES PENUAAN 1. Pengertian lanjut Usia Proses menua merupakan suatu yang fisiologis, yang akan dialami oleh setiap orang. Batasan orang dikatakan lanjut usia berdasarkan UU No 13 tahun 1998 adalah 60 tahun. Proses penuaan dipandang sebagai sebuah proses total dan sudah dimulai saat
masa
konsepsi.
Meskipun
penuaan
adalah
sebuah
proses
berkelanjutan, belum tentu seseorang meninggal hanya karena usia tua. Sebab individu memiliki perbedaan yang unik terhadap genetik, sosial, psikologik, dan faktor-faktor ekonomi yang saling terjalin dalam kehidupannya menyebabkan peristiwa menua berbeda pada setiap orang. Dalam pengalaman
sepanjang traumatik
melemahkan
baik
kemampuan
kehidupannya, fisik
seseorang
maupun
seseorang
untuk
emosional
mengalami yang bisa
memperbaiki
atau
mempertahankan dirinya. Akhirnya periode akhir dari hidup yang disebut senescence terjadi saat organisme biologik tidak dapat menyeimbangkan lagi mekanisme “Pengrusakan dan Perbaikan”. 2. Teori tentang Proses menua a. Teori Biologik Menurut Mary Ann Christ et al. (1993), penuaan merupakan proses yang secara berangsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif dan mengakibatkan perubahan di dalam yang berakhir dengan kematian. Penuaan juga menyangkut perubahan sel, akibat interaksi sel dengan lingkungannya, yang pada akhirnya
menimbulkan
perubahan
degeneratif. Teori biologis tentang proses penuaan dapat dibagi menjadi teori
intrinsik dan ekstrinsik. Intrinsik berarti perubahan yang berkaitan dengan usia, timbul akibat penyebab di dalam sel sendiri, sedangkan teori
ekstrinsik
menjelaskan
bahwa
perubahan
yang terjadi
diakibatkan oleh pengaruh lingkungan. Faktor intrinsik, peranan enzym seperti DNA polymerase yang berperan besar pada penggandaan dan perbaikan DNA, serta enzym proteolytik yang dapat menemukan sel yang mengalami degradasi protein sangat penting. Sedangkan pada faktor ekstrinsik yang penting dikemukakan adalah radikal bebas, fungsi kekebalan seluler dan humoral, oksidasi stress, cross link serta mekanisme “dipakai dan aus” sangat menentukan dalam proses penuaan yang terjadi . Adanya faktor pengaruh intrinsik dan ekstrinsik tadi pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat perubahan pada sel , sel otak dan saraf, gangguan otak , serta jaringan tubuh lainnya. b. Teori Sosial 1) Teori Interaksi Sosial (Social Exchange Theory). Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Mauss (1954), Homans (1961) dan Blau (1964) mengemukakan bahwa interaksi sosial didasarkan atas hukum pertukaran barang dan jasa, sedangkan pakar lain Simmons (1945) mengemukakan bahwa kemampuan lansia untuk terus menjalin interaksi sosial merupakan kunci untuk mempertahankan status sosialnya untuk melakukan tukar menukar. 2) Teori Penarikan Diri (Disengagament Theory) Cumming dan Henry ( 1961) mengemukakan bahwa kemiskinan yang
diderita
lansia
dan
menurunnya
derajat
kesehatan
mengakibatkan seseorang lansia secara perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Selain hal tersebut, dari pihak masyarakat juga mempersiapkan kondisi agar para lansia menarik diri. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lansia menurun baik secara kualitas maupun secara kuantitas. 3) Teori Aktivitas (Activity theory) Teori ini dikembangkan oleh Palmore (1965) dan Lemon et al. (1972) yang mengatakan bahwa penuaan yang sukses tergantung dari bagaimana lansia merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin. Pokok-pokok teori aktivitas adalah : a) Moral dan kepuasan berkaitan dengan interaksi sosial dan keterlibatan sepenuhnya dari lansia di masyarakat. b) Kehilangan peran akan menghilangkan kepuasan seorang lansia. 4) Teori Perkembangan (Development Theory) Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang telah dialami oleh lansia pada saat muda hingga dewasa, dengan demikian perlu dipahami teori Freud, Buhler, Jung dan Erikson. 5) Teori Stratifikasi Usia (Age Stratification Theory) Wiley (1971), menyusun stratifikasi lansia berdasarkan usia kronologis yang menggambarkan serta membentuk adanya perbedaan kapasitas peran, kewajiban, serta hak mereka berdasarkan usia. Dua elemen penting dari model stratifikasi usia tersebut adalah struktur dan prosesnya. 3. Batasan – batasan lanjut Usia Lanjut usia dibagi oleh sejumlah pihak dalam berbagai klasifikasi dan batasan Menurut WHO Lanjut Usia dibagi dalam 4 kategori yaitu : a. Middle age (usia 45-59 tahun)
b. Elderly (60-74 tahun) c. Old (75-90 tahun) d. Very Old (diatas 90 tahun) Menurut Burnside : a. Young old (60-69 tahun) b. Middle age old (70-79 tahun) c. Old old (80-89 tahun) d. Ery old old (90 tahun keatas) 4. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia a. Perubahan fisik 1) Sel : jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan intra dan extra seluler 2) Persarafan : cepatnya menurun hubungan persarapan, lambat dalam respon waktu untuk meraksi, mengecilnya saraf panca indra sistem pendengaran, presbiakusis, atrofi membran timpani, terjadinya pengumpulan serum karena meningkatnya keratin 3) Sistem penglihatan : spinkter pupil timbul sklerosis dan hlangnya respon terhadap sinaps, kornea lebih berbentuk speris, lensa keruh, meningkatnya ambang pengamatan sinar, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang. 4) Sistem Kardivaskuler : katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun setelah berumur 20 tahun sehingga menyebabkan menurunnya kontraksi dan volume, kehilangan elastisitas pembuluh darah, tekanan darah meninggi. 5) Sistem respirasi : otot-otot pernafasan menjadi kaku sehingga menyebabkan
menurunnya
aktifitas
silia.
Paru
kehilangan
elastisitasnya sehingga kapasitas residu meingkat, nafas berat. Kedalaman pernafasan menurun. 6) Sistem gastrointestinal : kehilangan gigi,sehingga menyebkan gizi
buruk, indera pengecap menurun krena adanya iritasi selaput lendir dan atropi indera pengecap sampai 80 %, kemudian hilangnya sensitifitas saraf pengecap untuk rasa manis dan asin. 7) Sistem genitourinaria : ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi sehingga aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %, GFR menurun sampai 50 %. Nilai ambang ginjal terhadap glukosa menjadi meningkat.
Vesika
urinaria,
otot-ototnya
menjadi
melemah,
kapasitasnya menurun sampai 200 cc sehingga vesika urinaria sulit diturunkan pada pria lansia yang akan berakibat retensia urine. Pembesaran prostat, 75 % doalami oleh pria diatas 55 tahun. Pada vulva terjadi atropi sedang vagina terjadi selaput lendir kering, elastisitas jaringan menurun, sekresi berkurang dan menjadi alkali. 8) Sistem endokrin : pada sistem endokrin hampir semua produksi hormon menurun, sedangkan fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah, aktifitas tiroid menurun sehingga menurunkan basal metabolisme rate (BMR). Porduksi sel kelamin menurun seperti : progesteron, estrogen dan testosteron. 9) Sistem
integumen
:
pada
kulit
menjadi
keriput
akibat
kehilangan jaringan lemak, kulit kepala dan rambut menuipis menjadi kelabu, sedangkan rambut dalam telinga dan hidung menebal. Kuku menjadi keras dan rapuh. 10) Sistem muskuloskeletal : tulang kehilangan densitasnya dan makin rapuh menjadi kiposis, tinggi badan menjadi berkurang yang disebut discusine vertebralis menipis, tendon mengkerut dan atropi serabut erabit otot , sehingga lansia menjadi lamban bergerak. otot kam dan tremor. b. Perubahan Mental Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah : 1) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa. 2) Kehatan umum
3) Tingkat pendidikan 4) Keturunan 5) Lingkungan c. Perubahan-Perubahan Psikososial 1) Pensiun : nilai seorang dukur oleh produktifitasnya, identits dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. 2) Merasakan atau sadar akan kematian 3) Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih sempit. B. KONSEP PENYAKIT PRURITUS 1. Definisi Pruritus berasal dari kata prurire/gatal/rasa gatal/ atau berbagai macam keadaan yang ditandai oleh rasa gatal (Kamus Kedokteran Dorland. 1996). Pruritus (gatal-gatal) merupakan salah satu dari sejumlah keluhan yang paling paling sering dijumpai dijumpai pada gangguan gangguan dermatologik dermatologik yang menimbulkan menimbulkan gangguan rasa nyaman dan perubahan integritas kulit jika pasien meresponnya dengan garukan (Brunner dan Suddarth, 2002). Pruritus adalah gejala dari berrbagai penyakit kulit, baik lesi primer maupun lesi sekunder, meskipun ada pruritus yang ditimbulkan akibat faktor sistemik non-lesi kulit. Pruritus yang tidak disertai kelainan kulit disebut pruritus esensial ( pruritus sine materi) (Djuanda A., 2007). Jadi, pruritus (gatal) merupakan salah satu dari sejumlah keluhan yang paling paling sering dijumpai dijumpai pada gangguan gangguan dermatologik dermatologik dengan sensasi sensasi tidak menyenangkan di kulit yang menimbulkan keinginan untuk menggaruk. Pruritus yang hebat menyebabkan pasien menggaruk kulit lebih dalam dan lama, sehingga kadang kulit bisa sampai berdarah karena sensasi nyeri
ditoleransi lebih baik daripada rasa gatal. Pruritus yang tidak disertai kelainan kulit disebut sebagai pruritus esensial (pruritus sine materi). 2. Etiologi Pruritus dapat disebabkan oleh berbagai macam gangguan. Secara umum, penyebab pruritus dapat diklasifikasikan menjadi lima golongan, yaitu: a. Pruritus local, Pruritus lokal adalah pruritus yang terbatas pada area tertentu di tubuh. Penyebabnya beragam, diantaranya: -
Kulit kepala : Seborrhoeic Seborrhoeic dermatitis, dermatitis, kutu rambut
-
Punggung : Notalgia paraesthetica
-
Lengan : Brachioradial Brachioradial pruritus pruritus
-
Tangan : Dermatitis Dermatitis tangan, tangan, dll.
b. Gangguan sistemik Beberapa Gangguan Sistemik Penyebab Pruritus -
Gangguan ginjal seperti gagal ginjal kronik.
-
Gangguan hati seperti obstruksi biliaris intrahepatika atau ekstrahepatika.
-
Endokrin atau metabolik seperti diabetes mellitus, hipertiroidisme, hipoparatiroidisme, dan myxoedema.
-
Gangguan
pada
darah
seperti
defisiensi
seng
(anemia),
polycythaemia, leukimia limfatik, dan Hodgk polycythaemia, leukimia limfatik, dan Hodgkin's di in's disease. c. Gangguan pada kulit Penyebab pruritus yang berasal dari gangguan kulit sangat beragam. Beberapa diantaranya, yaitu dermatitis kontak iritan dan alergi, kulit kering, prurigo nodularis, urtikaria, psoriasis, dermatitis atopic, folikulitis, kutu, scabies, miliaria, dan sunburn. d. Pajanan terhadap factor tertentu Pajanan kulit terhadap beberapa factor, baik berasal dari luar maupun dalam dapat menyebabkan pruritus. Faktor yang dimaksud adalah allergen atau bentuk iritan lainnya, urtikaria fisikal, awuagenic pruritus, serangga, dan obatobatan tertentu (topical maupun sistemik; contoh: opioid, aspirin)
e. Hormonal Dua persen dari wanita hamil menderita pruritus tanpa adanya gangguan dermatologic. Pruritus gravidarum diinduksi oleh estrogen dan terkadang terdapat hubungan dengan kolestasis. Pruritus terutama terjadi pada trimester ketiga kehamilan, dimulai pada abdomen atau badan, badan, kemudian kemudian menjadi menjadi generalisata. generalisata. Ada kalanya kalanya pruritus pruritus disertai disertai dengan anoreksi, nausea, dan muntah. Pruritus akan menghilang setelah penderita melahirkan. Ikterus kolestasis timbul setelah penderita penderita mengalami mengalami pruritus pruritus 2-4 minggu. minggu. Ikterus Ikterus dan pruritus pruritus disebabkan oleh karena terdapat garam empedu di dalam kulit. Selain itu, pruritus juga menjadi gejala umum terjadi menopause. Setidaknya 50% orang berumur 70 tahun atau lebih mengalami pruritus. Kelainan kulit yang menyebabkan pruritus, seperti scabies, pemphigoid nodularis, atau eczema grade rendah perlu dipertimbangkan selain gangguan sistemik seperti kolestasis ataupun gagal ginjal. Pada sebagian besar kasus pruritus spontan, penyebab pruritus pada lansia adalah kekeringan kulit akibat penuaan kulit. Pruritus pada lansia berespon baik terhadap pengo berespon baik terhadap pengobatan emollient. (Djua batan emollient. (Djuanda, 2007) 3. Tanda Gejala Menurut Brunner dan Suddarth (2000), manifestasi klinis pruritus adalah a. Garukan, sering lebih hebat pada malam hari Pruritus secara khas akan menyebabkan pasien mengaruk yang biasanya dilakukan semakin intensif pada malam hari. Pruritus tidak sering dilaporkan pada saat terjaga terjaga karena perhatian perhatian
pasien teralih teralih pada aktivitas aktivitas sehari-hari. sehari-hari. Pada malam hari dimana hal-hal yang bisa mengalihkan perhatian hanyalah sedikit, keadaan pruritus yang ringan sekalipun tidak mudah diabaikan. b. Ekskoriasi, kemerahan, area penonjolan pada kulit Pada garukan akut dapat menimbulkan urtikaria, sedangkan pada garukan kronik dapat menimbulkan perdarahan kutan dan likenifikasi (hasil dari aktivitas menggaruk yang dilakukan secara terus menerus dengan plak yang menebal). Apabila garukan dilakukan dengan menggunakan kuku dapat menyebabkan ekskoriasi linear pada kulit dan laserasi pada kukunya sendiri. c. Rasa gatal yang hebat dapat menyebabkan ketidakmampuan pada individu dan menganggu penampilan pasien. Dalam beberapa kasus, gatal yang terjadi biasanya disertai dengan nyeri dan sensasi terbakar. 4. Klasifikasi Klasifikasi pruritus berdasarkan patofisiologinya dibagi menjadi 4 kategori, yaitu: a. Gatal pruritoseptif adalah gatal yang berasal dari kulit dan terjadi akibat adanya pruritogen, seperti kulit yang kering, terjadi inflamasi, serta terjadi kerusakan kulit.
b. Gatal neuropatik adalah gatal yang terjadi akibat terdapat lesi di jaras aferen penghantaran impuls, seperti neuralgia dan gangguan serebrovaskuler. c. Gatal neurogenik adalah gatal yang berasal dari pusat (sentral) tanpa disertai keadaan patologis. Contohnya adalah sumbatan kantung empedu yang akan meningkatkan kadar senyawa opioid yang akan memicu timbulnya pruritus. d. Gatal psikogenik adalah gatal yang cenderung ditimbulkan akibat aktivitas psikologis dan kebiasaan berulang. Misalnya, ketakutan terhadap parasit (parasitofobia) dapat menyebabkan sensasi gatal. 5. Patofisiologi Penyebab pasti dari pruritus tidak diketahui dengan pasti. Pada pasien rasa gatal kemungkinan disebabkan oleh proses penuaan dan dipicu oleh sejumlah faktor pemicu. Pada kulit menua, terjadi penurunan kemampuan stratum korneum untuk regenerasi setelah kerusakan barier. Permukaan korneosit lebih luas dan lebih pendek, stratum korneum tidak cepat diganti, hingga kulit terlihat kering dan kasar. Kekeringan kulit meningkat sesuai dengan peningkatan usia, kemungkinan menjadi penyebab utama pruritus. Sejalan dengan peningkatan usia, jaringan penyokong dan vaskular menjadi atropi, dan menyebabkan retensi kelembaban kulit menurun. Pasien setiap hari mandi dengan menggunakan air hangat sebanyak 7 kali sehari dengan durasi yang lama. Mandi bertujuan untuk membersihkan kotoran yang menempel di kulit, namun bila terlalu sering sabun yang dipakai dapat mengurangi lemak permukaan dan air hangat akan merusak skin barrier. Rasa gatal juga bertambah bila pasien melakukan aktivitas sampai berkeringat.
Keringat merupakan salah satu penyebab rangsangan gatal. Secara umum persepsi gatal melibatkan reseptor yang mengikat sejumlah mediator pruritus (seperti : histamin, proteinase, substansi P, neurotropin, opioid, prostanoids dan interleukin) pada ujung saraf bebas yang menghasilkan rangsangan, jalur transmisi ke otak, dan daerah korteks tempat rangsangan diartikan. Rasa gatal dihasilkan oleh serabut saraf C yang tidak bermielin. Serabut ini akan memasuki korteks spinalis melalui akar ganglion dorsalis. Dari lamina I, daerah spesifik pada korteks spinalis, rangsang gatal akan diteruskan ke sistem susunan saraf pusat melalui traktus spinotalamikus kontralateral kemudian mencapai talamus dan hipotalamus tempat rasa gatal ini diartikan sehingga menimbulkan rasa yang tidak nyaman dan keinginan untuk menggaruk. Menggaruk yang lama dapat menyebabkan pengeluaran mediator inflamasi yang dapat menginduksi rasa gatal. 6. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang dibutuhkan untuk mengetahui penyebab pruritus walaupun pemeriksaan klinis juga bisa menandai adanya kelainan sistemik tertentu. Pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk mendiagnosis kemungkinan pruritus karena penyakit penyerta sistemik antara lain : -
Hitung darah lengkap (CBC) mendeteksi apakah klien mengalami alergi yang menyebabkan rasa gatal jika dimana disini akan mengalami peningkatan jumlah eosinofil yang peningkatan jumlah eosinofil yang kadar normalnya kadar normalnya 1-3% dari leukosit. 1-3% dari leukosit.
-
BUN dan kreatinin serum untuk mendeteksi apakah gatal yang dirasakan kliena adalah gangguan ginjal yang meyebabakan meningkatnya kadar urea yang membuat kulit menjadi gatal.
-
Biopsi kulit yaitu melihat kulit dibawah mikroskop untuk mengetahui jika terinfeksi oleh bakteri atau jamur yang membuat
rasa gatal.
7. Penatalaksanaan Pada gatal yang tergeneralisasi dan terjadi hampir di seluruh tubuh, pasien sebaiknya tetap dalam keadaan tubuh yang dingin dan menghindari udara panas. panas. Hindari Hindari konsumsi konsumsi alkohol alkohol dan makanan makanan yang pedas. Penggunaan Penggunaan menthol secara topikal dapat menimbulkan sensasi dingin melalui persarafan reseptor TPR nosiseptor dan dapat menekan terjadinya gatal. Penatalaksanaan pruritus sangat bergantung pada penyebab rasa gatal itu sendiri. Sementara pemeriksaan untuk mencari penyebab pruritus dilakukan, terdapat beberapa cara untuk mengatasi rasa gatal sehingga menimbulkan perasaan lega pada penderita, yaitu: 1. Penatalaksanaan secara medis : a) Pengobatan topical: Losion calamine. Losion ini tidak dapat digunakan pada kulit yang kering dan memiliki batasan waktu dalam pemakaiannya karena mengandung phenols. Losion menthol/camphor yang berfungsi untuk memberikan sensasi dingin Pemakaian emmolient yang teratur, terutama jika kulit kering. Kortikosteroid topical sedang untuk periode waktu yang pendek. pendek. Kortikosteroid Kortikosteroid secara topikal topikal maupun sistemik sistemik cenderung tidak menimbulkan efek antipruritus dan jika efek antipruritus terlihat, maka ini lebih disebabkan penekanan efek inflamasi. Antihistamin topical sebaiknya tidak digunakan karena dapat mensensitisasi kulit dan menimbulkan alergi dermatitis kontak. b) Medical oral
Pengobatan dengan medikasi oral mungkin diperlukan, jika rasa gatal cukup parah dan menyebabkan tidur t gatal cukup parah dan menyebabkan tidur terganggu: Aspirin: efektif pada pruritus yang disebabkan oleh mediator kinin atau prostaglandin, tapi dapat memperburuk rasa gatal pada beberapa pasien Doxepin atau amitriptyline: antidepresan trisiklik dengan antipruritus
yang
efektif.
Antidepresan
tetrasiklik
dapat
membantu rasa gatal yang lebih parah. Antihistamin:. Antihistamin memiliki efek yang kurang baik, kecuali pada pruritus yang dicetuksan terutama akibat aksi histamin. Contohnya adalah urtikaria. Antihistamin yang tidak mengandung penenang memiliki antipruritus. Antihistamin penenang dapat digunak penenang dapat digunakan karena efek penenangnya t an karena efek penenangnya tersebut Thalidomide terbukti ampuh mengatasi prurigo nodular dan beberapa jenis pruritus kronik. 2. Penatalaksanaan secara keperawatan Upaya lain yang berguna untuk menghindari pruritus, diantaranya mencegah faktor pengendap, seperti pakaian yang kasar, terlalu panas, dan yang menyebabkan vasodilatasi jika dapat menimbulkan rasa gatal (misalnya (misalnya Kafein, Kafein, alcohol, mak alcohol, makanan pedas). Jika pedas). Jika kebutuhan kebutuhan untuk menggaruk tidak tertahankan, maka gosok atau garuk area yang bersangkutan dengan telapak tangan. Untuk gatal ringan dengan penyebab yang tidak membahayakan seperti kulit kering, dapat dilakukan penanganan sendiri berupa: Mengoleskan pelembab kulit berulang kali sepanjang hari dan segera setelah mandi.
Mandi rendam dengan air hangat suam-suam kuku Tidak mandi terlalu sering dengan air berkadar kaporit tinggi. Kamar tidur harus bersih, sejuk dan lembab Mengenakan pakaian yang tidak mengiritasi kulit seperti katun dan sutra, menghindari bahan wol serta bahan sintesis yang tidak menyerap keringat Menghindari konsumsi kafein, alkohol, rempah-rempah, air panas dan keringat berlebihan Menghindari hal-hal yang telah diketahui merupakan penyebab gatal. Menjaga hygine pribadi dan lingkungan Mencegah komplikasi akibat garukan dengan jalan Mencegah komplikasi akibat garukan dengan jalan memotong kuku. 8. Komplikasi Bila scabies tidak di obati beberapa minggu atau bulan, dapat timbul dermatitisakibat garukan. Erupsi dapat berbentuk empetigo, ektima, sellulitis, limfangitis, dan furungkel. Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang di serang scabies dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal. Dermatitis irian dapat timbul karena penggunaan preparate anti scabies yang berlebihan, baik pada terapi awal ataupun pemakaian yang terlalu sering.
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian 1. Identitas Klien Nama
: Ny. R
Umur
: 65 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status Perkawinan
: Menikah
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: IRT
2. Riwayat Penyakit a. Keluhan Utama Pasien mengatakan gatal – gatal pada tubuhnya, leher, dada, punggung, perut, tangan dan kakinya b. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang dengan keluhan gatal – gatal pada seluruh tubuh disertai rash. Pada bagian lutut pasien terdapat lesi yang diakibatkan karena garukan yang kontinu dan keras. Pasien mengatakan bahwa gatal – gatal muncul sejak 1 bulan yang lalu. Pasien sebelumnya tidak pernah memeriksakan gatalnya karena menggangap gatal akan segera sembuh. Dalam hal ini, pasien mengatakan gatal meningkat pada malam hari dan gatal tidak terasa saat bekerja. Semenjak terdapat lesi
akibat garukan, pasien akhirnya memeriksakan gatalnya ke rumah sakit. c. Riwayat Penyakit Dahulu Pasien mengatakan tidak pernah gatal – gatal sebelumnya dan tidak pernah mengalami riwayat alergi. Pasien mengatakan pernah memiliki riwayat hipertensi sudah sangat lama. d. Riwayat Penyakit Keluarga : Pasien mengatakan keluarganya ada yang memiliki riwayat hipertensi. Keluarga pasien tidak ada yang memiliki riwayat gatal – gatal seperti yang dialami Ny. R gatal yang berkelanjutan dan sulit hilang
B. Pemeriksaan Fisik a. TTV TD : 120/80 mmHg Nadi : 82x/mnt Suhu : 36,5oC RR : 20x/mnt b. Keadaan umum : penampilan baik, kulit banyak kemerahan nampak kering, jaringan parut c. Integument (kulit)
: terdapat kemerahan, jaringan parut, kering dan
juga lembab di bagian tubuh yaitu kulit kepala, leher, punggung, dada, abdomen, tangan dan juga kaki, nampak kulir keriput elastisitas menurun d. Kardiovaskuler : perkembangan dada simetris, pernapasan vesikuler, tidak ada bunyi suara nafas tambahan seperti ronkhi, weezing. Tidak ada gangguan pernapasan. Tidak ada bunyi jantung tambahan seperti mur-mur
e. Gastrointestinal : pada abdomen nampak warna kulit sebagian kemerahan kering ada bekas garukan, suara peristaltic 18x/mnt, tidak ada nyeri tekan f. Perkemihan : tidak ada nyeri tekan pada nyeri tekan pada pinggang, tidak
ada
benjolan
pada
vesikaurinaria
maupun
pinggang.
Vesikaurinaria lembek saat di palpasi, BAK tidak memerlukan bantuan g. Genitourinaria : ada bekas garukan di sekitar genitalia, tidak ada edema atau tanda infeksi, menopause, tidak ada hemoroid h. Musculoskeletal : kekuatan otot ekstremitas menurun, ekstremitas bawah sering nyeri. Pada kulit ekstremitas kering terdapat luka lesi di lutut, keseimbangan berjalan menurun i. Sistem syaraf pusat : penurunan daya ingat, ketajaman penglihatan menurun, fungsi pendengaran menurun. C. Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan integritas kulit/jaringan 2. Resiko Infeksi 3. Gangguan rasa nyaman
D. Analisa Data NO 1
Data Ds:
Pathway Faktor Eksogen,Faktor
-
Pasien mengatakan gatal – gatal pada seluruh tubuh mulai dari leher hingga kaki Do:
-
Kulit nampak bersisik, kering, gatal – gatal, kemerahan, terdapat luka lesi
endogen, reaksi obat/penyakit ↓ Mengakibatkan iritasi kulit /peradangan ↓ Pelepasan histamine selama peradangan ↓ Timbul rasa gatal (pruntus) ↓ Memicu saraf motoric untuk menggaruk ↓ Kerusakan garukan dengan kuku ↓
Diagnosa Keperawatan Gangguan integritas kulit/jaringan b.d proses penuaan
Kerusakan jaringan kulit ↓ Gangguan integritas kulit/jaringan 2
Ds : -
Faktor eksogen, Faktor Pasien mengatakan
endogen, reaksi obat/penyakit
sensasi gatal pada
↓
seluruh tubunya -
Pasien mengatakan selalu ingin menggaruk karena rasa gatalnya Do :
-
Pada saat inspeksi kulit terlihat adanya ruam di tangan, kaki hingga kulit abdomen
-
Pada bagian sekitar
Mengakibatkan iritasi kulit /peradangan ↓ Pelepasan histamine selama peradangan ↓ Timbul rasa gatal (pruntus) ↓ Memicu saraf motoric untuk menggaruk ↓ Kerusakan garukan dengan kuku
Resiko Infeksi d.d ketidakadekuatan pertahan tubuh primer: keruskan integritas kulit
lutut, ditemukan
↓
adanya eksoriasi
Kerusakan jaringan kulit
(goresan)
↓ Kerusakan pelindungan kulit ↓ Penurunan imunitas terhadap mikroorganisme ↓ Resiko infeksi
3
Ds:
Faktor Eksogen, Faktor -
Pasien mengatakan rasa gatal yang meningkat di malam hari menyebabkan sulit tidur Do:
-
Pasien kadang
Endogen ↓ Kulit kering ↓ Kerusakan kulit oleh pruritogen ↓ Stimulus ujung saraf bebas di dekat junction
Gangguan rasa nyaman b.d gejala penyakit
tampak merintih
dermoepidermal
karena lesi pada
↓
bagian lutut -
Merangsang epidermis dan
Pasien tampak
percabangan serabut saraf tipe
gelisah karena
C tak termielinasi
pruritus yang
↓
dirasakannya
Korteks serebri mempresepsikan stimulus gatal ↓ Tidak dapat diabaikan ↓ Gatal terus menerus ↓ Gangguan rasa nyaman
E. NO
1
Rencana Keperawatan Masalah
Tujuan dan
Intervensi
Keperawatan
Kriteria Hasil
(SIKI)
Gangguan
(SLKI) Setelah dilakukan
Perawatan
Integritas Kulit
intervensi keperawatan
Integritas Kulit
Aktivitas (SIKI) Observasi : -
Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis,
3x24 jam, maka
perubahan sirkulasi, perubahan status nutrisi,
diharapkan integritas
penurunan kelembapan, suhu lingkungan ekstrem,
kulit dan jaringan
penurunan mobilitas)
meningkat dengan kriteria hasil : -
Kerusakan jaringan menurun
-
Kerusakan lapisan kulit menurun
-
Kemerahan menurun
Terapuetik : -
Ubah posisi 2 tiap 2 jam jika tirah baring
-
Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang, jika perlu
-
Gunakan produk berbahan petroleum atau minyak pada kulit kering
-
Hindari produk berbahan dasar alcohol pada kulit kering Edukasi :
-
aringan parut
-
Anjurkan menggunakan pelembap (mis, lotion, serum)
menurun
-
Anjurkan minum air yang cukup
-
Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
-
Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat berada di luar rumah
2.
Resiko infeksi
Setelah dilakukan
Pencegahan
intervensi keperawatan
infeksi
Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya Observasi -
3x24 jam,diharapkan resiko infeksi dan pencegahan infeksi kriteria hasil: -
Demam menurun
-
Kemerahan
Monitor tanda dan gejala lokal dan sistemik Terapeutik
-
Batasi jumlah pengunjung
-
Berikan perawatan kulit pada area edema
-
Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkunan pasien
-
Pertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi Edukasi
menurun -
Nyeri menurun
-
Ajarkan tanda gejala infeksi
-
Bengkak
-
Ajarkan mencuci tangan dengan benar
menurun
-
Ajarkan cara menghindari infeksi
-
Anjurkan mengingkatkan asupan nutrisi
-
Anjurkan meningkatkan asupan cairan Kolaborasi
3.
Ganguan rasa
Setelah dilakukan
Perawatan
nyaman
intervensi keperawatan
kenyamanan
Kolaborasi berikan imunisasi, jika perlu Observasi -
3x24 jam,rasa nyaman fdan status kenyamanan
Mual, nyeri, gatal, sesak) -
meningkat kriteria hasil : -
Kulhan tidak
-
Gelisah menurun
-
Gatal menurun
-
Mual menurun
-
Lelah menurun
Indentifikasi pemahaman tentang kondisi, situasi dan perasaannya
-
Identifikasi masalah emosional dan spiritual
-
Monitor kontiunitas perawatan
nyaman menurun
Indentifikasi gejala yang tidak menyenangkan (mis.
Terapuetik -
Berikan posisi yang nyaman
-
Berikan kompres dingin dan hangat
-
Ciptakan lingkungan yang nyaman
-
Berikan pemijatan
-
Berikan terapi akupresur
-
Berikan terpai hipnotis
-
Dukungan keluarga dan pengasuh terlibat dalam terapi
pengobatan Edukasi -
Ajarkan terapi relaksasi
-
Ajarkan latihan pernapasan
-
Ajarkan teknik distraksi dan imajinasi terbimbimng Kolaborasi
-
Kolaborasi pemberian anlgesik, antipruritus, anthihistamin, jika perlu
F.
Implementasi No 1
Implementasi Observasi : -
mengidentifikasi penyebab gangguan
-Kerusakan lapisan kulit menurun
sirkulasi, perubahan status nutrisi,
-Kemerahan menurun
penurunan kelembapan, suhu
-Jaringan parut menurun
lingkungan ekstrem, penurunan
A : masalah teratasi
mobilitas)
P : intervensi dihentikan
mengubah posisi 2 tiap 2 jam jika tirah baring
-
melakukan pemijatan pada area penonjolan tulang, jika perlu
-
menggunakan produk berbahan petroleum atau minyak pada kulit kering
-
O : -Kerusakan jaringan menurun
integritas kulit (mis, perubahan
Terapuetik : -
Evaluasi S : pasien mengatakan sudah tidak merasakan gatal pada seluruh tubuh
menhindari produk berbahan dasar alcohol pada kulit kering
Edukasi : -
menganjurkan menggunakan pelembap (mis, lotion, serum)
-
menganjurkan minum air yang cukup
-
menganjurkan meningkatkan asupan nutrisi
-
menganjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat berada di luar rumah
-
menganjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya
2.
Observasi Observasi -
Memonitor tanda dan gejala lokal dan sistemik Terapeutik
-
Membatasi jumlah pengunjung
-
Memberikan perawatan kulit pada area edema
S:
-
Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkunan pasien
-
Mempertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi Edukasi
-
Menganjarkan tanda gejala infeksi
-
Menganjarkan mencuci tangan dengan benar
-
Menganjarkan cara menghindari infeksi
-
Menganjurkan mengingkatkan asupan nutrisi
-
menganjurkan meningkatkan asupan cairan
3.
Observasi Mengindentifikasi gejala yang tidak menyenangkan (mis. Mual, nyeri, gatal, sesak)
-
Mengindentifikasi pemahaman tentang kondisi, situasi dan perasaannya
-
Mengidentifikasi masalah emosional dan spiritual
-
Memonitor kontiunitas perawatan Terapuetik
-
Memberikan posisi yang nyaman
-
Memberikan kompres dingin dan hangat
-
Menciptakan lingkungan yang nyaman
-
Memberikan pemijatan
-
Memberikan terapi akupresur
-
Memberikan terpai hipnotis
-
Mendukungan keluarga dan pengasuh terlibat dalam terapi pengobatan Edukasi
-
Mengajarkan terapi relaksasi
-
Mengajarkan latihan pernapasan
-
Mengajarkan teknik distraksi dan
imajinasi terbimbimng
DAFTAR PUSTAKA
Debora, O. (2019). Aanalisis Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Keluhan Pruritus Pada Lansia Di Panti Pangesti Lawang. Jurnal Keperawatan Malang, Vol. 4 No 2. Djuanda. (2007). Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Novena, O. D. (2021). Pruritas Dan Modalitas Terapi Terkini. Intisari Sains Medis, Vol. 12 No. 3, 694-698. Suddarth, B. &. (n.d.). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. In P. B. EGC, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.