LP RBD [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA RESIKO BUNUH DIRI Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas individu Program Profesi Ners stase Keperawatan Jiwa



OLEH. RIDEL A. S. YALUME 1490120036



PROGRAM STUDI PROFESI NERS XXIV SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG 2020



A. Masalah utama Resiko bunuh diri B. Proses terjadinya masalah 1. Pengertian Bunuh diri adalah suatu keadaan di mana individu mengalami risiko untuk menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa. Dalam sumber lain dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif diri yang mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri, niatnya adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai sesuatu yang diinginkan (Stuart dan sundeen, 1995) 2. Jenis Bunuh Diri Menurut Durkheim, bunuh diri dibagi menjadi tiga jenis yaitu : a. Bunuh Diri Egoistik (Faktor dalam diri seseorang) Individu tidak mampu berinteraksi dengan masyarakat, ini disebabkan oleh kondisi kebudayaan atau karena masyarakat yang menjadikan individu seolah-olah tidak berkepribadian. b. Bunuh Diri Altruistik (Terkait kehormatan seseorang) Individu terkait paada tuntutan tradisi khusus ataupun ia cenderung untuk bunuh diri karena identifikasi terlalu kuat dengan suatu kelompok, ia merasa kelompok tersebut sangat mengharapkannya. c. Bunuh Diri Anomik (Faktor lingkungan dan tekanan) Hal ini terjadi bila terdapat gangguan keseimbangan integrasi antara individu dan masyarakat sehingga individu tersebut meninggalkan norma-norma kelakuan yang biasa. Individu kehilangan pegangan dan tujuan.



3. Etiologi Resiko Bunuh Diri Faktor Predisposisi Tidak ada teori tunggal yang mengungkapkan tentang bunuh diri dan memberi petunjuk mengenai cara melakukan intervensi yang terapeutik. Teori Perilaku meyakini bahwa pencenderaan diri merupakan hal yang dipelajari dan diterima pada saat anak-anak dan masa remaja. Teori Psikologi memfokuskan pada masalah tahap awal perkembangan ego, trauma interpersonal, dan kecemasan berkepanjangan yang mungkin dapat memicu seseorang untuk mencederai diri. Teori interpersonal mengungkapkan bahwa mencederai diri sebagai kegagalan dari interaksi dalam hidup, masa anak-anak mendapat perlakuan kasar serta tidak mendapatkan kepuasaan (Stuart dan Sundeen, 1995). Faktor Presipitasi Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stres berlebihan yang dialami oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang memalukan. Faktor lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau membaca melalui media mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya lebih, hal tersebut sangat rentan. 4. Tanda dan Gejala Jenis R. Bunuh



Data Objektif



Data Subjektif



Diri RBD Egoistik



Klien tampak frustasi dengan Klien mengatakan perkataan atau omongan bahwa dirinya sudah mengenai dirinya tidak sanggup lagi mendapat bullying dari masyarakat



RBD Altruistik



Klien tampak percaya diri Klien berkata bahwa dia dengan keyakinan atau berada dikelompok



prinsipnya bahwa orang bunuh berani mati dan ia diri memunyai kehormatan merasa terhormat jika sesuai yang diturunkan leluhur bisa bunuh diri dengan kelompok tersebut RBD Anomik



Klien tampak frustasi karena Klien berkata bahwa “masyarakat selalu masyarakat memberikan menganggap dia sebagai tekanan yang bertubi-tubi smpah masyarakat”. Ia juga berkata “sudah tidak punya tujuan hidup lagi.



a.



Mempunyai ide untuk bunuh diri



b.



Mengungkapkan keinginan untuk mati



c.



Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan



d.



Impulsif



e.



Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh)



f.



Memiliki riwayat percobaan bunuh diri



g.



Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat dosis mematikan)



h.



Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panik, marah, dan mengasingkan diri)



i.



Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi, psikosis, dan menyalahgunakan alkohol)



j.



Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal)



k.



Pengangguran



(tidak



bekerja,



kehilangan



pekerjaan,



mengalami kegagalan dalam karier) l.



Umur 15-19 tahun atau diatas 45 tahun



m.



Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan)



n.



Pekerjaan



o.



Konflik interpersonal



p.



Latar belakang keluarga



atau



q.



Orientasi seksual



r.



Sumber-sumber personal



s.



Sumber-sumber sosial



t.



Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil



5. Rentang respons



a. Peningkatan diri Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri secara wajar terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri. Sebagai contoh seseorang mempertahankan diri dari pendapatnyayang berbeda mengenai loyalitas terhadap pimpinan ditempat kerjanya beresiko destruktif seseorang memiliki kecenderungan atau beresiko mengalami perilaku deskruptif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya dapat mempertahankan diri, seperti seseorang merasa patah semangat bekerja ketika dirinya di anggap tidak loyal, maka seorang karyawan menjadi tidak masuk kantor atau bekerja seenaknya dan tidak optimal. b. Destruktif diri tidak langsung Seseorang telah mengambil sikap yang kurang tepat (maladaptif) terhadap situasi yang membutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri. Misalnya, karena pandangan pimpinan terhadap kerjanya yang tidak loyal, maka seorang karyawan menjadi tidak masuk kantor atau bekerja seenaknya dan tidak optimal. c. Pencenderaan diri Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencenderaan diri akibat hilangnya harapan harapan terhadap situasi yang ada.



d. Bunuh diri Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan nyawanya hilang. 6. Sumber Koping Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam kehidupan dapat melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini secara sadar memilih untuk melakukan tindakan bunuh diri. 7. Mekanisme Koping Seorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping yang



berhubungan



dengan



perilaku



bunuh



diri,



termasuk



denial,



rasionalization, regression, dan magical thinking. Mekanisme pertahanan diri yang ada seharusnya tidak di tentang tanpa memberikan koping alternatif.



8. Patofisiologi Resiko Bunuh Diri



TUJUAN 1. Pasien mampu mengatasi koping dirinya 2. Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain.



PENGERTIAN Bunuh diri adalah suatu keadaan di mana individu mengalami risiko untuk menyakiti diri sendiri atau



melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa.



PENATALAKSANAAN SP 1 Identifikasi benda-benda yang dapat membahayakan klien Amankan benda-benda yang dapat membahayakan klien Lakukan contact treatment Ajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri Latih cara mengendalikan dorongan bunuh diri klien SP 2 Identifikasi aspek positif klien Dorong klien untuk berpikir positif tentang dirinya SP 3 - Identifikasi pola koping yang biasa dilakukan klien - Dorong klien untuk menilai pola koping yang biasa dilakukan SP 4 Dorong klien untuk membuat rencana masa depan yang realistis bersama perawat Dorong klien untuk mengidentifikasi cara mencapai rencana masa depan yang realistis Dorong klien untuk melakukan kegiatan dalam rangka meraih masa depan yang realistis



Resiko Bunuh Diri



-



a. b. c. d. e. f.



TANDA DAN GEJALAH Mempunyai ide untuk bunuh diri Mengungkapkan keinginan untuk mati Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan Impulsif Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh) Memiliki riwayat percobaan bunuh diri



PENYEBAB



Teori Perilaku anak-anak melakukan pencederaan pada dirinya Teori Psikologi karena ego, trauma interpersonal, dan kecemasan berkepanjangan yang memicu untuk mencederai diri. Teori interpersonal mengungkapkan bahwa mencederai diri sebagai kegagalan dari interaksi dalam hidup, masa anak-anak mendapat perlakuan kasar serta tidak mendapatkan kepuasaan (Stuart dan Sundeen, 1995). POHON MASALAH Bunuh Diri ↑ Resiko Bunuh Diri ↑ Isolasi sosial ↑ Gangguan konsep diri: harga diri rendah



9. Pohon Masalah Effect



Bunuh Diri



Core Problem



Resiko Bunuh Diri



Causa



Isolasi sosial



Harga Diri Rendah Kronis 10. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul 1) Risiko bunuh diri 2) Bunuh diri 3) Isolasi sosial 4) Harga diri rendah kronis



11. Data yang Perlu Dikaji Masalah keperawatan Risiko bunuh diri



Data yang perlu dikaji Subjektif: 



Mengungkapkan keinginan bunuh diri







Mengungkapkan keinginan untuk mati







Mengungkapkan



rasa



bersalah



dan



keputusasaan 



Ada riwayat berulang percobaan bunuh diri sebelumnya dari keluarga







Berbicara



tentang



kematian,



menanyakan



tentang dosis obat yang mematikan 



Mengungkapkan adanya konflik interpersonal







Mengungkapkan telah menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil



Objektif: 



Impulsif







Menunjukkan perilaku yang mencurigakan



(biasanya menjadi sangat patuh) 



Ada riwayat penyakit mental (depresi, psikosis, dan penyalahgunaan alkohol







Ada riwayat penyakit fisik ( penyakit kronis, atau penyakit terminal).







Pengangguran



(tidak



bekerja,



kehilangan



pekerjaan, atau kegagalan dalam karier)



12. Diagnosis Keperawatan Risiko Bunuh Diri







Umur 15-19 tahun atau diatas 45 tahun







Status perkawinan yang tidak harmonis



Tanggal



No. Dx



Diagnosis



Tujuan



Keperawatan Risiko bunuh SP diri



Kriteria Hasil 1:



Perencanaan Intervensi



Rasional



perawat Setelah 2 kali interaksi



dapat



perawat



mengidentifikasi



mengidentifikasi benda- benda



benda-benda yang benda dapat



dapat Identifikasi yang



yang



benda- Mencegah timbulnya upaya dapat bunuh diri klien



dapat membahayakan klien



membahayakan klien.



membahayakan klien. SP 1:



perawat Setelah 1 kali interaksi, Amankan



dapat



perawat



mengamankan



mengamankan



benda-benda yang benda dapat



dapat benda yang



yang



benda- Mencegah timbulnya upaya dapat bunuh diri klien



benda- membahayakan klien dapat



membahayakan klien.



membahayakan klien SP 1:



perawat Setelah 1 kali interaksi Lakukan



melakukan



perawat



melakukan treatment



contact treatment contact treatment SP 1: perawat Setelah 2 kali interaksi Ajarkan



contact Mencegah terjadinya tindakan bunuh diri klien cara Mencegah terjadinya tindakan



dapat



perawat



dapat mengendalikan



mengajarkan cara mengajarkan mengendalikan dorongan diri SP 1:



cara dorongan bunuh diri



mengendalikan



bunuh dorongan bunuh diri. perawat Setelah 2 kali interaksi Latih



cara Memberikan



dapat melatih cara perawat dapat melatih mengendalikan mengendalikan dorongan



cara



alternatif



tindakan



untuk



mengendalikan dorongan bunuh diri mengendalikan



bunuh dorongan bunuh diri.



klien



dorongan



bunuh diri akan mencegah



diri klien.



upaya klien untuk bunuh diri



SP 2: klien dapat Setelah 2 kali interaksi Identifikasi mengidentifikasi aspek



bunuh diri klien



klien



positif mengidentifikasi



klien.



aspek Aspek



positif



dapat positif klien



diungkapkan



aspek



meningkatkan



positif klien.



klien harga



yang akan diri



sehingga dorongan bunuh diri



tidak terjadi SP 2: klien dapat Setelah 2 kali interaksi Dorong klien untuk Bila klien senantiasa berpikir berpikir



positif klien



terhadap dirinya



dapat



berfikir berpikir



positif terhadap dirinya.



positif positif terhadap perjalanan



tentang dirinya



hidupnya akan memberikan semangat hidup klien



SP 2: klien dapat Setelah 3 kali interaksi Dorong klien untuk Bila klien berpikir positif menghargai dirinya



klien dapat menghargai menghargai



sebagai dirinya sebagai individu.



dirinya terhadap



sebagai individu



dirinya



bahwa



dirinya sebagai individu yang



individu.



berharga akan memberikan



SP 3: klien dapat Setelah 2 kali interaksi Identifikasi mengidentifikasi



klien



dapat koping yang biasa teridentifikasi



pola koping yang mengidentifikasi biasa dilakukan.



koping



semangat hidup klien pola Pola koping yang



yang



pola dilakukan klien biasa



dilakukan.



membantu



sudah akan



perawat



memberikan



dalam



beberapa



alternatif



yang



dapat



dilakukan



klien



dalam



menyelesaikan masalah SP 3: klien dapat Setelah 2 kali interaksi Dorong klien untuk Bila klien dapat menilai menilai



pola klien dapat menilai pola menilai pola koping koping dirinya dengan baik



koping yang biasa koping dilakukan.



yang



biasa yang biasa dilakukan



dilakukan.



akan



membantu



menyelesaikan masalah dan menghambat dorongan untuk



bunuh diri SP 3: klien dapat Setelah 2 kali interaksi Dorong klien untuk Bila klien mengidentifikasi



klien



dapat mengidentifikasi



dapat



mengidentifikasi pola koping



pola koping yang mengidentifikasi konstruktif.



pola pola



koping yang konstruktif.



koping



konstruktif



yang yang adaptif menjadi modal utama dalam menyelesaikan lain di waktu yang lain di waktu



yang



lain



setelah



pulang dari rumah sakit jiwa SP 3: klien dapat Setelah 2 kali interaksi Dorong kllien untuk Bila klien dapat memilih pola memilih



pola klien dapat memilih pola memilih pola koping koping



yang



konstruktif,



koping



yang koping yang konstruktif.



akan



memberikan



yang konstruktif



konstruktif



perawat



penghargaan dan kesempatan pada



klien



menyelesaikan



untuk



dapat masalah



secara mandiri SP 3: klien dapat Setelah 2 kali interaksi Dorong klien untuk Bila klien dapat menerapkan menerapkan pola klien dapat menerapkan menerapkan koping



pola koping konstruktif koping



pola pola koping dalam kegiatan



konstruktif harian



menunjukkan



klien



konstruktif dalam dalam kegiatan harian.



dalam



kegiatan dapat mengaplikasikan pola



kegiatan harian.



harian



koping dalam menyelesaikan



masalahnya SP 4: klien dapat Setelah 2 kali interaksi Dorong klien untuk Rencana masa depan yang membuat rencana klien



dapat



membuat membuat



rencana realistis dan telah disepakati



masa depan yang rencana



masa



depan masa



realistis bersama yang realistis bersama realistis



depan



yang akan memberikan semangat



bersama hidup baru bagi klien



perawat. perawat. perawat SP 4: klien dapat Setelah 3 kali interaksi Dorong klien untuk Setelah mengidentifikasi cara



klien



membuat



rencana



realistis



dan



mencapai mengidentifikasikan



cara



dapat mengidentifikasi



mencapai mengidentifikasi



cara cara



yang



rencana



masa mencapai rencana masa rencana masa depan pencapaian akan membantu



depan



yang depan yang realistis.



yang realistis



klien secara teknik dalam



realistis. mencapai rencana tersebut SP 4: klien dapat Setelah 2 kali interaksi Dorong klien untuk Kemampuan klien melakukan melakukan kegiatan rangka



klien dapat melakukan melakukan kegiatan kegiatan dalam rangka meraih dalam kegiatan dalam rangka dalam rangka meraih masa meraih meraih masa depan yang masa



masa depan yang realistis. realistis.



realistis



depan



depan



merupakan



yang sasaran perawat bagi klien yang mampu menyelesaikan masalahnya secara mandiri



DAFTAR PUSTAKA Balitbang. 2007. Workshop standar proses keperawatan jiwa. Bogor: Salemba Medika Depkes RI. 2000. Keperawatan Jiwa: Teori dan Tindakan Keperawatan Jiwa. Jakarta: Depkes RI Nita Fitria. 2011. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan “Laporan Pendahuluan



dan



Strategi



Pelaksanaan



tidakan



Keperawatan”.Jakarta: Salemba Medika Rawlins, Ruth Parmelee. 1993. Clinical Manual of Psychiatric Nursing. 4th ed. Philadelphia: Lippincott Townsend, Mary C. 1998. Essentials of Psychiatric Mental Healt Nursing. USA:FA Davis Company Struat, G. W. Dan Sundeen. 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC