LP SP RBD Lengkap [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI A.



MASALAH UTAMA



Resiko bunuh diri B.



PROSES TERJADINYA



MASALAH 1.



Pengertian Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk mengakhiri kehidupannya.Menurut Maris, Berman, Silverman, dan Bongar (2000), bunuh diri memiliki 4 pengertian, antara lain:  Bunuh diri adalah membunuh diri sendiri secara intensional  Bunuh diri dilakukan dengan intensi  Bunuh diri dilakukan oleh diri sendiri kepada diri sendiri  Bunuh diri bisa terjadi secara tidak langsung (aktif) atau tidak langsung (pasif),



misalnya



dengan



tidak



meminum



obat



yang



menentukan



kelangsungan hidup atau secara sengaja berada di rel kereta api. Tanda dan gejala :  Sedih  Marah  Putus asa  Tidak berdaya  Memeberikan isyarat verbal maupun non verbal 2.



Penyebab Secara universal: karena ketidakmampuan individu untuk menyelesaikan masalah. Terbagi menjadi: 1. Faktor Genetik 2. Faktor Biologis lain 3. Faktor Psikososial & Lingkungan



Faktor genetik (berdasarkan penelitian):  1,5 – 3 kali lebih banyak perilaku bunuh diri terjadi pada individu yang menjadi kerabat tingkat pertama dari orang yang mengalami gangguan mood/depresi/ yang pernah melakukan upaya bunuh diri.  Lebih sering terjadi pada kembar monozigot dari pada kembar dizigot. Faktor Biologis lain: Biasanya karena penyakit kronis/kondisi medis tertentu, misalnya:  Stroke  Gangguuan kerusakan kognitif (demensia)  DiabetesPenyakit arteri koronaria  Kanker  HIV / AIDS Faktor Psikososial & Lingkungan:  Teori Psikoanalitik / Psikodinamika: Teori Freud, yaitu bahwa kehilangan objek berkaitan dengan agresi & kemarahan, perasaan negatif thd diri, dan terakhir depresi.  Teori Perilaku Kognitif: Teori Beck, yaitu Pola kognitif negatif yang berkembang, memandang rendah diri sendiri  Stressor Lingkungan: kehilangan anggota keluarga, penipuan, kurangnya sistem pendukung sosial 3.



Akibat Resiko bunuh diri dapat megakibatkan sebagai berikut :  Keputusasaan  Menyalahkan diri sendiri  Perasaan gagal dan tidak berharga  Perasaan tertekan  Insomnia yang menetap  Berbicara lamban, keletihan  Menarik diri dari lingkungan social  Pikiran dan rencana bunuh diri



 Percobaan atau ancaman verbal C.



POHON MASALAH Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan



Resiko bunuh diri Harga diri rendah D.



MASALAH KEPERAWATAN



DAN DATA YANG PERLU DIKAJI 1.



Pengkajian Faktor Resiko Perilaku bunuh Diri  Jenis kelamin: resiko meningkat pada pria  Usia: lebih tua, masalah semakin banyak  Status perkawinan: menikah dapat menurunkan resiko, hidup sendiri merupakan masalah.  Riwayat keluarga: meningkat apabila ada keluarga dengan percobaan bunuh diri / penyalahgunaan zat.  Pencetus ( peristiwa hidup yang baru terjadi): Kehilangan orang yang dicintai, pengangguran, mendapat malu di lingkungan social.  Faktor kepribadian: lebih sering pada kepribadian introvert/menutup diri.  Lain – lain: Penelitian membuktikan bahwa ras kulit putih lebih beresiko mengalami perilaku bunuh diri.



2.



Masalah keperawatan  Resiko Perilaku bunuh diri DS : menyatakan ingin bunuh diri / ingin mati saja, tak ada gunanya hidup. DO : ada isyarat bunuh diri, ada ide bunuh diri, pernah mencoba bunuhdiri.  Koping maladaptive DS : menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada harapan. DO : nampak sedih, mudah marah, gelisah, tidak dapat mengontrol impuls.



E.



DIAGNOSA KEPERAWATAN



1.



Diagnosa 1



: Resiko bunuh diri



2.



Tujuan umum



: Klien tidak melakukan percobaan bunuh



Tujuan khusus



:



diri 3.



 Klien dapat membina hubungan saling percaya Tindakan: 



Perkenalkan diri dengan klien







Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.







Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.







Bersifat hangat dan bersahabat.







Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.



 Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri Tindakan : 



Jauhkan klien dari benda benda yang dapat membahayakan (pisau, silet, gunting, tali, kaca, dan lain lain).







Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh perawat.







Awasi klien secara ketat setiap saat.



 Klien dapat mengekspresikan perasaannya Tindakan:  



Dengarkan keluhan yang dirasakan. Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan dan keputusasaan.







Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana harapannya.







Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan, kematian, dan lain lain.







Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan keinginan untuk hidup.



 Klien dapat meningkatkan harga diri Tindakan: 



Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.







Kaji dan kerahkan sumber sumber internal individu.







Bantu mengidentifikasi sumber sumber harapan (misal: hubungan antar sesama,



keyakinan, hal hal untuk diselesaikan).



 Klien dapat menggunakan koping yang adaptif Tindakan: 



Ajarkan



untuk



mengidentifikasi



pengalaman



pengalaman



yang



menyenangkan setiap hari (misal : berjalan-jalan, membaca buku favorit, menulis surat dll.) 



Bantu untuk mengenali hal hal yang ia cintai dan yang ia sayang, dan pentingnya terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan tentang kegagalan dalam kesehatan.







Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang mempunyai suatu masalah dan atau penyakit yang sama dan telah mempunyai pengalaman positif dalam mengatasi masalah tersebut dengan koping yang efektif



1.



Diagnosa 2



: Gangguan konsep diri: harga diri



rendah 2.



Tujuan umum



: Klien tidak melakukan kekerasan



3.



Tujuan khusus



:



1.



Klien salingpercaya. Tindakan:



dapat



membina



hubungan



1.1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi. 1.2. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai. 1.3. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.



2.



Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki. Tindakan: 2.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki 2.2 Hindari penilaian negatif setiap pertemuan klien 2.3 Utamakan pemberian pujian yang realitas



3.



Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri sendiri dan keluarga Tindakan: 3.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki 3.2 Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah



4.



Klien dapat merencanakan kegiatan yang bermanfaat sesuai kemampuan yang dimiliki Tindakan : 4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan. 4.2. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan. 4.3. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien



5.



Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan Tindakan : 5.1. Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan 5.2. Beri pujian atas keberhasilan klien 5.3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah



6.



Kliendapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada Tindakan : 6.1



Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien



6.2



Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat



6.3



Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah



6.4



Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga



1.



Diagnosa



: Resiko mencederai diri sendiri, orang lain



Tujuan umum



: Pasien tidak mencederai diri sendiri, orang lain



dan lingkungan 2. dan lingkungan 3.



Tujuan khusus



:



-



Pasien mendapatkan perlindungan dari lingkungannya



-



Pasien mampu mengungkapkan perasaannya



-



Pasien mampu meningkatkan harga dirinya



-



Pasien mampu menggunakan cara penyelesaiaan masalah yang baik



4.



Tindakan : -



Mendikusikan cara mengatasi keinginan mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan



-



Meningkatkan harga diri pasien dengan cara : o Memberikan kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya o Memberikan pujian jika pasien dapat mengatakan perasaan yang positif o Meyakinkan pasien bahawa dirinya penting o Mendiskusikan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien o Merencanakan yang dapat pasien lakukan



-



Tingkatkan kemampuan menyelesaikan masalah dengan cara : o Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya



o Mendiskusikan dengan pasien efektfitas masing-masing cara penyelesian masalah o Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang lebih baik



F.



RENCANA TINDAKAN



KPERAWATAN a



Ancaman atau percobaan bunuh diri 1. Intervensi pada pasien a) Tujuan keperawatan Pasien tetap aman dan selamat. b) Tindakan keperawatan Melindubgi pasien dengan cara: 1. Temani pasien terus-menerus sampai pasein dapat dipindahkan ke tempat yang aman 2. Jauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya: pisau, silet, gelas, dan tali pinggang) 3. Periksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya jika pasien mendapatkan obatnya. 4. Dengan lembut, jelaskan pada pasien bahwa anda akan melindungi pasien sampai tidak ada keinginan bunuh diri.



Lampiran STRATEGI PELAKSANAAN I A.



Proses Keperawatan



1.      Kondisi klien DS : 1. Klien mengatakan ada yang menyuruh bunuh diri 2. Klien mengatakan lebih baik mati saja 3. Klien mengatakan sudah bosan hidup DO : 1. Ekspresi murung 2. Tak bergairah 3. Ada bekas percobaan bunuh diri 2.      Diagnosa keperawatan Resiko bunuh diri 3.      Tujuan Khusus



Klien tidak dapat melakukan percobaan bunuh diri 4.      Tindakan Keperawatan 1. Mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan pasien 2. Mengamankan benda-benda yang dapat mengamankan pasien 3. Melakukan kontrak treatment 4. Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri 5. Melatih cara mengendalikan bunuh diri



B.     Strategi Komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan. 1.    Orientasi a.   Salam Terapeutik Assalamu’alaikum…“perkenalkan nama saya Aryuti Putri Setiati, senang dipanggil Aryuti, saya mahasiswa STIKES BHAMADA SLAWI .Nama bapak siapa senang dipanggil apa ?” b.   Evaluasi / Validasi “Bagaimana perasaan dan kabar bapak hari ini?, bagaimana tidur bapak semalam?” c.   Kontrak “Bagaimana pak kalau hari ini kita berbincang-bincang tentang benda-benda apa saja yang dapat membahayakan diri bapak, serta bagaimana cara mengendalikan dorongan bunuh diri?”, dimana kita akan bicara?, bagaimana kalau di taman pak?”, berapa lama kita akan berbincangbincang?”, bagaimana kalau waktu berbimcang-bincang kita selama 15 menit?”, apakah bapak setuju?” d.   Tujan



“Tujuan pembicaraan kita adalah agar bapak tahu benda-benda apa saja yang dapat membahayakan diri bapak, serta bapak dapat mengetahui cara mengendalikan dorongan bunuh diri”. 2.      Fase kerja “Bapak, apakah bapak tahu benda-benda yang dapat membahayakan diri bapak?, coba sebutkan apa saja benda-benda tersebut!. Bagus sekali sekali bapak, bapak tahu benda-benda yang dapat membahayakan diri bapak. Apakah salah satu benda tersebut ada dikamar bapak?, kalau ada benda tersebut jangan bapak dekati atau pegang ya pak. Apa bapak sering mendengar bisikan yang mendorong bapak untuk melakukan bunuh diri?, apa yang bapak lakukan ketika suara-suara itu datang? “Bapak, bagaimana kalau saya ajarkan cara-cara lain untuk mengusir suara-suara itu, apakah bapak mau?, “pak, kalau suara-suara itu ada, bapak tutup kedua telinga rapat-rapat, seperti ini pak, dan katakana dengan keras, JAUHI SAYA, PERGI KAMU !!! KAMU PALSU. “Coba bapak lakukan seperti yang saya ajarkan tadi, iya pak seperti itu, bagus… 3.    Fase terminasi a.   Evaluasi subjektif (respon klien) “Bagaimana



perasaan



bapak



setelah



bapak



mengetahui



benda-benda



yang



dapat



membahayakan diri bapak, dan mengetahui cara mengusir suara-suara yang menyuruh bapak melakukan bunuh diri?” b.   Evaluasi Objektif “Coba bapak  ulangi lagi apa yang saya ajarkan tadi”, iya begitu pak… c.   Rencana tindak lanjut “Bapak, selama kitak tidak bertemu, bila bapak melihat benda-benda yang dapat membahayakan bapak, segera jauhi, dan jika bapak mendengar suara-suara itu kembali, segera bapak usir dengan cara yang sudah kita pelajari tadi ya pak”. d.      Kontrak yang akan datang



“Baiklah sekarang bapak saya tinggal dulu, kapan kita bisa bertemu lagi pak?,bagaimana kalau besok?, baiklah besok kita akan membahas tentang cara berfikir positif tentang diri sendiri dan mengahargai diri sebagai individu yang berharga. Tempatnya mau dimana pak? Bagaimana kalau di taman pak?, baik besok kita dari jam 08.30- 08.45 WIB. Apakah bapak setuju?, baiklah pak selamat beristirahat”.



STRATEGI PELAKSANAAN II 



A.



Proses Keperawatan



1.      Kondisi klien DS : 1. Klien mengatakan ada yang menyuruh bunuh diri 2. Klien mengatakan lebih baik mati saja 3. Klien mengatakan sudah bosan hidup DO : 1. Ekspresi murung 2. Tak bergairah 3. Ada bekas percobaan bunuh diri 2.      Diagnosa keperawatan Resiko bunuh diri 3.      Tujuan Khusus Klien dapat berfikir positif terhadap dirinya sendiri 4.      Tindakan Keperawatan 1. Mengidentifikasi aspek positif pasien



2. Mendorong pasien untuk berfikir positif terhadap diri sendiri 3. Mendorong pasien untuk menghargai diri sendiri sebagai individu yang berharga B.     Strategi Komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan. 1. Orientasi a. Salam terapetik “Selamat pagi bapak, masih ingat dengan saya?” b. Evaluasi Validasi “Bagaimana perasaan bapak hari ini?”, bagaimana dengan tidur bapak semalam?”. c. Kontrak “Bapak masih ingat dengan kontrak kita kemarin?, kita akan berbincang-bincang tentang cara berfikir positif tentang diri sendiri dan mengahargai diri sebagai individu yang berharga, bagaimana kalau kita berbincang-bincang ditaman sesuai dengan kontrak kita kemarin?, apa bapak mau?, berapa lama kita akan berbicara?, bagaimana kalau 15 menit sesuai kontrak kita kemarin juga yang telah di tentukan?, apakah bapak setuju?”. d. Tujuan “Tujuan pembicaraan kita adalah agar bapak lebih berfikir positif terhadap diri bapak sendiri, dan bapak lebih menghargai diri sendiri”. 2. Fase kerja “Apa yang bapak tidak sukai dari anggota tubuh bapak?, bisa bapak jelaskan alasan bapak tidak suka dengan bagian anggota tubuh tersebut?, jadi kalau bapak merasa anggota tubuh tersebut tidak bapak sukai, coabalah dari sekarang bapak mulai mencoba menyukainya, contoh : bapak bisa menulis dengan tekhnik yang berbeda, lihat pak seperti saya!”, coba bapak lakukan seperti saya tadi, ya begitu pak….bagus…!!! 3. Fase Terminasi a. Evaluasi subjektif “Bagaimana perasaan bapak setelah apa yang kita bicarakan tadi?, saya senang jika bapak mulai sekarang mencoba menyukai anggota tubuh bapak yang bapak anggap tidak suka”.



b. Evaluasi objektif “Coba bapak lakukan kembali apa yang sudah kita bicarakan tadi, dan tekhnik cara menulis”. c. Rencana tindak lanjut “Bapak, selama kitak tidak bertemu, bapak bisa melakukan tekhnik menulis yang seperti saya ajarkan tadi”. d. Kontrak yang akan datang “Baiklah sekarang bapak saya tinggal dulu, kapan kita bisa bertemu lagi pak?,bagaimana kalau besok?, baiklah besok kita akan membahas tentang cara melakukan hal yang baik ketika sedang mengalami masalah. Bagaimana kalau di taman lagi pak?, baik besok kita dari jam 08.30- 08.45 WIB. Apakah bapak setuju?, baiklah pak selamat beristirahat”.



STRATEGI PELAKSANAAN III A. Proses Keperawatan 1.      Kondisi klien DS : 1. Klien mengatakan ada yang menyuruh bunuh diri 2. Klien mengatakan lebih baik mati saja 3. Klien mengatakan sudah bosan hidup DO : 1. Ekspresi murung 2. Tak bergairah 3. Ada bekas percobaan bunuh diri 2.      Diagnosa keperawatan Resiko bunuh diri 3.      Tujuan Khusus Mengidentifikasi pola koping pasien



4.      Tindakan Keperawatan 1.



Mengidentifikasi pola koping yang bisa diterapkan pasien



2.



Menilai pola koping yang bisa dilakukan



3.



Mengidentifikasi pola koping yang konstruktif



4.



Menganjurkan pasien menerapkan pola koping konstruktif dalam kegiatan harian



B.     Strategi Komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan. 1.     Fase Orientasi a. Salam terapetik “Selamat pagi bapak, masih ingat dengan saya?” b. Evaluasi Validasi     “Bagaimana perasaan bapak hari ini?”, bagaimana dengan tidur bapak semalam?”. c.       Kontrak “Bapak masih ingat dengan kontrak kita kemarin?, kita akan berbincang-bincang tentang bagaimana cara bapak melakukan hal yang baik ketika sedang mengalami masalah, bagaimana kalau kita berbincang-bincang ditaman sesuai dengan kontrak kita kemarin?, apa bapak mau?, berapa lama kita akan berbicara?, bagaimana kalau 15 menit sesuai kontrak kita kemarin juga yang telah di tentukan?, apakah bapak setuju?”. d.      Tujuan “Tujannya adalah, supaya bapak dapat melakukan hal yang positif ketika bapak sedang mengalami masalah”. 2.      Fase Kerja “Bapak, ketika bapak sedang mangalami masalah, apa yang bapak lakukan?, apalagi pak?, bagus sekali bapak ini. Jadi kalau bapak sedang mengalami masalah seperti itu, bapak bisa melakukan hal-hal yang membuat bapak sibuk, tapi sibuk dengan hal-hal yang positif, seperti apa yang bapak katakana tadi, misalnya : main bola, menyapu halaman dan shalat”. “Coba bapak sebutkan lagi kegiatan-kegiatannya ! iya pintar…..



3.      Fase terminasi a.       Evaluasi Subjektif “Bagaimana perasaan bapak setelah apa yang kita bicarakan tadi?, saya senang jika bapak melakukan kegiatan-kegiatan yang tadi kita bicarakan”. b.      Evaluasi objektif “Coba bapak sebutkan kembali apa yang sudah kita bicarakan tadi! Pintar sekali bapak ini….”.



c.       Rencana tindak lanjut “Bapak, selama kitak tidak bertemu, bapak bisa melakukan kegiatan-kegiatan tadi, seperti main bola, menyapu, dan shalat. Kemudian bapak masukan kedalam jadwal kegiatan harian bapak ya”. d.      Kontrak yang akan datang  “Baiklah sekarang bapak saya tinggal dulu, kapan kita bisa bertemu lagi pak?,bagaimana kalau besok?, baiklah besok kita akan membahas tentang membuat rencana untuk masa depan. Bagaimana kalau di taman lagi pak?, baik besok kita dari jam 08.30- 08.45 WIB. Apakah bapak setuju?, baiklah pak selamat beristirahat”. 



STRATEGI PELAKSANAAN IV  A.    Proses Keperawatan 1.      Kondisi klien DS : 1. Klien mengatakan ada yang menyuruh bunuh diri 2. Klien mengatakan lebih baik mati saja 3. Klien mengatakan sudah bosan hidup DO : 1. Ekspresi murung 2. Tak bergairah 3. Ada bekas percobaan bunuh diri 2.      Diagnosa keperawatan Resiko bunuh diri 3.      Tujuan Khusus Klien tidak dapat mencapai masa depan yang realistis 4.      Tindakan Keperawatan



1.



Membuat rencana masa depan yang realistis bersama pasien



2.



Mngidentifikasi cara mencapai masa depan yang realistis



3.



Memberi dorongan pasien melakukan kegiatan dalam rangka meraih masa depan yang realistis



B. Strategi Komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan. a.       Salam terapetik “Selamat pagi bapak, masih ingat dengan saya?” b.      Evaluasi Validasi “Bagaimana perasaan bapak hari ini?”, bagaimana dengan tidur bapak semalam?”. c.       Kontrak “Bapak masih ingat dengan kontrak kita kemarin?, kita akan berbincang-bincang tentang bagaimana cara bapak melakukan hal yang baik ketika sedang mengalami masalah, bagaimana kalau kita berbincang-bincang ditaman sesuai dengan kontrak kita kemarin?, apa bapak mau?, berapa lama kita akan berbicara?, bagaimana kalau 15 menit sesuai kontrak kita kemarin juga yang telah di tentukan?, apakah bapak setuju?”. d.      Tujuan “Tujuan pembicaraan kita adalah supaya bapak dapat merencenakan masa depan yang jauh lebih baik dari  sebelumnya dan bapak dapat mencapai masa depan yang nyata” 2. Fase Kerja “Bapak, apa keinginan bapak dari dulu sampai sekarang?, apalagi pak?, apakah masih ada?. Sampai saat ini sudah ada keinginan bapak yang sudah tercapai?, wah hebat…..yang belum tercapainya pak?. “Harapan bapak sangat bagus sekali, bapak bisa berusaha semampu bapak dengan cara yang sabar, lebih giat, ikhtiar dan berdoa. Kegagalan bukan akhir dari sebuah harapan pak, namun cobaan yang nantinya akan membawa bapak ke arah yang bapak harapkan selama ini. Jadi,



selalu berusaha menjadi yang terbaik ya pak, kejar cita-cita bapak sampai dapat dan ingat, kejar harapan itu sesuai kemampuan bapak”. 3. Fase terminasi a. Evaluasi Subjektif “Bagaimana perasaan bapak setelah apa yang kita bicarakan tadi?, saya senang jika bapak   melakukan apa yang sudah tadi kita bicarakan”. b.      Evaluasi objektif “Coba bapak sebutkan kembali apa yang seharusnya kita lakukan ketika kita menginginkan sesuatu! Pintar sekali bapak ini….”. c.       Rencana tindak lanjut “Bapak, selama kita tidak bertemu, bapak bisa melakukan hal seperti tadi untuk mencapai keinginan bapak yang nyata, bapak mesti lebih sabar, lebih giat, ikhtiar dan berdoa. Jangan sampai menyerah ya pak”. “Sukses buat bapak…. “.