LP SP RBD (Ulfi Indah J) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

STIKes KHARISMA KARAWANG RESIKO BUNUH DIRI



Ulfi Indah Juandini 0433141490119092



PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKes KHARISMA KARAWANG JL. Pangkal Perjuangan Km. 1 By Pass Karawang 41316 2020



LAPORAN PENDAHULUAN RISIKOBUNUH DIRI A. Masalah Utama : Risiko Bunuh Diri B.



Pengertian Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena klien berada dalam keadaan stres yang tinggi dan menggunakan koping maladaptif. Bunuh diri adalah segala perbuatan seseorang dengan sengaja yang tahu akan akibatnya dapat mengakhiri hidupnya sendiri dalam dalam waktu singkat (Marasmis, 1998:431). Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan yang secara umum berlaku, sedangkan respon maladaptif merupakan respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya setempat.



Tanda dan gejala Klien dengan perilaku bunuh diri cenderung mengalami keputusasaan, menyalahkan diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga, perasaan tertekan, insomnia yang menetap, penurunan berat badan, berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan social dan pikiran dan rencana bunuh diri. 1. Tanda Subjektif : Klien mengatakan ia putus asa, cendrung menyalahkan diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga, perasaan tertekan. 2. Tanda Objektif : Insomnia, penurunan berat badan, berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial dan pikiran dan rencana bunuh diri. 1. Penyebab Banyak penyebab tentang alasan seseorang melakukan bunuh diri antara lain : 



Kegagalan beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stres.







Perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti.







Perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri.







Cara untuk mengakhiri keputusasaan.



Selain itu penyebab perilaku bunuh diri juga terbagi menjadi: 1) Faktor genetik Berdasarkan penelitian 1,5 – 3 kali lebih banyak perilaku bunuh diri terjadi pada individu yang menjadi kerabat tingkat pertama dari orang yang mengalami gangguan mood/depresi/ yang pernah melakukan upaya bunuh diri. Lebih sering terjadi pada kembar monozigot dari pada kembar dizigot. 2) Faktor biologis lain Faktor Biologis lain, biasanya karena penyakit kronis/kondisi medis tertentu, misalnya: stroke, gangguan kerusakan kognitif (demensia), diabetes, penyakit arteri koronaria, kanker, HIV/AIDS, dll. 3) Faktor psikososial & lingkungan. 



Teori Psikoanalitik/Psikodinamika: Teori Freud, yaitu bahwa kehilangan objek berkaitan dengan agresi & kemarahan, perasaan negatif thd diri, dan terakhir depresi;







Teori Perilaku Kognitif: Teori Beck, yaitu Pola kognitif negatif yang berkembang, memandang rendah diri sendiri;







Stressor Lingkungan: kehilangan anggota keluarga, penipuan, kurangnya sistem pendukung sosial.



Tanda dan gejala: 1) Tanda Subjektif : 



Klien mengatakan depresi pada alam perasaan, pernah melakukan upaya bunuh diri sebelumnya.







Klien mengatakan pernah mengalami kelaianan tindakan dan depresi mental pada remaja







Klien mengatakan riwayat psikososial 



Baru berpisah, bercerai/ kehilangan







Hidup sendiri







Tidak bekerja, perbahan/ kehilangan pekerjaan baru dialami







Faktor-faktor kepribadian: implisit, agresif, rasa bermusuhan, kegiatan kognitif dan negatif, keputusasaan, harga diri rendah, batasan/gangguan kepribadian antisosial



2) Tanda Objektif : 



Keputusasaan, gelisah, insomnia yang menetap, penurunan BB, berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial.



2. Akibat Klien dengan perilaku bunuh diri akan berakibat melukai atau mencederai dirinya sendiri. Selain itu juga dapat menyebakan orang terdekat dan sekitarnya juga dapat terluka baik secara fisik maupun psikis. Tanda dan gejala : 1) Tanda Subjektif : Klien mengungkapkan kejadian yang telah dialami atau yang dilakukan baik secara fisik maupun psikis, 2) Tanda Objektif : akibatkan kematian perlukaan atau nyeri pada diri sendiri, dsb.



C. Pohon masalah: Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain Risiko bunuh diri core problem



Harga diri Rendah



D.



Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji 1.



2.



Masalah keperawatan a.



Harga diri rendah



b.



Perilaku bunuh diri



c.



Resiko menciderai diri sendiri dan orang lain.



Data yang perlu dikaji 1. Harga diri rendah a.)



Data subjektif : Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri



b.) Data objektif : Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup. 2. Perilaku bunuh diri a.)Data subjektif : Menyatakan dirinya ingin mati saja, tidak ada gunamya hidup. b.)Data objektif : Ada isyarat bunuh diri, ada ide bunuh diri, pernah mencoba bunuh diri. 3. Resiko menciderai diri sendiri dan orang lain a.)



Data subjektif : Menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada harapan.menyatakan ingin bunuh diri / ingin mati saja, tak ada gunanya hidup.



b.) Data objektif : Nampak sedih, mudah marah, gelisah, tidak dapat mengontrol impuls, ada isyarat bunuh diri, ada ide bunuh diri, pernah mencoba bunuh diri.



E. Diagnosa



keperawatan



yang



mungkin muncul 1. Perilaku bunuh diri 2. Harga diri rendah A. Rencana Tindakan Diagnosa I : resiko bunuh diri Tujuan Umum : Klien tidak melakukan percobaan bunuh diri Tujuan Khusus : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya Tindakan: 



Perkenalkan diri dengan klien







Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.







Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.







Bersifat hangat dan bersahabat.







Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.



2. Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri Tindakan  Jauhkan klien dari benda benda yang dapat membahayakan (pisau, silet, gunting, tali, kaca, dan lain lain).  Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh perawat.  Awasi klien secara ketat setiap saat. 3. Klien dapat mengekspresikan perasaannya Tindakan:  Dengarkan keluhan yang dirasakan.  Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan dan keputusasaan.  Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana harapannya.  Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan, kematian, dan lain lain.



 Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan keinginan untuk hidup. 4. Klien dapat meningkatkan harga diri Tindakan:  Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.  Kaji dan kerahkan sumber sumber internal individu.  Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal: hubungan antar sesama, keyakinan, hal hal untuk diselesaikan). 5. Klien dapat menggunakan koping yang adaptif Tindakan:  Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman pengalaman yang menyenangkan setiap hari (misal : berjalan-jalan, membaca buku favorit, menulis surat dll.).  Bantu untuk mengenali hal hal yang ia cintai dan yang ia sayang, dan pentingnya terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan tentang kegagalan dalam kesehatan.  Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang mempunyai suatu masalah dan atau penyakit yang sama dan telah mempunyai pengalaman positif dalam mengatasi masalah tersebut dengan koping yang efektif Diagnosa II : Gangguan konsep diri: harga diri rendah Tujuan Umum : Klien tidak melakukan kekerasan Tujuan Khusus : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya. Tindakan: 



Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi.







Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.







Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.



2.



Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki. Tindakan:



 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki  Hindari penilaian negatif detiap pertemuan klien  Utamakan pemberian pujian yang realitas 3. Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri sendiri dan keluarga Tindakan:  Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki  Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah 4.



Klien dapat merencanakan kegiatan yang bermanfaat sesuai kemampuan yang dimiliki Tindakan : 



Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan.







Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan.







Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien



5.



Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan Tindakan : 



Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan







Beri pujian atas keberhasilan klien







Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah



6.



Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada Tindakan :



No.







Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien







Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat







Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah







Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga



Pasien



Keluarga



SPIP



SPIk



1.



Mengidentifikasi benda-benda yang dapat Mendiskusikan masalah yang dirasakan membahayakan pasien keluarga dalam merawat pasien



2.



Mengamankan benda-benda membahayakan pasien



3.



Melakukan kontrak treatment



4.



Mengajarkan cara-cara dorongan bunuh diri



5.



Melatih cara mengendalikan dorongan bunuh diri SPIIP SPIIk Mengidentifikasi aspek positif pasien Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan resiko bunuh diri



1



yang



dapat Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala resiko bunuh diri, dan jenis perilaku bunuh diri yang dialami pasien beserta proses terjadinya. Menjelaskan cara-cara merawat pasien resiko bunuh diri



mengendalikan



2



Mendorong pasien untuk berpikir positif Melatih keluarga mempraktekkan cara tentang diri merawat langsung kepada pasien resiko bunuh diri



3



Mendorong pasien untuk menghargai diri sebagai individu yang berharga SPIIIP SPIIIk Mengidentifikasi pola koping yang biasa Membantu keluarga membuat jadwal diterapkan pasien aktivitas di rumah termasuk minum obat (discharge planning) Menilai pola koping yang biasa dilakukan Menjelaskan follow up pasien setelah pulang Mengidentifikasi pola koping yang konstruktif Mendorong pasien memilih pola koping yang konstruktif Menganjurkan pasien menerapkan pola koping konstruktif dalam kegiatan harian SPIVP Membuat rencana masa depan yang realistis bersama pasien



1 2 3 4 5 1



2



Mengidentifikasi cara mencapai rencana masa depan yang realistis



3



Memberi dorongan pasien melakukan kegiatan dalam rangka meraih masa depan yang realistis



4



Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian DAFTAR PUSTAKA Aziz R, dkk. 2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang. RSJD Dr. Amino Gondohutomo : Semarang. Keliat. B. A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : Egc. Keliat. B. A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC Tim Direktorat Keswa. 2000. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, RSJP Bandung : Bandung. Yosep, I. 2010. Keperawatan Jiwa. PT. Refika Aditama : Bandung. http://rastirainia.wordpress.com/2009/11/25/laporan-pendahuluan-asuhan-keperawatan-padaklien-dengan-prilaku-percobaan-bunuh-diri/ diakses pada tanggal 13 September 2014 Stuart G.W, Sundeen. 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa. EGC : Jakarta.



STRATEGI PELAKSANAAN (SP) KLIEN DENGAN PERILAKU BUNUH DIRI A. Proses Keperawatan 1. Kondisi klien Klien dengan perilaku bunuh diri cenderung mengalami keputusasaan, menyalahkan diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga, perasaan tertekan, insomnia yang menetap, penurunan berat badan, berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan social dan pikiran dan rencana bunuh diri. 2. Diagnosa keperawatan Perilaku Bunuh Diri B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan  Tujuan tindakan keperawatan untuk pasien meliputi: 



Pasien tetap aman dan selamat



 Tindakan Keperawatan untuk pasien meliputi: 



Menemani pasien terus-menerus sampai dia dapat dipindahkan ketempat yang aman







Menjauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya pisau, silet, gelas, tali pinggang)







Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, jika pasien mendapatkan obat







Dengan lembut menjelaskan pada pasien bahwa saudara akan melindungi pasien sampai tidak ada keinginan bunuh diri



SP 1 Pasien : Pasien membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab perasaan marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibatnya dan cara mengontrol secara fisik.



Orientasi: ”Selamat pagi bapak, Saya Mahasiswa stikes kharisma karawang, yang akan merawat bapak berapa hari kedepan. Nama Saya ulfi, saya lebih senang dipanggil ulfi. “ Nama bapak siapa?Bapak Senang dipanggil apa” bagaimana bapak bisa berada di tempat ini?”Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apa keluhan bapak saat ini” ”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang bapak rasakan? Di mana kita duduk? Di halaman depan? Berapa lama? Bagaimana kalau 25 menit” Kerja ”Bagaimana perasaan bapak D setelah ini terjadi? Apakah dengan bencana ini bapak D paling merasa menderita di dunia ini? Apakah Bapak D pernah kehilangan kepercayaan diri? Apakah Bapak D merasa tidak berharga atau bahkan lebih rendah dari pada orang lain? Apakah Bapak D merasa bersalah atau mempersalahkan diri sendiri? Apakah Bapak D sering mengalami kesulitan berkonsentrasi? Apakah Bapak D berniat untuk menyakiti diri sendiri? Ingin bunuh diri atau berharap Bapak D mati? Apakah Bapak D pernah mencoba bunuh diri? Apa sebabnya, bagaimana caranya? Apa yang D rasakan?” ”Baiklah, tampaknya Bapak D membutuhkan pertolongan segera karena ada keinginan untuk mengakhiri hidup. Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar Bapak D ini untuk memastikan tidak ada benda – benda yang membahayakan D)” ”Karena D tampaknya mash memiliki keinginan yang kuat untuk mengakhiri hidup D, saya tidak akan membiarkan Bapak D sendiri” ”Apa yang D lakukan jika keinginan bunuh diri muncul?” ”Kalau keninginan itu muncul, maka akan mengatasinya Bapak A harus langsung minta bantuan kepada perawat di ruangan ini dan juga keluarga atau teman



yang sedang besuk. Jadi Bapak D jangan sendirian ya, katakan kepada teman perawat, keluarga atau teman jika ada dorongan untuk mengakhiri kehidupan.” ”Saya percaya Bapak D dapat mengatasi masalah.”



Terminasi : ”Bagaimana perasaan Bapak D sekarang setelah mengetahui cara mengatasi perasaan ingin bunuh diri?” ” Coba Bapak D sebutkan lagi cara tersebut!” ”Saya akan menemani Bapak D terus sampai keinginan bunuh diri hilang.” (jangan meninggalkan pasien).



CONTOH KASUS RESIKO BUNUH DIRI A.



Kasus Seorang perempuan berusia 28 tahun merasa bahwa dirinnya tidak pantas untuk hidup karena cacat, mengatakan ingin mati, tidak memiliki masa depan, dan merasa hidupnnya tidak berguna lagi. Setiap melihat tali atau pisau, berkeinginan untuk mengakhiri hidupnya. Pasien akan memukul siapa saja yang di dekatnya. ketika pasien mendengar suara yang selalu muncul saat menyendiri.



B.



Analisa Data Data



Masalah Resiko bunuh diri



DS: Klien mengatakan merasa bahwa dirinnya tidak pantas untuk hidup karena cacat, mengatakan ingin mati, tidak memiliki masa depan, dan merasa hidupnnya tidak berguna lagi. DO: Setiap melihat tali atau pisau, berkeinginan untuk mengakhiri hidupnya. Pasien akan memukul siapa saja yanng di dekatnya.



C.



Diagnosis Keperawatan Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain



Risiko bunuh diri core problem



Harga diri Rendah



D.



Tindakan Keperawatan Tujuan Umum : Klien tidak melakukan percobaan bunuh diri Tujuan Khusus : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya Tindakan: 



Perkenalkan diri dengan klien







Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.







Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.







Bersifat hangat dan bersahabat.







Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.



2. Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri Tindakan  Jauhkan klien dari benda benda yang dapat membahayakan (pisau, silet, gunting, tali, kaca, dan lain lain).  Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh perawat.  Awasi klien secara ketat setiap saat. 3. Klien dapat mengekspresikan perasaannya Tindakan:  Dengarkan keluhan yang dirasakan.  Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan dan keputusasaan.  Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana harapannya.



 Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan, kematian, dan lain lain.  Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan keinginan untuk hidup. 4. Klien dapat meningkatkan harga diri Tindakan:  Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.  Kaji dan kerahkan sumber sumber internal individu.  Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal: hubungan antar sesama, keyakinan, hal hal untuk diselesaikan). 5. Klien dapat menggunakan koping yang adaptif Tindakan:  Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman pengalaman yang menyenangkan setiap hari (misal : berjalan-jalan, membaca buku favorit, menulis surat dll.).  Bantu untuk mengenali hal hal yang ia cintai dan yang ia sayang, dan pentingnya terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan tentang kegagalan dalam kesehatan.  Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang mempunyai suatu masalah dan atau penyakit yang sama dan telah mempunyai pengalaman positif dalam mengatasi masalah tersebut dengan koping yang efektif E. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan  Tujuan tindakan keperawatan untuk pasien meliputi: 



Pasien tetap aman dan selamat



 Tindakan Keperawatan untuk pasien meliputi: 



Menemani pasien terus-menerus sampai dia dapat dipindahkan ketempat yang aman







Menjauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya pisau, silet, gelas, tali pinggang)







Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, jika pasien mendapatkan obat







Dengan lembut menjelaskan pada pasien bahwa saudara akan melindungi pasien sampai tidak ada keinginan bunuh diri



SP 1 Pasien : Pasien membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab perasaan marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibatnya dan cara mengontrol secara fisik.



Orientasi: ”Selamat pagi, Saya Mahasiswa stikes kharisma karawang, yang akan merawat ibu berapa hari kedepan. Nama Saya ulfi, saya lebih senang dipanggil ulfi. “ Nama ibu siapa?ibu Senang dipanggil apa” bagaimana ibu bisa berada di tempat ini?”Bagaimana perasaan ibu hari ini? Apa keluhan ibu saat ini” ”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang bapak rasakan? Di mana kita duduk? Di halaman depan? Berapa lama? Bagaimana kalau 25 menit” Kerja ”Bagaimana perasaan ibu setelah ini terjadi? Apakah ibu pernah kehilangan kepercayaan diri? Apakah ibu merasa tidak berharga atau bahkan lebih rendah dari pada orang lain? Apakah ibu merasa bersalah atau mempersalahkan diri sendiri? Apakah ibu sering mengalami kesulitan berkonsentrasi? Apakah ibu berniat untuk menyakiti diri sendiri? Ingin bunuh diri atau berharap ibu mati? Apakah ibu pernah mencoba bunuh diri? Apa sebabnya, bagaimana caranya? Apa yang ibu rasakan?” ”Baiklah, tampaknya ibu membutuhkan pertolongan segera karena ada keinginan untuk mengakhiri hidup. Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar ibu ini untuk memastikan tidak ada benda – benda yang membahayakan ” ”Karena ibu tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk mengakhiri hidup , saya tidak akan membiarkan ibu sendiri”



”Apa yang ibu lakukan jika keinginan bunuh diri muncul?” ”Kalau keninginan itu muncul, maka akan mengatasinya ibu harus langsung minta bantuan kepada perawat di ruangan ini dan juga keluarga atau teman yang sedang besuk. Jadi ibu jangan sendirian ya, katakan kepada teman perawat, keluarga atau teman jika ada dorongan untuk mengakhiri kehidupan.” ”Saya percaya ibu dapat mengatasi masalah.”



Terminasi : ”Bagaimana perasaan ibu sekarang setelah mengetahui cara mengatasi perasaan ingin bunuh diri?” ” Coba ibu sebutkan lagi cara tersebut!” ”Saya akan menemani ibu terus sampai keinginan bunuh diri hilang.” (jangan meninggalkan pasien).