LP RBD [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA RISIKO BUNUH DIRI



Disusun Oleh : TRI WULAN DARI S17185



PRODI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2019/2020



A. KONSEP PENYAKIT 1. DEFINISI Risiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yang dapat mengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena merupakan perilaku untuk mengakhiri kehidupannya. Perilaku bunuh diri disebabkan karena stress yang tinggi dan berkepanjangan dimana individu gagal dalam melakukan mekanisme koping yang digunakan dalam mengatasi masalah (Rusdi, 2013) Resiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yang dapatmengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena merupakan perilaku untuk mengakhiri kehidupannya. Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapatmengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terkahir dari individuuntuk memecahkan masalah yang dihadapi (Keliat,2014).. Risiko bunuh diri dapatdiartikan sebagai resiko individu untuk menyakitidiri sendiri, mencederai diri, sertamengancam jiwa. (Nanda, 2012)



2. ETIOLOGI Menurut Damaiyanti (2012) a. Faktor Predisposisi 1) Diagnosis Psikiatri Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat individu berisiko untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah gangguan efektif, penyalagunaan zat, dan skizofrenia. 2) Sifat kepribadian Tiga tipe keperibadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko bunuh diri adalah antipati, impulsif, dan depresi



3) Lingkungan psikososial Pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadiankejadian negatif dalam hidup, penyakit kronis, perpisahan dan bahkan perceraian. Kekuatan dukungan sosial sangat penting dalam menciptakan intervensi yang terapiutik, dengan terlebih dahulu mengetahui penyebab maslah, respon seorang dalam menghadapi masalah tersebut, dan lain-lain. 4) Riwayat keluarga Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor penting yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri. 5) Faktor Biokimia Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak seperti serotonim, adrenalin, dan dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui rekaman gelombang otak Electro Encephalo Graph (EEG) b. Faktor presipitasi Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stres yang berlebihan yang dialami oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang memalukan. Faktur lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau membaca melalui medaia mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunu diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi sangat rentan. c. Perilaku koping Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam kehidupan dapat melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini secara sadar memilih untuk melakukan tindakan bunuh diri. Perilaku bunuh diri berhubungan dengan banyak faktor, baik faktor sosial maupun budaya. Seseorang yang aktif dalam kegiatan masyarakat lebih mampu menoleransi stres dan menurunkan angka bunuh diri. d. Mekanisme koping



Seorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping yang berhubungan dengan perilaku bunuh diri, termasuk denial, rasionalization, regression dan megical thinking. Mekanisme pertahanan diri yang ada seharusnya tidak ditentang tanpa memberikan koping alternatif



3. MANIFESTASI KLINIS a. Subyektif Mengungkapkan tidak ada lagi yang peduli Mengungkapkan tidak bisa apa-apa Mengungkapkan dirinya tidak berguna b. Obyektif Sedih Marah Putus asa Tidak berdaya



4. PATOFISIOLOGI Semua prilaku bunuh diri adalah serius apapun tujuannya. Orang yang siap bunuh diri adalah orang yang merencanakan kematian dengan tindak kekerasan, mempunyai rencana spesifik dan mempunyai niat untuk melakukannya. Perilaku bunuh diri biasanya dibagi menjadi 3 kategori: 1. Ancaman bunuh dirih Peningkatan



verbal



atau



nonverbal



bahwa



orang



tersebut



mempertimbangkan untuk bunuh diri. Ancaman menunjukkan ambevalensi



seorang tentang kematian kurangnya respon positif dapat ditafsirkan seorang sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri 2. Upaya bunuh diri Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu yang dapat mengarah pada kematian jika tidak dicegah 3. Bunuh diri Mungkin terjadi setelah tanda peningkatan terlewatkan atau terabaikan. Orang yang melakukan percobaan bunuh diri dan yang tidak langsung ingin mati mungkin pada mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya. Percobaan bunuh diri terlebih dahulu individu tersebut mengalami depresi yang berat akibat suatu masalah yang menjatuhkan harga dirinya (stuart & Sundeen, 2010).



5. Pathway



Resiko Perilaku Kekerasan



Resiko Bunuh Diri



Harga Diri Rendah



Sumber : Nita & Fitria,2010



6. PEMERIKSAAN PENUNJANG Menurut Direja (2011:145), dalam pemeriksaan penunjang ada jenis alat untuk memeriksa gangguan struktur otak yang mempengaruhi gangguan jiwa dapat menggunakan alat sebagai berikut: a. Electroencephalogram (EEG) adalah suatu pemeriksaan yang bertujuan memberikan informasi penting tentang kerja dan fungsi otak. b.Single Photon EmissonComputed Tomography (SPECT) untuk melihat wilayah otak dan tanda-tanda abnormalitas pada otak dan menggambarkan perubahan-perubahan aliran darah yang terjadi. c. Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah suatu teknik radiologi dengan menggunakan magnet, gelombang radio dan komputer untuk mendapatkan gambaran struktur tubuh atau otak dan dapat mendeteksi perubahan yang kecil sekalipun dalam struktur tubuh atau otak. d. Elektro Convulsif Teraphy (ECT), kejutan listrik dialirkan ke otak dengan cara menempatkan elektroda–elektroda pada pelipis.



7. PENGOBATAN 1. Penatalaksanaan Medis pada semua kasus, keinginan bunuh diri harus diperiksa. Apakah orangmengisolasi dirinya



sendiri waktu



kejadian



sehingga ia



tidak



ditemukan ataumelakukan tindakan agar tidak ditemukan. Pada kasus bunuh diri membutuhkanobat penenang saat mereka bertindak kekerasan pada diri mereka atau orang lain,dan



pasien



juga



lebih



kejiwaan melalui komunikasi terapeutik. 2. Penatalaksanaan Keperawatan a. Tindakan keperawatan untuk pasien b. Klien dapat membina hubungan saling percaya c. Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri d. Klien dapat mengekspresikan perasaannya e. Klien dapat meningkatkan harga diri f.



Klien dapat menggunakan koping yang adaptif



membutuhkan



terapi



B. ASUHAN KEPERAWATAN 1. Masalah keperawatan yang mungkin muncul Harga diri rendah kronis (D.0086) Gangguan persepsi sensori: Halusinasi (D.0085) Risiko Bunuh Diri (D.0135) 2. Diagnosa keperawatan (berdasarkan SDKI) No.



1.



Diagnosis



Definisi



Harga diri rendah



Evaluasi



kronis (D.0086)



negative



atau



Tanda Mayor



perasaan S:



terhadap



diri



S:



1. Menilai diri negative (mis.



sendiri atau kemampuan



tidak



klien seperti tidak berarti,



tidak tertolong)



tidak



berharga,



tidak



berdaya yang berlangsung dalam waktu lama dan terus menerus



Tanda Minor



merasa



berguna,



2. Sulit tidur 3.



2. Merasa malu/bersalah 3. Merasa tidak



1. Merasa sulit konsentrasi



Mengungkapkan keputusasaan



mampu O:



melakukan apapun 4. Meremehkan kemampuan mengatasi masalah



1. Kontak mata kurang 2. Lesu dan tidak bergairah 3. Berbicara pelan dan lirih



No.



Diagnosis



Definisi



Tanda Mayor



Tanda Minor



5. Merasa tidak memiliki kelebihan



4. Pasif



atau



5. Prilaku tidak asertif



kemampuan positif 6.



6.



Melebihi-lebihkan



Mencari



penguatan



secara berlebihan



penilaian negatif tentang



7.



diri sendiri



Bergantung pendapat orang lain



7. Menolak penilaian positif



8. Sulit membuat keputusan



tentang diri sendiri O: 1. Enggan mencoba hal baru 2. Berjalan menunduk 3. Postur tubuh menunduk 2.



Gangguan persepsi



Perubahan



sensori: Halusinasi



terhadap



persepsi S:



(D.0085)



internal maupun eksternal



stimulus



baik



yang disertai dengan respon



S: 1. Mendengar suara bisikan atau melihat bayangan 2.



Merasakan



pada



sesuatu



1. Menyatakan kesal O: 1. Menyendiri



yang berkurang, berlebihan



melalui indera perabaan,



2. Melamun



atau terdistorsi.



penciuman, pendengaran



3. Konsentrasi buruk



No.



Diagnosis



Definisi



Tanda Mayor



atau pengecapan.



Tanda Minor



4.



Disorientasi tempat,



O:



orang,



situasi 1. Distorsi sensori



5. Curiga



2. Respon tidak sesuai



6. Melihat ke satu arah



3. Bersikap seolah melihat,



7. Mondar-mandir



mendengar,



mengecap,



8. Bicara sendiri



meraba, atau mencium sesuatu. 3.



Risiko Bunuh Diri



Berisiko melakukan upaya



- Putus harapan



(D.0135)



menyakiti diri sendiri untuk



- Memberikan isyarat bunuh



mengakhiri kehidupan



waktu,



diri



- Tidak semangat - Lemas - Penurunan nafsu makan



Mengungkapkan tidak ada yang peduli



3. Rencana asuhan keperawatan (Tujuan dan kriteria hasil menggunakan SLKI dan intervensi berdasarkan SIKI)



atau



No. 1.



Diagnosis Keperawatan Harga diri rendah kronis (D.0086)



Tujuan dan Kriteria Hasil Setelah



dilakukan



tindakan



Intervensi



keperawatan Promosi Harga Diri (I.10320)



selama 3x24 jam masalah harga diri meningkat dengan kriteria hasil : Harga Diri (L.09069) Perasaan memiliki kelebihan atau kemampuan positif dari skala 2 cukup menurun menjadi skala 4 cukup meningkat



Observasi Identifikasi budaya, agama, ras, jenis kelamin, dan usia terhadap harga diri Monitor tingkat harga diri setiap waktu, sesuai kebutuhan



Berjalan menampakkan wajah dari skala 2 cukup menurun menjadi skala 4 cukup Terapeutik meningkat



Motivasi terlibat dalam verbalisasi



Percaya diri berbicara dari skala skala 2 cukup positif untuk diri sendiri menurun menjadi skala 4 cukup meningkat



Diskusikan



pengalaman



yang



meningkatkan harga diri Berikan umpan balik positif atas



No.



Diagnosis Keperawatan



Tujuan dan Kriteria Hasil



Intervensi peningkatan mencapai tujuan Fasilitasi lingkungan dan aktivitas yang meningkatkan harga diri Edukasi Jelaskan kepada keluarga pentingnya dukungan



dalam



perkembangan



konsep positif diri pasien Anjurkan mempertahankan kontak mata saat berkomunikasi dengan orang lain Latih cara berfikir dan berperilaku positif 2.



Gangguan persepsi sensori:



Setelah



dilakukan



tindakan



keperawatan Manajemen Halusinasi (I.10300)



Halusinasi (D.0085)



selama 3x24 jam masalah persepsi sensori



No.



Diagnosis Keperawatan



Tujuan dan Kriteria Hasil



Intervensi



membaik dengan kriteria hasil :



Observasi



Persepsi Sensori (L.09083)



Monitor perilaku yang mengindikasi



Verbalisasi mendengar bisikan dari skala 2



halusinasi



cukup meningkat menjadi skala 4 cukup Monitor menurun



dan



sesuaikan



tingkat



aktivitas dan stimulasi lingkungan



Verbalisasi merasakan sesuatu melalui indera Monitor isi halusinasi (mis. Kekerasan peraba dari skala 2 cukup meningkat menjadi atau membahayakan diri) skala 4 cukup menurun Verbalisasi merasakan sesuatu melalui indera penciuman dari skala 2 cukup meningkat menjadi skala 4 cukup menurun Verbalisasi merasakan sesuatu melalui indera



Terapeutik Diskusikan perasaan dan respons terhadap halusinasi Pertahankan lingkungan yang aman



pengecap dari skala 2 cukup meningkat Lakukan tindakan keselamatan ketika menjadi skala 4 cukup menurun



tidak dapat mengontrol perilaku (mis. Limit setting, pembatasan wilayah,



No.



Diagnosis Keperawatan



Tujuan dan Kriteria Hasil Perilaku halusinasi dari skala 2 cukup meningkat



Intervensi pengekangan fisik, seklusi)



menjadi skala 4 cukup menurun



Hindari perdebatan tentang validitas halusinasi Edukasi Ajarkan pasien dan keluarga cara mengontrol halusinasi Anjurkan memonitor sendiri situasi terjadinya halusinasi Anjurkan berbicara pada orang yang dipercaya untuk memberi dukungan dan umpan balik korektif terhadap halusinasi Anjurkan melakukan distraksi (mis. Mendengarkan



music,



melakukan



No.



Diagnosis Keperawatan



Tujuan dan Kriteria Hasil



Intervensi akivitas dan teknik relaksasi) Kolaborasi Kolaborasi



pemeberian



obat



antipsikotik dan antiansietas 3.



Risiko Bunuh Diri (D.0135)



Pencegahan Bunuh Diri (I.15539) Observasi Identifikasi gejala risiko bunuh diri (mis. Gangguan mood, halusinasi, delusi, panic, penyealahgunaan zat, kesedihan, gangguan kepribadian) Identifikasi keinginan dan pikiran rencana bunuh diri Monitor lingkungan bebas bahaya secara rutin (mis. Barang pribadi,



No.



Diagnosis Keperawatan



Tujuan dan Kriteria Hasil



Intervensi pisau cukur jendela) Monitor adanya perubahan mood atau perilaku Terapeutik Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan Lakukan pendekatan langsung dan tidak menghakimi saat membahasa bunuh diri Berikan lingkungan dengan pengamanan ketat dan mudah dipantau (mis. Tempat tidur dekat ruang perawat) Tingkatkan pengawasan pada kondisi



No.



Diagnosis Keperawatan



Tujuan dan Kriteria Hasil



Intervensi tertentu (mis. Rapat staf, pergantian shift) Hindari diskusi berulang tentang bunuh diri sebelumnya, diskusi berorientasi pada masa sekarang dan masa depan Diskusikan rencana menghadapi ide bunuh diri di masa depan (mis. Orang yang dihubungi, ke mana mencari bantuan) Pastikan obat ditelan Edukasi Anjurkan mendiskusikan perasaan yang dialami kepada orang lain



No.



Diagnosis Keperawatan



Tujuan dan Kriteria Hasil



Intervensi Anjurkan menggunakan sumber pendukung (mis. Layanan sprititual, penyedia layanan) Jelaskan tindakan pencegahan bunuh diri kepada keluarga atau orang terdekat Latih pencegahan risiko bunuh diri (mis. Latih asertif, relaksasi otot progresif) Kolaborasi Kolaborasi pemberian obat antiansietas, atau antipsikotik, sesuai indikasi Kolaborasikan tindakan keselamatan



No.



Diagnosis Keperawatan



Tujuan dan Kriteria Hasil



Intervensi kepada PPA Rujuk ke pelayanan kesehatan mental, jika perlu



DAFTAR PUSTAKA



Dermawan, Deden. 2013. Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing.



Fitria, Nita. 2010. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.



Keliat, Budi Anna dan Akemat. 2014. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC.



Rasmun. 2011. Keperawatan kesehatan mental psikiatri terintegrasi dengan keluarga. Jakarta : CV Sagung Seto.



Tim Direktorat Keswa. 2014. Standart Asuhan Keperawatan Jiwa Edisi 1. Bandung: RSJP Bandung



Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI



Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I). Jakarta.



Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.