LP Remaja Sehat [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY M DENGAN GANGGUAN CITRA TUBUH DI PUSKESMAS RAWAT JALAN MEMPAWAH



Disusun oleh : LULU NOHARIA



NIM :201133039



PROGRAM STUDI PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN PONTIANAK TAHUN AJARAN 2020/2021 1



HALAMAN PENGESAHAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY M DENGAN GANGGUAN CITRA TUBUH DI PUSKESMAS RAWAT JALAN MEMPAWAH



Telah Mendapatkan Persetujuan Dari CI Pembimbing Lapangan Puskesmas Rawat Jalan Mempawah Telah disetujui pada Hari



: Sabtu



Tanggal



: 18 Desember 2020



Oleh:



CI Penanggung Jawab



Ns. Heri Kartoni, S. Kep



2



A. Gangguan Citra Tubuh 1. Konsep Diri Konsep diri adalah pengetahuan individu tentang dirinya sendiri, merupakan gambaran tentang diri dan gabungan kompleks dari perasaan,sikap dan persepsi baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Konse diri merupakan representasi psikis individu yang dikelilingi dengan semua persepsi



dan



pengalaman yang terorganisir (Potter dan Perry, 2005 dalam Dermawan dan Deden, 2013). Menurut Suhron (2017), menyebutkan bahwa konsep diri adalah keseluruhan gambaran diri, yang meliputi persepsi seseorang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan dirinya. Konsep diri terbagi menjadi 5 yaitu : a. Identitas diri Merupakan kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian yang merupakan sintesis dari semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh. b. Harga diri Merupakan penilaian terhadap hasil yang dicapai dengan analisis, sejauh mana perilaku memenuhi ideal diri. c. Ideal diri Merupakan persepsi individu tentang bagaimana ia harus berprilaku sesuai dengan standar perilaku. d. Peran diri Merupakan serangkaian perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial yang berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok sosial. e. Citra tubuh Merupakan sekumpulan dari sikap individu yang disadari dan tidak disadari terhadap tubuhnya, termasuk persepsi masa lalu dan sekarang, serta perasaan tentang struktur, bentuk dan fungsi tubuh. Citra tubuh adalah jumlah dari sikap sadar dan bawah sadar seseorang terhadap tubuh sendiri. Hal ini termasuk persepsi sekarang dan masa lalu serta perasaan tentang ukuran, fungsi, bentuk/penampilan, dan potensi. Citra tubuh terus berubah saat persepsi dan pengalaman baru terjadi dalam kehidupan. Eksistensi 3



tubuh menjadi penting dalam mengembangkan citra tubuh seseorang. (Stuart,2013). Individu yang stabil, realistis, dan konsisten terhadap gambaran dirinya akan memperlihatkan kemampuan yang baik terhadap realisasi yang akan memacu sukses dalam kehidupan. Pandangan individu yang realistis terhadap dirinya dengan menerima segala hal dari dirinya akan membuat individu tersebut terhindar dari rasa cemas sehingga dapat meningkatkan harga dirinya. Sikap individu terhadap tubuhnya mencerminkan aspek penting dalam dirinya misalnya perasaan menarik atau tidak, gemuk atau tidak, dan sebagainya (Yusuf, dkk, 2015). Citra tubuh terbagi menjadi dua macam yaitu : 1) Citra tubuh positif Citra tubuh yang positif merupakan suatu persepsi individu yang benar mengenai bentuk tubuh individu tersebut. Individu tersebut melihat dirinya sendiri sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan menghargai tubuhnya apa adanya. Dan individu tersebut memahami bahwa tubuh atau penampilan fisik seseorang itu hanya berperan kecil, sehingga ia menerima bentuk tubuhnya yang memiliki keunikan tersendiri dan tidak membuang waktu untuk memikirkan bentuk tubuhnya dan merasa nyaman



dengan



bentuk



tubuhnya



walaupun



individu



tersebut



mempunyai kekurangan dalam segi fisik (Dewi, 2009). 2) Citra tubuh negatif Citra tubuh yang negatif yaitu persepsi individu terhadap diri sendiri dan merasa tidak mampu untuk mencapai sesuatu yang berharga, sehingga menuntun



diri



kearah



kelemahan



dan



emosional



yang



dapat



menimbulkan keegoisan yang menciptakan suatu penghancuran diri Contohnya, pada pasien yang mengalami fraktur terbuka akan tampak jelas bentuk luka tersebut sehingga dapat menyebabkan pasien tersebut merasa malu dan cemas yang menandakan citra tubuh pasien negatif (Suhron, 2017). 2.



Konsep Gangguan Citra Tubuh Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang 4



diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, makna, objek yang sering kontak dengan tubuh. Gangguan tersebut diakibatkan kegagalan dalam penerimaan diri akibat adanya persepsi yang negatif terhadap tubuhnya secara fisik (Muhith, 2015). Pada pasien yang mengalami ganggguan citra tubuh, ia akan mempersepsikan tubuhnya tersebut memiliki kekurangan dan ia tidak dapat menjaga integritas tubuhnya sehingga ketika berhubungan dengan lingkungan sosial ia akan merasa rendah diri. Misalnya pada pasien yang dirawat dirumah sakit umum, perubahan citra tubuh sangat mungkin terjadi karena terjadinya perubahan struktur tubuh karena tindakan invasif, penyuntikan, pemasangan alat kesehatan dan lainnya (Muhith 2015). 3.



Etiologi Gangguan Citra Tubuh a. Faktor Predisposisi 1) Biologi Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat atau sakit. Stresor fisik atau jasmani yang lain seperti suhu dingin atau panas, rasa nyeri atau sakit, kelelahan fisik, lingkungan yang tidak memadai. 2) Psikologi Penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang



berulang,



kurang



mempunyai



tanggung



jawab



personal,



ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis. Stressor lainnya adalah konflik, tekanan, krisis dan kegagalan. 3) Sosio kultural Faktor sosio kultural yang mempengaruhi seperti peran, gender, tuntutan peran kerja, harapan peran budaya, tekanan dari kelompok sebaya dan perubahan struktur sosial. 4) Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh. 5) Proses patologik penyakit dan dampaknya terhadap struktur maupun fungsi tubuh. 6) Prosedur pengobatan seperi radiasi, transplantasi, kemoterapi 7) Faktor predisposisi gangguan harga diri 8) Penolakan dari orang lain. 5



9) Kurang penghargaan. 10) Pola asuh yang salah 11) Kesalahan dan kegagalan yang berulang. 12) Tidak mampu mencapai standar yang ditentukan (Stuart,2013). b. Faktor Presipitasi Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau faktor dari luar individu terdiri dari : 1)



Operasi seperti mastektomi, amputasi, luka operasi



2)



Ketegangan peran adalah perasaan frustasi ketika individu merasa tidak adekuat melakukan peran atau melakukan peran yang bertentangan dengan hatinya atau tidak merasa cocok dalam melakukan perannya.



3)



Perubahan ukuran dan bentuk, penampilan atau fungsi tubuh.



4)



Perubahan fisik yang berkaitan dengan tumbuh kembang normal.



5)



Prosedur medis dan perawatan (Stuart,2013).



4. Tanda dan Gejala Gangguan Citra Tubuh Berikut tanda dan gejala gangguan citra tubuh menurut Keliat, 2013 yaitu : a. Data Objektif Data objektif yang dapat diobservasi dari pasien gangguan citra tubuh yaitu : 1) Perubahan dan kehilangan anggota tubuh, baik struktur, bentuk, maupun fungsi 2) Pasien menyembunyikan bagian tubuh yang terganggu. 3) Pasien menolak melihat bagian tubuh. 4) Pasien menolak menyentuh bagian tubuh. 5) Aktivitas sosial pasien berkurang. b. Data Subjektif Data subjektif didapatkan dari hasil wawancara, pasien dengan gangguan citra tubuh biasanya mengungkapkan : 1)



Pasien mengungkapkan penolakan terhadap perubahan anggota tubuh saat ini, misalnya tidak puas dengan hasil operasi, ada anggota tubuh yang tidak berfungsi, dan menolak berinteraksi dengan orang lain.



2)



Pasien mengungkapkan perasaan tidak berdaya,malu, tidak berharga, dan keputusasaan.



3)



Pasien mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi terhadap bagian tubuh yang terganggu. 6



4)



Pasien sering mengungkapkan kehilangan.



5)



Pasien merasa asing terhadap bagian tubuh yang hilang.



Beberapa gangguan pada citra tubuh tersebut dapat menunjukkan tanda dan gejala sebagai berikut (Muhith, 2015) yaitu : a. Respon pasien adaptif 1) Syok psikologis Merupakan reaksi emosional terhadap dampak perubahan dan dapat terjadi pada saat pertama tindakan. Informasi yang banyak dan kenyataan perubahan tubuh membuat pasien menggunakan mekasnisme pertahanan diri seperti mengingkari, menolak dan proyeksi untuk mempertahankan keseimbangan diri. 2) Menarik diri Pasien menjadi sadar pada kenyataan, tetapi karena ingin lari dari kenyataan maka pasien akan menghindar secara emosional. Hal tersebut menyebabkan pasien menjadi pasif, tergantung pada orang lain, tidak ada motivasi dalam perawatan dirinya sendiri. 3) Penerimaan atau pengakuan secara bertahap Setelah pasien sadar akan kenyataan, maka respon kehilangan atau berduka akan muncul. Dan setelah fase ini pasien akan mulai melakukan reintegrasi terhadap gambaran dirinya yang baru. b. Respon pasien maladaptif 1) Menolak untuk melihat dan menyentuh bagian yang berubah. 2) Tidak dapat menerima perubahan struktur dan fungsi tubuh. 3) Mengurangi kontak sosial sehingga bisa terjadi isolasi sosial. 4) Perasaan atau pandangan negatif terhadap tubuhnya 5) Mengungkapkan keputusasaan 6) Mengungkapkan ketakutan akan ditolak 7) Menolak penjelasan mengenai perubahan citra tubuhnya



7



5. Psikodinamika Gangguan Citra Tubuh Perubahan ukuran, bentuk, dan fungsi tubuh



Penyakit



Koping Maladaptif



Prosedur medis



Gangguan Citra Tubuh



Cenderung berpikiran negatif terhadap



Sering menghayal



Cenderung mengikuti halusinasi



Pengalaman sensori berlanjut



Melakukan ancaman, menghardik, memukul



Risiko Perilaku Kekerasan



Halusinasi



Mengungkapkan perasaan Harga Diri Rendah tidak berdaya, tidak berharga



Isolasi Sosial



Aktivitas sosial



Acuh tak acuh, mengurung diri



8



Tidak mau berkomunikasi



B. Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Citra Tubuh Standar asuhan keperawatan atau standar praktik keperawatan mengacu pada standar praktik profesional dan standar kerja profesional. Standar praktik profesional tersebut juga mengacu pada proses keperawatan jiwa yang terdiri dari lima tahap standar, yaitu pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi (NANDA, 2016). 1. Pengkajian Keperawatan Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan dan merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan data (Muhith, 2015). Menurut Stuart dan Laraia dalam Prabowo (2014), data yang dikumpulkan pada tahap pengkajian meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Cara pengkajian lain berfokus pada lima dimensi yaitu fisik, emosional, intelektual, sosial dan spiritual. Isi dari pengkajian meliputi : a. Identitas Pasien Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, pendidikan, status perkawinan, tanggal masuk RS, asuransi, nomor rekam medis, tanggal pengkajian dan diagnosa medis. b. Identitas Penanggung Jawab Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat dan hubungan dengan pasien. c. Riwayat Penyakit Sekarang dan Faktor Presipitasi Biasanya pasien mengalami perubahan kondisi fisik, seperti adanya fraktur, amputasi, luka bakar yang dapat menimbulkan masalah psikologis pada pasien. d. Faktor Predisposisi Biasanya pasien mempunyai riwayat gangguan jiwa, pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik atau seksual, kekerasan dalam keluarga. e. Pemeriksaan Fisik Meliputi pemeriksaan tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan dan keluhan fisik yang dirasakan pasien seperti adanya fraktur. f. Pengkajian Psikososial 1) Genogram 9



Genogram menggambarkan mengenai silsilah dan riwayat penyakit pasien dan keluarga. 2) Konsep Diri a) Citra tubuh Kaji mengenai persepsi pasien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai dan bagian tubuh yang tidak disukai. Persepsi pasien terhadap citra tubuhnya dapat positif maupun negatif. Biasanya pasien yang mengalami gangguan citra tubuh akan memiliki citra tubuh yang negatif. b) Identitas diri Kaji mengenai status dan posisi pasien sebelum dirawat, kepuasan pasien terhadap status dan posisinya serta keunikan yang dimilikinya sesuai dengan jenis kelamin dan posisinya. c) Harga diri Kaji mengenai hubungan pasien dengan orang lain sesuai dengan kondisi, dampak pada pasien dalam berhubungan dengan orang lain, ideal diri tidak sesuai harapan, dan penilaian pasien terhadap pandangan atau penghargaan orang lain terhadap dirinya. d) Ideal diri Kaji mengenai harapan pasien terhadap keadaan tubuh yang ideal, tugas, pekerjaan, lingkungan serta peran pasien dalam keluarga. Dan harapan pasien terhadap penyakitnya serta adanya kesesuaian antara harapan dan kenyataan. e) Peran diri Kaji mengenai tugas atau peran pasien dalam keluarga, pekerjaan, kelompok



masyarakat,



kemampuan



pasien



dalam



melaksanakanfungsi dan perannya, perubahan yang terjadi saat pasien dirawat serta perasaan pasien terhadap perubahan tersebut. 3) Hubungan Sosial Kaji mengenai orang penting bagi pasien, upaya yang dilakukan pasien dalam menghadapi masalah, adanya hambatan dalam berhubungan dengan orang lain, keterlibatan pasien mengikuti dalam kegiatan kelompok atau masyarakat. 4) Spiritual 10



Kaji mengenai nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah serta kepuasan pasien dalam menjalankan ibadah. g. Status Mental 1)



Penampilan Melihat penampilan pasien dan cara pasien menggunakan pakaian yang sesuai dan seperti biasanya, nilai ketidakmampuan pasien dalam berpenampilan terhadap status psikologis pasien.



2)



Pembicaraan Amati cara pasien dalam berbicara apakah cepat, keras, gagap, sering terhenti, lambat, membisu, menghindar, tidak mampu memulai pembicaraaan.



3)



Aktivitas motorik Amati aktivitas motorik pasien apakah lesu, tegang, gelisah, agitasi atau pun tremor.



4)



Afek dan Emosi a) Afek Kaji afek pasien meliputi : 1) Adekuat merupakan perubahan roman muka yang sesuai dengan stimulus eksternal. 2) Datar merupakan tidak adanya perubahan roman muka saat ada stimulus yang menyenangkan maupun menyedihkan. 3) Tumpul merupakan reaksi yang timbul ketika ada stimulus emosi yang sangat kuat 4) Labil merupakan emosi pasien yang cepat berubah-rubah. 5) Tidak sesuai merupakan emosi yang bertentangan atau berlawanan dengan stimulus. b) Emosi Kaji mengenai perasaan kesepian, apatis, marah, anhedonia, eforia, depresi, sedih dan cemas yang dirasakan oleh pasien.



5)



Interaksi selama wawancara a) Kooperatif



:



pasien



berespon



dengan



baik



terhadap



pewawancara b) Tidak kooperatif : pasien tidak dapat menjawab pertanyaan pewawancara dengan spontan 11



c) Mudah tersinggung d) Bermusuhan : pasien berkata atau berpandangan yang tidak baik, tidak bersahabat atau tidak ramah. e) Kontak kurang : pasien tidak mau menatap lawan bicara. f) Curiga : pasien menunjukkan sikap atau peran tidak percaya kepada pewawancara atau orang lain. 6)



Persepsi sensori a) Halusinasi Kaji apakah pasien mengalami gangguan persepsi halusinasi pendengaran,



penglihatan,



perabaan,



pengecapan,



dan



penciuman. b) Ilusi c) Depersonalisasi d) Derealisasi 7)



Proses pikir a) Bentuk pikir 1) Otistik : pasien hidup dalam dirinya sendiri dan cenderung tidak memperdulikan lingkungannya. 2) Dereistik : proses mental pasien tidak diikuti dengan kenyataan, logika dan pengalaman. 3) Non realistik : pikiran pasien tidak sesuai kenyataan. b) Arus pikir 1) Sirkumstansial : pasien berbicara berbelit-belit tapi sampai pada tujuan 2) Tangensial : pasien berbicara berbelit-belit tapi tidak sampai pada tujuan 3) Kehilangan dan asosiasi : tidak ada hubungan antara satu kalimat dengan kalimat lainnya dalam pembicaraan pasien. 4) Flight of ideas : cara bicara pasien meloncat dari satu topik ke topik lainnya. 5) Bloking : cara bicara pasien terhenti tiba-tiba tanpa ada gangguan dari luar kemudian dilanjutkan kembali 6) Perseferasi : dalam berbicara pasien menggunakan kata-kata yang diulang berkali-kali 12



7) Perbigerasi : dalam berbicara pasien menggunakan kalimat yang diulang berkali-kali. c) Isi pikir 1) Obsesi merupakan pikiran yang selalu muncul walaupun pasien berusaha menghilangkannya. 2) Phobia merupakan ketakutan yang patologis atau tidak logis terhadap objek atau situasi tertentu. 3) Hipokondria merupakan keyakinan terhadap gangguan organ tubuh yang sebenarnya tidak ada 4) Depersonalisasi merupakan perasaan pasien yang asing terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan 5) Ide yang terkait merupakan keyakinan pasien terhadap kejadian yang terjadi dilingkungan yang bermakna dan terkait dengan diri pasien 6) Pikiran magis



merupakan keyakinan pasien tentang



kemampuannya dalam melakukan hal yang mustahil atau diluar kemampuannya. 7) Waham (a) Agama, keyakinan pasien terhadap suatu agama yang berlebihan dan diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan (b) Somatik



merupakan



keyakinan



pasien



terhadap



tubuhnya dan diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan keyakinan. (c) Kebesaran merupakan keyakinan pasien yang berlebihan terhadap



kemampuannya



dan



diucapkan



secara



berulang-ulang tapi tidak sesuai kenyataan (d) Curiga merupakan keyakinan pasien bahwa ada orang yang berusaha merugikan, mencederai dirinya yang diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. 8)



Tingkat kesadaran a) Bingung : pasien tampak bingung dan kacau atau perilaku pasien tidak mengarah pada tujuan 13



b) Sedasi : pasien mengatakan merasa melayang-layang antara sadar dan tidak sadar c) Stupor : terjadinya gangguan motorik seperti ketakutan, ada gerakan yang diulang-ulang tetapi pasien mengerti semua hal yang terjadi diligkungannya. 9)



Orientasi Meliputi orientasi terhadap waktu, tempat dan orang.



10) Memori a) Gangguan mengingat jangka panjang yaitu tidak dapat mengingat kejadian lebih dari satu bulan. b) Gangguan mengingat jangka pendek yaitu tidak dapat mengingat kejadian dalam minggu terakhir. c) Gangguan mengingat saat ini yaitu tidak dapat mengingat kejadian yang baru saja terjadi. d) Konfabulasi yaitu hal yang dibicarakan pasien tidak sesuai dengan kenyataan dengan memasukkan cerita yang tidak benar untuk menutupi gangguan daya ingatnya. 11) Tingkat konsentrasi a) Mudah beralih : perhatian pasien mudah berganti dari satu objek ke objek lainnya b) Tidak mampu berkonsentrasi : pasien selalu meminta agar pertanyaan



yang



diajukan



diulang



karena



tidak



dapat



menangkap apa yang ditanyakan. c) Tidak mampu berhitung : pasien tidak dapat melakukan penambahan atau pengurangan pada benda yang nyata. 12) Kemampuan penilaian Kaji mengenai kemampuan pasien dalam menilai situasi, kemudian bandingkan dengan yang seharusnya 13) Daya tilik diri a) Pasien mengingkari penyakit yang dideritanya, yaitu pasien tidak menyadari gejala penyakit serta perubahan fisik dan emosi pada dirinya dan merasa tidak butuh bantuan orang lain. b) Pasien menyalahkan hal-hal diluar dirinya dengan menyalahkan 14



orang lain atau lingkungan yang menyebabkan timbulnya penyakit atau masalah. h. Kebutuhan Persiapan Pulang Kaji mengenai pola makan, pola eliminasi, mandi, berpakaian, istirahat dan tidur, penggunaan obat, pemeliharaan kesehatan, aktivitas di dalam rumah serta aktivitas di luar rumah. i. Mekanisme Koping Data didapatkan melalui wawancara dengan pasien dan keluarganya. Mekanisme koping terbagi dua yaitu : 1) Mekanisme koping jangka pendek a) Memberikan pelarian sementara dari krisis identitas b) Memberikan identitas pengganti sementara c) Sementara memperkuat atau meningkatkan rasa membaur dengan diri (Stuart, 2013). 2) Mekanisme koping jangka panjang a) Menutup identitas b) Identitas negatif, yaitu asumsi yang bertentangan dengan nilai dan harapan masyarakat. j. Masalah Psikososial dan Lingkungan Kaji mengenai masalah yang berhubungan dengan pendidikan, pekerjaan, ekonomi, pelayanan kesehatan dan lingkungan. k. Tingkat Pengetahuan Kaji mengenai masalah yang berkaitan dengan tingkat pendidikan pasien misalnya tentang penyakit fisik, gangguan jiwa, faktor predisposisi dan faktor presipitasi, mekanisme koping serta obat-obatan. l. Aspek Medis Merupakan diagnosa medis yang menyangkut masalah psikososial, obat-obatan pasien saat ini baik obat fisik, psikofarmaka dan terapi lainnya. 2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan adalah suatu cara mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah aktual maupun risiko (Prabowo, 2014). 15



Diagnosa keperawatan gangguan citra tubuh dapat ditegakkan karena terjadinya penurunan atau perubahan bentuk, fungsi, penampilan tubuh serta kehilangan struktur tubuh tertentu pada pasien. Jika masalah psikososial gangguan citra tubuh tidak diatasi dengan benar, maka akan mengakibatkan pasien mengalami harga diri rendah. Berikut pohon masalah dari gangguan citra tubuh yaitu sebagai berikut:



Pohon Masalah Akibat



Harga Diri Rendah Gangguan Citra Tubuh



Core Problem



Kehilangan atau penurunan



Etiologi



Bentuk dan fungsi tubuh



Gambar 2.2 Pohon Masalah Gangguan Citra Tubuh (Nurhalimah, 2016) Berdasarkan pohon masalah gangguan citra tubuh diatas, dapat ditegakkan diagnosa keperawatan sebagai berikut : a. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan cedera b. Risiko harga diri rendah situasional berhubungan dengan gangguan citra tubuh c. Isolasi sosial berhubungan dengan perubahan penampilan fisik (NANDA, 2016). 3. Intervensi Keperawatan Intervensi keperawatan disesuaikan dengan standar asuhan keperawatan masalah psikososial yang mencakup tindakan psikoterapeutik yaitu penggunaan berbagai teknik komunikasi terapeutik dalam membina hubungan dengan pasien dan keluarga. Intervensi keperawatan pada pasien fraktur dengan gangguan citra tubuh menggunakan dua acuan yaitu berdasarkan strategi pelaksanaan pasien dan keluarga 16



serta intervensi keperawatan berdasarkan standar NOC (Nursing Outcomes Classification) dan NIC (Nursing Interventions Classification). Menurut Keliat (2013), Strategi Pelaksanaan (SP) pasien dan Strategi Pelaksanaan (SP) keluarga pada pasien dengan gangguan citra tubuh yaitu sebagai berikut : a. Strategi Pelaksanaan Pasien 1. SP 1 a) Membina



hubungan



saling



percaya



antara



perawat



pasienMendiskusikan tentang gangguan citra tubuh b) Mendiskusikan penerimaan terhadap gangguan citra tubuh c) Mendiskusikan tentang aspek positif pada diri pasien b. Mendiskusikan cara meningkatkan citra tubuh 1. SP 2 a) Mengevaluasi kegiatan yang sudah dilakukan b) Mengidentifikasi dan melakukan cara meningkatkan citra tubuh c) Melatih pasien berinteraksi secara bertahap c. Strategi Pelaksanaan Keluarga 1) SP 1 a) Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga b) Menjelaskan mengenai gangguan citra tubuh c) Menjelaskan cara mengatasi gangguan citra tubuh 2) SP 2 a) Mengevaluasi mengenai kegiatan sebelumnya b) Menyusun rencana keperawatan bersama keluarga pasien yang mengalami gangguan citra tubuh c) Melatih keluarga cara merawat pasien gangguan citra tubuh



17



dan



Tabel 2.1 Intervensi keperawatan berdasarkan standar NOC (Nursing Outcomes Classification) dan NIC (Nursing Interventions Classification) No 1.



Diagnosa NOC NIC Citra Tubuh Peningkatan Citra Tubuh Gangguan citra tubuh Indikator : Aktivitas : berhubungan dengan a. Kesesuaian a. Tentukan jika terdapat Proses penyakit antara realitas perasaan tidak suka terhadap tubuh dan karakteristik fisik khusus ideal tubuh yang menciptakan fungsi dengan paralisis sosial untuk remaja penampilan dan kelompok dengan risiko tubuh tinggi lain b. Deskripsi b. Tentukan perubahan fisik bagian tubuh saat ini apakah berkontribusi yang terkena pada citra tubuh pasien dampak c. Bantu pasien memisahkan c. Sikap penampilan fisik dari terhadap perasaan berharga secara menyentuh pribadi, dengan cara yang bagian tubuh tepat yang terkena e. Bantu pasien mendiskusikan dampak stressor yang mempengaruhi d. Kepuasan citra tubuh terkait dengan dengan kondisi kongenital, cedera, penampilan penyakit atau pembedahan tubuh. f. Identifikasi dampak dari e. Penyesuaian budaya pasien, agama, ras, terhadap jenis kelamin terkait dengan perubahan citra tubuh tampilan fisik g. Monitor frekuensi dari f. Penyesuaian pernyataan mengkritis diri terhadap h. Monitor apakah pasien bisa perubahan melihat bagian tubuh mana fungsi tubuh yang berubah g. Penyesuaian i. Tentukan persepsi pasien dan terhadap keluarga terkait dengan perubahan perubahan citra tubuh status j. Tentukan apakah perubahan kesehatan citra tubuh berkontribusi pada h. Penyesuaian peningkatan isolasi sosial terhadap k. Bantu pasien perubahan untuk mengidentifikasi tubuh akibat bagian tubuhnya yang cedera memiliki persepsi positif g. Penyesuaian terkait dengan tubuhnya terhadap d. Bantu pasien untuk perubahan mengidentifikasi tindakan tubuh yang akan meningkatkan 18



akibat pembedahan



penampilan



4. Implementasi Keperawatan Implementasi keperawatan disesuaikan dengan intervensi keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi kembali apakah rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan pasien saat ini (Prabowo, 2014) 5. Evaluasi Keperawatan Menurut Prabowo (2014), evaluasi keperawatan mengharuskan perawat melakukan pemeriksaan secara kritikal dan menyatakan respon pasien terhadap intervensi yang telah diberikan. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP yaitu sebagai berikut : a. S : Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan dan dapat diukur misalnya dengan menanyakan “bagaimana perasaan ibu setelah kita mendiskusikan aspek positif dalam diri ibu?” b. O : respon objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan dan dapat diukur dengan mengobservasi perilaku pasien pada saat komunikasi dan tindakan dilakukan. c. A : Analisis ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan masalah tersebut masih muncul atau muncul masalah baru atau ada data yang kontradiksi dengan masalah yang ada. d. P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respons pasien yang terdiri dari tindakan lanjut pasien dan tindakan lanjut oleh perawat. Pasien dan keluarga perlu dilibatkan dalam evaluasi agar perawat dapat melihat perubahan yang terjadi pada pasien. Pada tahap evaluasi sangat diperlukan adanya reinforcement untuk menguatkan perubahan yang positif. Pasien dan keluarga juga harus diberikan motivasi untuk melakukan self reinforcement (Prabowo, 2014).



19



DAFTAR PUSTAKA



Dermawan, Deden dan Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa; Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing.. Donsu, Jenitta Doli Tine. 2017. Psikologi Keperawatan. Yogyakarta : Pustaka Baru Press. Hamdani, Laura Sri. 2014. Gambaran Citra Tubuh Pasien Paska Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah di Rumah Sakit TK II Putri Hijau Medan. Universitas Sumatera Utara. Keliat, Budi Anna, dkk. 2013. Manajemen Keperawatan Psikososial dan Kader Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC. Kemenkes. 2015. Modul Pelatihan Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat. Jakarta : Badan PPSDM Kesehatan. Mukhlis, Ahmad. 2013. Jurnal Psikologi tentang Berpikir Positif Pada Ketidakpuasan Terhadap Citra Tubuh : Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. http://psikologi.uin-malang.ac.id/wpcontent/uploads/2014/03/1-BERPIKIR-POSITIF-PADA-KETIDAKPUASANTERHADAP-CITRA-TUBUH-Ahmad-Mukhlis.pdf diakses tanggal 19 Mei 2018 pada pukul 11.30 WIB. Nursalam, 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis, Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika. Prabowo, Eko. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Numed. Putri, dkk. 2012. Kesehatan Mental Masyarakat Indonesia (Pengetahuan dan Keterbukaan Masyarakat Terhadap Kesehatan Mental). Universitas Padjajaran. [diakses tanggal 13 November 2017 pukul 20.15] Saryono dan Angraeni D.M. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika. Stuart, G.W. 2013. Prinsip dan Praktek Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart. Ed 1. St Louis, Missouri : Mosby Elsevier. Suhron. 2017. Asuhan Keperawatan Jiwa Konsep Self Esteem. Jakarta : Mitra Wacana Media. Willianto, Dian Anggraini. 2017. Hubungan Antara Konsep Diri dan Citra Tubuh Pada Perempuan Dewasa Awal. https://repository.usd.ac.id/10079/2/129114031_full.pdf diakses pada tanggal 6 Mei 2018 pada pukul 06.30 WIB Yusuf, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika.



20