LP Sah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN SUB ARAKHNOID HEMORAGIC (SAH) A. Definisi Perdarahan subarachnoid adalah perdarahan tiba–tiba ke dalam rongga diantara otak dan selaput otak (rongga subarachnoid).Perdarahan subarachnoid merupakan penemuan yang sering pada trauma kepala akibat dari yang paling sering adalah robeknya pembuluh darah leptomeningeal pada vertex dimana terjadi pergerakan otak yang besar (Anonim, 2007). B. Etiologi 1. Aneurisma pecah (50%) Aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi Willisi dan cabang – cabangnya yang terdapat di luar parenkim otak ( Juwono, 1993 ) 2. Pecahnya malformasi Arterio Venosa (MAV) (5%) Terjadi kebocoran arteri venosa secara nontraumatik pada sirkulasi arteri serebral. 3. Penyebab yang lebih jarang a) Trauma b) Kelemahan pembuluh darah akibat infeksi, misalnya emboli septik dari endokarditis infektif (aneurisma mikotik) c) Koagulapati d) Gangguan lain yang mempengaruhi pembuluh darah (hipertensi) e) Gangguan pembuluh darah pada sum-sum tulang belakang dan berbagai jenis tumor. C. Manifestasi Klinis 1. Gejala prodromal: nyeri kepala hebat dan perakut, hanya 10% sementara 90% lainnya tanpa keluhan sakit kepala. 2. Kesadaran sering terganggu, dan sangat bervariasi dari tak sadar sebentar, sedikit delirium sampai koma. 3. Gejala / tanda rangsangan: kaku kuduk 4. Fundus okuli 10% penderita mengalami edema pupil, beberapaa jam setelah perdarahan. Sering terdapat perdarahan subhialoid karena pecahnya aneurisma pada arteri komunikans anterior atau arteri karortis interna. 5. Gejala – gejala neurologi fokal: bergantung pada lokasi lesi. 6. Gangguan saraf otonom: demam setelah 24 jam, demam ringan karena rangsangan mening, dan demam tinggi bila dilihatkan hipotalamus. Bila berat, maka terjadi ulkus peptikum disertai hematemesis dan melena (stress ulcer), dan seringkali disertai peninggian kadar gula darah, glukosuria, albuminuria, dan perubahan pada EKG (Hartono, 2009). D. Komplikasi Pada beberapa keadaan, gejala awal adalah katastrofik.Pada kasus lain, terutama dengan penundaan diagnosis, pasien mungkin mengalami perjalanan penyakit yang dipersulit oleh perdarahan ulang (4%), hidrosefalus, serangan kejang atau vasospasme. Perdarahan ulang dihubungkan dengan tingkat mortalitas sebesar 70% dan merupakan komplikasi segera yang paling memprihatinkan(Greenberg, 2012)



E. PemeriksaanPenunjang 1. CT Scan Kepala Pemeriksaan CT Scan berfungsi untuk mengetahui adanya massa intrakranial pada pembesaran ventrikel yang berhubungan dengan darah (densitas tinggi) dalam ventrikel atau dalam ruang subarachnoid. 2. MRI Hasil tahapan kontrol perdarahan subarachnoid kadang–kadang tampak MRI lapisan tipis pada sinyal rendah. 3. Pungsi lumbal Untuk konfirmasi diagnosis. Tidak ada kontraindikasi pungsi lumbal selama diyakini tidak ada lesi massa dari pemeriksaan pencitraan dan tidak kelainan perdarahan 4. EKG dan Foto Thoraks Edema paru dan aritmia jantung dapat terlihat dari rontgen dada Untuk pemeriksaan foto thoraks, tidak ada persiapan spesifik yang dilakukan oleh pasien.



F. Penatalaksanaan 1. Penderita segera dirawat dan tidak boleh melakukan aktifitas berat. 2. Obat pereda nyeri diberikan untuk mengatasi sakit kepala hebat. 3. Kadang dipasang selang drainase di dalam otak untuk mengurangi tekanan. 4. Pembedahan untuk memperbaiki dinding arteri yang lemah, bisa mengurangi resiko perdarahan fatal di kemudian hari. 5. Sebagian besar ahli bedah menganjurkan untuk melakukan pembedahan dalam waktu 3 hari setelah timbulnya gejala. Menunda pembedahan sampai 10 hari atau lebih dapat memungkinkan terjadinya perdarahan hebat. 6. Pasien dengan SAH memerlukan observasi neurologik ketat dalam ruang perawatan intensif, kontrol tekanan darah dan tatalaksana nyeri sementara menunggu perbaaikan aneurisma defisit. 7. Pasien pasien harus menerima profilaksis serangan kejang dan bloker kanal kalsium untuk vasospasme. 8. Tatalaksana ditujukan pada resusitasi segera dan pencegahan perdarahan ulang. 9. Tirah baring dan analgesik diberikan pada awal tatalaksana. 10. Antagonis kalsium nimodipin dapat menurunkan mor komplikasi dini perdarahan subarachnoid meliputi hidrosefalus sebagai akibat obstruksi aliran cairan serebrospinal oleh bekuaan darah. 11. Jika pasien sadar atau hanya terlihat mengantuk, maka pemeriksaan sumber perdarahan dilakukan angiografi serebral. 12. Identifikasi aneurisma memunkinkan dilakukan sedini mungkin, dilakukannya intervensi jepitan (clipping) leher aneurisma, atau jika mungkin membungkus (wropping) aneurisma tersebut. 13. Malformasi arteriovenosa yang terjadi tanpa adanya perdarahan, misalnya epilepsi biasanya tidak ditangani dengan pembedahan



DIANGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN Dx 1: Nyeri akut NOC: Tingkat nyeri : nyeri yang dilaporkan menjadi tidak ada, ekspresi nyeri wajah menjadi tidak ada, tidak ada menggosok are yang terkena dampak, muka meringis mejadi tidak ada. NIC: Manajemen nyeri : Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, observasi TTV, anjurkan, teknik relaksasi dan distraksi, berikan posisi yang nyaman



Dx 2: Hambatan Dx 3: Ketidakefektifan Dx 4: ketidakefektifan mobilitas fisik pola napas perfusi jaringan serebral NOC: NOC: Pergerakan : Status pernafasan : NOC: keseimbangan tidak kepatenan jalan napas, Perfusi jaringan terganggu, cara berjalan dengan kriteria hasil: serebral, dengan tidak terganggu, frekuensi pernafasan, kriteria hasil: TIK bergerak dengan mudah. irama pernafasan tidak tidak ada deviasi dari ada deviasi dari kisaran normal, kisaran normal, dan tekanan darah sistolik NIC: tidak terdengar suara dan diastolik tidak ada - Terapi latihan : tambahan deviasi dari kisaran ambulasi ( normal, kegelisahan intruksikan pasien tidak ada. untuk memposisikan NIC: diri sepanjang - Manajemen jalan proses pemindahan) napas (buka jalan NIC: - Bantuan perawatan napas dan posisikan  Monitor neurologi diri (dorong pasien untuk (Monitor tingkat kemandirian pasien, memaksimalkan kesadaran) tetapi bantu ketika ventilasi)  Perawatan pasien tak mampu - Monitor tanda – sirkulasi : melakukannya) tanda vital (monitor Insufisiensi tekanan darah, (Berikan nadi, suhu, dan kehangatan dengan status pernafasan) tepat)  Monitor tanda – tanda vital (Pengecekan tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernafasan)



DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2007. Subarachnoid Hemorrhage, www.Emedicine.Com. Desember 2016.



Diakses



Greenberg, Michael. 2012. Teks Atlas Kedokteran Kedaruratan. Jakarta:EGC Harsono .dr. DSS, 2007. Kapita Selekta Neurologi. Fakultas Kedokteran Gajah Mada, Gajah Mada University Press;Yogyakarta. Hartono. 2009. Kapita Selekta Neurologi. Gadjah Mada University Press;Yogyakarta. Muittaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Persarafan. Jakarta: Salemba Medika . Snell, Richard. 2007. Neuroanatomi Klinik Edisi 5. Jakarta: EGC.



Banjarmasin, Preceptor akademik,



(……………………………..)



April 2018



Preseptor klinik



(……………………………)



G. Pathway Hipertensi



Merokok



Kolestrol tinggi



Alkohol



Pelebaran abnormal pembuluh darah di otak



Arteri berhubungan langsung ke pembuluh vena tanpa intervensi kapiler High flow Malformasi Arterio Venosa (MAV) pecah



Aneurisma pecah



Perdarahan arakhnoid Herniasi serebral Penurunan kesadaran Peningkatan tekanan intrakranial



Penekanan langsung



Penekanan saluran pernafasan



Vasospasme arteri serebral



Ketidakefektifan pola nafas



Iskemik/ Infark



Menekan jaringan serebral



Defisit Neurologis



Nyeri akut



Hemisfer kiri hipoksemia



Hemiparase kanan



Hemisfer kanan Hemiparase kiri



Penurunan kesadaran Gangguan perfusi jaringan serebral



Hambatan mobilitas fisik