LP Sehat Jiwa Pada Lansia Fix [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Laporan Pendahuluan Sehat Jiwa Pada Lansia



Di susun oleh : NAMA



: Tommy Dimas Utama



NIM



: 2020207209021



KELOMPOK



: 2 (DUA)



PROGRAM STUDI PROFESI NERS REGULAR UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG TAHUN 2020



1. Pengertian Lansia Lansia menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya (WHO, 2016). WHO juga memberi batasan yaitu usia pertengahan (middle age) antara 45 - 59 tahun, usia lanjut (elderly) antara 60 - 74 tahun, dan usia lanjut tua (old) antara 75 – 90 tahun, serta usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun. Sementara Kementerian Kesehatan RI (2016), lansia atau lanjut usia adalah kelompok yang memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia atau lanjut usia adalah suatu periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah “beranjak jauh” dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh manfaat (Sarwono, 2015). Lansia yaitu bagian proses tumbuh kembang dimana manusia tidak secara tibatiba menjadi tua, tetapi berkembang mulai dari bayi, anak, remaja, dan menjadi tua (Pujianti, 2016). Lansia adalah tahap dari siklus hidup manusia paling akhir, yaitu bagian dari proses kehidupan yang tidak dapat dihindarkan dan akan di alami oleh setiap orang. Pada tahap tua ini individu mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun psikis, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya (Soejono, 2014). Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa usia lanjut atau lansia adalah suatu periode penutup dalam rentang hidup seseorang yang tidak dapat dihindarkan dan akan di alami oleh setiap individu. 2. Batasan-batasan Lansia WHO memberi batasan yaitu usia pertengahan (middle age) antara 45 sampai dengan 59 tahun, usia lanjut (elderly) dari 60 sampai dengan 74 tahun, dan usia lanjut tua (old) dari 75 sampai dengan 90 tahun, serta usia sangat tua (very old) lebih dari 90 tahun (Nugroho, 2016). Menurut Departemen Kesehatan RI (dalam Darmojo, 2014), batasan lansia terbagi dalam beberapa kelompok yaitu: a. Pralansia (Prasenilis) yaitu masa persiapan usia lanjut yang mulai memasuki antara 45 – 59 tahun. b. Lansia (Lanjut Usia) yaitu kelompok yang memasuki usia 60 tahun keatas.



c. Lansia resiko tinggi yaitu kelompok yang berusia lebih dari 70 tahun atau kelompok usia lanjut yang hidup sendiri, terpencil, tinggal di panti, menderita penyakit berat, atau cacat. 3. Proses menua Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Azizah, 2011). Proses menua merupakan proses yang terus menerus/berkelanjutan secara alamiah dan umumnya dialami oleh semua makhluk hidup. Misalnya, dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain, hingga tubuh “mati” sedikit demi sedikit. Kecepatan proses menua setiap individu pada organ tubuh tidak akan sama. Adakalanya seseorang belum tergolong lanjut usia/masih muda, tetapi telah menunjukkan kekurangan yang mencolok (deskripansi). Ada pula orang telah tergolong lanjut usia, penampilanmasih sehat, segar bugar, dan badan tegap. Waluapun demikian, harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering dialami lanjut usia (Nugroho, 2008). Adapun beberapa teori yang menjelaskan proses menua, yaitu : teori biologis, teori psikologis, teori sosial, dan teori spiritual (Maryam dkk, 2008). a. Teori Biologis 1) Teori Seluler Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertenty da kebanyakan selsel tubuh “diprogram” untuk membelah 50 kali. Jika sebuah sel pada lansia dilepas dari tubuh dan dibiarkan di laaboratorium, lalu diobservasi, jumlah sel-sel yang akan membelah, jumlah sel yang akan membelah terlihat sedikit. (Spence & Masson dalam Watson, 1992, dalam Azizah, 2011). 2) Teori “Genetik Clock” Menurut teori ini menua telah diprogram secara genetik untuk species-species tertentu. Tiap species mempunyai di dalam nuclei (inti selnya) suatu jam gentik yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu jam ini akan menghitung mitosis dan menghentikan replikasi sel bila tidak berputar (Azizah, 2011).



3) Sintesis Protein (kolagen dan elastin) Jaringan seperti kulit atau kartilago kehilangan elastisitasnya pada lansia. Proses kehilangan elastisitas ini dihubungkan dengan adanya perubahan kimia pada komponen protein dalam jaringan tersebut. Pada lansia beberapa protein (kolagen dan kartilago, dan elastin pada kulit) dibuat oleh tubuh dengan bentuk dan struktur yang berbeda dari protein yang lebih muda. Contohnya banyak kolagen pada kartilago dan elastin pada kulit yang kehilangan fleksibilitasnya serta menjadi lebih tebal, seiring dengan bertambahnya usia (Tortora & Anagnostakos, 1990, dalam Azizah, 2011). 4) Keracunan Oksigen Teori tentang adanya sejumla penurunan kemampuansel di dalam tubuh untuk mempertahankan diri dari oksigen yang mengandung zat racun dnegan kadar yang tinggi, tanpa mekanisme pertahan diri tertentu. Ketidak mampuan mempertahankan diri dari toksik tersebut membuat struktur membran sel mengalami perubahan dari rigid, serta terjadi terjadi kesalahan genetik (Tortora & Anagnostakos, 1990, dalam Azizah, 2011) 5) Sistem Imun Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa penuaan. Walaupun demikian, kemunduran kemampuan sistem yang terdiri dari sistem yang terdiri dari siste limfatik dan khususnya sel darah putih, juga merupakan faktor yang berkontribusi dalam proses penuaan (Azizah, 2011). 6) Mutasi Somatik (Teori Error Catastrophe) Mekanisme pengontrolan genetik dalam tingkat sub seluler dan molekul yang bisa disebut juga hipotesis “Eror Catastrophe” menurut hipotesis tersebut menua disebabkan oleh kesalahankesalahan yang beruntun. Sepanjang kehidupan setelah berlangsung dalam waktu yang cukup lama, terjadi kesalahan dalam proses transkripsi (DNA RNA) maupun dalam prosestranslasi (RNA protein/ enzim) kesalahan tersebut akan menyebabkan terbentuknya enzim yang salah. Kesalahan tersebut dapat berkembang secara eksponensial dan akan menyebabkan terjadinya reaksi metabolisme yang salah, sehingga akan akan mengurangi fungsional sel. Apabila jika terjadi pula kesalahan dalam proses translasi (pembuatan protein), maka terjadi kesalahan yang makin banyak, sehingga terjadilah katastrop (Constantinides, 1994 dikutip oleh Darmojo & Martono, 2000, dalam Azizah, 2011).



7) Teori Menua Akibat Metabolisme Pengurangan “intake” kalori pada rodentia muda akan menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur (MC Key et all, 1935 yang dikutip Darmojo dan Martono, 2004, dalam Azizah, 2011). 8) Kerusakan Akibat Radikal Bebas Radikal bebas (RB) dapat terbentuk dialam bebas, dan di dalam tubuh di fagosit (pecah), dan sebagai produk sampingan di dalam rantai pernafasan di dalam mitokondria. Untuk organisasi aerobik radikal bebas terutama terbentuk pada waktu nespirasi (aerob) di dalam mitokondria. Karea 90% oksigen yang ambil tubuh termasuk di dalam mitokondria (Azizah, 2011). b. Teori Psikologi Pada usia lanjut usia,proses penuaan tejadi secara alamiah seiring dengan penambahan usia. Perubahan psikologi yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif (Maryam, dkk, 2008). c. Teori Sosial Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori interaksi sosial (social exchange theory), teori penarikan diri (disengagement theory), teori aktivitas (activity theory), teori kesinambungan (continuity theory), teori perkembangan (development theory), dan teori stratifikasi usia (age stratification theory) (Maryam, dkk, 2008). 1) Teori Interaksi Sosial Teori ini menjelaskan mengapa lansia bertindak pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Kemampuan lansia untuk terus menjalani interaksi sosial merupakan kunci untuk mempertahan kan status sosial atas dasar kemampuannya untuk melakukan tukar-menukar (Simmons, 1945, dalam Maryam, dkk, 2008).



2) Teori Penarikan Diri Kemiskinan yang diderita diserita lansia dan menurunya derajat kesehatan mengakibatkan seorang lansia secara perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan disekitarnya (Gumming dan Henry, 1961, dalam, Maryam, dkk, 2008). 3) Teori Aktivitas Penuaan yang sukses bergantung dari bagaimana seorang lansia merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas serta mempertahankan aktivitas tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas yang dilakukan. Dari satu sisi aktivitas lansia dapat menurun, akan tetapi di lain sisi dapat dikembangkan, misalnya peran baru lansia sebagai relawan, kakek atau nenek, ketua RT, seorang duda atau janda, serta karena ditinggal wafat pasangan hidupnya (Palmore, 1965 dan Lemon et al, 1972, dalam, Maryam, dkk,2008). 4) Teori Kesinambungan Teori ini dianut oleh banyak pakar sosial. Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia. Pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi lansia. Hal ini dapat terlihat bahwa gaya hidup, perilaku ,dan harapan seseorang ternyata tidak berubah meskipun ia telah menjadi lansia (Maryam, dkk, 2008). 5) Teori Perkembangan Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang telah dialami oleh lansia pada saat muda hingga dewasa. Sigmund Freud meneliti tentang psiloanalisis serta perubahan psikososial anak dan balita. Membagi kehidupan menjadi delapan fase, yaitu : lansia yang menerima apa adanya, lansia yang takut mati, lansia yang merasakan hidup penuh arti, lansia yang menyesali diri, lansia yang bertangung jawab dengan merasakan kesetiaan, lansia yabf kehidupannya berhasil, lansia yang merasa terlambat untuk memperbaiki diri, lansia yang perlu menemukan integritas diri melawan keputusasaan (Erickson, 1930, dalam Maryam, dkk, 2008). 4. Karakteristik lansia Karakteristik lansia menurut Ratnawati (2017); Darmojo & Martono (2006) yaitu:



1) Usia Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia, lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia diatas 60 tahun (Ratnawati, 2017). 2) Jenis kelamin Data Kemenkes RI (2015), lansia didominasi oleh jenis kelamin perempuan. Artinya, ini menunjukkan bahwa harapan hidup yang paling tinggi adalah perempuan (Ratnawati, 2017). 3) Status pernikahan Berdasarkan Badan Pusat Statistik RI SUPAS 2015, penduduk lansia ditilik dari status perkawinannya sebagian besar berstatus kawin (60 %) dan cerai mati (37 %). Adapun perinciannya yaitu lansia perempuan yang berstatus cerai mati sekitar 56,04 % dari keseluruhan yang cerai mati, dan lansia laki-laki yang berstatus kawin ada 82,84 %. Hal ini disebabkan usia harapan hidup perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan usia harapan hidup laki-laki, sehingga presentase lansia perempuan yang berstatus cerai mati lebih banyak dan lansia laki-laki yang bercerai umumnya kawin lagi (Ratnawati, 2017). 4) Pekerjaan Mengacu pada konsep active ageing WHO, lanjut usia sehat berkualitas adalah proses penuaan yang tetap sehat secara fisik, sosial dan mental sehingga dapat tetap sejahtera sepanjang hidup dan tetap berpartisipasi dalam rangka meningkatkan kualitas hidup sebagai anggota masyarakat. Berdasarkan data Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI 2016 sumber dana lansia sebagian besar pekerjaan/usaha (46,7%), pensiun (8,5%) dan (3,8%) adalah tabungan, saudara atau jaminan sosial (Ratnawati, 2017). 5) Pendidikan terakhir Menurut penelitian yang dilakukan oleh Darmojo menunjukkan bahwa pekerjaan lansia terbanyak sebagai tenaga terlatih dan sangat sedikit yang bekerja sebagai tenaga professional. Dengan kemajuan pendidikan diharapkan akan menjadi lebih baik (Darmojo & Martono, 2006).



6) Kondisi kesehatan Angka kesakitan, menurut Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI (2016) merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur derajat kesehatan penduduk. Semakin rendah angka kesakitan menunjukkan derajat kesehatan penduduk yang semakin baik. Angka kesehatan penduduk lansia tahun 2014 sebesar 25,05%, artinya bahwa dari setiap 100 orang lansia terdapat 25 orang di antaranya mengalami sakit. Penyakit terbanyak adalah penyakit tidak menular (PTM) antar lain hipertensi, artritis, strok, diabetes mellitus (Ratnawati, 2017). 5. Perubahan perubahan yang terjadi pada lansia Perubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubahan fisik, sosial, dan psikologis (Maryam, 2008). a. Perubahan fisik 1) Sel : jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh menurun, dan cairan intraseluler menurun. 2) Kardiovaskular : katup jantung menebal dan kaku kemampuan memompa darah menurun (menurunya kontraksi dan volume), elastisitas pembuluh darah menurun, serta meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkat. 3) Respirasi : otot-otot pernapasan kekuatannya menurun dan kaku, elastisitas paru menurun, kapasitas residu meningkat sehingga menarik napas lebih berat, alveoli melebar dan jumlahnya menurun, kemampuan batuk menurun, serta terjadi penyempitan pada bronkus. 4) Persarafan : saraf pancandra mengecil sehingga fungsinya menurun serta lambat dalam merespons dan waktu bereaksi khususnya yang berhubungan dengan stres. Berkurang atau hilangnya lapisan mielin akson, sehingga menyebabkan berkurangnya respons motorik dan refleks. 5) Muskuloskeletal : cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh (osteoporosis), bungkuk (kifosis), persendian membesar dan menjadi kaku (atrofi otot), kram, tremor, tendon mengerut, dan mengalami sklerosis. 6) Gastrointestinal : esofagus melebar, asam lambung menurun, lapar menurun, dan peristaltik menurun sehingga daya absorpsi juga ikut menurun. Ukuran lambung



mengecil serta fungsi organ aksesori menurun sehingga menyebabkan berkurangnya produksi hormon dan enzim pencernaan. 7) Genitourinaria : ginjal : mengecil, aliran darah ke ginjal menurun, penyaringan di



glomerulus



menurun,



dan fungsi



tubulus



menurun



sehingga



kemampuan



mengonsentrasi urine ikut menurun. 8) Vesika urinaria : otot-otot melemah, kapasitasnya menurun, dan retensi urine. Prostat : hipertrofi pada 75% lansia. 9) Vagina : selaput lendir mengering dan sekresi menurun. 10) Pendengaran : membran timpani atrofi sehingga terjadi gangguan pendengaran. Tulang-tulang pendengaran mengalami kekakuan. 11) Penglihatan : respons terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap gelap menurun, adaptasi terhadap gelap menurun, akomodasi menurun, lapang pandang menurun, dan katarak. 12) Endokrin : produksi hormon menurun. 13) Kulit : keriput serta kulit kepala dan rambut menipis. Rambut dalam hidung dan telinga menebal. Elastisitas menurun, vaskularisasi menurun, rambut memutih (uban), kelenjar keringat menurun, kuku keras dan rapuh, serta kuku kaki tumbuh berlebihan seperti tanduk. 14) Belajar dan memori : kemampuan belajar masih ada tetapi relatif menurun. Memori (daya ingat) menurun karena proses encoding menurun. b. Perubahan sosial 1) Peran : post power syndrome, single woman, dan single parent. 2) Keluarga : kesendirian, kehampaan. 3) Teman : ketika lansia lainnya meninggal, maka muncul perasaan kapan akan meninggal. Berada di rumah terus-menerus akan cepat pikun (tidak berkembang). 4) Ekonomi : kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang cocok bagi lansia dan income security. 5) Rekreasi : untuk ketenangan batin. 6) Keamanan : jatuh, terpleset. 7) Agama : melaksanakan ibadah.



8) Panti jompo : merasa dibuang/diasingkan. c. Perubahan psikologis Perubahan psikologis pada lansia meliputi short term memory, frustasi, kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi kematian, perubahan keinginan, depresi, dan kecemasan. 6. Permasalahan lanjut usia Menurut Suardiman (2011), Kuntjoro (2007), dan Kartinah (2008) usia lanjut rentan terhadap berbagai masalah kehidupan. Masalah umum yang dihadapi oleh lansia diantaranya: 1) Masalah ekonomi Usia lanjut ditandai dengan penurunan produktivitas kerja, memasuki masa pensiun atau berhentinya pekerjaan utama. Disisi lain, usia lanjut dihadapkan pada berbagai kebutuhan yang semakin meningkat seperti kebutuhan akan makanan yang bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin, kebutuhan sosial dan rekreasi. Lansia yang memiliki pensiun kondisi ekonominya lebih baik karena memiliki penghasilan tetap setiap bulannya. Lansia yang tidak memiliki pensiun, akan membawa kelompok lansia pada kondisi tergantung atau menjadi tanggungan anggota keluarga (Suardiman, 2011). 2) Masalah sosial Memasuki masa lanjut usia ditandai dengan berkurangnya kontak sosial, baik dengan anggota keluarga atau dengan masyarakat. kurangnya kontak sosial dapat menimbulkan perasaan kesepian, terkadang muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, serta merengek-rengek jika bertemu dengan orang lain sehingga perilakunya kembali seperti anak kecil (Kuntjoro, 2007). 3) Masalah kesehatan Peningkatan usia lanjut akan diikuti dengan meningkatnya masalah kesehatan. Usia lanjut ditandai dengan penurunan fungsi fisik dan rentan terhadap penyakit (Suardiman, 2011).



4) Masalah psikososial Masalah psikososial adalah hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan keseimbangan sehingga membawa lansia kearah kerusakan atau kemrosotan yang progresif terutama aspek psikologis yang mendadak, misalnya, bingung, panik, depresif, dan apatis. Hal itu biasanya bersumber dari munculnya stressor psikososial yang paling berat seperti, kematian pasangan hidup, kematian sanak saudara dekat, atau trauma psikis. (Kartinah, 2008).



Masalah kesehatan jiwa yang sering timbul pada lansia meliputi kecemasan, depresi, insomnia, paranoid, dan demensia (Maryam, Ekasari, Rosidawati, Jubaedi, & Batubara, 2008) Tanda gejala dan penyebab : 1) Kecemasan a) Perasaan khawatir atau takut yang tidak rasional akan kejadian yang akan terjadi b) Sulit tidur sepanjang malam c) Rasa tegang cepat marah d) Sering mengeluh akan gejala yang ringan atau takut/khawatir terhadap penyakit yang berat, misalnya kanker dan penyakit jantung yang sebenarnya tidak dideritanya e) Sering membayangkan hal-hal yang menakutkan f) Rasa panit terhadap masalah ang ringan



2) Depresi a) Sering mengalami gangguan tidur atau sering terbangun sangat pagi yang bukan merupakan kebiasaanya sehari-hari. Sering kelelahan, lemas, dan kurang dapat menikmati kehidupan sehari-hari. b) Kebersihan dan kerapihan diri sering diabaikan



c) Cepat sekali menjadi marah atau tersinggung d) Daya konsentrasi berkurang e) Pada pembicaraan sering disertai topic yang berhubngan dengan rasa pesimis atau perasaan putus asa f) Berkurang atau hilangnya nafsu makan sehingga berat badan menurun secara cepat. g) Kadang-kadang dalam pembicaraannya ada kecenderungan untuk bunuh diri.



3) Insomnia a) Kurangnya kegiatan fisik dan mental sepanjang hari sehingga mereka masih semangat sepanjang malam b) Tertidur sebentar-sebentar sepanjang hari c) Gangguan cemas dan depresi d) Tempat tidur dan suasana kamar kurang nyaman e) Sering berkemih pada waktu malam karena banyak minum pada malam hari f) Infeksi saluran kemih



4) Paranoid a) Perasaan curiga dan memusuhi anggota keluarga, teman-teman, atau orangorang disekelilingnya b) Lupa akan barang-barang yang disimpannya kemudian menduuh orangorang disekelilingnya mencuri atau menyembnyikan barang miliknya c) Paranoid dapat merupakan manifestasi dari masalah lain, seperti depresi dan rasa marah yang ditahan



5) Demensia a) Meningkatnya keslitan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari b) Mengabaikan kebersihan diri c) Sering lupa akan kejadian-kejadian yang dialam, dalam keadaan yang makin berat, nama orang atau keluarga dapat dilupakan d) Pertanyaan atau kata-kata sering diulang-ulang e) Tidak mengenal demensia waktu, misalnya bangun dan berpakaian pada malam hari f) Tidak dapat mengenal demensia ruang atau tempat g) Sifat dan perilaku berubah menjadi keras kepala dan cepat marah h) Menjadi depresi dan menangis tanpa alasan yang jelas



Tugas Perkembangan Lansia dan Karaketistik Perilaku 1. Tugas Perkembangan a. Perkembangan yang normal: integritas diri 1) Mempunyai harga diri tinggi 2) Merasa disayang oleh keluarga 3) Menilai kehidupannya berarti 4) Memandang sesuatu hal secara keseluruhan (tuntuta dan makna hidup) 5) Menerima nilai dan keunikan orang lain 6) Menerima datangnya kematian b. Penyimpangan perkembagan: putus asa 1) Memandang rendah/menghina/mencela orang lain 2) Merasa kehidupannya selama ini tidak berarti 3) Merasakan kehilangan 4) Masih ingin berbuat banyak, tetapi takut tidak mempunyai waktu lagi



Rencana Tindakan Keperawatan No 1



Tugas Perkembangan Perkembangan yang normal: integritas diri



Tindakan Untuk Perkembangan Klien



Tindakan Untuk Keluarga



1. Jelaskan ciri perilaku perkembangan lansia yang 1. Jelaskan kepada keluarga tentang normal dan menyimpang 2. Diskusikan cara yang dapat dilakukan oleh lansia untuk mencapai integritas diri yang utuh: a. Mendiskusikan makna hidup lansia selama ini b. Melakukan life review dan reminiscence (menceritakan kembali masa lalunya, terutama keberhasilannya) c. Mendiskusikan keberhasilan yang telah dicapai oleh lansia d. Mengikuti kegiatan sosial di lingkungannya e. Mengikuti kegiatan kelompok 3. Bimbing lansia dalam membuat rencana kegiatan untuk mencapai integritas diri 4. Motivasi lansia untuk melaksanakan rencana yang telah dibuatnya



perkembangan psikososial lansia yang normal dan menyimpang 2. Diskusikan dengan keluarga mengenai cara memfasilitasi perkembangan lansia yang normal a. Bersama lansia diskusikan makna hidupnya selama ini b. Diskusikan keberhasilan yang telah dicapai oleh lansia c. Dorong lansia untuk mengikuti kegiatan sosial( arisan, menjenguk teman yang sakit) dilingkungannya d. Dorong lansia untuk melakukan life review dan reminiscence (menceritakan kembali masa lalunya, terutama keberhasilannya) 3. Latih keluarga untuk memfasilitasi perkembangan psikososial lansia 4. Buat rencana stimulasi perkembangan psikososial lansia



2



Penyimpangan perkembangan: 1. Diskusikan penyebab dan hambatan dalam putus asa



1. Diskusikan dengan keluarga mengenai



mencapai tugas perkembangan lansia, seperti



penyebab hambatan dalam mencapai tugas



adanya penyakit dan putus asa



perkembangan lansia saat ini, seperti penyakit



2. Diskusikan cara mengatasi hambatan dan motivasi keinginan lansia untuk mengobati penyakit fisik yang dialaminya 3. Bantu lansia bersosialisasi secara bertahap 4. Fasilitasi untuk ikut kegiatan kelompok lansia



fisik 2. Motivasi dan dampingi keluarga dalam menyelesaikan masalah tersebut 3. Diskusikan cara mengatasi hambatan tersebut a. Mengobati penyakit fisik yang dialami b. Memenuhi tugas perkembangan secara optimal 4. Diskusikan cara mencapai tugas perkembangan psikososial lansia



Daftar Pustaka Adam, J.M.F. 2009. Dislipidemia. Dalam: Sudoyono, W.A., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., & Setiati, S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi V. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI: 1926 - 1932. Aspiani, N. R. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik Jilid 2. Jakarta: CV. TRANS INFO MEDIA. Ayu Henny, Komang. (2012). Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga (2nd ed). Jakarta : Sagung Seto Ballo, I. R., Kaunang, T. M., Munayang, H., & Elim, C. (2012). Jurnal Biomedik. 59-67. Dewi, Sofia Rhosma. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Yogyakarta : Deepublish. Effendi, F., & Makhfudli. (2009). KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakrta: Salemba Medika. Farida El Baz et al. (2009). Impact of Obesity and Body Fat Distribution on Pulmonary Function of Egyptian Children. Egyptian Journal of Bronchology: 3(1)49-58. Fauci,A. S., et al., 2009. Obesity. Dalam : Harisson’s Manual Of Medicine 17th Edition . USA : The McGraw-Hill Companies: 939. Hawari, Dadang. (2013). Stress, Cemas dan Depresi. Jakarta: FK UI Hayati, Sari., Marini, Liza. 2010. Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Kesepian Pada Lansia. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Idaini, S., Suhardi, & Kristanto, A. Y. (2009). Analisis Gejala Gangguan Mental Emosional Penduduk Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia, 59. Irawan, H. (2013). Gangguan Depresi pada Lanjut Usia. 11. Jones, E., D., N.D., R.N., 2003. Reminiscence Therapy for Older Women with Depression, Effect of Nursing Intervention Classifi cation in Assisted Living Long Term Care.Journal of Gerontologi Nursing 29, page 26– 36.



Miftahuddin, M. (2016). Kajian Penelitian Psikologi. An- Nafs . Namora Lumongga Lubis, M. (2016). DEPRESI TINJAUAN PSIKOLOGIS. Jakarta: KENCANA. Prabowo, E. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika. Pracheth, Mayur SS dan Chowti JV. (2012). Depression Scale: a Tool to Assess Depression in Elderly. International Journal of Medicine Science and Public Health. Vol. 2 No. 1 September 2012 31-35 Qonitah, N., & Isfandiari, M. A. (2015). Jurnal Berkala Epidemiologi. 1-11. R. Siti Maryam, S., Ns. Mia Fatma Ekasari, S., Rosidawati, S., Ahmad Jubaedi, S., & S.Pd, I. B. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakrta: Salemba Medika. Rosen, S. Shapouri, S. 2008. Obesity in the midst of unyielding food insecurity in developing countries. Amberwaves USDA ERS. Dalam Istiqamah, et al. Hubungan Pola Hidup Sedentarian Dengan Kejadian Obesitas Sentral Pada Pegawai Pemerintahan Di Kantor Bupati Kabupaten Jeneponto. Hal. 1-3. Santi, N. 2009. Hubungan Antara Senam Dengan Kualitas Hidup Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha. Yogyakarta. Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada. Setiadi. (2008). Konsep Dan Proses Keperawatan Keuarga. Yogyakarta : Graha Ilmu Sherwood, L. 2012. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta : EGC. h. 708-710. Soegondo, S., 2009. Sibdroma Metabolik. In: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiasti, S., editors. Buku Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3. 5th ed. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pp 1865. Stanley, Mickey, and Patricia Gauntlett Beare. 2006.Buku Ajar KeperawatanGerontik, ed 2. Jakarta: EGC



Subijanto HAA, Dhani R, Yoni FV.2011. Modul Pembinaan Posyandu Lansia guna Pelayanan Kesehatan Lansia. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Subrata, 2003. Dari Acara Jumpa Seusia-Senyuman Lansia Itu Pancarkan Kebahagiaan, (Online), (http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2003/ Sugianti, E., et al. 2009. Faktor Risiko terhadap Obesitas Sentral pada Orang Dewasa Di DKI Jakarta. Indonesian Journal of Clinical Nutrition. Suprajitno. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga : Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta : EGC Syarniah. (2010). Pengaruh Terapi Kelompok Reminiscence terhadap Depresi pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Provinsi Kalimantan Selatan (Tesis; Universitas Indonesia, Depok). Taber, M. P., & Dra. Noorkasiani, A. M. (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Videbeck, S. L. (2012). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC. Wilkinson, J. M. (2016). Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC. Wulansari, Sapti (2013). Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Kepercayaan diri Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia di Wilayah Merangin Jambi. Jurnal Kesehatan, ISSN 1999-7821, Vol. 3, No. 2.