LP + SP Gangguan Citra Tubuh [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Visi Pada tahun 2028 menghasilkan perawat yang unggul dalam penerapan ketrampilan keperawatan lansia berbasis IPTEK keperawatan



LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN GANGGUAN CITRA TUBUH TUGAS MATA KULIAH PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN JIWA



Disusun oleh : Alya Putri Jannati P3.73.20.1.19.083 3 Reguler C Dosen Pembimbing : Endang Banon, S.Pd. MKep, NsSp.Kep.J.



PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III 2021



A. Kasus (masalah utama) Gangguan citra tubuh B. Proses Terjadi Masalah



1. Pengertian Citra tubuh (body image) meliputi perilaku yang berkaitan dengan tubuh, termasuk penampilan, struktur, atau fungsi fisik. Rasa terhadap citra tubuh termasuk semua yang berkaitan dengan seksualitas, feminitas dan maskulinitas, berpenampilan muda, kesehatan dan kekuatan. Gambaran diri atau citra tubuh merupakan komponen konsep diri yangpaling utama dari komponen konsep diri lainnya, cita tubuh adalah persepsi individuterhadap dirinya seara sadar ataupun tidak sadar terhadap penilaian dirinyameliputi: persepsi atau perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan dan potensitubuh. Gambaran diri atau citra tubuh bersifat dinamis karena merupakanperubahan yang terjadi secara konstan sebagai persepsi baru dan pengalamandalam kehidupan (Stuart&Laraia, 2005) Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang penampilan, struktur, dan fungsi fisik individu. (SDKI, D.0083)



2. Etiologi a. Faktor predisposisi Faktor-faktor yang mempengaruhi gambaran diri, adalah munculnya stressor yang dapat mengganggu integrasi gambaran diri. Stressor dapat berupa: 1) Operasi: Masektomi, amputasi, luka operasi yang semuanya mengubah gambaran diri. Demikian pula tindakan seperti operasi plastic atau protesa. 2) Kegagalan



fungsi



tubuh:



hemiplegi,



buta,



tuli,



dapat



menyebabkan



depersonalisasi, yaitu tidak mengakui atau asing terhadap bagian tubuh. 3) Waham yang berkaitan dengan fungsi tubuh. Sering terjadi pada pasien gangguan jiwa. Pasien mempersiapkan penampilan dan pergerakan tubuh sangat berbeda dengan kenyataan. 4) Tergantung pada mesin. Pasien intensivecare yang memandang immobilisasi sebgai tantangan, akibat sukar mendapatkan informasi umpan balik. Penggunaan alat-alat intensivecare dianggap sebagai gangguan.



b. Faktor presipitasi 1) Transisis peran sehat-sakit. Pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit. Stressor pada tubuh dapat menyebabkan gangguan gambaran diri dan berakibat perubahan konsep diri. Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua komponen konsep diri. Transisi ini dicetus oleh: 



Kehilangan bagian tubuh







Perubahan ukuran, bentuk, penampilan dan fungsi tubuh







Perubahan fisik berhubungan dengan tumbuh kembang normal







Prosedur medis dan keperawatan



3. Tanda dan gejala Menurut Dalami tahun 2009, tanda dan gejala gangguan citra tubuh antara lain: a. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah. b. Tidak menerima perubahan yang telah terjadi/ akan terjadi c. Menolak penjelasan perubahan tubuh d. Persepsi negative pada tubuh e. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang f.



Mengungkapkan keputusasaan



g.



Mengungkapkan ketakutan



4. Klasifikasi citra tubuh Stressor pada tiap perubahan, yaitu : a. Perubahan ukuran tubuh : berat badan yang turun akibat penyakit b. Perubahan bentuk tubuh : tindakan invasif, seperti operasi, suntikan, daerah pemasangan infuse. c. Perubahan struktur : sama dengan perubahan bentuk tubuh disrtai dengan pemasanagn alat di dalam tubuh. d. Perubahan fungsi : berbagai penyakit yang dapat merubah system tubuh. e. Keterbatasan : gerak, makan, kegiatan. f. Makna dan obyek yang sering kontak : penampilan dan dandan berubah, pemasangan alat pada tubuh klien ( infus, fraksi, respitor, suntik, pemeriksaan tanda vital, dll)



5. Faktor-faktor yang mempengaruhi citra tubuh (body image) Antara lain: usia, jenis kelamin, media massa, hubungan interpersonal, dan kepribadian seseorang. a. Usia Usian



mempengaruhi



citra



tubuh-ketidakpuasan



tubuh.



Hasil



penelitian



menunjukkan bahwa wanita usia 17 sampai 25 tahun memiliki katidakpuasan terhadap citra tubuh lebih tinggi dibandingkan wanita usia 40 tahun sampai 60 tahun (Sivert & Sinanovic, 2008). b. Jenis kelamin Jenis kelamin adalah faktor paling penting dalam perkembangan citra tubuh seseorang (Chase, 2001). Wanita dewasa memandang citra tubuh lebih negatif jika dibandingkan lak-laki dewasa karena mereka cenderung memelihara dan merawat penampilan (Hubley & Quinlan, 2003). Franzoi dan Koehler (dalam Cash & Pruzinsky, 2002: 87) menemukan bahwa wanita memiliki citra tubuh negatif daripada pria. c. Media Massa Tiggemann (dalam Cash & Pruzinsky, 2002: 91-92) menyatakan bahwa media yang muncul dimana-mana memberikan gambaran ideal mengenai fitur perempuan yang dapat mempengaruhi gambaran tubuh seseorang d. Hubungan internasional e. Kepribadian seseorang



6.



Rentan Respon



(Skema: rentang Respon Konsep Diri, Stuart and Sundeen,1998) Keterangan: a. Aktualisasi diri: pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan diterima.



b. Konsep diri: apabila individu mempunyai pegalaman yang positif dalam beraktualisasi diri. c. Harga diri rendah: transisi antara respon konsep diri adaptif dengan konsep diri maladaptif d. Kerancuan identitas: merupakan suatu kegagalan individu untuk mengintegrasikan berbagai identifikasi masa kanak-kanak ke dalam kepribadian psikososial dewasa yang harmonis. e. Depersonalisasi: suatu perasaan tak realistis dan keasingan dari diri sendiri.



7. Mekanisme koping 1. Pertahanan jangka pendek a. Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis, seperti kerja keras, nonton, dan lain-lain. b. Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara, seperti ikut kegiatan sosial, politik, agama, dan lain-lain. c. Aktivitas yang sementara dapat menguatkan perasaan diri, seperti kompetisi pencapaian akademik. d. Aktivitas yang mewakili upaya jarak pendek untuk membuat masalah identitas menjadi kurang berarti dalam kehidupan, seperti penyalahgunaan obat.



2. Pertahanan jangka panjang a. Penutupan identitas Adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang yang penting bagi individu tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi, dan potensi diri individu. b. Identitas negative Asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh nilai-nilai harapan masyarakat. c. Mekanisme pertahanan ego 1) Fantasi Kemampuan menggunakan tanggapan-tanggapan yang sudah ada (dimiliki) untuk menciptakan tanggapan baru 2) Disosiasi Respons yang tidak sesuai dengan stimulus 3) Isolasi Menghindarkan diri dari interaksi dengan lingkungan luar



4) Proyeksi Kelemahan dan kekurangan pada diri sendiri di lontarkan pada orang lain. 5) Displacement Mengeluarkan perasaan-perasaan yang tertekan pada orang lain yang kurang mengancam dan kurang menimbulkan reaksi emosi 6) Marah/amuk pada diri sendiri



C. Pohon Masalah



Isolasi Sosial : menarik diri Effek



Harga Diri Rendah



Effek



Core Problem Gangguan Citra Tubuh



Perubahan Fisik



D. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji Tanda Mayor Data Subjektif : 



Mengungkapkan kecatatan/kehilangan bagian tubuh



Data Objektif :



Causa







Kehilangan bagian tubuh







Fungsi/ struktur tubuh berubah/hilang



Tanda Minor Data Subjektif : 



Tidak mau mengungkapkan kecatatan/ kehilangan bagian tubuh







Mengungkapkan perasaan negatife tentang perubahan tubuh







Mengungkapkan kekhawatiran pada penolakan/reaksi orang lain







Mengungkapkan perubahan gaya hidup



Data Subjektif : 



Menyembunyikan/menunjukan bagian tubuh secara berlebihan







Menghindari melihat/menyentuh bagian tubuh







Focus berlebihan pada perubahan tubuh







Respon nonverbal pada perubahandan presepsi tubuh







Focus pada penampilan dan kekuatan masa lalu







Hubungan sosial berubah



E. Diagnosa Keperawatan Gangguan citra tubuh F. Rencana Tindakan keperawatan Tujuan tindakan keperawatan untuk pasien gangguan konsep diri: harga diri rendah kronik yaitu :



1. Pasien dapat mengidentifikasi citra tubuhnya 2. Pasien dapat mengidentifikasi potensi (aspek positif) dirinya 3. Pasien dapat mengetahui cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh 4. Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain tanpa terganggu Tindakan keperawatan untuk pasien dengan gangguan citra tubuh: 1. Membina hubungan saling percaya a. Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien. b. Berkenalan dengan pasien: perkenalkan nama dan nama panggilan yang perawat sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan yang disukai pasien. c. Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini.



d. Buat kontrak asuhan apa yang perawat akan lakukan bersama pasien, berapa lama akan dikerjakan, dan tempat pelaksanaan asuhan keperawatan. e. Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk kepentingan terapi. f. Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap pasien. g. Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan 2. Meningkatkan citra tubuh a. Diskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya : dulu dan saat ini, perasaan tentang citra tubuhnya dan harapan terhadap citra tubuhnya saat ini b. Diskusikan potensi bagian tubuh yang lain c. Bantu pasien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang terganggu 3. Melakukan aktivitas yang mengarah pada pembentukan tubuh yang ideal a. Motivasi pasien untuk melakukan aktivitas



yang mengarah pada



pembentukan tubuh yang ideal b. Lakukan interaksi secara bertahap dengan cara : 1) Susun jadwal kegiatan sehari-hari 2) Dorong melakukan aktivitas sehari-hari dan terlibat dalam aktivitas keluarga serta sosial 3) Dorong untuk mengunjungi teman atau orang lain yang berarti/mempunyai peran penting baginya 4) Beri pujian terhadap keberhasilan pasien dalam melakukan interaksi



DAFTAR PUSTAKA



Etiologi Gangguan Citra Tubuh. (n.d.). From Digilib: http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-ekobudisan-5188-3-bab2.pdf Klasifikasi Gangguan Citra Tubuh. (n.d.). From Perpustakaan Poltekkes: http://perpustakaan.poltekkesmalang.ac.id/assets/file/kti/1401100057/7._BAB_2_.pdf Rentan Respon. (n.d.). From Digilib.unimus: http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/124/jtptunimus-gdltrihendriy-6199-2-babii.pdf Sulistyo, Y. (2013, Mei 21). STUDI DESKRIPTIF CITRA TUBUH (BODY IMAGE). From Lib.unnes: http://lib.unnes.ac.id/18507/1/1550408046.pdf Wahyu, A. (n.d.). CITRA TUBUH. From Academia: https://www.academia.edu/30510836/CITRA_TUBUH



STRATEGI PELAKSANAAN (SP) TINDAKAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN CITRA TUBUH



SP 1 : Bina hubungan Saling percaya dan Identifikasi masalah Pertemuan ke 1 A. Proses Keperawatan



1. Kondisi Klien a. Data Subjektif : 1) Pasien mengatakan malu dan tidak menerima keadaan tangan kanannya setelah terdapat luka bakar yang cukup luas 2) Pasien mengatakan takut jika ia tidak mendapat pekerjaan lagi akibat luka bakar yang ada di tangan kanannya 3) Pasien mengatakan dirinya tidak berguna dan tidak mampu melakukan kegiatan apapun. b. Data Objektif: 1) Pasien Menarik diri 2) Pasien tidak mau berbicara dengan orang lain karena malu dengan kondisinya saat ini



2. Diagnosis Keperawatan Gangguan citra tubuh 3. Tujuan Tindakan Keperawatan a. Tujuan Umum : Kepercayaan diri klien kembali normal b. Tujuan Khusus : 1) Klien dapat mengidentifikasi citra tubuhnya 2) Klien dapat mengidentifikasi potensi (aspek positif) dirinya 3) Klien dapat mengetahui cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh 4) Klien dapat berinteraksi dengan orang lain tanpa terganggu



4. Tindakan Keperawatan a. Membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi. b. Diskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya : dulu dan saat ini, perasaan tentang citra tubuhnya dan harapan terhadap citra tubuhnya saat ini c. Diskusikan potensi bagian tubuh yang lain d. Bantu pasien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang terganggu e. Ajarkan pasien meningkatkan citra tubuh dengan cara : 1) Gunakan protese, wig, kosmetik atau yang lainnya sesegera mungkin, gunakan pakaian yang baru 2) Motivasi pasien untuk melihat bagian yang hilang secara bertahap 3) Bantu pasien menyentuh bagian tersebut B. Strategi Komunikasi



1. Fase Orientasi a) Salam Terapeutik “ Assalamualaikum, selamat pagi Ibu! Perkenalkan nama saya Alya Putri. Biasa di panggil suster alya. Saya adalah mahasiswa Keperawatan dari Poltekkes Jakarta III. Hari ini saya dinas dari jam 07.00 pagi – 14.00 siang. Saya yang akan merawat ibu di RS ini Nama Ibu siapa, Ibu senangnya dipanggil apa?” b) Evaluasi/validasi “Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Apakah semalam tidurnya nyenyak?” Bagaimana pengembangan ibu?



c) Kontrak  Topik Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang perasaan terhadap bagian tubuh ibu yang mengalami gangguan dan latihan cara meningkatkan citra tubuh?”  Waktu “Berapa lama Ibu punya waktu untuk berbincang-bincang dengan saya? Bagaimana kalau 20 menit? ”







Tempat “Di mana ibu mau berbincang-bincang dengan saya? Bagaimana jika di ruangan ini saja kita berbincang-bincang”







Tujuan “bu tujuan kita hari ini yaitu agar ibu dapat mengetahui cara meningkatkan citra tubuh ibu”



2. Fase Kerja “Bagaimana perasaa ibu terhadap tangan kanan ibu yang mengalami luka?” “baik bagus Ibu. “Apa harapan ibu terhadap tubuh ibu? Bagus sekali harapannya ibu. Mulai sekarang ibu dapat mencoba melihat tangan kanan ibu dan nanti secara bertahap mulai menyentuh tangan kanan ibu yang sakit. “Tidak apa-apa Ibu secara perlahan saja menyentuhnya, Ibu tidak perlu takut kan ada suster disini” “Bagus sekali Ibu sudah melihat dan menyentuh bagian tubuh Ibu yang mengalami perubahan. Ibu memang hebat” “baik, sekarang bagaimana kalo kita membicarakan fungsi bagian tubuh lainnya?” “kita mulai dari mata ya Ibu, wah mata Ibu masih awas ya, bagus sekali” “ bagaimana kalau hidung Ibu, coba bu ini bau apa? Wah penciuman Ibu masih tajam bagus Ibu.” “bagaimana kalau kedua tangan Ibu, coba dikepalkan, wah kedua tangan Ibu masih kuat, bagus Ibu” “ternyata anggota tubuh Ibu masih sangat berfungsi dengan baik yang mana hal itu perlu di syukuri ya Ibu.” 3. Fase Terminasi a. Evaluasi 1) Subjektif “Bagaimana perasaan Ibu setelah kita berbincang-bincang tentang perubahan tubuh Ibu dan latihan meningkatkan citra tubuh?” 2) Objektif “Coba Ibu Sebutkan beberapa bagian tubuh yang masih berfungsi. “Bagus sekali, Ibu sudah menjelaskan dengan benar” b. Rencana tindakan lanjut “Dalam satu hari berapa kali Ibu akan melatih cara meningkatkan citra tubuh? Jam berapa Ibu akan melakukan latihan tersebut?” “Mari, kita masukkan dalam jadwal harian Ibu. Jadi, lakukan latihan ini sesuai jadwal ya bu.”



c. Kontrak yang akan datang







Topik “Waktu berbincang kita sudah 20 menit Ibu, bagaimana kalau kita atur jadwal untuk pertemuan berikutnya?” ”Kita akan berbincang mengenai kegiatan untuk menggunakan anggota tubuh yang masih berfungsi dengan baik.”







Waktu “Bagaimana kalau kita latihan cara yang kedua pada jam yang sama seperti hari ini. Kita lakukan kira-kira 15 menit saja”







Tempat “Di mana Ibu akan latihan dengan saya besok? Ya sudah, bagaimana kalau besok kita melakukannya disini saja”” Baiklah Ibu, saya akan melanjutkan pekerjaan saya, Ibu dapat beristirahat kembali. Terima kasih ibu”



STRATEGI PELAKSANAAN (SP) TINDAKAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN CITRA TUBUH



Sp 2 : Melatih pasien melakukan kegiatan lain agar meningkatkan citra tubuh Pertemuan ke 2 A. Proses Keperawatan 1. Kondisi Klien a. Data Subjektif : 1) Pasien sudah menerima keadaan tangan kanannya yang terdapat luka bakar 2) Pasien mengatakan bersyukur masih banyak anggota tubuh yang masih berfungsi dengan baik. b. Data Objektif: 1) Pasien sudah mulai membuka diri 2) Pasien sudah mau berbicara dan berinteraksi dengan perawat 2. Diagnosis Keperawatan Gangguan citra tubuh 3. Tujuan Tindakan Keperawatan a. Tujuan Umum



:



Klien mampu melakukan kegiatan sesuai dengan rencana yang telah dibuat b. Tujuan Khusus



:



1) Klien mampu meningkakan fungsi tangan kanan yang terdapat luka bakar 2) Klien dapat mengidentifikasi potensi (aspek positif) dirinya 3) Klien dapat mengetahui cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh 4) Klien dapat berinteraksi secara bertahap 4. Tindakan Keperawatan a. Motivasi pasien untuk melakukan aktivitas yang mengarah pada pembentukan tubuh yang ideal b. Lakukan interaksi secara bertahap dengan cara :



1. Susun jadwal kegiatan sehari-hari 2. Dorong melakukan aktivitas sehari-hari dan terlibat dalam aktivitas keluarga serta sosial 3. Dorong untuk mengunjungi teman atau orang lain yang berarti/mempunyai peran penting baginya 4. Beri pujian terhadap keberhasilan pasien dalam melakukan interaksi



B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan 1. Fase Orientasi : a) Salam Terapeutik “ Assalamualaikum, selamat pagi Ibu! “Apakah ibu masih mengingat saya”. “Saya perawat yang kemarin berbincang dengan Ibu.”  (senyum) b) Evaluasi/validasi “Bagaimana ibu perasaannya saat ini?” Apakah ibu sudah mencoba kegiatan sesuai jadwal? Bagaimana perasaan mbak setelah mencoba? c) Kontrak 



Topik ”Oke Ibu, sesuai kesepakatan kita kemarin kita akan berbincang mengenai kegiatan untuk menggunakan anggota tubuh yang masih berfungsi dengan baik.” “Apa Ibu bersedia?”







Waktu “Sesuai dengan kesepakatan kita yang kemarin yaa bu, waktunya 15 menit.”







Tempat “Kemarin kita sudah sepakat untuk melakukannya diruangan ini lagi ya bu.”







Tujuan Agar ibu dapat melakukan aktivitas sehari-hari.



2. Fase Kerja : “Bagaiamana perasaan Ibu sekarang, apakah sudah membaik?” “ Kira-kira Apa itu bu?” “Seperti itu ya bu.” “ Baiklah ibu, ada beberapa cara yang dapat dilakukan, untuk mengurangi rasa malu karena dilihat oleh orang lain, ibu dapat menutupi bagian tubuh yang berubah, misalnya pakai baju lengan panjang, Ibu juga tidak perlu malu karena seluruh tubuh Ibu masih berfungsi sangat baik” “Iya Ibu seperti itu.” “Selain itu, ibu dapat bersosialisasi dengan keluarga dan teman-teman lain melalui berbagai aktivitas, mengunjungi teman atau saudara yang dekat yaa bu.” “bagus sekali ibu” “Ibu juga dapat melatih tangan ibu agar otot-otot tangan kanan ibu dapat difungsikan kembali, ibu juga dapat terus melatih tangan kiri ibu agar bisa lebih aktif melakukan kegiatan sesuatu, misalnya menulis, menyapu dan lain-lain. Nah cara mana yang mau ibu coba?. Wahh bagus sekali, ibu sangat bersemangat untuk mencobanya, 3. Fase Terminasi a. Evaluasi  Subjektif “Bagaimana perasaanya Ibu setelah mengobrol hari ini dan mencoba untuk melakukan aktivitas ringan?”. “baik bagus sekali ibu”  Objektif “Coba Ibu jelaskan kembali aktifitas ringan yang sudah kita lakukan.” “Bagus sekali, Ibu sudah menjelaskan dengan benar”. “Selanjutkan apakah ibu ingat kegiatan yang di lakukan selama di RS” b. Rencana tindak lanjut “Ibu nanti kegiatan yang sudah kita lakukan di rumah sakit bisa dilakukan dirumah yaa seperti menulis, menyapu dan selalu mengingat bagian tubuh ibu yang masih berfungsi dengan baik. Ini jadwal kegiatan hariannya, ibu bisa bawa pulang. “Mungkin sampai sini pertemuan kita hari ini hari ini, terimakasih untuk waktunya” “Jangan lupa tetap berlatih ya bu, semangat terus, “ Kalau begitu saya pamit Bu. Assalamualaikum.”