LP Gangguan Citra Tubuh [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KASUS GANGGUAN CITRA TUBUH



Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Praktek Klinik Daring Keperawatan Departemen Keperawatan Jiwa Yang dibina oleh Bapak Abdul Hanan, A.Per.Pen, S.Kep., Ns., M.Kes



Oleh : Sonia Nabila P17220194050



POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN LAWANG Desember 2021



LAPORAN PENDAHULUAN Gangguan Citra Tubuh 1. Definisi Gangguan Citra Tubuh Gangguan citra tubuh adalah persepsi tentang penampilan, struktur dan fungsi fisik individu (PPNI 2017). Gangguan citra tubuh (body image) menurut Kusumawati, 2011 adalah perubahan persepsi tubuh yang diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek seseorang. Gangguan ini biasa terjadi kapan saja seperti penurunan atau peningkatan berat badan yang tidak diinginkan, berubahan bentuk tubuh, kehilangan anggota tubuh, timbul jerawat dan sakit. Jika seseorang mengalami gangguan citra tubuh dapat dilihat dari tanda dan gejalanya, yaitu menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah, tidak menerima perubahan yang telah terjadi atau yang akan terjadi,



menolak



menjelaskan



perubahan



tubuh



persepsi



negatif



pada



tubuh,



mengungkapkan keputusan, dan mengungkapkan ketakutan (Nugroho 2016). 2. Etiologi Gangguan Citra Tubuh Menurut (PPNI 2017), penyebab gangguan citra tubuh yaitu: 1) Perubahan struktur/bentuk tubuh (mis amputasi, trauma, luka bakar, obesitas, jerawat) 2) Perubahan fungsi tubuh (mis proses penyakit, kehamilan, kelumpuhan) 3) Perubahan fungsi kognitif 4) Ketidaksesuaian budaya keyakinan atau sistem nilai 5) Transisi perkembangan 6) Gangguan psikososial 7) Efek tindakan/pengobatan (mis pembedahan, kemoterapi, terapi radiasi) Beberapa kondisi patofisiologi dan psikopatologis dan prosedur terapeutik yang dapat menimbulkan gangguan citra tubuh yakni (Maelani 2019): 1) Eksisi bedah atau gangguan bagian tubuh: 



Enterostomi







Mastaktomi







Histerektomi







Pembedahan kardiovaskuler







Pembedahan leher radikal







Laringektomi



2) Amputasi pembedahan atau traumatik 3) Luka bakar 4) Trauma wajah 5) Gangguan makan 



Anoreksia nervosa







Bulimia



6) Obesitas 7) Gangguan muskuluskeletal, seperti : atritis 8) Gangguan integumen 



Psoriasis







Skar sekunder akibat trauma atau pembedahan



9) Lesi otak 



Cerebrovaskular accident







Demensia







Penyakit parkinson



10) Gangguan afektif 



Depresi







Skizofrenia



11) Gangguan endokrin 



Akromegali







Sindroma chusing



12) Penyalahgunaan bahan kimia 13) Prosedur diagnostik 14) Kehilangan atau pengurangan fungsi 



Impotensi







Pergerakan/kendali







Sensori/persepsi



15) Memori



16) Terapi modalitas 



Teknologi tinggi (misalnya impian defibrilator, prostesis sendi, dialisis)







Kemoterapi



17) Nyeri 18) Perubahan psikososial atau kehilangan 



Perubahan volunter atau dipaksakan dalam peran bekerja atau social







Dukungan orang terdekat







Perceraian







Kepemilikan pribadi (rumah, perlengkapan rumah tangga, keuangan)







Translokasi/relokasi



19) Respon masyarakat terhadap penuaan (agetasim) 



Umpan balik interpersonal negatif







Penekanan pada produktivitas



20) Defisit pengetahuan (personal, pemberi asuhan, atau masyarakat) 3. Tanda Dan Gejala Gangguan Citra Tubuh Menurut (PPNI 2017) tanda dan gejala gangguan citra tubuh didapatkan dari data subyektif dan obyektif. 1) Tanda gejala mayor a. Tanda subjektif 



Mengungkapkan kecacatan/kehilangan bagian tubuh



b. Tanda objektif 



Kehilangan bagian tubuh







Fungsi/struktur tubuh berubah/hilang



2) Tanda gejala minor a. Tanda subjektif 



Tidak mau mengungkapkan kecacatan/kehilangan bagian tubuh







Mengungkapkan perasaan negatif tentang perubahan tubuh







Mengungkapkan kekhawatiran pada penolakan/reaksi orang lain







Mengungkapkan perubahan gaya hidup



b. Tanda objektif







Menyembunyikan/menunjukkan bagian tubuh secara berlebihan







Menghindari melihat dan/atau menyentuh bagian tubuh







Fokus berlebihan pada perubahan tubuh







Respon nonverbal pada perubahan dan persepsi tubuh







Fokus pada penampilan dan kekuatan masa lalu







Hubungan social berubah



4. Rentang Respon Konsep Diri Respon Adaptif



Aktualisasi diri



Respon Maladaptif



Konsep diri



Gangguan citra tubuh



Keracunan Identitas



Dipersonali sasi



1) Respon Adaptif Respon adaptif adalah kemampuan individu dalam menyelesaikan masalah yang di hadapinya: a. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang pengalaman nyata yang sukses di terima b. Konsep diri adalah



mempunyai



pengalaman



yang positif



dalam



beraktualisasi diri 2) Respon Maladaptif Respon maladaptif adalah respon yang diberikan individu ketika dia tidak mampu lagi menyelesaikan masalah yang dihadapi. a. Gangguan Citra Tubuh adalah transiksi antara respon diri adaptif dengan konsep diri maladaptif b. Keracunan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan aspek psikososial dan kepribadian dewasa yang harmonis c. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan dan kepanikan



5. Akibat Terjadinya Gangguan Citra Tubuh Gangguan citra tubuh dapat diakibatkan oleh rendahnya cita-cita seseorang. Hal ini mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan. Tantangan yang rendah menyebabkan upaya yang rendah. Selajutnya hal ini menyebutkan penampilan seseorang yang tidak optimal. Citra diri rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuanya. Ketika seseorang mengalami gangguan citra tubuh, maka akan berdampak pada orang tersebut mengisolasi diri dari kelompoknya. Dia akan cenderung menyendiri dan menarik diri. Gangguan citra diri dapat berisiko terjadi isolasi sosial yaitu menarik diri. Isolasi sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang maladaptive, mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (Prabowo 2016) dalam (Pradana 2019). 6. Faktor Yang Mempengaruhi Gangguan Citra Tubuh Citra tubuh dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik. Perubahan perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan penuaan mempunyai efek penampakan yang lebih besar pada tubuh dibandingkan dengan aspek lainnya dari konsep diri. Selain itu, sikap dan nilai kultural dan sosial juga mempengaruhi citra tubuh. Pandangan pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh persepsi dan pandangan orang lain. Cara individu memandang dirinya mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologinya. Pandangan yang realistik terhadap dirinya, menerima dan mengukur bagian tubuhnya akan membuatnya lebih merasa aman sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri. Proses tumbuh kembang fisik dan kognitif perubahan perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan penuaan mempunyai efek penampakan yang lebih besar pada tubuh bila dibandingkan dengan aspek lain dari konsep diri (Potter & Perry, 2005) dalam (Maelani 2019). 7. Positif dan Negatif Gangguan Citra Tubuh Citra Tubuh yang positif merupakan suatu persepsi yang benar tentang bentuk individu, individu melihat tubuhnya sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Individu menghargai badan/tubuhnya yang alami dan individu memahami bahwa penampilan fisik



seseorang hanya berperan kecil dalam menunjukkan karakter mereka dan nilai dari seseorang. Individu merasakan bangga dan menerimanya bentuk badannya yang unik dan tidak membuang waktu untuk mengkhawatirkan makanan, berat badan, dan kalori. Individu merasakan yakin dan nyaman dengan kondisi badannya (Dewi, 2009) dalam (Maelani 2019). Citra tubuh yang negatif merupakan suatu persepsi yang salah mengenai bentuk individu, perasan yang bertentangan dengan kondisi tubuh individu sebenarnya. Individu merasa bahwa hanya orang lain yang menarik dan bentuk tubuh dan ukuran tubuh individu adalah sebuah tanda kegagalan pribadi. Individu merasakan malu, self-conscious, dan khawatir akan badannya. Individu merasakan canggung dan gelisah terhadap badannya (Dewi, 2009) dalam (Maelani 2019). 8. Stressor Yang Dapat Menyebabkan Gangguan Citra Tubuh



1) Perubahan ukuran tubuh: berat badan yang turun akibat penyakit   2) Perubahan bentuk tubuh: tindakan invasif, seperti invasif, seperti operasi, suntikan, daerah pemasangan infuse.



3) Perubahan struktur: sama dengan perubahan bentuk tubuh disertai dengan pemasangan alat di dalam tubuh.



4) Perubahan fungsi: berbagai penyakit yang dapat merubah system tubuh. 5) Keterbatasan: gerak, makan, kegiatan 6) Makna dan obyek yang sering kontak: penampilan dan berhias berubah, pemasangan alat pada tubuh klien (infus, fraksi, respitor, suntik, pemeriksaan tanda vital, dan lain-lain).



9. Sumber Koping a. Aktifitas olahraga dan aktifitas lain di luar rumah b. Hobby dan kerajinan tangan c. Seni yang ekspresif d. Kesehatan dan perawatan diri e. Pekerjaan atau posisi f. Bakat tertentu g. Kecerdasan h. Imajinasi dan kreativitas



i. Hubungan interpersonal dengan orang lain j. Support dari keluarga, teman dan masyarakat dan jaringan social k. Keyakinan diri yang positif 10. Mekanisme Koping a. Konstruktif 



Berfokus pada masalah: negosiasi, konfrontasi dan meminta nasehat atau saran







Berfokus pada kognitif: perbandingan yang positif, pergantian rewards, antisipasi



b. Destruktif 



Berfokus pada emosi: denial, proyeksi, represi, kompensasi, isolasi



11. Asuhan Keperawatan Gangguan Citra Tubuh A. PENGKAJIAN Aspek yang harus digali selama proses pengkajian adalah faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping, dan kemampuan koping yang dimiliki pasien (Yusuf, Fitryasari PK, and Nihayati 2014). Secara lebih terstruktur pengkajian kesehatan jiwa meliputi hal berikut: a) Identitas, melakukan perkenalan dan kontak dengan klien nama perawat, nama klien, panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik yang akan dibicarakan, dan usia. b) Faktor predisposisi, tanyakan apakah klien pernah mengalami masalah yang menuju



gangguan



cittra



tubuh



menggunakan



pengkajian



self-



concept/selfesteem yang meliputi: 



Perasaan cemas/takut







Perasaan putus asa/kehilangan







Keinginan untuk mencederai







Adanya luka/cacat



c) Status mental, meliputi penampilan, pembicaraan, aktivitas motorik, alam perasaan, afek, interaksi selama wawancara, persepsi, dan tingkat konsentrasi. d) Mekanisme koping, data didapatkan melalui wawancara pada klien atau keluarganya. Beri tanda pada kotak koping yang dimiliki pasien, baik adaptif maupun maladaptif.



e) Masalah psikososial dan lingkungan, data didapatkan melalui wawancara pada klien atau keluarganya. Pada tiap masalah yang dimiliki pasien beri uraian spesifik, singkat, dan jelas. B. ANALISA DATA a) Tanda subjektif 



Mengungkapkan kecacatan/kehilangan bagian tubuh







Tidak mau mengungkapkan kecacatan/kehilangan bagian tubuh







Mengungkapkan perasaan negatif tentang perubahan tubuh







Mengungkapkan kekhawatiran pada penolakan/reaksi orang lain







Mengungkapkan perubahan gaya hidup



b) Tanda objektif 



Kehilangan bagian tubuh







Fungsi/struktur tubuh berubah/hilang







Menyembunyikan/menunjukkan bagian tubuh secara berlebihan







Menghindari melihat dan/atau menyentuh bagian tubuh







Fokus berlebihan pada perubahan tubuh







Respon nonverbal pada perubahan dan persepsi tubuh







Fokus pada penampilan dan kekuatan masa lalu







Hubungan social berubah



C. DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons aktual atau potensial dari individu, keluarga, atau masyarakat terhadap masalah kesehatan/ proses kehidupan. Rumusan diagnosa keperawatan yaitu permasalahan berhubungan dengan Etiologi dan keduanya ada hubungan sebab akibat secara ilmiah (Hidayat, 2019). Diagnosa keperawatan menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia adalah 



Gangguan Citra Tubuh (D.0083)



D. INTERVENSI KEPERAWATAN Pasien



Keluarga



SP 1



SP 1



1. Identifikasi citra tubuh pasien:



1. Diskusikan



dulu dan saat ini, perasaan dan harapan citra tubuhnya saat ini 2. Identifikasi



aspek



yang



dihadapi oleh keluarga 2. Jelaskan



positif



dirinya (potensi bagian tubuh



masalah terjadinya



proses



gangguan citra tubuh 3. Jelaskan cara mengatasi pasien



lainnya)



dengan gangguan citra tubuh



3. Ajarkan



pasien



cara



4. Anjurkan



meningkatkan citra tubuh



sesuai



4. Masukkan dalam jadual untuk



membantu jadual



dan



pasien cara



memberikan pujian.



kegiatan harian. SP 2



SP 2



1. Evaluasi kegiatan yang sudah dilakukan.



dengan gangguan citra tubuh:



2. Latih interaksi secara bertahap: jadual



kegiatan



1. Melatih cara merawat pasien



sehari-hari,



menyediakan memenuhi



fasilitas



untuk



kebutuhan



pasien



aktifitas dalam keluarga dan



dirumah, memfasilitasi interaksi



sosial (teman atau orang lain



dirumah,melaksanakan kegiatan



yang berarti/mempunyai peran



dirumah dan sosial, memberikan



penting baginya).



pujian atas kegiatan yang telah



3. Beri



pujian



terhadap



keberhasilan pasien melakukan interaksi



dilakukan pasien 2. Evaluasi kemampuan pasien dan memberikan



pujian



atas



keberhasilannya 3. Beri



pujian



yang



realistis



terhadap keberhasilan keluarga. E. IMPLEMENTASI Implementasi



keperawatan



harus



disesuaikan



dengan



rencana



tindakan



keperawatan dimana perawat perlu memvalidasi secara singkat apakah rencana tindakan keperawatan sesuai yang dibutuhkan untuk klien sesuai dengan kondisinya saat ini. pada saat dilaksanakan tindakan keperawatan, perawat perlu melakukan kontrak dengan klien untuk menjelaskan apa yaang akan dikerjakan



serta peran klien yang diharapkan. Kemudian melakukan dokumentasi semua tindakan yang telah dilaksanakan beserta respon klien (Pradana 2019). F. EVALUASI Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, perawat melakukan penilaian seperti verbal dan non verbal untuk melihat keberhasilan. Bila tidak atau belum berhasil parlu disusun rencana baru yang sesuai. Berikut penyusunan evaluasi dengan menggunakan metode SOAP (Pradana 2019): S (subjektif) : pernyataan atau perasaan yang diungkapkan klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan, klien dapat berkomunikasi dengan lancar saat berinteraksi dengan orang lain. O (objektif) : respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan, klien tampak percaya diri saat melakukan interaksi dengan orang lain. A (analisa) : analisa ulang data subjektif dan data objektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih teatap atau muncul masalah baru, masalah yang dialami klien sudah dapat diatasi atau belum dapat diatasi. P (planning) : perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien. Melakukan kegiatan selanjutnya yang sesuai dengan kebutuhkan klien yang dapat mengatasi masalahnya.



STRATEGI PELAKSANAAN GANGGUAN CITRA TUBUH PROSES KEPERAWATAN 1. Kondisi klien: DS: 



Mengungkapkan kecacatan/kehilangan bagian tubuh







Tidak mau mengungkapkan kecacatan/kehilangan bagian tubuh







Mengungkapkan perasaan negatif tentang perubahan tubuh







Mengungkapkan kekhawatiran pada penolakan/reaksi orang lain







Mengungkapkan perubahan gaya hidup



DO: 



Kehilangan bagian tubuh







Fungsi/struktur tubuh berubah/hilang







Menyembunyikan/menunjukkan bagian tubuh secara berlebihan







Menghindari melihat dan/atau menyentuh bagian tubuh







Fokus berlebihan pada perubahan tubuh







Respon nonverbal pada perubahan dan persepsi tubuh







Fokus pada penampilan dan kekuatan masa lalu







Hubungan sosial berubah



2. Diagnosa Keperawatan: Gangguan citra tubuh 3. Tujuan Khusus 1) Pasien dapat mengidentifikasi perasaan pasien tentang bagian tubuh yang tentang bagian tubuh yang hilang, rusak, mengalami, rusak, mengalami gangguan 2) Pasien dapat mengidentifikasi aspek positif dirinya



3) Pasien dapat melatih fungsi bagian tubuh yang masih baik 4. Tindakan Keperawatan 1) Mengidentifikasi perasaan pasien tentang bagian tubuh yang tentang bagian tubuh yang hilang, rusak, mengalami, rusak, mengalami  gangguan. 2) Diskusikan dengan pasien aspek positif bagian tubuh. 3) Melatih fungsi bagian tubuh yang masih baik. 4) Mengevaluasi perasaan pasien. B.



STRATEGI



KOMUNIKASI



DALAM



PELAKSANAAN



TINDAKAN



KEPERAWATAN ORIENTASI 1. Salam Terapeutik “Selamat pagi, assalamualaikum………….. Boleh Saya kenalan dengan bapak/bu? Nama Saya………….. boleh panggil Saya……… Saya Mahasiswa Poltekkes Malang, saya sedang praktik di sini dari pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 13.00 WIB siang. Kalau boleh Saya tahu nama bapak/bu siapa dan senang dipanggil dengan sebutan apa?” 2. Evaluasi/Validasi “Bagaimana perasaan bapak/bu hari ini? Bagaimana tidurnya tadi malam? Ada keluhan tidak?” 3. Kontrak: Topik, waktu, dan tempat Topik: “Bagaimana kalau sekarang kita bercakap-cakap tentang apa yang bapak/bu rasakan sehubungan dengan penyakit mbak sekaligus cara mengatasinya? Waktu: “Tidak lama, hanya sekitar 30 menit dari jam 09.00 s/d 09.30 Tempat: “Untuk tempatnya bagaimana kalau di sini saja ya? Tujuan kita bercakap-cakap adalah agar bapak/bu dapat menggunakan anggota tubuh yang dimiliki saat ini untuk melakukan aktivitas.” KERJA: Langkah-langkah Tindakan Keperawatan Perawat : “Baiklah bapak/ibu…., (pegang tangan atau pundak pasien). Bagaimana perasaan  perasaan bapak/ibu, setelah ibu mengalami mengalami bencana ini dan kehilangan tangan kiri bapak/ibu…?” Pasien : “Saya sedih, malu, terkadang saya merasa tidak berguna dengan keadaan yang saya alami ini, terlebih lagi tangan saya tidak dapat saya gunakan seperti biasanya.”



Perawat : “Kemudian, apa yang bapak/ibu lakukan ketika perasaan bersalah dan putus asa bapak/ibu muncul…?” Pasien : “Saya hanya bisa menangis dan ikhlas menerima semua ini. Tapi, saya tidak  dapat membohongi diri saya sendiri dan berteriak ketika melihatnya dan mengingat kejadian itu. (Bencana yang telah menhilangkan tangannya ).” Perawat : “Maaf bapak/ibu sebelumnya…sekarang bapak/ibu hanya memiliki satu tangan yang berfungsi dan dapat bapak/ibu gunakan dengan baik.” “Apa yang dapat bapak/ibu lakukan atau yang ingin bapak/ibu lakukan hanya dengan satu tangan bapak/ibu miliki sekarang?” Pasien : “Jujur pak/bu, saya ingin sekali melakukan aktivitas seperti biasanya meskipun sekarang saya hanya memiliki satu tangan saja.” Perawat :”Baiklah begini bapak/ibu , bapak/ibu hanya memiliki satu tangan yang berfungsi dan satunya lagi sebelah kiri sudah tidak berfungsi lagi. Tapi, tangan sebelah kanan bapak/ibu kan masih bisa digunakan untuk  melakukan aktivitas sehari-hari dan kaki bapak/ibu juga dapat difungsikan dengan baik.” Pasien : “Ya pak/bu…. Terkadang saya mencoba untuk melatih tangan saya dan melakukan kegiatan dengan tangan kanan saya, tapi tetap saja saya merasa  bahwa saya memang tidak berguna lagi di dunia ini.” Perawat : “Saya mengerti bapak/ibu…. Tapi setidaknya bapak/ibu sudah berusaha untuk  melatihnya sendiri. Sekarang saya ajarkan ibu bagaimana agar bisa tetap beraktivitas  beraktivitas meskipun meskipun dengan menggunakan menggunakan tangan bapak/ibu bapak/ibu yang masih dapat digunakan dengan baik yaitu sebelah kanan.” Pasien : “ (Mengangguk). Ya…” Perawat : “Bapak/ibu… dulu sebelum mengalami bencana ini dan kehilangan tangan bapak/ibu.  bapak/ibu. Apa saja kegiatan kegiatan atau aktivitas yang bapak/ibu bapak/ibu sering lakukan lakukan di rumah?” Pasien : “Dulu saya kan guru, paling sebelum berangkat mengajar saya siapkan anak sarapan dan bersih-bersih rumah juga…..” Perawat : “Apa sekarang bapak/ibu masih ingin melakukan kegiatan-kegiatan tersebut  bapak/ibu….?” Pasien : “Ya pak/bu…” Perawat : “Begini bapak/ibu, seperti yang saya katakan tadi, saya akan ajarkan bapak/ibu agar dapat beraktivitas meskipun meskipun dengan menggunakan



menggunakan satu tangan. Tapi sebelumnya kita coba berlatih untuk menggerakkan dan melakukan aktivitas yang ringan-ringan. Pasien : “Ya pak/bu Perawat : “Baiklah bapak/ibu, coba sekarang bapak/ibu mencoba untuk mengangkat tangan sebelah kanan pelan-pelan dan mencoba menggenggam dengan sekuatkuatnya. (Sebelumnya sediakan benda yang dapat yang dapat digunakan seperti sapu dll). (contohkan kepada pasien). “sekarang bapak/ibu bisa mencobanya sendiri ya…” Pasien : “(Berlatih sendiri dan diawasi)” Perawat : “Baiklah bapak/ibu, itu sudah bagus sekali…..” “Sekarang kita akan mencoba dengan menggunakan sapu bapak/ibu ya… Nah ini tangan bapak/ibu pegang sapunya dan ayunkan perlahan, anggap saja ibu sedang menyapu beneran (sambil mencontohkan). Nah, sekarang giliran bapak/ibu mencobanya ya,, giliran bapak/ibu mencobanya ya,,? Tapi sambil berdiri bapak/ibu” Pasien : “Ya…..(mencoba sendiri yang diajarkan perawat)?!?!” Perawat : “Baiklah pak/bu terima kasih. Bagus sekali dan terus dilatih bapak/ibu yah.” (tulis atau masukkan ke dalam tugas harian terapi dengan rapi pada buku Rencana tindakan pasien).” TERMINASI 1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan Subyektif: “Bagaimana perasaan pak/bu setelah kita berbincang-bincang?” Obyektif: Apakah bermanfaat bagi bapak/bu? Bagus pak/bu. Coba bapak/ibu sebutkan hal apa saja yang kita lakukan tadi? Bagus pak/bu 2. Rencana Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih klien sesuai dengan hasil tindakan yang telah dilakukan) Setiap kali bapak/ibu kepikiran tentang keadaan, bapak/ibu bisa langsung mempraktekan cara ini. Dan latih meningatkan citra tubuh juga sesuai jadwal yang sudah tadi dibuat ya 3. Kontrak yang akan datang (Topik, waktu, dan tempat) Waktu: ” Bagaimana kita besok bertemu lagi jam 9.00 -9.30,?



Topik : Saya akan mengajarkan latihan yang kedua yakni Latih interaksi secara bertahap: jadual kegiatan sehari-hari, aktifitas dalam keluarga dan sosial (teman atau orang lain yang berarti/mempunyai peran penting baginya). Tempat: Tempatnya disini saja ya bapak/bu?



SP 2 PROSES KEPERAWATAN 1. Kondisi klien: DS: 



Mengungkapkan kecacatan/kehilangan bagian tubuh berkurang







Mengungkapkan perasaan negatif tentang perubahan tubuh berkurang







Mengungkapkan kekhawatiran pada penolakan/reaksi orang lain berkurang







Mengungkapkan perubahan gaya hidup berkurang



DO: 



Kehilangan bagian tubuh







Fungsi/struktur tubuh berubah/hilang







Menyembunyikan/menunjukkan bagian tubuh secara berlebihan







Menghindari melihat dan/atau menyentuh bagian tubuh







Fokus berlebihan pada perubahan tubuh







Fokus pada penampilan dan kekuatan masa lalu



2. Diagnosa Keperawatan: Gangguan citra tubuh 3. Tujuan Khusus 1) Pasien mampu terbuka tentang perasaannya 2) Pasien mampu melatih melatih koordinasi fungsi anggota tubuh 4. Tindakan Keperawatan



1) Meminta pasien untuk terbuka tentang perasaannya. 2) Melatih koordinasi fungsi anggota tubuh. 3) Merencanaka kegiatan yang dapat dilakukan kedepan. 4) Mengevaluasi perasaan pasien.



B.



STRATEGI



KOMUNIKASI



DALAM



PELAKSANAAN



TINDAKAN



KEPERAWATAN ORIENTASI 1. Salam Terapeutik “Assalammua’laikum, bapak/ibu… masih ingat saya?” 2. Evaluasi/Validasi “Bagaimana perasaan pagi ini? Wah tampak gembira. Bagaimana kegiatan kemaren apakah dilakukan sesuai jadwal?” 3. Kontrak: Topik, waktu, dan tempat Topik: “Bagaimana kalau sekarang kita bercakap-cakap tentang melatih koordinasi fungsi anggota tubuh. ” Waktu: “Tidak lama, hanya sekitar 30 menit dari jam 09.00 s/d 09.30 Tempat: “Untuk tempatnya bagaimana kalau di sini saja ya? Tujuan kita bercakap-cakap adalah agar bapak/bu dapat menggunakan anggota tubuh yang dimiliki saat ini untuk melakukan aktivitas.” KERJA: Langkah-langkah Tindakan Keperawatan Perawat : “Bagaiamana persaan bapak/ibu sekarang, apakah sudah membaik?” Pasien : “Alhamdulillah sudah agak membaik, tapi ada yang masih membebani di pikiran saya…?” Perawat : “ Kira-kira Apa itu bapak/ibu…?” Pasien : “Saya masih merasa kurang leluasa dalam melakukan aktivitas sehari-hari dengan satu tangan. Apa lagi ketika saya mengangkat barang-barang yang  begitu banyak.” Perawat : “Seperti itu ya bapak/ibu. Begini bapak/ibu misalnya ketika bapak/ibu ingin



mengangkat



barang-barang



yang



begitu



banyak



bapak/ibu



dapat



meminta bantuan dengan orang di sekitar di sekitar untuk menaikkannya ke atas kepala bapak/ibu dan bisa menggunakan tangan kanan ibu yang masih berfungsi untuk menjaga agar barang yang di atas kepala bapak/ibu tidak terjatuh. Nanti ketika bapak/ibu ingin menurunkannya dapat diletakkan di tempat yang sedikit lebih tinggi atau  bapak/ibu sedikit menjongkok atau meminta bantuan untuk menurunkan barang



yang bapak/ibu bawa.” “Bagaiamana apa ibu paham dengan penjelasan saya atau bagaimana kalau kita mencoba untuk mempraktekkannya?” Pasien : “Ya….pak/bu?!?!” ( Pasien dan perawat berlatih bersama…) Perawat



:



“Bagus



sekali



bapak/ibu…,



sekarang



bapak/ibu



sudah



dapat



melakukannnya. Cara ini bisa bapak/ibu gunakan ketika bapak/ibu akan membawa barang yang  banyak dan sebagainya.” Pasien : “ Ya…..pak/bu?!?!” Perawat : “Nah, sekarang kira-kira kegiatan atau pekerjaan apa yang ingin bapak/ibu lakukan kedepannya…?” Pasien : “Untuk sekarang ini, saya ingin merawat anak-anak saya, melakukan tugas sebagaimana kepala/ibu rumah tangga.” Perawat : “Wah, lumayan banyak kegiatan-kegiatan bapak/ibu bisa dilakukan setiap harinya…, mulai dari sekarang bapak/ibu dapat melakukan semua kegiatan semua kegiatan yang bapak/ibu sebutkan tadi. Tapi jika bapak/ibu merasa lelah atau tidak  mampu untuk melakukannya bapak/ibu dapat meminta bantuan keluarga atau tetangga. Mungkiun ada kegiatan lain yang ingin bapak/ibu lakukan kedepannya selain kegiatan-kegiatan yang bapak/ibu sebutkan tadi…?” Pasien : “Ya pak/bu…, siapa sih tidak ingin melakukan kegiatan. Kegiatan normal seperti orang lain, saya ingin meneruskan usaha saya untuk berjualan di took    pak/bu…?” Perawat : “Alhamdulillah… rencana yang bagus sekali bapak/ibu (senyum). Jika keinginannya seperti itu saya do’akan agar selalu lancar kegiatannya.. amiiin..” Pasien : “Amiiin pak/bu.” TERMINASI Perawat : “Bagaimana perasaanya bapak/ibu setelah mengobrol hari ini dan mencoba untuk melatih tangan bapak/ibu untuk melakukan untuk melakukan kegiatankegiatan seperti  biasanya?” Pasien : “Alhamdulillah saya sudah paham dan senang, bahkan saya tidak sabar ingin mencoba dan melakukan kegiatan itu” Perawat : “Bagus sekali . baiklah bapak/ibu… tapi apa bisa menjelaskan sedikit yang kita diskusikan tadi?” Pasien : “Hari ini kita berlatih tentang cara mengkoordinasikan tangan saya yang masih berfungsi dengan anggota tubuh lain, yaitu dengan membawa dan meletakkan



barang banyak di atas kepala dan tangan saya serta menjaganya tidak terjatuh. Dan pak/bu mengajarkan saya untuk berusaha melakukan kegiatan sehari-hari dengan normal seperti biasanya…” Perawat : “ Bagus sekali bapak/ibu (senyum), ternyata bapak/ibu su dah memahami dengan baik apa yang saya sampaikan. Mungkin pertemuan hari ini saya akhiri dan terima kasih untuk waktunya dan saya do’akan agar bapak/ibu selalu sehat untuk melakukan aktivitas sehari-hari bapak/ibu ya” “Jangan lupa tetap berlatih yah” Pasien : “Amiiinn, terima kasih pak/bu yah…”(senyum) Perawat : “ Kalau begitu saya pamit pak/bu yah…”. “Assalamualaikum…” Pasien : “ Wa’alaikumsalam….”



DAFTAR PUSTAKA Maelani, I I S. 2019. “Laporan Pendahuluan ‘ Gangguan Citra Tubuh ,’” 1–11. Nugroho, R. 2016. Citra Tubuh Dengan Depresi. PPNI, Tim Pokja SDKI D P P. 2017. “Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.” Pradana, Handika Pasha. 2019. “Manajemen Peningkatan Citra Diri Pada Pasien Amputasi Dengan Gangguan Citra Tubuh,” 25. Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari PK, and Hanik Endang Nihayati. 2014. “Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.” Salemba empat.