20 0 137 KB
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA GANGGUAN CITRA TUBUH
Disusun Oleh :
Idealti Ajeng Soleha
1814401013
Tingkat 2/Reguler 1
Pembimbing : Merah Bangsawan, SKM.,M.Kes
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG JURUSAN DIII KEPERAWATAN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN CITRA TUBUH
A. Kasus (Gangguan Citra Tubuh) Ganggaun citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan ukuran bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna, dan objek yang sering kontak dengan tubuh. Gangguan tersebut diakibatkan kegagalan dalam penerimaan diri akibat adanya persepsi yang negatif terhadap tubuhnya secara fisik. Persepsi tubuh secara fisik berkaitan dengan bagaimana kita mempersiapkan diri kita secara fisik. (muhith, abdul. 2015) Gangguan citra tubuh adalah perasaan tidak puas seseorang terhadap tubuhnya yang diakibatkan oleh perubahan sturtur, ukuran, bentuk, dan fungsi tubuh karena tidak sesuai dengan yang tidak diinginkan. (juwita.2016) Dari dua pengertian tentang gangguan citra tubuh diatas, gangguan citra tubuh adalah ketidakpuasaan seseorang akan tubuh dirinya yang dikarenakan adanya perubahan pada tubuh seseorang. B. Proses Terjadinya Masalah 1. Predisposisi Predisposisi merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya suatu kondisi. Predisposisi pada gangguan citra tubuh dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu faktor biologis, faktor psikologis, dan faktor sosial budaya. (juwita.2016) a) Pertama faktor biologis yang dipengaruhi oleh genetik. Faktor genetik turut mempengaruhi terhadap ketidakpuasan tubuh pada seseorang. Faktor biologis yang paling menonjol terkait dengan ketidakpuasan tubuh adalah ukuran dab bentuk bentuk tubuh. Namun, hal tersebut bukanlah faktor pemicu utama, interaksi ukuran tubuh dan sikap sosial negatif serta diskriminasi yang terkait dengan ukuran tubuh merupakan faktor yang berpengaruh. b) Kedua faktor psikologis yang mempengaruhi terjadinya masalah psikososial gangguan citra tubuh. Faktor psikologis sangat dipengaruhi oleh keadaan depresi, rendah diri dan ketidak-sempurnaan yang dirasakan seseorang. Depresi dan rendah diri berkontribusi terhadap
pandangan
negatif
tentang
diri
termasuk
tubuh
seseorang.
Perfeksionisme juga dapat menyebabkan harapan yang tidak realistis dari berat badan, bentuk dan penampilan. c) Faktor ketiga adalah sosial budaya. Individu yang mengalami keterlambatan
perkembangan
atau
situasi
yang
menyebabkan
tertundanya tugas perkembangan dapat mengakibatkan individu memiliki konsep diri yang negatif. Sebuah penelitian menunjukan bahwa pengaruh negatif. Sebuah penelitian menunjukan bahwa pengaruh negatif dan tekanan lingkungan sosial berpengaruh terhadap pandangan individu tentang citra tubuh, proses ini difasilitasi oleh perbandingan dari orang lain termasuk teman sebaya atau media yang semakin mempertinggi perbedaan diri sendiri dengan orang lain. 2. Persipitasi a) Trauma b) Penyakit, kelainan hormonal c) Operasi atau pembedahan d) Perubahan masa pertumbuhan dan perkembangan; maturasi e) Perubahan fisiologis tubuh; kehamilan, penuaan f) Prosedur medis dan keperawatan; efek pengobatan; radioterapi; kemoterapi 3. Penilaian Terhadap Stressor Stressor yang dapat menyebabkan Gangguan Citra Tubuh: a) Perubahan ukuran tubuh : berat badan yang turun akibat penyakit b) Perubahan bentuk tubuh : tindakan invasif, seperti operasi, suntikan, daerah pemasangan infuse. c) Perubahan struktur : sama dengan perubahan bentuk tubuh disrtai dengan pemasanagn alat di dalam tubuh. d) Perubahan fungsi : berbagai penyakit yang dapat merubah system tubuh. e) Keterbatasan : gerak, makan, kegiatan f) Makna dan obyek yang sering kontak : penampilan dan dandan berubah, pemasangan alat pada tubuh klien ( infus, fraksi, respitor, suntik, pemeriksaan tanda vital, dll).
4. Sumber Koping Ada beberapa ahli yang mengemukakan mengenai sumber koping citra tubuh. Salah satunya adalah Cash (2000) yang mengemukakan adanya lima sumber koping citra tubuh, yaitu : a.
Appearance Evaluation (Evaluasi Penampilan), yaitu penilaian individu mengenai keseluruhan tubuh dan penampilan dirinya, apakah menarik atau tidak menarik, memuaskan atau tidak memuaskan.
b.
Appearance Orientation (Orientasi Penampilan), perhatian individu terhadap penampilan dirinya dan usaha yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan penampilan dirinya.
c. Body Areas Satisfaction (Kepuasan terhadap Bagian Tubuh), yaitu kepuasan individu terhadap bagian tubuh secara spesifik, seperti wajah, rambut, payudara, tubuh bagian bawah (pinggul, pantat, kaki), tubuh bagian tengah (pinggang, perut), dan keseluruhan tubuh. d. Overweight Preocupation (Kecemasan Menjadi Gemuk), yaitu kecemasan menjadi gemuk, kewaspadaan individu terhadap berat badan, melakukan diet ketat, dan membatasi pola makan. e. Self-Clasified Weight (Persepsi terhadap Ukuran Tubuh), yaitu persepsi dan penilaian individu terhadap berat badannya, mulai dari kekurangan berat badan sampai kelebihan berat badan.
5. Mekanisme Koping Dalam kehidupan sehari-harinya, individu menghadapi pemgalaman yang mengganggu ekuibrium kognitif dan afektifnya. Individu dapat mengalami perubahan hubungan dengan orang lain dalam harapannya terhadap diri sendiri dengan cara negative. Munculnya ketegangan dalam kehidupan mengakibatkan perilaku pemecah masalah (mekanisme koping) yang bertujuan untuk meredakan ketegangan tersebut.Klien gangguan konsep diri menggunakan mekanisme kopingyang dapat dikategorikan menjadi dua yaitu koping jangka pendek dan koping jangka panjang.
a) Koping jangka pendek Karakteristik koping jangka pendek :
Aktivitas yang dapat memberikan kesempatan lari sementara krisis. Misalnya menonton televise, kerja keras, olahraga berat.
Aktivitas
yang
dapat
memberikan
identitas
pengganti
sementara, misalnya ikut kegiatan social politik, agama
Aktivitas yang memberi kekuatan atau dukungan sementara terhadap konsep diri, misanya aktivitas yang berkompetensi yaitu pencapaian akademik atau olahraga
Aktivitas yang mewakili jarak pendek untuk membuat masalah identitas menjadi kurang berarti dalam kehidupan, misanya penyalahgunaan zat.
b) Koping jangka panjang Koping jangka panjang dikategorikan dalam penutupan identitas dan identitas negative.
Penutupan identitas Adopsi identitas premature yang diinginkan oleh orang yang penting bagi individu tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi dan potensi individu.
Identitas negative Asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh nilai-nilai dan harapan masyarakat.
Mekanisme pertahanan ego Mekanisme pertahanan ego yang sering dipakai adalah : i.
Fantasi,
kemampuan
menggunakan
tanggapan-
tanggapan yang sudah ada (dimiliki) untuk menciptakan tanggapan baru ii.
Disposiasi, respons yang tidak sesuai dengan stimulus
iii.
Isolasi, menghindarkan diri dari interaksi dengan lingkungan luar
iv.
Prijeksi, kelemahan dan kekurangan pada diri sendiri dilontarkan pada orang lain
v.
Displacement, mengeluarkan perasaan-perasaan yang tertekan pada orang lain yang kurang mengancam dan kurang menimbulkan reaksi emosi.
C. Masalah Keperawatan dan Data pendukung Data DS :
Etiologi Kekerasan fisik
Klien merasa malu dengan
↓
kondisi wajahnya dan takut
Perubahan bentuk tubuh
menjadi bahan pembicaraan
(cacat)
orang.
Masalah Keperawatan Gangguan citra tubuh
Gangguan citra tubuh
DO : Klien tidak mau keluar kamar dan berinteraksi dengan orang lain karena cacat pada wajahnya, klien tidak mau melihat wajahnya dicermin DS :
Kekerasan fisik
Klien merasa malu dengan
↓
kondisi wajahnya dan takut
Perubahan bentuk tubuh:
menjadi bahan pembicaraan
cacat wajah
orang.
↓
DO :
Gangguan citra tubuh
Klien tidak mau keluar kamar
↓
dan berinteraksi dengan orang
Klien kehilangan
lain karena cacat pada
kepercayaan diri
wajahnya, klien tidak mau
↓
melihat wajahnya dicermin.
Klien tidak mau melihat
Harga diri rendah
wajahnya dicermin ↓ DS : Klien merasa malu dengan
Harga diri rendah Kekerasan fisik ↓
Isolasi sosial
kondisi wajahnya dan takut
Perubahan bentuk tubuh:
menjadi bahan pembicaraan
cacat wajah
orang.
↓ Gangguan citra tubuh
DO :
↓
Klien tidak mau keluar kamar
Klien malu dengan
dan berinteraksi dengan orang
kondisinya
lain karena cacat pada
↓
wajahnya, klien tidak mau
Klien tidak mau
melihat wajahnya dicermin.
berinteraksi dengan orang lain ↓ Isolasi sosial
D. Pohon Masalah Harga diri rendah ↑ Ganggaun citra tubuh ↑ Isolasi sosial E. Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan harga diri: harga diri rendah 2. Gangguan citra tubuh 3. Isolasi social:menarik diri
F. Rencana Tindakan Keperawatan
1. Diagnosa keperawatan: gangguan harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra tubuh Tujuan: Setelah pemberian asuhan selama 3 x 24 jam klien menunjukkan peningkatan harga diri. Kriteria Hasil: - Klien dapat menigkatkan keterbukaan dan hubungan saling percaya. - Klien mengidentifikasi perubahan citra tubuh. - Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimilki. - Klien dapat menerima realita perubahan struktur, bebntuk atau fungsi tubuh. - Klien dapat menyusun cara-cara menyelasaikan masalah yang dihadpi. - Klien dapat melakukan tindakn pengembalian intergritas tubuh.
1.
Intervensi Beri kesempatan klien
Rasional 1. Dengan mengungkapkan
mengungkapkan
perasaannya beban klien akan
perasaannya :
berkurang
a. Bimbing klien
2. Respon menghakimi dapat
mengungkapkan
merusak hubungan saling percaya
perasaannya
dan menurunkan harga diri klien
b. Gunakan pertanyaan
3. Lingkungan yang tenang mampu
terbuka
membantu klien dalam
c. Dengarkan ungkapan klien dengan aktif 2. Beri respon yang tidak menghakimi: a. Tidak menyalahkan pendapat klien b. Menerima pendapat klien 3. Ciptakan lingkungan yang tenang dengan cara mengurangi stimulus eksternal yang berlebihan
memfokuskan pikiran 4.
Memotivasi klien memandang dirinya secara positif, Penilaian negatif semakin menambah rasa tidak percaya diri klien
dalam interaksi 4.
Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
2. Diagnosa keperawatan: Gangguan citra tubuh Tujuan: Setelah pemberian asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam gangguan citra tubuh menurun Kriteria hasil: Gambaran diri meningkat Gambaran diri sesuai Bisa menyesuikan diri dengan status kesehatannya Intervensi 1. Binalah hubungan saling percaya antara klien dengan perawat 2. Berikan kesempatan pengungkapanperasaan 3. Bantu klien yang cemas
Rasional 1. Dasar mengembangkan tindakan keperawatan 2. Klien membutuhkan pengalaman didengarkan dan dipahami 3. Menetralkan kecemasan yang tidak
mengembangkan kemampuan
perlu terjadi dan memulihkan
untuk menilai diri dan mengenali
realitas situasi, ketakutan merusak
masalahnya
adaptasi klien
4. Dukung upaya klien untukmemperbaiki citra diri 5. Dorong klien agar bersosialisasidengan orang lain
4. Membantu meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi 5. Membantu meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi
3. Diagnosa keperawatan : isolasi sosial b.d perubahan fisik Tujuan: setelah pemberian asuhan selama 4x4 jam klen dapat bersosialisasi Kriteria hasil: - klien dapat melakukan cara berinteraksi dengan orang lain - Klien mampu mengungkapkan pentingnya bersosialisasi Intervensi . 1. Bina hubungan saling percaya :
Sapa klien dengan ramah baik
Rasional 1. Hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi yang
verbal maupun non verbal.
terapeutik perawat-klien.
Perkenalkan diri dengan sopan.
Tanyakan nama lengkap dan
pengetahuan klien yang
nama panggilan yang disukai
menarik diri sehingga perawat
klien.
dapat merencanakan tindakan
Jelaskan tujuan pertemuan /
selanjutnya.
interaksi.
Untuk mengetahui alasan
Jujur dan menepati janji.
Pertahankan kontak mata,
2. Mengetahui sejauh mana
klien menarik diri. Meningkatkan pengetahuan
tunjukkan rasa empati dan
klien dan mencari
dorong serta berikan
pemecahan bersama tentang
kesempatan klien untuk
masalah klien.
mengungkapkan perasaannya.
Meningkatkan harga diri
2. Kaji pengetahuan klien tentang
klien berani bergaul dengan
menarik diri.
lingkungan sosialnya.
Beri kesempatan pada klien
Meningkatkan pengetahuan
untuk mengungkapkan
klien tentang perlunya
perasaan penyebab menarik
berhubungan denga orang
diri.
lain.
Diskusikan dengan klien
Untuk mengetahui tingkat
tentang perilaku menarik
permohonan klien terhadap
dirinya.
informasi yang telah
Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkannya. Diskusikan tentang manfaat berhubungan dengan orang lain. Dorong klien untuk menyebutkan kembali manfaat berhubungna orang lain.
diberikan. Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien. Untuk mengetahui pemahaman dengna informasi yang telah diberikan. Membantu klien dalam
Beri pujian terhadap kemampuan klien dalam menyebutkan manfaat berhubungan dengan orang
mempertahankan hubungan interpersonal. 3. Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien.
lain. Dorong klien untuk menyebutkan cara berhubungan dengan orang lain. Libatkan klien dalam kegiatan TAK dan ADL ruangan. 3. Reinforcement positif atas keberhasilan yang telah dicapai klien. G. Daftar Pustaka 1. Damayanti, M dan Iskandar.2012.Asuhan Keperawatan Jiwa.Bandung: Refika Aditama 2. Purwaningsih, W dan Ina Karlina. 2010. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta :Nuha Medika 3. Suliswati, dkk.2005 .Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa.Jakarta : EGC 4. Yusuf, A., Rizky, dkk. 2015 .Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Jakarta : Salemba Medika 5. http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wpcontent/uploads/2017/08/Keperawat
an-Jiwa-Komprehensif.pdf. Diakses pada tanggal 13 Januari 2020.