LP STRUMA Dian [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH DENGAN KASUS STRUMA



Di Susun Oleh: Nama: Dian Nirmala Putri NIM: 14401.16.17007



PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN GENGGONG TAHUN 2020



Laporan Pendahuluan I. Definisi Struma adalah reaksi adaptasi terhadap kekurangan yodium yang ditandai dengan pembesaran kelenjar tyroid (Nurarif & Kusuma. 2015) Struma adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena pembesaran kelenjar tiroid. Pembesaran kelenjar tiroid dapat disebabkan oleh kurangnya diet iodium yang dibutuhkan untuk produksi hormon tiroid. Terjadinya pembesaran kelenjar tiroid dikarenakan sebagai usaha meningkatkan hormon yang dihasilkan.



II. Etiologi Penyebab Struma antara lain : 1. Defisiensi iodium Pada umumnya, penderita penyakit struma sering terdapat di daerah yang kondisi air minum dan tanahnya kurang mengandung iodium, misalnya daerah pegunungan. 2. Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa hormon tyroid. a) Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia (seperti substansi dalam kol, lobak,kacang kedelai) b) Penghambatan



sintesa



hormon



oleh



obat-obatan



(misalnya



:



thiocarbamide, sulfonylurea dan litium). c) Hiperplasi dan involusi kelenjar tiroid. Pada umumnya ditemui pada masa pertumbuan, puberitas, menstruasi, kehamilan, laktasi, menopause, infeksi dan stress lainnya. Dimana menimbulkan nodularitas kelenjar tiroid serta kelainan arseitektur yang dapat bekelanjutan dengan berkurangnya aliran darah didaerah tersebut.



III. Manifestasi Klinis Menurut Wijaya A.S & Putri (2013) manifestasi klinik yang sering muncul pada pasien struma adalah: 1. Pemebengkakan secara berlebihan pada leher. 2. Batuk karena pipa udara (tractea) terdesak kesisi lain. 3. Kesulitan menelan (nyeri saat menelan). 4. Kesulitan dalam bernafas dan suara bising pada waktu bernafas. 5. Suara parau karena tekanan pada saraf suara IV. Patofisiologi lodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk pembentukan hormon tyroid. Bahan yang mengandung iodium diserap usus, masuk ke dalam sirkulasi darah dan ditangkap paling banyak oleh kelenjar tyroid. Dalam kelenjar, iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif yang distimuler oleh TSH kemudian disatukan menjadi molekul tiroksin yang terjadi pada fase sel koloid. Senyawa yang terbentuk dalam molekul diyodotironin membentuk tiroksin (T4) dan molekul yoditironin (T3). Tiroksin (T4) menunjukkan pengaturan umpan balik negatif dari sekresi TSH dan bekerja langsung pada tirotropihypofisis, sedang tyrodotironin (T3) merupakan hormon metabolik tidak aktif. Beberapa obat dan keadaan dapat mempengaruhi sintesis, pelepasan dan metabolisme tyroid sekaligus menghambat sintesis tiroksin (T4) dan melalui rangsangan umpan balik negatif meningkatkan pelepasan TSH oleh kelenjar hypofisis. Keadaan ini menyebabkan pembesaran kelenjar tyroid (Tanto Chris, 2014).



PATHWAY STRUMA



Defisensi Iodium Kelainan metabolic kongenital yang mengandunghormontyroid Penghambatansintesa hormone olehzatkimia/obat-obatan



Pengurangan tyroiditiroksin dan tetratiroksikosis Mencegah inhibisi umpan balik TSH yang normal



Peningkatan massa thyroid



Penekanan pada thyroid pembuluh darah



Merangsang hipotalamus



Hyperplasia kelenjartiroid (Struma)



Perubahan status kesehatan klien



Involusi Kelenjar



Benjolan pada kelenjar



Gangguan body image Peningkatan kerja saraf simpatis



NYERI



Klien selalu bertanya tentang penyakit dan prosedur pembedahan



Informasi yang diberikan tidak adekuat



Kurang Pengetahuan menyebabkan stressor meningkat



Ansietas



Penekanan Esofagus



Intake tidak adekuat



Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh



V. Manifestasi Klinis Menurut Wijaya A.S & Putri (2013) manifestasi klinik yang sering muncul pada pasien struma adalah: 1. Pemebengkakan secara berlebihan pada leher. 2. Batuk karena pipa udara (tractea) terdesak kesisi lain. 3. Kesulitan menelan (nyeri saat menelan). 4. Kesulitan dalam bernafas dan suara bising pada waktu bernafas. 5. Suara parau karena tekanan pada saraf suara VI. Klasifikasi Struma Klasifikasi dan karakteristik struma nodusa: 1. Berdasarkan jumlah nodul  Struma nodusa soliter : jika jumlah nodul hanya satu  Struma multi nodusa : jika jumlah nodul lebih dari satu 2. Berdasarkan kemampuan menangkap yodium radioaktif  Nodul dingin  Nodul hangat  Nodul panas 3. Berdasarkan kosistensinya  Nodul lunak  Nodul kistik  Nodul keras  Nodul sangat keras VII. Komplikasi 1. Suara menjadi serak/para Struma dapat mengarah ke dalam sehingga mendorong pita suara. Sehingga



terdapat penekanan pada pita suara yang menyebabakan suara



menjadi serak atau paru.



2. Perubahan bentuk leher Jika terjadi pembesaran keluar maka akan memeberi bentuk leher yang besar dapat simetris atau tidak. 3. Disfagia Di bagian posterior



medial kelenjar



tiroid terdapat trachea dan



eshopagus , jika struma mendorong eshopagus sehingga terjadi yang



disfagia



akan berdampak pada gangguan pemenuhan nutrisi , cairan, dan



elektrolit. 4. Sulit bernapas Dibagian posterior medial klenjar tiroid terdpat trachea dan eshafogus , jika struma mendorong trachea sehingga terjadi kesulitan bernapas yang akan bernapas yang akan berdampak pada gangguan pemenuhan oksigen. 5. Penyakit jantung hipertiroid Gangguan pada jantung terjadi akibat dari pemasangan berlebihan pada jnatung



oleh hormon tiroid dan meneyebabkan kontrakitilitas



meningkat



dan terjadi takikardi



jantung



sampai dengan fibrilasi atrium jika



menghmabat pada pasien yang berumur di atas 50 tahun , akan lebih cenderung meddapat payah komplikasi payah jantung. 6. Oftalmopati graves Oftalmopati graves seperti eksoftalmus, penonjolan mata dengan diplopia, aliran air mata berlebihan , dan peningkatan menganggu kualitas hidup pasien



fotofobia dapat



sehinggkan aktivitas



rutin pasien



terganggu. 7. Dermopati graves Dermopati tiroid terdiri dari penebalan kulit terutama kulit di bagian atas tibia bagian bawah (miksedema pretibia). Yang penumpukan glikosaminoglikans. Kulit sangat mnebal dicubit.



di sebabkan dan tidak dapat



VIII. Pemeriksaan Penunjang Menurut Herdman (2015) pemerikasan diagnostic yang dapat dilakukan pada pasien struma yaitu: 1. Pemeriksaan sidik tiroid Berfungsi



untuk



melihat



teraan



ukuran,



bentuk



lokal



dan



yang bermasalah. Fungsi bagian-bagian tiroid. 2. Pemeriksaan Ultrasonografi Berfungsi untuk melihat beberapa bentuk kelainan dan konsistensinya. 3. Biopsi Aspirasi Jarum halus. 4. Termografi adalah suatu metode pemeriksaan berdasarkan pengukuran suhu kulit pada suatu tempat. 5. Penanda tumor berfungsi untuk mengukur peninggian tiroglobulin kadar tg serum normal antara 1,5-30 nymle. 6. X Ray (foto leher). IX. Penatalaksanaan Medik 1. Operatif a. Isthmulobectomy , mengangkat isthmus b. Lobectomy, mengangkat satu lobus, bila subtotal sisa 3 gram c. Tiroidectomi total, semua kelenjar tiroid diangkat d. Tiroidectomy subtotal bilateral, mengangkat sebagian lobus kanan dan sebagian kiri. e. Near total tiroidectomi, isthmulobectomy dextra dan lobectomy subtotal sinistra dan sebaliknya. f. RND (Radical Neck Dissection), mengangkat seluruh jaringan limfoid pada leher sisi yang bersangkutan dengan menyertakan n. accessories, v. jugularis eksterna dan interna, m. sternocleidomastoideus dan m. omohyoideus serta kelenjar ludah submandibularis (Brunner & Suddarth,2013).



2. Yodium Radioaktif Yodium radio aktif memberikan radiasi denga dosis yang tinggi pada kelenjar tiroid sehingga menghasilkan ablasi jaringan. Pasien yang tidak mau dioprasi maka pemberian yodium radio aktif dapat mengurangi gondok sekitar 50%. 3. Pemberian Tiroksin dan obat anti Tiroid Tiroksin membantu untuk menyusutkan ukuran struma



X. Diagnosa Keperawatan a. Ketidak seimbangan nutrisi kurang drai kebutuhan tubuh b.d ketidak mampuan menelan makanan b. Nyeri akut b.d agen cedera kimiawi c. Hambatan rasa nyaman b.d gejala penyakit



B. KONSEP KEPERAWATAN 1. Asuhan Keperawatan Secara Teoritis Pengkajian merupakan langkah awal dari dasar dalam proses keperawatan secara keseluruhan guna mendapat data atau informasi yang dibutuhkan untuk menentukan masalah kesehatan yang dihadapi pasien melalui wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik meliputi : 1.



Aktivitas/istirahat ; insomnia, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat, atrofi otot.



2.



Eliminasi ; urine dalam jumlah banyak, perubahan dalam faeces, diare.



3.



Integritas ego ; mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik, emosi labil, depresi.



4.



Makanan/cairan ; kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat, makan banyak, makannya sering, kehausan, mual dan muntah, pembesaran tyroid, goiter.



5.



Rasa nyeri/kenyamanan ; nyeri orbital, fotofobia.



6.



Pernafasan ; frekuensi pernafasan meningkat, takipnea, dispnea, edema paru (pada krisis tirotoksikosis).



7.



Keamanan ; tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, alergi terhadap iodium (mungkin digunakan pada pemeriksaan), suhu meningkat di atas 37,40C, diaforesis, kulit halus, hangat dan kemerahan, rambut tipis, mengkilat dan lurus, eksoptamus : retraksi, iritasi pada



konjungtiva dan berair, pruritus, lesi eritema (sering terjadi pada pretibial) yang menjadi sangat parah. 8.



Seksualitas ; libido menurun, perdarahan sedikit atau tidak sama sekali, impotensi.



2. Intervensi Keperawatan 1. Ketidak seimbangan



nutrisi kuang dari kebutuhan tubuh b.d ketidak



mampuan menelan makanan Kriteria Hasil a. Status Nutrisi : Asupan Nutrisi 1) 100901 Asupan kalori 2) 100902 Asupan protein 3) 100905 Asupan vitamin 4) 100906 Asupan mineral b. Tingkat Ketidaknyamanan 1) 210901 Nyeri 2) 210902 Cemas 3) 210925 Kehilangan nafsu makan 4) 210934 Ketidakmampuan untuk berkomunikasi c. Status Menelan : Fase Faringeal 1) 101301 Reflek menelan yang sesuai pada waktunya 2) 101304 Jumlah (makanan) yang ditelan sesuai dengan ukuran/tekstur bolus 3) 101311 Penerimaan makanan 4) 101306 Meningkatnya usaha menelan Intervensi a. Manajement Gangguan Makan



1) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengembangkan rencana perawatan dengan melibatkan klien dan orang-orang terdekatnya dengan tepat 2) Monitor intake/asupan dan asupan cairan secara tepat 3) Obserfasi klien selama dan setelah pemberian makanan/makanan ringan untuk meyakinkan bahwa intake/asupan makanan yang cukup tercapai dan dipertahankan b. Manajemen Nutrisi 1) Tentukan status gizi pasien dan kemampuan (pasien) untuk memenuhi kebutuhan gizi 2) Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk memenuhi jumlah persyaratan gizi 3) Monitor kalori dan asupan makanan c. Terapi Menelan 1) Tentukan kemampuan pasien untuk memfokuskan perhatian pada belajar/melakukan tugas makan dan menelan 2) Jelaskan rasionalisasi latihan menelan ini pada pasien/keluarga 3) Instruksikan pada pasien untuk membuka dan menutup mulut terkait dengan persiapan memanipulasi makanan 2. Nyeri akut b.d agen cedera kimiawi Kriteria Hasil a. Tingkat Nyeri 1) 210201 Nyeri yang dilaporkan 2) 210206 Ekspresi nyeri wajah 3) 210208 Tidak bisa beristirahat 4) 210224 Menyeringit b. Status Kenyamanan : Fisik 1) 200801 Kesejahteraan fisik



2) 200804 Lingkungan fisik 3) 200811 Perawatan sesuai dengan kebutuhan 4) 200812 Mampu mengkomunikasikan kebutuhan c. Respon Pengobatan 1) 230101 Efek teraupetik yang diharapkan 2) 230103 Perubahan gejala yang diharapkan 3) 230112 Respon perilaku yang diharapkan 4) 230107 Interaksi pengobatan Intervensi a. Pemberian Analgesik 1) Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan keparahan nyeri sebelum mengobati pasien 2) Cek perintah pengobatan meliputi obat, dosis, dan frekwensi obat analgesic yang diresepkan 3) Tentukan analgesic sebelumnya, rute pemberian dan dosis untuk mencapai hasil pengurangan nyeri yang optimal b. Manajemen Nyeri 1) Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri, dan factor pencetus 2) Tentukan



kebutuhan



frekuensi



untuk



melakukan



pengkajian



ketidaknyamaan pasien dan mengimplementasikan rencana monitor 3) Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan dirasakan, dan antisipasi dari ketidaknyamanan akibat prosedur c. Peningkatan Latihan 1) Gali hambatan untuk melakukan latihan



2) Dukung ungkapan perasaan mengenai latihan atau kebutuhan untuk melakukan latihan 3) Dampingi individu pada saat mengembangkan program latihan untuk memenuhi kebutuhan 3. Gangguan rasa nyaman b.d gejala penyakit Kriteria Hasil a. Status Kenyamanan 1) 200802 Kontrol terhadap gejala 2) 200806 Dukungan dari keluarga 3) 200811 Perawatan sesuai dengan kebutuhan 4) 200812 Mampu mengkomunikasikan kebutuhan b. Tingkat Kecemasan 1) 121105 Perasaan gelisah 2) 121117 Rasa cemas yang disampaikan secara lisan 3) 121129 Gangguan tidur 4) 121131 Perubahan pada pola makan c. Dukungan Sosial 1) 150408 Kemampuan untuk menghubungi orang lain untuk meminta pertolongan 2) 150407 Orang-orang yang dapat membantu sesuai kebutuhan 3) 150409 Jaringan sosial yang membantu 4) 150410 Koneksi dukungan sosial Intervensi a. Pengurangan Kecemasan 1) Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan 2) Nyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku klien 3) Berikan objek yang menunjukan perasaan aman 4) Bantu klien mengidentifikasi situasi yang ,memicu kecemasan



b. Terapi Relaksasi 1) Gambarkan rasionalisasi dan manfaat relaksasi serta jenis relaksasi yang tersedia (misalnya : music, meditasi, bernapas dengan ritme, relaksasi rahang dan relaksasi otot progresif) 2) Minta klien untuk rileks dan merasakan relaksasi yang terjadi 3) Gunakan suara yang lembut dengan irama yang lambat untuk setiap kata 4) Tunjukan dan praktikan teknik relaksasi pada klien c. Dukungan Kelompok 1) Kaji tingkat dan kesesuaian system pendukung yang telah ada 2) Manfaatkan kelompok pendudukung selama masa transisi untuk membantu pasien beradaptasi dengan kondisinya 3) Tentukan tujuan dan fungsi kelompok pendukung 4) Ciptakan suasana yang menyenangkan



DAFTAR PUSTAKA



Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume 2. Jakarta EGC Nurarif, A.H., & Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA (NIC-NOC). Edisi revisi jilid 1. Yogyakarta Media Action Publishing. Herdman, T. H., & Kamitsuru, S.(2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017.Edisi:10.Jakarta:EGC Wijaya A.S & Putri.(2013).KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah (keperawatan dewasa).Yogyakarta Amin Huda Nurarif. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda Nic-Noc Edisi Refisi Jilid 3. Jogjakarta TIM POKJA SDKI DPP PPNI, 2016. Strandar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Eds: 1, Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia TIM POKJA SLKI DPP PPNI, 2016. Strandar Luaran Keperawatan Indonesia, Eds : 1, Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia TIM POKJA SIKI DPP PPNI, 2016. Strandar Intervensi Keperawatan Indonesia, Eds : 1, Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia