LP TB Paru Anak [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit radang parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (Darmanto, 2009). Penyakit ini biasanya menyerang paru-paru namun dapat juga menyerang organ-organ lain selain paru. Sumber penularan adalah penderita TB paru BTA (+) yang dapat menularkan ke orang-orang disekitarnya terutama pada orang-orang yang berkontak erat dengan penderita. Setiap 1 penderita BTA (+) akan menularkan pada 10-15 orang per tahun. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menyebutkan bahwa TB paru telah didiagnosis pada kelompok umur < 1 tahun sebesar 2‰, kelompok umur 1-4 tahun sebesar 4‰, kelompok umur 5-14 tahun sebesar 0,30‰, sedangkan pada kelompok umur orang dewasa lainnya juga menunjukkan prevalensi yang sama sebesar 3‰. Hasil penelitian Riskesdas tahun 2013 juga memperlihatkan bahwa terjadi suatu masalah kesehatan terbaru terkait kejadian TB paru yang sudah menyerang kelompok umur anak-anak dan balita (Kemenkes RI, 2013). Penularan bakteri Mycobacterium Tuberculosis terjadi ketika pasien TB paru mengalami batuk atau bersin sehingga bakteri Mycobacterium Tuberculosis juga tersebar ke udara dalam bentuk percikan dahak atau droplet yang dikeluarkan penderita TB paru. Jika penderita TB paru sekali mengeluarkan batuk maka akan menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak dan percikan dahak tersebut telah mengandung bakteri Mycobacterium tuberculosis. Pasien suspek TB paru yang mengalami gejala batuk lebih dari 48 kali/malam akan menginfeksi 48% dari orang yang kontak dengan pasien suspek TB paru, sedangkan pasien suspek TB paru yang mengalami batuk kurang dari 12 kali/malam maka akan dapat menginfeksi 28% dari orang yang kontak dengan pasien yang suspek TB paru (Kemenkes RI, 2016). Atas dasar permasalah di atas, maka kami akan menganalisa dalam konteks keperawatan tentang TB paru pada anak.



B. Tujuan 1) Tujuan Umum Sebagai landasan dan acuan bagi mahasiswa keperawatan dan masyarakat dalam penanganan TB paru 2) Tujuan Khusus - Bagi mahasiswa, sebagai acuan dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien - Bagi masyarakat, memberi informasi tentang penanganan TB paru pada anak



BAB II



ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN A. Definisi Penyakit Tuberkulosis paru (tb paru) adalah infeksi paru yang menyerang jaringan prenkim paru, disebabkan bakteri mycobacterium tuberculosis. (Alwi, 2017 ). Tuberculosis paru merupakan penyakit infeksi menular pada sistem pernafasan yang disebabkan oleh mikrobakterium tubekuloasa yang dapat mengenai bagian paru. UmumnyaTB menyerang paru-paru, sehingga disebut dengan Pulmonary TB. (Maryunani Anik, 2010). Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis yaitu suatu tahan asam.Penyakit Tuberculosis Paru dapat diderita oleh siapa saja, orang dewasa atau anak-anak dan dapat mengenai seluruh organ tubuh kita manapun, walaupun yang terbanyak adalah organ paru (Suriadai dan Lita Yuliani, 2010). B. Etiologi Penyakit Tuberkulosis



anak



merupakan



penyakit



menular



yang



disebabkan



oleh



mycobacterium tuberculosis. Kuman ini menyebar dari satu orang ke orang lain melalui percikan dahak( droplet nuclei) yang dibatukkan. Jadi kalau Cuma bersin atau tukarmenukar piring atau gelas minum tidak akan terjadi penularan (Aditama,2000) Tuberkulosis paru disebabkan oleh mycrobacterium tuberculosis,yaitu jenis kuman yang bebentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 um dan tebal 0,3-0,6um. Sebagian besar kuman terdiri asam lemak(lipid). Lipid membuat kuman lebih tahan terahadap asam sehingga disebut bakteri tahan asam. Sifat lain dari kuman ini adalah aerob yaitu kuman lebih senang jaringan yang tinggi kandungan O2 nya. Dalam hal ini tekanan O2 pada bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari bagian lain sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis (Soeparman,1999). C. Manifestasi Klinis Penyakit Diagnosis pada Tb anak sering sulit dilakukan. Berdasarkan anmnesis keluhan bisa bersifat umum dan spesifik 1. Keluhan umum a. Demam yang lama tanpa diketahui sebabnya Demam biasanya tidak terlalu tinggi, naik turun dan berlangsung cukup lama. Untuk mecurigai anak demam lama dan tidak tinggi sebagai gejala TB, harus sudah menyingkirkan penyebab demam yang lain seperti tifus,malaria, atau infeksi saluran nafas akut,dapat disertai keringat malam. Bila diperiksakan dengan Lab sederhana hasilnya normal b. Berat badan yang tidak naik dalam jangka waktu tertentu



Penurunan berat badan perlu dicurigai sebagai gejala Tb apabila telah diberikan tatalaksana gizi tetap belum ada perbaikan c. Anoreksia Gagal tumbuh dan berat badan tidak naik secara adekuat (failure to thrive). d. Batuk Keluhan batuk yang merupakan gejala utama pada TB dewasa, bukan merupakan gejala yang menonjol pada TB anak, hal ini disebabkan karena Tb pada anak prosesnya adalah parenkim yang tidak mempunyai reseptor batuk, batuk akan timbul apabila terdapat rangsangan pada reseptor batuk. Tapi pada TB anak dapat terjadi batuk apabila pembesaran kelenjar yang terjadi sudah menekan bronkus,penekanan ini merupakan rangsangan pada reseptor batuk di bronkus yang akan menyebabkan batuk. Batuk pada anak penderita TB bersifat non remitting cough yang artinya batuk terus sepanjang hari, batuk ini berbeda dengan batuk pada penderita asma yang batuknya terjadi terutama pada malam dan pagi hari yang disertai dengan faktor pemicu. e. Anak terlihat lemah, lesu,mudah letih, tidak aktif bergerak 2. Keluhan spesifik Keluhan speifik bisa ditemukan dengan gejala dan tanda klinis organ yang terkena. Contoh Tb di luar paru adalah tuberkulosis kelenjar,TB tulang,TB ginjal,TB abdomen,TB jantung,TB pada otak. TB diluar paru tersebut dapat ditemukan gejala dan tanda klinis seperti: a. Konjungtivitis pliktenularis Gejala ini harus dibuktikan Tb sebagai penyebabnya dan harus dibedakan penyebab konjungtivitisnya apakah karena Tb atau infeksi paru b. Skrofuloderma Harus dibedakan dengan limfadenitis nontuberkulosis atau infeksi banal. Sebenarnya karakteristik skrofulderma beda dengan limfadenitis banal yaitu skrofulderma terdapat benjolan multipel,tidak nyeri tekan,warna kulit sama c. d. e. f. g.



dengan sekitarnya,ulkus,bridging dan berwarana livide. Kaku kuduk Muntah Gibbus Kesadaran menurun kejang



D. Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mengakkan dignostik pada pasien TB paru anak adalah: 1. Uji tuberkulin



Manfaat uji tuberkulin adalah membantu menegakkan diagnosis TB anak, khususnya jika riwayat kontak dengan pasien TB tidak jelas. Uji tuberkulin tidak bisa membedakan antar infeksi dan sakit TB. Uji tuberkulin yang hasilnya positif menunjukkan adanya infeksi dan tidak menunjukkan ada tidaknya sakit TB, sebaliknya bila hasil negatif belum tentu menyingkirkan diagnosis TB. Banyak diagnosis TB pada anak diketahui dengan uji tuberkulin tanpa ada gejala yang umum atau khusus yang dikeluhkan oleh orang tua. 2. Imunoglobulin Release Assay (IGRA) IGRA tidak dapat membedakan antara infeksi TB laten dengan Tb aktif, penggunaan IGRA untuk deteksi infeksi TB tidak lebih unggul dibandingkan uji tuberkulin. Program nasional belum merekomendasikan penggunaan IGRA karena harganya yang mahal. 3. Foto rontgen dada Pemeriksaan foto rontgen dada pada anak ini tidak khas. Foto rontgen dada dapat dicurigai apabila terdapat gambaran milier, pembesaran kelenjar hilus, paratrakeal,atelektasis, dan efusi pleura. 4. Pemeriksaan Kultur dahak /PCR TB Diagnosis pasti TB adalah di temukan M.tuberculosis pada kultur dahak. Pada anak, kultur dahak pada anak sangat sulit dilakukan dan hasil positf sangat kecil,berbeda dengan dewasa yang lebih mudah mendapatkan sputum untuk dibiakkan. Tapi disisi lain ada pemerikasaan yang dapat menggantikan biakan kuman Tb yaitu pemeriksaan PCR TB,namun PCR TB belum bisa membedakan Tb aktif atau hanya infeksi Tb atau pasca Tb 5. Uji serologi Uji serologi yang dilakukan misalnya PAP Tb,myco-dot Tb, igG dan igM TB dan masih banyak lagi. Banyak penelitian yang dilakukan untuk uji serologi, namun sebagian besar tidak setuju bahwa uji serologi bermanfaat dalam menentukan diagnosis Tb aktif,karena uji serologi tidak dapat menentukan apakah seseorang menderita Tb aktif atau tidak.uji serologi hanya bisa mendeteksi adanya kuman M.tuberculosis saja tanpa menentukan aktivitasnya. UKK pulmonolgi berpendapat bahwa pemeriksaan serologis tidak direkomendasikan untuk mennetukan diagnosis Tb pada anak karena hasilnya tidak lebih unggul dari pemeriksaan uji tuberkulin. 6. Uji tuberkulin Uji tuberkulin merupakan uji yang terpenting untuk menentukan apakah anak sudah terinfeksi tuberkulosis atau tidak. Prosedur yang di anjurkan adalah uji



mantoux. Cara melakukan uji mantoux adalah dengn menyntikkan cairan tuberkulin yang dilarutkan dengan pz kemudian di injeksi secara intradermal. Pembacaan dilakukan setelah 48-72 jam setelah penyuntikan dan diukur diameter melintang dari durasi yang terjadi. hasil positif bila terdapat indurasi dengan 5 mm keatas, negatif bila 4mm, meragukan bila 5-9 mm, jika lebih dari 10 mm keatas jelas positf. Diagnosis TB pada anak sulit karena gejala yang ada tidak khas, UKK pulmonologi telah membuat alogaritme dignosis dan tatalaksana TB pada anak menggunakan sistem skor (scoring system), yaitu melakukan pembobotan tanda dan gejala



Parameter Kontak TB



0 Tidak jelas



Uji tuberkulin



Negatif



1



2 Laporan klg BTA (-)



3 BTA (+)



atau tidak tau Positif (≥ 10 mm, atau ≥ 5 mm pada keadaan imunosupresi) Berat



badan



Gizi cukup



(berdasarkan KMS)



Bawah



garis



merah



Klinis gizi buruk



atau riwayat bb turun/ tidak naik dalam 2 bln



Demam



tanpa



yang jelas Batuk * Pembesaran



sebab



kelenjar



-



berturut0- turut +



< 3minggu -



≥ 3 minggu ≥ 1cm ,



limfe kolli,aksila,inguinal Pembengkakan



jumlah



>1,tidak nyeri Tidak ada



Ada pembengkakan



tulang/sendi panggul,lutut,falang Foto rontgent toraks



Normal



Sugestif atau curiga



Penilaian atau skoring untuk gejala dan pemeriksaan penunjang untuk diagnosis TB terlihat pada tabel 3, sedangkan algoritme tatalaksana terlihat pada gambar 2. Untuk terapi



medikamentosa program penanggulangan TB anak dibuat suatu FDC dengan komposisi rifampisin, INH, dan pirazinamid masing-masing 75 mg/50 mg/dan 150 mg, sedangkan untuk fase 4 bulan berikutnya terdiri dari rifampisin dan INH masing-masing 75 mg dan 50 mg. Dosis yang dianjurkan dapat dilihat pada table 4.



E. Penatalaksanaan Medis F. Pengkajian G. Dignosa Keperawatan H. Intervensi Keperawatan



BAB 3 WOC ( BAB 4 KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK PENUTUP



Merokok pasif Merokok pasif bisa berdampak pada sistem kekebalan anak, sehingga meningkatkan risiko tertular. Pajanan pada asap rokok mengubah fungsi sel, misalnya dengan menurunkan



tingkat kejernihan zat yang dihirup dan kerusakan kemampuan penyerapan sel dan pembuluh darah (Reuters Health, 2007).



2.



Faktor Risiko TBC anak (admin., 2007)



a.



Resiko infeksi TBC



Anak yang memiliki kontak dengan orang dewasa dengan TBC aktif, daerah endemis, penggunaan obat-obat intravena, kemiskinan serta lingkungan yang tidak sehat. Pajanan terhadap orang dewasa yang infeksius. Resiko timbulnya transmisi kuman dari orang dewasa ke anak akan lebih tinggi jika pasien dewasa tersebut mempunyai BTA sputum yang positif, terdapat infiltrat luas pada lobus atas atau kavitas produksi sputum banyak dan encer, batuk produktif dan kuat serta terdapat faktor lingkungan yang kurang sehat, terutama sirkulasi udara yang tidak baik. Pasien TBC anak jarang menularkan kuman pada anak lain atau orang dewasa disekitarnya, karena TBC pada anak jarang infeksius, hal ini disebabkan karena kuman TBC sangat jarang ditemukan pada sekret endotracheal, dan jarang terdapat batuk5. Walaupun terdapat batuk tetapi jarang menghasilkan sputum. Bahkan jika ada sputum pun, kuman TBC jarang sebab hanya terdapat dalam konsentrasi yang rendah pada sektret endobrokial anak. b.



Resiko Penyakit TBC



Anak ≤ 5 tahun mempunyai resiko lebih besar mengalami progresi infeksi menjadi sakit TBC, mungkin karena imunitas selulernya belum berkembang sempurna (imatur). Namun, resiko sakit TBC ini akan berkurang secara bertahap seiring pertambahan usia. Pada bayi < 1 tahun yang terinfeksi TBC, 43% nya akan menjadi sakit TBC, sedangkan pada anak usia 1-5 tahun, yang menjadi sakit hanya 24%, pada usia remaja 15% dan pada dewasa 5-10%. Anak < 5 tahun memiliki resiko lebih tinggi mengalami TBC diseminata dengan angka kesakitan dan kematian yang tinggi . Konversi tes tuberkulin dalam 1- 2 tahun terakhir, malnutrisi, keadaan imunokompromis, diabetes melitus, gagal ginjal kronik dan silikosis. Status sosial ekonomi yang rendah, penghasilan yang kurang, kepadatan hunian, pengangguran, dan pendidikan yang rendah.



DAFTAR PUSTAKA



R. Darmanto Djojodibroto. (2009). Dr. Sp.P. FCCP. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2. Davey, P. (2006). At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga Medical Series. 3. Hery Unita



Versitaria, Haryoto Kusnoputro. Tuberkulosis Paru di Palembang, Sumatera Selatan. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional.2011;5(5):67 http://www.yankes.kemkes.go.id/read-bagaimana-menegakkan-diagnosis-tuberkulosis-padaanak--3887.html