LP Trauma Tumpul Thorax [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN TRAUMA TUMPUL THORAX DI RUANGA MATAHARI ( RUANG PERAWATAN BEDAH ) DI RSUD KABELOTA DONGGALA



DI SUSUN OLEH



CI Ruangan



NAMA



: NISMAYANTI SAIL



NIM



: PO7120318015



Pembimbing Akademik



(…………………………………………….)



(………….…………………………….)



POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU PRODI DIV KEPERAWATAN PALU TAHUN AKADEMIK 2020/2021



A. DEFINISI Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan diding thorax, baik trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul.m( Hudak, 1999). Trauma thorax adalah trauma yang terjadi pada thorax yang menimbulkan kelainan pada organ-organ didalam thorax. Hematotorax adalah terdapatnya darah dalam rongga plerua, sehingga para terdesak dan terjadinya perdarahan. B. ETIOLOGI 1. Trauma tembus  Luka tembak  Luka tikam/tusuk 2. Trauma tumpul  Kecelakaan kendaraan bermotor  Jatuh  Pukulan pada dada C. PATOFIOLOGI Dada merupakan organ besar yang membukan bagian dari tubuh yang sangat mudah terkena tumbukan luka. Karena dada merupakan tempat jantung, paru dan pembulu darah besar. Trauma dada sering menyebabkan gangguan ancaman kehidupan. Luka pada rongga thorax dan isinya dapat membatasi kemampuan jantung untuk memompa darah atau kemampuan paru untuk pertukatan darah dan oksigen darah. Bahaya utama berhubungan dengan luka dada biasanya berupa pendarahan dalam atau tusukan terhap organ. Luka dada dapat meluas dari benjolan yang relative kecil dan goresan yang dapat mengancurkan atau terjadi trauma penetrasi. Luka dada dapat berupa penetrasi atau non penetrasi ( tumpul ). Luka dada penetrasi mungkin disebabkan oleh luka dada yang terbuka, memberi keempatan bagi udarah atmosfer masuk kedalam permukaan pleura dan mengganggu mekanisme ventilasi normal. Luka dada penetrasi dapat menjadi kerusakan serius bagi paru, kantung dan struktur thorax lain.



D. KLASIFIKASI 1. Trauma tembus  Pneumothorax terbuka  Hemothorax  Trauma tracheobrokial  Contuse paru  Ruptur diafragma  Trauma mediastinal 2. Trauma tumpul  Tension pneumothorax  Trauma tracheobronchial  Flail chest  Ruptur diafragma  Trauma mediastinal  Fraktur kosta E. MANIFESTASI KLINIS Tanda-tanda dan gejala pada trauma thorax: 1. Ada jejas pada thorax 2. Nyeri pada tempat trauma, bertambah saat inspirasi 3. Pembengkakan lokal dan krepitasi pada saat palpasi 4. Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek 5. Dyspnea, hemoptysis, batuk dan emfisema subkutan 6. Penurunan tekanan darah 7. Peningkatan darah vena sentral yang ditujukan oleh distensi vena leher 8. Bunyi muffle pada jantung 9. Perrfusi jaringan tdak adekuat



F. KOMPLIKASI 1.



Iga : fraktur multiple dapat menyebabkan kelumpuan rongga dada.



2.



Pleura, paru-paru, bronchi : hemo/hemopneumothoraxemfisema pembedahan.



3.



Jantung : temponade jantung : rupture jantung : rupture otot papilar : rupture klep jantung.



4.



Pembulu darah besar : hematothorax



5.



Esophagus : mediastinitis



6.



Diafragma : herniasi visera dan perlukaan hati, limpa dan ginjal



G. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. radiologi : x-foto thorax 2 arah 2. gas darah arteri ( GDA ), mungkin normal atau menurun. 3. Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa 4. Hemoglobin : mungkin menurun 5. Pa Co2 kadang kadang menurun 6. Pa Co2 normal/menurun 7. Saturasi O2 menurun ( biasanya ) H. PENATALAKSANAAN Bullow drainage ( WSD ) merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan ( darah,pus ) dari rongga pleura, rongga thorax dan mediastinium dengan menggunakan pipa penghubung. Pada trauma thorax, WSD dapat berarti: 1. Diagnostik Menntukan perdarahab dari pembulu darah besar atau kecil, sehingga dapat ditentukan perlu operasi torakotomi atau tidak, sebelum penderita jatuh dalam syok. 2. Terapi Mengeluarkan darah atau udara yang terkumpul dirongga pleura. Mengembalikan tekanan rongga pleura sehingga “ mechanis of breathing” dapat kembali seperti seharusnya. 3. Preventive



Mengeluarkan udara atau darah yang masuk ke rongga pleura sehingga “ mechaning of breathing “ tetap baik.



PENGKAJIAN 



Umur : sering terjadi usia 18-30 tahun







Alergi terhadap obat, makanan tertentu.







Pengobatan terakhir







Pengalaman pembedahan







Riwayat penyakit dahulu







Riwayat penyakit sekaraang







Dan keluhan



1. System pernafasan: 



Sesak nafas







Nyeri, batuk-batuk.







Terdapat retraksi klavikula/dada.







Pengambangan paru tidak simetris.







Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain.







Pada perkusi ditemukan Adanya suara sonor/hipersonor/timpani, hematotraks (redup)







Pada asukultasi suara nafas menurun, bising napas yang berkurang/menghilang.







Pekak dengan batas seperti garis miring/tidak jelas.







Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat.







Gerakan dada tidak sama waktu bernapas.



2. Sistem Kardiovaskuler : 



Nyeri dada meningkat karena pernapasan dan batuk.







Takhikardia, lemah







Pucat, Hb turun /normal.







Hipotensi.



3. Sistem Persyarafan : 



Tidak ada kelainan.



4. Sistem Perkemihan. 



Tidak ada kelainan.



5. Sistem Pencernaan : 



Tidak ada kelainan.



6. Sistem Muskuloskeletal - Integumen. 



Kemampuan sendi terbatas.







Ada luka bekas tusukan benda tajam.







Terdapat kelemahan.







Kulit pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya kripitasi sub kutan.



7. Sistem Endokrine :  Terjadi peningkatan metabolisme.  Kelemahan. 8. Sistem Sosial / Interaksi.  Tidak ada hambatan 9. Spiritual :  Ansietas, gelisah, bingung, pingsan. 10. Pemeriksaan Diagnostik : 



Sinar X dada : menyatakan akumulasi udara/cairan pada area pleural.







Pa Co2 kadang-kadang menurun.







Pa O2 normal / menurun.







Saturasi O2 menurun (biasanya).







Hb mungkin menurun (kehilangan darah).







Toraksentesis : menyatakan darah/cairan,



Diagnosa Keperawatan 1. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekpansi paru yang tidak maksimalkarena akumulasi udara/cairan. 2. Inefektif bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi sekret dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.



3. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflekspasme otot sekunder.



Intevensi Keperawatan Diagnosa keperawatan.1. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekspansi paru yang tidakmaksimal karena trauma. Tujuan : Pola pernapasan efektive. Kriteria hasil : 



Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektive.







Mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada paru.







Adaptive mengatasi faktor-faktor penyebab.



Intervensi : 



Berikan posisi yang nyaman, biasanya dnegan peninggian kepala tempat tidur. Balik kesisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin. R/ Meningkatkan inspirasimaksimal, meningkatkan ekpsnsi paru dan ventilasi pada sisi yang tidak sakit.







Obsservasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau perubahan tanda-tanda vital. R/ Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebgaiakibat stress fifiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syock sehubungandengan hipoksia.







Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin keamanan. R/Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan mengembangkankepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.







Jelaskan pada klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya sesak atau kolaps paru-paru.R/ Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengembangkan kepatuhan klien terhadaprencana teraupetik.







Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri dnegan menggunakan pernapasan lebih lambat dan dalam. R/ Membantu klien mengalami efek fisiologihipoksia, yang dapat dimanifestasikan sebagai ketakutan/ansietas.



Perhatikan alat bullow drainase berfungsi baik, cek setiap 1 - 2 jam . 



Periksa pengontrol penghisap untuk jumlah hisapan yang benar. R/ Mempertahankantekanan negatif intrapleural sesuai yang diberikan, yang meningkatkan ekspansi paruoptimum/drainase cairan.







Periksa batas cairan pada botol penghisap, pertahankan pada batas yang ditentukan. R/Air penampung/botol bertindak sebagai pelindung yang mencegah udara atmosfir masukke area pleural.







Observasi gelembung udara botol penempung. R/ gelembung udara selama ekspirasimenunjukkan lubang angin dari penumotoraks/kerja yang diharapka. Gelembung biasanya menurun seiring dnegan ekspansi paru dimana area pleural menurun. Takadanya gelembung dapat menunjukkan ekpsnsi paru lengkap/normal atau slang buntu.







Posisikan sistem drainage slang untuk fungsi optimal, yakinkan slang tidak terlipat, ataumenggantung di bawah saluran masuknya ke tempat drainage. Alirkan akumulasi dranase bela perlu. R/ Posisi tak tepat, terlipat atau pengumpulan bekuan/cairan pada selangmengubah tekanan negative yang diinginkan.







Catat karakter/jumlah drainage selang dada. R/ Berguna untuk mengevaluasi perbaikankondisi/terjasinya perdarahan yang memerlukan upaya intervensi.



Kolaborasi dengan tim kesehatan lain : 



Dengan dokter, radiologi dan fisioterapi :Pemberian antibiotika, Pemberian analgetika,Fisioterapi



dada,



Konsul



photo



perbaikikondisi klien atas pengembangan parulnya.



Diagnosa Keperawatan. 2.



toraks.



R/Mengevaluasi



Inefektif bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi sekret dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan. Tujuan : Jalan napas lancar/normal Kriteria hasil : 



Menunjukkan batuk yang efektif.







Tidak ada lagi penumpukan sekret di sal. pernapasan.







Klien nyaman.



Intervensi :  Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat penumpukansekret di sal. pernapasan. R/ Pengetahuan yang diharapkan akan membantumengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.  Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk. R/ Batuk yang tidakterkontrol adalah melelahkan dan tidak efektif, menyebabkan frustasi.  Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin. R/ Memungkinkan ekspansi parulebih luas.  Lakukan pernapasan diafragma. R/ Pernapasan diafragma menurunkan frek. napas danmeningkatkan ventilasi alveolar.  Tahan napas selama 3 - 5 detik kemudian secara perlahan-lahan, keluarkan sebanyakmungkin melalui mulut.  Lakukan napas ke dua , tahan dan batukkan dari dada dengan melakukan 2 batuk pendekdan kuat. R/ Meningkatkan volume udara dalam paru mempermudah pengeluaran sekresisekret.  Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk. R/ Pengkajian ini membantumengevaluasi keefektifan upaya batuk klien.  Ajarkan



klien



tindakan



untuk



menurunkan



viskositas



sekresi



:



mempertahankan hidrasiyang adekuat; meningkatkan masukan cairan 1000 sampai 1500 cc/hari bila tidakkontraindikasi. R/ Sekresi kental sulit untuk



diencerkan dan dapat menyebabkansumbatan mukus, yang mengarah pada atelektasis.  Dorong atau berikan perawatan mulut yang baik setelah batuk. R/ Hiegene mulut yang baik meningkatkan rasa kesejahteraan dan mencegah bau mulut.  Kolaborasi dengan tim kesehatan lain : Dengan dokter, radiologi dan fisioterapi :Pemberian expectoran, Pemberian antibiotika, Fisioterapi dada, Konsul photo toraks. R/Expextorant untuk memudahkan mengeluarkan lendir dan menevaluasi perbaikan kondisiklien atas pengembangan parunya. Diagnosa Keperawatan. 3 Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflekspasme otot sekunder. Tujuan : Nyeri berkurang/hilang. Kriteria hasil :  Nyeri berkurang/ dapat diadaptasi.  Dapat mengindentifikasi aktivitas yang meningkatkan/menurunkan nyeri.  Pasien tidak gelisah. Intervensi :  Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan non



invasif.R/



Pendekatan



dengan



menggunakan



relaksasi



dan



nonfarmakologi lainnya telahmenunjukkan keefektifan dalam mengurangi nyeri.  Ajarkan Relaksasi : Tehnik-tehnik untuk menurunkan ketegangan otot rangka, yang dapatmenurunkan intensitas nyeri dan juga tingkatkan relaksasi masase. R/ Akan melancarkan peredaran darah, sehingga kebutuhan O2 oleh jaringan akan terpenuhi, sehingga akanmengurangi nyerinya.



 Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut. R/ Mengalihkan perhatian nyerinya ke hal-hal yang menyenangkan.  Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan posisi yang nyaman ;misal waktu tidur, belakangnya dipasang bantal kecil. R/ Istirahat akan merelaksasisemua jaringan sehingga akan meningkatkan kenyamanan.  Tingkatkan pengetahuan tentang : sebab-sebab nyeri, dan menghubungkan berapa lamanyeri akan berlangsung. R/ Pengetahuan yang akan dirasakan membantu menguranginyerinya. Dan dapat membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencanateraupetik.  Kolaborasi denmgan dokter, pemberian analgetik. R/ Analgetik memblok lintasan nyeri,sehingga nyeri akan berkurang.  Observasi tingkat nyeri, dan respon motorik klien, 30 menit setelah pemberia n obatanalgetik untuk mengkaji efektivitasnya. Serta setiap 1 - 2 jam setelah tindakan perawatan selama 1 - 2 hari. R/ Pengkajian yang optimal akan memberikan perawat datayang obyektif untuk mencegah kemungkinan komplikasi dan melakukan intervensi yangtepat.



Daftar pustaka



Carpenito, L.J. (1997). Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC. Depkes. RI. (1989). Perawatan Pasien Yang Merupakan Kasus-Kasus Bedah. Jakarta :Pusdiknakes Doegoes, L.M. (1999). Perencanaan Keperawatan dan Dokumentasian keperawatan.Jakarta : EGC. Hudak, C.M. (1999) Keperawatan Kritis. Jakarta : EGC. Pusponegoro, A.D.(1995). Ilmu Bedah. Jakarta : Fakultas Kedokteran UniversitasIndonesia.