16 0 160 KB
LAPORAN PENDAHULUAN VENTRICULAR SEPTAL DEFECT (VSD) PADA ANAK (Dianjurkan untuk memenuhi tugas Keperawatan Anak)
Dosen pembimbing M. Salman Hasbyalloh, S.Kep.,Ners.,M. Kep Disusun oleh: Vani Oktaviani Nurinsani (E.0105.18.038)
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI 2018-2021
LAPORAN PENDAHULUAN VENTRICULAR SEPTAL DEFECT (VSD) A. DEFINISI Ventrikel Septal Defek adalah kelainan jantung bawaan berupa lubang pada septum interventrikuler, lubang tersebut hanya satu atau lebih yang terjadi akibat kegagalan fungsi septum interventrikuler semasa janin dalam kandungan. Sehingga darah bisa mengalir dari ventrikel kiri ke kanan ataupun sebaliknya. Ventricular Septal Defect (VSD) adalah defek yang terjadi pada septum ventricularis, dinding yang memisahkan ventricularis dextra dengan sinistra. Defek ini muncul secara kongenital akibat septum interventriculare tidak menutup dengan sempurna selama perkembangan embrio. Defek ini menyebabkan aliran darah dari ventriculus sinistra akan masuk ke dalam ventriculus dextra. Darah yang kaya akan oksigen akan dipompa ke paruparu yang menyebabkan jantung bekerja lebih berat (Sadler, 2012)
B. ETIOLOGI Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti (idiopatik), tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian VSD. Lebih dari 90% kasus penyakit jantung bawaan penyebabnya adalah multifactor. Faktor yang berpengaruh adalah : 1. Faktor eksogen : Ibu mengonsumsi beberapa jenis obat-obatan penenang dan jamu. Penyakit ibu (rubella, DM), ibu hamil dengan alkoholik. a. Faktor prenatal (faktor eksogen)
Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella
Ibu alkoholisme
Umur ibu lebih dari 40 tahun
Ibu menderita penyakit DM yang memerlukan insulin
Ibu meminum obat-obatan penenang
2. Faktor endogen : penyakit genetic (Sindrom down), anak yang lahir sebelumnya menderita . a. Faktor genetik (faktor endogen)
Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB
Ayah/ibu menderita PJB
Kelainan kromosom misalnya down sindrom
Lahir dengan kelainan bawaan yang lain
Kelainan ini merupakan kelainan terbanyak, yaitu sekitar 25% dari seluruh kelainan jantung. Dinding pemisah antara kedua ventrikel tidak tertutup sempurna. Kelainan ini umumnya kongenital, tetapi dapat pula terjadi karena trauma. Kelainan VSD ini sering bersama-sama dengan kelainan lain misalnya trunkus arteriosus, tetralogy of Fallot.
C.MANIFESTASI KLINIS 1. VSD Kecil a. Biasanya asimtomatik b. Defek kecil 5-10 mm c. Tidak ada gangguan tumbang d. Bunti jantung normal, kadang ditemukan bising pansistolik yang menjalar keseluruh tubuh prekadium dan berakhir pada waktu diastolic karena penurunan VSD e. Pada EKG dalam batas normal atau terdapat sedikit peningkatan aktivitas ventrikel kiri f. Pada radiologi ukuran jantung normal, vaskularisasi paru normal atau sedikit meningkat. g. Menutup secara spontan pada waktu umur 3 tahun. 2. VSD Sedang a. Sering terjadi simptom pada masa bayi b. Sesak napas pada saat aktivitas c. Defek 5-10 mm d. BB sukar naik sehingga tumbang terganggu e. Takipnea f. Retraksi g. Bentuk dada normal h. Bising pansistolik
i.
Pada EKG terdapat peningkatan aktivtas ventrikel kiri maupun kanan, tetapi ventrikel kiri yang lebih meningkat.
j.
Pada radiologi terdapat pembesaran jantung derajat sedang, conus pulmonalis menonjol, peningkatan vaskularisasi paru dan pembesaran pembuluh darah di hilus.
3. VSD Besar a. Sering timbul gejala pada masa neonatus b. Dispnea meningkat setelah terjadi peningkatan pirau kiri ke kanan dalam minggu pertama setelah lahir c. Pada minggu ke-2 atau ke-3 simptom mulai timbul akan tetapi gagal jantung biasanya baru timbul setelah minggu ke-6 dan sering didahului infeksi saluran nafas bagian bawah d. Bayi tampak sesak nafas pada saat istirahat, kadang tampak sianosis karena kekurangan aksigen akibat gangguan pernafasan. e. Terdapat gangguan tumbuh kembang f. Pada hasil EKG terdapat peningkatan aktivitas ventrikel kanan dan kiri g. Pada radiologi pembesaran jantung nyata dengan conus pulmonalis yang tampak menonjol pembuluh darah hilus membesar dan peningkatan vaskularisasi paru ke perifer
D. KLASIFIKASI 1. Klasifikasi Defek Septum Ventrikel berdasarkan kelainan Hemodinamik
Defek kecil dengan tahanan paru normal
Defek sedang dengan tahanan vaskuler paru normal
Defek besar dengan hipertensi pulmonal hiperkinetik
Defek besar dengan penyakit obstruksivaskuler paru
2. Klasifikasi Defek Septum Ventrikel berdasarkan letak anatomis
Defek di daerah pas membranasea septum yang disebut defek membrane atau lebih baik peri membran (karena hampir selalu mengenai jaringan disekitarnya). Berdasarkan perluasan (ekstensi) defeknya, defek peri membrane ini dibagi lagi menjadi yang dengan perluasan ke outlet, dengan perluasan inlet dan defek peri membrane dengan perluasan ke daerah tarbekuler.
Defek muskuler yang dapat dibagi menjadi : defek muskuler iniet, defek muskuler outlet dan defek muskuler trabekuler.
Defek subarterial, terletak tepat dibawah kedua katup aorta dan arteri pulmonalis, karena itu disebut pula doubly committed subarterial VSD. Defek
ini
dahulu
disebut
defek
suprakristal,
karena
letaknya
diatas
supraventrikularis. Yang terpenting pada defek ini adalah bahwa katup aorta dan katup arteri pulmonalis terletak pada ketinggian yang sama dengan defek septum ventrikel tepat berada di bawah katup tersebut. (Dalam keadaan normal katup pulmonal lebih tinggi dari pada katup aorta, sehingga pada defek perimembran lubang terletak tepat dibawah katup aorta namun jauh dari katup pulmonal). E. PATOFISIOLOGI Defek septrum ventrikuler ditandai dengan adanya hubungan septal yang memungkinkan darah mengalir langsung antar ventrikel, biasanya dari kiri ke kanan. Diameter defek ini bervariasi dari 0,5-3,0 cm. Perubahan fisiologi yang terjadi dapat dijelakskan sebagai berikut : 1. Tekanan lebih tinggi pada ventrikel kiri dna meningklatkan aliran darah kaya oksigen melalui defek tersebut ke ventrikel kanan. 2. Volume darah yang meningkat dipompa ke dalam paru yang akhirnya dipenuhi darah dan dapat menyebabkan naiknya tahanan vascular pulmoner 3. Jika tahanan pulmoner ini besar, tekanna ventrikel kanan meningkat, menyebabkan piarau terbalik, mengalirkan darah kurang oksigen dari ventrikel kanan ke kiri, menyebabkan sianosis. Keseriusan gangguan ini tergantung pada ukuran dan derajat hipertensi pulmoner. Jika anak asimptomatik, tidka diperlukan pengobatan: terapi jika timbul gagal jantung kronik atau beresiko mengalami perubhan vascular paru atau menunjukan adanya pirau yang hebat diindikasikan untuk penutupan defek tersebut. Resiko bedah kira-kira 3% dan usia ideal untuk pembedahan adalah 3 – 5 tahun.
PATHWAY
Faktor Eksogen dan Endogen
Luka Insisi
VSD
Pembedahan
Pirau Ventrikel Kiri Kekanan
Resiko Infeksi
Volume ke paru-paru
COP Menurun Aliran darah ke paruparu meningkat
Workload
Fibrotik katup arteri pulmonal
Atrium kanan tidak dapat mengimbangi
Aliran darah balik ke ventrikel kiri
Pembesaran Atrium
Darah, CO2 dan O2 bercampur
Penurunan Curah Jantung Kelemahan
Merangsang Ujung Saraf Nyeri
Tekanan Ventrikel Kanan meningkat Hopertrofi otot ventrikel kanan
Histamin, bradykinin, postaglandin
Mengalir ke seluruh tubuh Hipoksemia
Kebutuhan O2 dan nutrisi tidak seimbang BB menurun dan sukar naik Keterlambatan Tumbuh Kembang
Sesak saat makan/minum
F.PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Auskultasi jantung mur-mur pansistolik keras dan kasar, umunya paling jelas terdengar pada tepi kiri bawah sternum 2. Katerisasi jantung menunjukan hipertropi ventrikel kiri 3. Hitung dara lengkap adalah uji prabedah rutin 4. Pantau TTD 5. Poto rontgen toraks hipertrofi ventrikel kiri 6. Elektrocardiografi 7. Echocardiogram hipertrofi ventrikel kiri 8. MRI 9. Uji masa prothrombin (PT) dan masa trombbplastin parsial (PTT) yang dilakukan sebelum pembedahan dapat mengungkapkan kecenderungan pendarahan G. PENATALAKSANAAN 1. Medis a. Pembedahan
Menutup Defek dengan dijahit melalui cardiopulmonary bypass
Pembedahan pulmonal arteri bunding (pab) atau penutupan defek untuk mengurangi aliran ke paru
b. Non pembedahan : Menutup defek dengan alat melalui Kateterisasi jantung c. Pemberian vasopressor atau vasodilator
Dopamin (Intropin) Memiliki efek inotropic positif pada miokard, menyebabkan peningkatan curah jantung dan peningkatan tekanan sistolik serta tekanan nadi, sedikit sekali atau tidak ada efeknya pada tekanan diastolic ; digunakan untuk
gangguan hemodinamika yang disebabkan bedah jantung terbuka (Dosis diatur untuk mempertahankan TD dan perfusi ginjal)
Isopreterenol (Isuprel) Memiliki efek intropik positif pada miokard, menyebabkan peningkatan curah jantung : menurun tekanan diastolic dan tekanan rata-rata sambal meningkatkan tekanan siastolik.
2. Non Medis Dengan berkembangnya ilmu kardiologi anak, banyak pasien dengan penyakit jantung bawaan dapat diselmatkan dan mempunyai nilai harapan hidup yang lebih panjang. Umumnya tatalaksana penyakit jantung bawaan meliputi tata laksana non bedah dan tata laksana bedah. a. Tatalaksana Medikamentosa Umumnya bersifat sekunder sebagai akibat komplikasi dari penyakit jantungnya sendiri atau akibat adanya kelainan lain yang menyertai. Dalam hal ini tujuan terapi medikamentosa
untuk
menghilangkan
gejala
dan
tanda
disamping
untuk
mempersiapkan operasi. Lama dan cara pemberian obat-obatan tergantung pada jenis penyakit yang dihadapi. Hipoksemia, syok kardiogenik, dan gagal jantung merupakan 3 penyulit yang sering ditemukan pada neonates atau anak dengan kelainan jantung bawaan. Penanganan terhadap penyulit ini hanya bersifat sementara dan merupakan upaya untuk memstabilkan keadaan pasien, menunggu tindakan operatif yang dapat berupa paliatif atau koreksi total terhadap kelainan structural jantung yang mendasarinya. b. Kardiologi Intervensi Salah satu prosedur pilihan yang sangat diharapkan disbanding kardiologi anak adalah kardiologi intervensi non-bedah melalui katererisasi pada pasien penyakit jantung bawaan. Tindakan ini selain tidak traumatis dan tidak menimbulkan jaringan parut, juga diharapkan biayanya lebih murah. Berbagai jenis kardiologi intervensi antara lain adalah :
Ballon Atrial Septostomy (BAS) adalah prosedur rutin yang dilakukan pada pasien yang memerlukan percampuran darah lebih baik, misalnya : TAB ( Transposisi Arteri Besar) dengan septum ventrikel yang utuh. Prosedur ini
dilakukan dengan membuat lubang di septum interratium dan biasanya dilakukan di ruang rawat intensif dengan bimbingan ekokardiografi.
Ballon Pulmonal Valvuloplasty (BPV) kini merupakan prosedur standar untuk melebarkan katup pulmonal yang menyempit dan ternyata hasilnya cukup baik, dan biayanya juga jauh lebih rendha dibandingkan dengan operasi
Ballon Mitral Valvatomy (BMV) umumnya dikerjakan pada kasus stenosis katup mitral akibat demam deuretik.
H. KOMPLIKASI 1. Gagal jantung 2. Endokarditis 3. Insufisiensi aorta 4. Stenosis pulmonal 5. Hipertensi pulmonal (penyakit pembuluh darah paru yang progresif)
I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN Pengkajian a. Anamnesa b. Keluhan Utama : biasanya terjadi sesak, pembengkakan pada tungkai dan berkeringat banyak c. Riwayat Kesehatan 1. Riwayat Kesehatan sekarang Bayi mengalami sesak napas berkeringat banyak dan pembengkakan pada tungkai tapi biasanya tergantung pada derajat daeri defek yang terjadi. 2. Riwayat Kesehatan Lalu` a. Prenatal History Diperkirakan adanya keabnormalan pada kehamilan ibu (infeksi virus rubella), mungkin ada riwayat penggunaan alcohol dan obat-obatan serta penyakit DM pada ibu. b. Intra Natal Riwayat kehamilan biasanya normal dan diinduksi
c. Riwayat Neonatus
Gangguan respirasi biasanya sesak, takipnea
Bayi rewel dan kesakitan
Tumbuh kembang anak terhambat
Terdapat edema pada tungkai dan hepatomegaly
Social ekonomi keluarga yang rendah
3. Riwayat Kesehatan Keluarga a. Adanya keluarga apakah itu satu atau dua orang yang mengalami kelainan defek jantung b. Penyakit keturunan atau diwariskan c. Penyakit congenital atau bawaan Riwayat lain yang perlu dikaji : 1. Riwayat Perkawinan Pengkajian apakah bayi ini diinginkan atau tidak, karena apabila bayi tersebut tidak diinginkan kemungkinan selama hamil ibu telah menggunakan obat-obat yang bertujuan untuk menggugurkan kandungannya. 2. Riwayat Kehamilan Apakah selama hamil ibu pernah menderita penyakit yang dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin, seperti hipertensi, DM atau penyakit virus seperti rubella khususnya bila terserang pada kehamilan trimester pertama. 3. Riwayat Keperawatan Respon fisiologis terhadap defek (sianosis, aktivitas terbatas) 4. Kaji adanya tanda-tanda dan gagal jantung : nafas cepat, sesak napas, retraksi, bunyi jantung tambahan (mur-mur), edema tungkai dan hepatomegaly 5. Kaji adanya tanda-tanda hypoxia kronis : clubbing finger 6. Kaji pola makan, pola pertambahan BB 7. Apakah diantara keluarga ada yang menderita penyakit yang sama 8. Apakah ayah atau ibu perokok (terutama selama hamil) 9. Apakah ibu atau ayah pernah menderita penyakit kelamin (seperti sipilis) 10. Sebelum hamil apakah ibu mengikuti KB dan bentuk KB yang pernah digunakan
11. Obat-obat apa saja yang pernah dimakan ibu selama hamil 12. Untuk anak sendiri apakah pernah menderita penyakit demam reutmatik 13. Apakah ada kesulitan dalam pemberian makan atau minum khususnya pada bayi 14. Obat-obat apa saja yang pernah dimakan bayi d. Pemeriksaan Fisik 1. VSD Kecil
Palpasi : impuls ventrikel kiri jejas pada apeks kordis. Biasanya teraba getaran bissing pada SIC III dan IV kiri
Auskultasi : bunyi jantung biasanya normal dan untuk defek sedang bunyi jantung II agak keras. Intensitas bising derajat III – IV
2. VSD Besar
Inspeksi : pertumbuhan badan jejas terhambat, pucat dan banyak keringat bercucuran , hiperemik. Gejala yang menonjol ialah napas pendek dan retraksi pada jugulum, selain tercostal dan regio epigastrium.
Palpasi : Impuls jantung hiperdiasmik kiat. Teraba getaran bising pada dinding dada.
Auskultasi : bunyi jantung pertama mengeras terutama pada aspeks dna sering di ikuti “clik” sebagi akibat terbukanya katup pulmonal dengan kekuatan pada pangkal arteria pulmonalis yang melebar. Bunyi jantung eduan mengeras terutama pada iga II kiri.
e. Analisa Data DATA DS : 1. Perubahan irama
ETIOLOGI Tekanan ventrikel kanan meningkat
jantung, palpitasi 2. Perubahan preload, lelah
Hipertrofi otot ventrikel kanan Worklood
4. Perubahan kontaktilitas DO :
b.d perubahan volume preload dan afterload
3. Perubahan afterload, dispnea
MASALAH Penurunan curah jantung
Atrium kanan tidak dapat
1. Bradikardi /takikardia
mengimbangi
2. Gambaran EKG aritmia atau gangguan
Pembesaran atrium
konduksi 3. Edema 4. Distensi vena jugularis
Penurunan curah
CVP meningkat/menurun
jantung
5. Hepatomegali 6. TD meningkat 7. Nadi perifer teraba lemah 8. CRT > 3 detik 9. Warna kulit pucat 10 Terdengar suara jantung S3 dana atau/ S4 DS : 1.Perubahan preload 2. Perubahn afterload 3. Perubahan kontaktilitas 4. Perilaku /emosional : cemas, gelisah DO : 1. Murmur jantun 2. BB bertambah 3. Cardiax Index menurun DS : 1. Dispnea
Tekanan ventrikel kanan meningkat
DO : 1. PCO2 meningkat/menurun
4. pH arteri meningkat/menurun
b.d kongesti paru pulmonal ditandai dengan
Aliran darah ke paru-paru meningkat
2. PO2 menurun 3. Takikardia
Gangguan pertukaran gas
Fibrotic katup arteri pulmonal
hipoksia
5. Bunyi napas tambahan DS :
Aliran darah balik ke ventrikel kiri
1. Pusing 2. Penglihatan kabur DO :
Darah CO2 dan O2 bercampur
1. Sianosis 2. Diaforesis
Mengalir ke seleruh tubuh
3. Gelisah 4. Napas cuping hidung
Hipoksemia
5. Pola napas abnormal 6. Warna kulit abnormal
Sesak napas
7. Kesadaran menurun Gangguan pertukaran DS : 1. Mengeluh Lelah
gas Tekanan ventrikel kanan meningkat
DO : Aliran darah ke paru
meningkat ≥20% dari
meningkat
kondisi istirahat 1. Dispnea saat/setelah
Fibrotic katup arteri pulmonal
aktivitas 2. Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas 3. Merasa lemah
Aliran darah balik ke ventrikel kiri
DO : 1. TD berubah ≥20% dari kondisi istirahat
Darah, CO2 dan O2 bercampur
2. Gambaran EKG menunjukan aritmia saat/
Mengalir ke seleruh tubuh
setelah aktivitas 3. Gambaran EKG menunjukan iskemia
ketidakseimbangan antara pemakaian O2 oleh tubuh
1. Frekuensi jantung
DS :
Intoleransi aktivitas b.d
Hipoksemia
dan suplai O2 ke sel
4. Sianosis
Sesak napas Kelemahan
DS : DO :
Intoleransi aktivitas Aliran darah ke paru- paru Ketidakseimbangan meningkat
nutrisi kurang dari
1. BB menurun min 10%
kebutuhan tubuh b.d
dibawah rentang ideal
kelelahan pada saat
DS : 1. Cepat kenyang setelah
Fibrotic katup arteri pulmonal
makan dan meningkatnya kebutuhan kalori
makan 2. Kram/ nyeri abdomen
Aliran darah balik ke
3. Nafsu makan menurun
ventrikel kiri
DO : 1. Bising usus hiperaktif
Darah, CO2 dan O2
2. Otot pengunyah lemah
bercampur
3. Otot menelan lemah 4. Membran mukosa
Mengalir ke seluruh tubuh
pucat 5. Sariawan
Hipoksemia
6. Serum albumin turun 7. Rambut rontok
Sesak napas
berlebihan 8. Diare
Sesak saat makan/minum Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
Faktor resiko
kebutuhan tubuh Ventrikel Septal Defek
1. Penyakit kronis 2. Efek prosedur invasive
menurunya status Pembedahan
3. Malnutrisi 4. Peningkatan paparan
Resiko infeksi b.d
Luka insisi
kesehatan
organisme pathogen lingkangan
Resiko infeksi
5. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer 6. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder J. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Penurunan curah jantung b.d perubahan volume preload dan afterload 2. Gangguan pertukaran gas b.d kongesti pulmonal ditandai dengan hipoksia 3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan anatara pemakaian O2 oleh tubuh dan suplai O2 ke sel 4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kelelahan pada saat makan dan mengingatnya kebutuhan kalori 5. Resiko infeksi b.d menurunnya status kesehatan
K. INTERVENSI KEPERAWATAN DX Penurunan jantung perubahan
TUJUAN INTERVENSI curah Setelah dilakukan Observasi b.d tindakan
1. Identifikasi tanda 1. Untuk mengetahui
volume keperawatan
dan gejala primer tanda
preload dan afterload selama 3x24 jam di dan curah penurunan
jantung
pasien jantung
curah penurunan
3. Monitor
Fraction meningkat
curah
2. Mengontrol TD intake 3. Mengontrol intake
1. Kekuatan nadi dan output cairan 2.
gejala
jantung
meningkat dengan 2. Monitor TD kriteria hasil :
dan
sekunder primer dan sekunder
harapkan
perifer
RASIONAL Observasi
dan output cairan
4. Monitor BB setiap 4. Mengontrol BB Ejaction hari
pada
waktu
(EF) yang sama 5. Monitor saturasi 5.
Mengontrol
3.
Palpitasi oksigen
menurun 4.
saturasi oksigen
6. Monitor EKG 12 6. Mengontrol EKG
Bradikardie sadapan
menurun 5.
7. Monitor aritmia Takikardi
menurun
7.
Mengontrol
aritmia 8. Monitor keluhan 8.
6. Gambaran EKG nyeri dada
Mengontrol
keluhan nyeri dada
aritmia
9.
Monitor
nilai 9. Mengetahui nilai
7. Lelah menurun
laboratorium jantung laboratorium
8. Edema menurun
Terapeutik
Terapeutik
1. Posisika pasien 1. Posisi yang benar semi-fowler
atau akan
membuat
fowler dengan kaki nyaman pasien ke bawah atau posisi nyaman 2.
Berikan
diet 2. Untuk membantu
jantung yang sesuai
pasien
menjalani
diet 3.
Berikan
terapi
rileksasi
untuk 3. Terapi ini akan
mengurangi
stress, membuat
jika perlu
pasien
merasa rileks
4. Berikan dukungan emosional
dan 4.
spiritual
Pemberian
dukungan
akan
membantu
pasien
dalam
menerima
5. Berikan oksigen keadaannya untuk
5.
mempertahankan
oksigen agar oksigen
saturasi >94%
stabil
Edukasi 1.
Anjurkan Edukasi
Pemberian
beraktivitas
fisik 1.
sesuai toleransi
Aktivitas
fisik
sesuai toleransi agar pasien tidak merasa terbebani
2.
Anjurkan 2.
beraktivitas
Beraktivitas
fisik secara bertahap akan
secara bertahap
mempermudah pasien
dalam
menjalani terapi 3. Anjurkan pasien 3. Pengukuran BB dan keluarga untuk setiap hari agar tidak mengukur BB setiap terjadi hari
penurunan
BB yang darstis
4. Ajarkan pasien 4. Pengukuran intake dan
keluarga dan output penting
mengukur intake dan untuk output cairan harian
intake
mengetahui dan
output
pasien Kolaborasi 1.
Kolaborasi
Kolaborasi 1. Untuk menetukan
pemberian
dosis yang tepat
antiaritmia, Gangguan
Setelah
perlu dilakukan Observasi
pertukaran gas b.d tindakan kongesti ditandai hipoksia
jika
1.
Observasi Monitor 1.
pulmonal keperwatan selama frekuensi, dengan 3x24
jam kedalaman
diharapkan pertukaran pasien
upaya napas gas
hasil : 1. kesadaran
irama, frekuensi,irama, dan kedalaman
dan
upaya napas 2. Mengetahui pola
meningkat 2.
dengan
Mengetahui
Monitor
kriteria napas
pola napas 3.
Mengetahui
3. Monitor adanya adanya Tingkat sumbatan napas
sumbatan
jalan jalan napas 4.
Mengetahui
meningkat
kesimetrisan paru Dispnea 4.
2.
kesimetrisan paru
menurun 3.
Palapasi 5.
Mendengarkan
bunyi napas
napas 5. Auskultasi bunyi 6.
Bunyi
Mengetahui
tambahan
napas
menurun / hilang
6. Monitor saturasi 7. Mengetahui nilai
4. Pusing menurun
oksigen
5. Gelisah menurun 7. 6.
Napas
saturasi oksigen AGD
Monitor
nilai 8. Mengetahui hasil
cuping AGD
x-ray toraks
hidung menurun
8. Monitor hasil x- Terapeutik
7. PCO2 membaik
ray toraks
1.
8. PO2 membaik
Terapeutik
sesuai
1.
Atur
Agar
interval dengan
interval kondisi pasien
pemantauan respirasi 2. Agar semua data sesuai kondisi pasien valid 2. Dokumentasikan Edukasi hasil pemantauan
1.
Edukasi
paham tentang terapi
Agar
1. Jelaskan tujuan yang dan
pasien sedang
prosedur dilakukan
pemantauan
2. Agar pasien tauh bagaimana hasil dari
2. Informasikan hasil pemeriksaanya Intoleransi aktivitas
Setelah
pemantauan dilakukan Observasi
b.d tindakan
ketidakseimbangan
1.
keperawatan
gangguan
Observasi
Identifikasi 1.
Untuk
fungsi memperoleh
anatara pemakaian selama 3x24 jam yang mengakibatkan gangguan O2 oleh tubuh dan diharapkan suplai oksigen ke intoleransi sel
kelelahan pasien
1. Frekuensi nadi meningkat
fungsi
yang mengakibatkan pasien kelelahan
meningkat dengan 2. Monitor kelelahan 2. kriteri hasil :
data
fisik dan emosional
Mengetahui
kelelahan fisik dan emosional pasien
3. Monitor pola dan 3. Mengetahui pola
2.
Saturnas
O2 jam tidur
meningkat 3.
4.
dan jam tidur
Monitor
lokasi 4. Mengetahui lokasi
Kemudahan dan
dalam
dan
melakukan ketidaknyamanan
aktivitas
sehari- selama
hari meningkat
melakukan saat aktivitas
aktivitas
Terapeutik
4. Keluhan Lelah Terapeutik menurun 5.
ketidaknyamanan
1.
1.
Lingkungan
Sediakan nyaman
akan
Dispnea lingkungan nyaman membantu
saat/setelah
dan rendah stimulus
aktivitas menurun
pasien
menjadi rileks 2. Latihan ini agar
6. Perasan lemah 2. Lakukan latihan tubuh pasien tidak menurun
rentang gerak pasif kaku dan atau/aktif
3. Aktivitas ini dapat
3. Berikan aktivitas membantu distraksi
pasien
yang agar tenang
menenangkan
Edukasi
Edukasi
1. Tirah baring yang
1.Anjurkan
tirah cukup
baring
dapat
membantu mempercepat penyembuhan 2. Aktivitas secara
2.
Anjurkan bertahap
akan
melakukan aktivitas membuat
pasien
secara bertahap
terbiasa 3. Strategi koping
3. Ajarkan strategi dapat koping
memabntu
untuk mengungai
mengurangi
kelelahan
kelelahan Kolaborasi
Kolaborasi
1.
Kolaborasi 1.
dengan
ahli
gizi mendapatkan
Untuk gizi
tentang
cara yang
meningkatkan Ketidakseimbanga n
nutrisi
dari
kurang tindakan
tubuh b.d kelelahan 3x24
status nutrisi pasien
jam 2. Identifikasi alergi 2. Mendapatkan data
pada saat makan diharapkan status dan dan meningkatnya nutrisi
intoleransi alergi dan intoleransi
pasien makanan
membaik
dengan 3.
kriteria hasil :
makanan pasien Identifikasi 3. Mendapatkan data
makanan
yang makanan
1. Porsi makanan disukai yang
Observasi
1. Identifikasi status 1. Mendapatkan data
kebutuhan keperwatan selama nutrisi
kebutuhan kalori
untuk
terapi
asupan makanan dilakukan Observasi
Setelah
tepat
disukai pasien
dihabiskan 4.
meningkat
yang
Identifikasi 4. Mendapatkan data
kebutuhan kalori dan kebutuhan kalori dan
2. Perasaan cepat jenis nutrient
jenis nutrient bagi
kenyang menurun
pasien
3. Nyeri abdomen 5. Monitor asupan 5.
Mengetahui
menurun
makanan
asupan makanan
4. Diare menurun
6. Monitor BB
6. Mengetahui BB pasien
Terapeutik
Terapeutik
1. Sajikan makanan 1.
Makanan
secara menarik dan menarik suhu yang sesuai
yang akan
membantu meningkatkan nafsu makan pasien
2. Berikan makanan 2. Makanan tinggi tinggi serat untuk serat diberikan agar mencegah terjadinya tidak konstipasi konstipasi 3. Berikan makanan 3. Makanan tinggi tinggi protein
kalori
dan kalori dan protein untuk kebutuhan
memenuhi gizi
pasien Edukasi Edukasi
1. Agar pemberian
1. Anjurkan posisi tepat duduk, jika mampu
Kolaborasi
Kolaborasi
1. Agar pemberian
1.
Kolaborasi gizi sesuai dengan
dengan
ahli
gizi yang dibutuhkan
untuk
menentukan
jumlah
kaori
dan
jenis nuterien yang dibutuhkan,
jika
perlu dilakukan Observasi
Resiko infeksi b.d Setelah
Observasi
menurunnya status tindakan
1. Monitor tanda dan 1. Mengetahui tanda
kesehatan
gejala infeksi local dan gejala infeksi
keperawatan
selama 3x24 jam dan sistemik
local dan sistemik
diharapkan tingkat Terapeutik
Terapeutik
infeksi
pasien 1.
menurun
Batasi
jumlah 1. Pengunjung dapat
dengan pengunjung
membawa
kriteria hasil : 1. 2.
dari luar
Demam 2.
menurun
Berikan 2. Perawatan kulit
perawatan kulit pada untuk memudarkan
Kemerahan area edema 3.
3. Nyeri menurun
sebelum dan sesudah resiko
menurun
Cuci
area edema
menurun 4.
bakteri
Bengkak kontak
tangan 3.
tinggi Edukasi
melalui
tangan
Pertahankan
Teknik aseptic pada 4. pasien
masuknya
dengan bakteri
pasien dilingkungan 4.
Mengurangi
Teknik
aseptic
beresiko harus dipertahankan untuk
mengurangi
terjadi
paparan
bakteri
1.
Jelaskan
tanda Edukasi
dan gejala infeksi
1.
Agar
paham 2.
Ajarkan
mencuci
pasien
tanda
dan
cara gejal infeksi tangan 2. Cuci tangan yang
dengan benar
benar
akan
membantu 3.
Ajarkan
memeriksa luka operasi
atau
cara membasmi bakteri kondisi 3. Menbatu pasien luka agar kebih mandiri dalam pemeriksaan kondisi
lukanya
secara mandiri
DAFTAR PUSTAKA PPNI.2018 Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi I Cetakan II, Jakarta PPNI.2019. Standar Luaran Indonesia (SLKI) Edisi I Cetakan II, Jakarta Amin H, Hardhi k.2015 Asuhan Keperawatan Nanda Nic Noc Jilid I.Jogjakarta : MediAction