Mahkota Pasak [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAHKOTA PASAK



Disusun Oleh : Amira Pradsnya Paramita



160112170021



Catherine Gitta Mokianto Bunga Hasna Adilah Natasha Aulia Kesuma Siola Mayshitta Gisha Lutfikadila



160112170042 160112170053 160112170060 160112170070 160112170096



FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2018



MAHKOTA PASAK



1.



Desain Preparasi



1.1



Desain Preparasi Seat Desain preparasi seat diperkenalkan oleh Martanto. Desain ini



diaplikasikan pada gigi yang telah mengalami kerusakan berat sehingga sisa mahkota digerinda habis dan dibuat preparasi berbentuk seat ke arah apikal. Dasar pemikirannya adalah bahwa pada gigi – gigi yang telah mendapatkan perawatan saluran akar, bagian mahkotanya akan menjadi lemah oleh karena kontinuitas jaringan dentin terputus akibat dari pembuangan jaringan di permukaan lingual untuk membuat lubang bagi perawatan saluran akarnya atau oleh karena karies yang besar, sehingga dikhawatirkan sisa mahkota menjadi rapuh dan mudah patah. Keraguan mengenai kekuatan dentin yang tersisa tersebut dihilangkan dengan memotong seluruh sisa mahkota sampai permukaan gusi dan sebagai pengganti jaringan yang dipotong, dibuatlah suatu inti yang merupakan satu bagian dengan pasak yang masuk ke dalam saluran akar gigi yang telah dipreparasi. Dudukan / seat dibuat masuk kurang lebih 1 mm ke dalam akar sehingga bagian yang terlemah dari pasak – inti yaitu daerah perbatasan pasak dan inti terlindungi oleh jaringan akar terhadap pengaruh gaya gigit. Suatu seat dapat mengubah gaya yang menarik menjadi gaya tekan yang dapat memperbesar ketahanan pasak terhadap gaya – gaya yang melepaskan, membengkok, atau mematahkan pasak (Martanto, 1982).



1



2



Desain preparasi seat yang dikemukakan oleh Martanto yaitu: 1) Diameter saluran akar dibuat kurang lebih sepertiga dari ukuran penampang saluran akar 2) Dalamnya saluran adalah dua pertiga dari panjang akar atau sedikitnya sama dengan panjang mahkota asli yang diganti 3) Dudukan atau seat dibuat sedalam 0,7 – 1 mm, mempunyai bentuk mengikuti keliling akar dan membentuk pundak selebar kurang lebih seperenam diameter akar.



Gambar 1.1 Desain preparasi seat (1) diameter akar, (2) lebar dudukan 1/6 akar, (3) diameter saluran akar 1/3 diameter akar, (4) lebar pundak 1/6 diameter akar, (5) sumbu panjang saluran akar 1.2



Desain Preparasi Ferrule Desain preparasi ferrule merupakan desain yang mempertahankan dentin



koronal. Semakin banyak struktur gigi di atas tepi gusi, maka prognosa akan lebih baik bagi gigi yang telah mendapatkan perawatan saluran akar. Ketahanan terhadap terjadinya fraktur meningkat secara signifikan dengan meningkatnya jumlah struktur gigi yang tersisa. Sebaliknya, tanpa struktur gigi yang cukup, maka ketiadaan ferrule dapat menyebabkan faktor buruk pada tekanan tensil di daerah servikal. Mahkota yang dibuat dari logam atau mahkota dengan coping



3



logam, maka dinding axial mahkota akan menempel dengan pas pada struktur dentin koronal gigi yang telah dipreparasi, menghasilkan suatu efek ferrule. Efek ferrule juga diperoleh dari coping yang merupakan lanjutan dari pasak – inti cor, yang mengelilingi struktur koronal yang tersisa (Wagnild and Mueller, 2006). Efek ferrule didefinisikan sebagai suatu efek yang dihasilkan oleh cincin logam yang mengelilingi mahkota 360° parallel dinding dentin dan berlanjut ke bagian pundak preparasi, diharapkan akan memperkuat bagian koronal dari preparasi pasak dan bertindak sebagai suatu alat antirotasi sehingga meningkatkan ketahanan terhadap fraktur. Syarat – syarat suatu ferrule (Wagnild and Mueller, 2006) : 1) Ketinggian dinding axial dentin koronal, paling tidak 2 – 3 mm 2) Dinding – dinding axial dentin koronal harus parallel satu sama lain 3) Ketebalan dinding koronal yang tersisa kurang lebih 1 mm 4) Restorasi harus mengelilingi gigi secara penuh 5) Tepi restorasi harus terletak pada struktur gigi yang utuh



Gambar 1.2 Desain preparasi ferrule Ketinggian dentin koronal 2 mm, ketebalan dinding dentin koronal 1mm



4



2. 2.1.



Retention Form Gigi Anterior Lepasnya mahkota gigi anterior dengan post dan core secara bersamaan



sering disebabkan oleh bentuk retensi yang tidak adekuai. Konvergensi pada permukaan fasiolongual gigi anterior dan ukuran gigi yang lebih kecil mempersulit didapatkannya bentuk retensi. Retensi post dipengaruhi oleh bentuk preparasi, panjang post, diameter post, tekstur permukaan post, dan luting agent (Rosenstiel et al., 2006).. 1) Bentuk Preparasi Beberapa saluran akar, terutama pada insisif sentral maksila, memiliki penampang yang hampir melingkar. Saluran ini dapat dipreparasi dengan menggunakan twist drill atau reamer untuk mengasilkan kavitas dengan dinding yang sejajar atau memiliki bentuk meruncing. Sebaliknya, keruncingan preparasi saluran akar dengan penampang yang lonjong harus dibatasi (biasanya enam sampai delapan derajat) untuk memberikan bentuk retensi yang adekuat dan menghilangkan undercut yang tidak diinginkan. Hal ini sejalan dengan preparasi ekstrakoronal. Dengan preparasi ekstrakoronal retensi meningkat secara dratis seiring dengan kemiringan dinding vertikal dikurangi. Walaupun retensi bisa ditambahkan dnegan penggunaan post berulir, yang mengulir ke dentin, prosedur ini tidak dianjurkan karena adanya tegangan sisa pada dentin. Jika prosedur ini dilakukan, post berulir harus di “backed off” untuk memastikan kepasifan, atau akan menyebabkan fraktur pada akar (Rosenstiel et al., 2006)..



5



Penelitian telah mengkonfirmasi post dengan sisi yang sejajar lebih retentive daripada post dengan bentuk meruncing, dan post yang berulir adalah post yang paling retentif. Tetapi, perbandingan ini hanya bersangkutan jika post berukuran pas dengan saluran akar, karena retensi berproporsi dengan total luas permukaan (Rosenstiel et al., 2006).. Post bentuk bulat dengan dinding yang parallel efektif hanya pada bagian paling apical dari ruangan post, karena sebagian besar ruangan post yang telah dipreparasi menunjukkan flare yang cukup besar pada bagian setengah oklusal. Seperti saat saluran akar berbentuk lonjong, dinding post yang sejajar tidak efektif, kecuali jika saluran akar diperbesar, yang nantinya dapat melemahkan struktur akar (Rosenstiel et al., 2006)..



Gambar 12-14. Penggunaan post dengan dinding sejajar pada saluran akar yang meruncing membutuhkan perbesaran ruang post yang cukup besar, yang nantinya dapat melemahkan struktur akar. 2) Panjang post Penelitian telah menunjukkan bahwa seiring panjang post bertambah, maka retensipun akan bertambah. Tetapi, hubungan antara panjang post dan rentensi belum tentu linear. Post yang terlalu pendek



6



akan gagal, dimana post yang terlalu panjang dapat merusak seal pengisian saluran akar, atau adanya resiko perforasi saluran akar jika satu per tiga apical membengkok atau meruncing. Pedoman mutlak untuk pajang post yang optimal sulit untuk ditentukan. Secara ideal, panjang post harus sepanjang mungkin tanpa membahayakan seal apikal atau kekuatan atau keutuhan struktur akar yang tersisa. Sebagian besar literature endodontik menyarankan untuk mensisakan 5mm seal apikal. Tetapi, jika post lebih pendek daripada tinggi koronal dari mahkota klinis gigi, maka prognosisnya tidak baik, karena tekanan disalurkan kepada area yang kecil, sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya fraktur radikular. Akar yang pendek dan adanya mahkota klinis yang tinggi akan menyulitkan dokter gigi. Pada kasus tersebut, sisa 3mm dapat diterima (Rosenstiel et al., 2006)..



7



Gambar 12-16. Potongan fasiolingual gigi insisif sentral maksila. A. Post dengan panjang yang tepat, tekanan (F) pada daerah dekat incisal edge dari mahkota akan mengasilkan resultan pada daerah (R). B. Saat panjang post terlalu pendek, maka resultan pada daerah (R) akan meningkatkan kemungkinan fraktur akar.



8



Gambar 12-17. A. Panjang post yang tepat. B. Panjang post yang terlalu pendek, konsekuensi retensi yang tidak adekuat dan meningkatkan resiko fraktur pada akar. C. Post yang terlalu panjang, merusak seal apikal. 3) Diameter Post Memperbesar ukuran diameter post untuk meningkatkan retensi tidak dianjurkan karena akan menyebabkan retensi yang minimal dan melemahkan struktur sisa akar. Walaupun salah satu peneliti menunjukkan perbesaran diameter post akan meningkatka retensi, penelitian lain tidak mengakui pernyataan ini. Bukti empiris menunjukkan bahwa prognosis keseluruhan baik saat diameter post tidak melebihi 1/3 diameter penampang akar (Rosenstiel et al., 2006). 4) Tekstur Permukaan Post



9



Post dengan permukaan yang kasar lebih retentif daripada post dengan permukaan yang halus dan pembentukan groove yang terkontrol pada post dan saluran akar akan meningkatkan retensi post dengan bentuk meruncing (Rosenstiel et al., 2006). 5) Luting Agent Pada semen tradisional, pemilihan luting agent memiliki efek yang kecil pada retensi post atau resistensi fraktur pada dentin. Tetapi, adhesive resin luting agent memiliki potensi untuk meningkatkan performa restorasi post dan core; penelitian menunjukkan adanya peningkatan retensi. Semen resin dapat diindikasi jika post lepas dari tempatnya. Semen resin dipengaruhi oleh sealer saluran akar yang mengandung eugenol; yang harus dihilangkan dengan cara irigasi menggunakan etanol atau etching dengan 37% phosphoric acid jika menginginkan perlekatan yang efektif. Zinc phosphate dan glassionomer memiliki sifat retensi yang mirip, sedangkan polycarboxylate dan semen resin komposit memiliki sifat yang kurang sebanding. Beberapa semen resin dan glassionomer menunjukkan retensi yang lebih tinggi secara signifikan daripada semen resin-ionomer, walaupun pemilihan luting agent akan menjadi lebih penting jika postnya tidak memiliki ukuran yang sesuai dengan saluran akar. Post dan core harus dibuat ulang jika terjadi perputaran atau kegoyangan (Rosenstiel et al., 2006). 2.2.



Gigi Posterior



10



Post yang panjang dengan bentuk penampang yang bulat memberikan retensi dan dukungan yang baik pada gigi anterior, tetapi hal ini harus dihindari pada gigi posterior, yang sering memiliki akar yang membengkok dengan bentuk lonjong atau ribbon-shaped. Untuk gigi ini, retensi lebih baik didapatkan dengan membuat dua tau lebih post yang oendek pada saluran akar yang divergen (Rosenstiel et al., 2006)..



Gambar 12-19. Saat mempreparasi gigi untuk retensi intrakoronal, operator harus berhati-hati untuk menghidari terjadinya perforasi, terutama pada permukaan distal akar mesial dan permukaan mesial pada akar distal, dimana biasanya struktur giginya tipis dan terdapat cekungan. Saat amalgam digunakan untuk bahan core, amalgam dapat dipadatkan disekitar post metal atau langsung pada ruangan post pendek yang telah dipreparasi. Jika terdapat sisa jaringan koronal, maka penggunaan single metal post yang disementasi ke dalam saluran akar terbesar akan memberikan retensi yang adekuat untuk bahan kore. Jika terdapat lebih dari 3-4 mm dari struktur koronal gigi dengan ketebalan dinding yang memadai, maka tidak dibutuhkan penggunaan post dalam saluran akar untuk mendapatkan retensi tidak dibutuhkan, dan akan mengurangi resiko terjadinya perforasi. Saat tidak digunakan post, maka



11



ruangan harus memberikan retensi yang adekuat untuk bahan core. Mungkin akan menguntungkan untuk mempersiapkan beberapa post divergen yang pendek ke dalam ruangan, dimana bahan core akan meluas. Penggunaan saluran akar untuk retensi dapat memberikan hasil yang bagaus, walaupun mahkota telah dibuat, kekuatan dari gigi tidak dipengaruhi secara dramatis dari perbedaan teknik (Rosenstiel et al., 2006). Premolar dan molar mandibular dengan sisa struktur mahkota yang cukup banyak, saat ditambah dengan cervical band yang melingkari struktur gigi dengan bentuk meruncing sebesar 2mm dapat direstorasi dengan amalgam yang langsung dimasukkan ke dalam ruangan. Core buildup pada molar dengan kehilangan satu atau lebih cusp mendapatkan keuntungan dari satu atau lebih post yang yang disementasi disekitar daerah dimana amalgam dapat dipadatkan. Post memberikan retensi tambahan, yang dikompromi karena hilangnya struktur gigi. Pada molar mandibular, saluran akar distal yang lebih besar dianjurkan untuk penempatan post. Pada molar maksila, saluran akar palatal digunakan (Rosenstiel et al., 2006). Walaupun memperbaiki molar dengan kehilangan dua atau lebih cusp memungkinkan dengan penggunaan beberapa post dan amalgam, keseluruhan kondisi gigi harus diperhatikan. Jika penting untuk membertahankan gigi dan dibutuhkan kekuatan optimal, maka multiple cast core dapat digunakan. Metode preparasi altertatif untuk gigi posterior dilakukan dengan memilih saluran akar terlebar (biasanya pada palatal gigi molar maksila dan distal molar mandibular) untuk post utama dan preparasi ruangan post yang pendek untuk post tambahan pada saluran akar yang lain (Rosenstiel et al., 2006).



12



Gambar 12-20. Gambar A-F, Cast core untuk gigi posterior dapat dibentuk menjadi interlocking section, yang setiap bagiannya memiliki jalan masuk tertentu



Gambar 12-21. Singlepiece casting dapat dibentuk dengan memilih saluran akar yang lebih lebar dan perluasan ke post kedua untuk jarak tertentu ke saluran akar yang lebih kecil. A. Premolar pertama maksila. B. Molar pertama maksila. C. Molar pertama mandibular. D-F. Post dan core untuk premolar pertama maksila dengan teknik indirect 3. Resistance Form 3.1. Distribusi tekanan Salah satu fungsi dari post dan core adalah untuk meningkatkan resistensi ke arah lateral yang disebabkan oleh tekanan yang didistribusikan pada daerah seluas mumgkin. Tetapi, preparasi internal yang berlebih pada akar akan memperlemah, dan akan terjadi peningkatan resiko kegagalan. Desain post harus mendistribusi tekanan serata mungkin. Insidensi fraktur radikular meningkat dengan penggunaannya post berulir yang secara aktif berhubungan dengan dentin ratidkular, dan post berulir yang fleksible tidak mengurangi tekanan saat fungsi (Rosenstiel et al., 2006). Pengaruh desain post terhadap distribusi tekanan telah diuji menggunakan bahan photoelastic, strain gauges, dan analisis elemen finite. Dari penelitian ini, maka terdapat kesimpulan:



13



1. Tekanan



terbesar



ditemukan



pada



shoulder,



yaitu



pada



daerah



interproksimal dan pada apeks. Dentin harus dipertahankan sebisa mungkin. 2. Tekanan berkurang seiring dengan bertambah panjangnya post. 3. Dinding post yang sejajar dapat mendistribusi tekanna lebih rata dibandingkan dengan post yang meruncing, yang mungkin memiliki efek wedging. Tetapi post dengan dinding yang sejajar menghasilkan tekanan yang tinggi pada apeks. 4. Sudut yang tajam harus dihindari karena dapat memberikan tekanan yang besar saat menerima tekanan. 5. Tekanan yang besar dapat dihasilkan saat insersi, terutama pada post dengan dinding yang sejajar dan halus yang tidak memiliki ruangan untuk sementasi keluar. 6. Post berulir dapat menghasilkan tekanan yang tinggi saat insersi dan saat menerima beban, tetapi telah dibuktikan bahwa post ini menyalurkan tekanan secara rata jika post telah di “backed off” setengah putaran dan saat puncak area kontaknya memiliki ukuran yang cukup. 7. Lapisan semen menghasilkan distribusi tekanan yang lebih kea rah apesk dengan konsentasi tekanan yang lebih sedikit. 3.2.



Rotational Resistance Untuk meminimalisir resiko lepasnya post, bentuk preparasi harus



mencegah post dengan bentuk penampang yang bulat dari perputaran saat gerakan fungsi. Hal ini biasanya tidak menyebabkan masalah saat terdapat sisa struktur koronal yang cukup, karena rotasi dicegah oleh adanya dinding vertikal koronal. Saat dentin koronal telah hilang sepenuhnya, groove kecil dibentuk di dinding saluran akar bisa memberikan elemen antirotasi. Groove ini biasanya dibentuk



14



didaerah akar yang paling tebal yaitu pada permukaan lingual. Rotasi dapat dicegah dengan adanya pin pembantu pada permukaan akar. Rotasi oleh post berulir juga dapat dicegah dengan cara mempreparasi kavitas kecil (setengah di post dan setengah di akar), dan amalgam dimasukkan ke dalam setelah post disementasi (Rosenstiel et al., 2006).



Gambar 12-22. Resistensi terhadap rotasi pada kerusakan gigi yang luas bisa didapatkan dengan mempreparasi groove kecil dalam saluran akar. Preparasi ini harus dalam jalur masuk post dan core. 4.



Pembuangan Bahan Pengisi Saluran Akar Saluran akar harus terlebih dahulu terisi seluruhnya; kemudian dibuat



ruang untuk pasak, sambil tetap memastikan seal pada saluran lateral. Terdapat dua metode yang umumnya digunakan untuk membuang gutta-percha: (1) menggunakan plugger endodontik yang dipanaskan, dan (2) menggunakan instrumen rotary, terkadang bersamaan dengan agen kimiawi. Meskipun lebih mengonsumsi waktu, metode menggunakan plugger endodontik yang dipanaskan lebih dipilih karena instrumen rotary mungkin dapat menyebabkan kerusakan pada dentin secara tidak sengaja. Untuk lebih nyamannya, gutta-percha dapat dibuang menggunakan condenser yang dipanaskan segera setelah obturasi. Hal ini tidak mengganggu seal apikal. Metode ini memungkinkan operator untuk bekerja



15



di daerah dengan anatomi saluran akar yang masih familier (Rosenstiel et.al, 2006). 1. Sebelum membuang gutta-percha, hitung panjang pasak yang sesuai. Panjang pasak harus mencukupi untuk retensi dan resistensi namun tidak terlalu panjang sehingga melemahkan seal apikal. Sebagai panduan, panjang pasak dapat dibuat sama dengan tinggi mahkota anatomis (atau dua per tiga dari panjang akar), namun sisakan gutta-percha 5mm dari apikal. Pada gigi yang pendek, kedua persyaratan ini tidak mungkin dipenuhi, oleh karena itu dibuatlah kompromi yaitu minimal disisakan bahan pengisi saluran akar 3mm dari apikal. Jika hal ini tidak dapat diperoleh tanpa menjadikan pasak sangat pendek, prognosis gigi yang bersangkutan sangatlah buruk (Rosenstiel et.al, 2006). 2. Hindari 5mm dari apikal sebisa mungkin karena berbagai lekukan dan saluran lateral biasanya ditemukan di bagian ini. Nilai rata-rata untuk panjang mahkota dan akar dapat dilihat di tabel 1 di bawah. Jika panjang kerja dari saluran akar telah diketahui, panjang ruang untuk pasak dapat ditentukan dengan mudah. Oleh karena itu, titik acuan insisal atau oklusal tidak boleh hilang akibat pembuangan prematur struktur koronal gigi (Rosenstiel et.al, 2006).



16



Tabel 1. Rata-rata Panjang Mahkota dan Akar (dalam mm) 3. Untuk mencegah aspirasi instrumen endodontik pada pasien, pasangkan rubber dam sebelum preparasi ruang pasak (Rosenstiel et.al, 2006). 4. Pilih condenser endodontik yang cukup besar agar dapat menahan panas dengan baik namun tidak terlalu besar agar tidak tersangkut di dinding saluran (Rosenstiel et.al, 2006). 5. Tandai di panjang yang sesuai (biasanya panjang kerja endodontik dikurangi 5mm), panaskan, dan letakkan di kanal untuk melunakkan gutta-percha (Rosenstiel et.al, 2006). 6. Jika gutta-percha sudah lama dan telah kehilangan sebagian besar termoplastisitasnya, gunakan instrumen rotary, pastikan sesuai dengan gutta-percha dan tidak mengenai dentin (hal ini dapat menyebabkan perforasi akar). Untuk alasan ini, instrumen high-speed dan bur konvensional merupakan kontraindikasi. Instrumen khusus untuk preparasi pasak telah tersedia (gambar ). Peeso-Reamer dan bur Gates Glidden sering digunakan untuk tujuan ini. Cutting head dari Gates-Glidden yang berbentuk football seringkali meninggalkan cekungan kecil di dinding



17



ruang pasak. Hal ini dapat dihindari dengan Peeso-Reamer yang berbentuk lebih silindris. Keduanya dianggap instrumen dengan berujung aman karena bukan merupakan end-cutting burs. Gesekan yang timbul antara bahan pengisi dan ujung tepian bur ini melunakkan gutta-percha, sehingga memungkinkannya melintasi saluran dengan prediktabilitas yang wajar. Suatu



penelitian



yang



membandingkan



instrumen



rotary



ini



menyimpulkan bahwa bur Gates Glidden lebih sesuai daripada bur ParaPost yang merupakan instrumen end-cutting. Bur ParaPost merupakan twist drill dan hanya boleh digunakan untuk memparalelkan dinding ruang pasak. Penggunaan instrumen rotary dapat menghasilkan panas yang cukup besar, terutama saat tahap preparasi menggunakan ParaPost. Perlu diingat: instrumen end-cutting tidak boleh digunakan untuk menambah panjang karena dapat terjadi perforasi akar! (Rosenstiel et.al, 2006)



Gambar 1. Instrumentasi (a) Gates-Glidden (b) Peeso-Reamer (c) ParaPost Drill (d) Plugger / Condenser Endodontik (Al-Haddad, 2013)



18



7. Jika menggunakan instrumen rotary, pilihlah ukuran yang sedikit lebih kecil daripada ukuran saluran (Rosenstiel et.al, 2006). 8. Pastikan instrumennya sesuai pusat gutta-percha dan tidak mengenai dentin. Seringkali, hanya sebagian dari pengisi saluran akar yang perlu dibuang dengan instrumen rotary, dan sisanya dapat dibuang dengan condenser yang dipanaskan (Rosenstiel et.al, 2006). 9. Ketika gutta-percha telah dibuang hingga kedalaman yang sesuai, bentuk saluran sesuai kebutuhan. Hal ini dapat dicapai menggunakan file endodontik atau bur low-speed. Prosedur ini menghilangkan undercut dan memungkinkan penempatan pasak dengan ukuran yang sesuai di saluran tanpa



memperbesar



saluran



secara



berlebihan.



Penggunaan



files



merupakan pendekatan konservatif untuk membentuk dinding saluran dan menghilangkan undercut kecil yang mungkin masih tersisa (Rosenstiel et.al, 2006).



Gambar 2. File Endodontik Ukuran pasak tidak boleh melebihi dari sepertiga diameter akar, dengan ketebalan akar dan dinding minimal 1mm. Untuk menentukan diameter pasak yang sesuai, penting mengetahui dimensi akar pada umumnya, seperti yang dapat dilihat di tabel 2 di bawah.



19



Tabel 2. Rata-rata Diameter Akar dan Rekomendasi Ukuran Pasak (dalam mm)



20



(Rosenstiel et.al, 2006) Pengetahuan mengenai potongan melintang (cross-section) dari pasak juga mempengaruhi pemilihan jenis pasak. Bentuk saluran dapat dilihat di tabel 3.



Tabel 3. Konfigurasi Saluran Akar (Rosenstiel et.al, 2006). 5. Pembesaran / Preparasi Saluran Akar Sebelum pembesaran saluran akar, perlu ditentukan jenis pasak dan inti yang akan digunakan. Tabel berikut merupakan keuntungan dan kerugian dari berbagai jenis pasak dan inti (Rosenstiel et al., 2006).



21



Pasak inti cor digunakan pada saluran akar yang memiliki bentuk penampang nonsirkular atau sangat lancip. Terkadang preparasi yang dibutuhkan minimal untuk pasak inti cor. Bagaimana pun, undercut pada saluran akar harus dihilangkan, dan beberapa bentuk tambahan biasanya diperlukan(Rosenstiel et al., 2006).



22



Preparasi saluran akar dapat dilakukan dengan menggunakan bur Gates Glidden dan Peeso Reamers. Bur Gates Glidden berfungsi untuk flaring saluran akar, sedangkan Peeso Reamers dapat digunakan untuk flaring dan untuk mengambil bahan pengisi saluran akar (Garg et al., 2014).



6.



Preparasi Struktur Mahkota Gigi Setelah saluran akar dipreparasi, struktur mahkota gigi yang tersisa dikurangi untuk restorasi ekstrakorona. Pengurangan yang spesifik bergantung pada jenis



23



restorasi mahkota yang direncanakan. Ketika kebutuhan estetik diperlukan, seperti untuk gigi anterior, mahkota metal-ceramic (seperti PFM), atau mahkota all-ceramic diindikasikan (Rosenstiel et al., 2006). Prinsip preparasi struktur mahkota gigi antara lain sebagai berikut(Rosenstiel et al., 2006). 1. Abaikan jaringan mahkota yang hilang (dari prosedur restorasi sebelumnya, karies, fraktur, atau akses endodontik) dan preparasi struktur gigi yang tersisa seolah-olah mahkotanya menempel. Jika menggunakan mahkota metal-ceramic dengan porcelain, maka margin labial direncanakan, dan dibentuk juga shoulder pada fasial serta chamfer pada lingual.Dinding yang telah dipreparasi merupakan titik awal untuk bahan inti, serta memastikan konfigurasi yang tepat akan memfasilitasi pencapaian bentuk preparasi inti yang sesuai. 2. Pastikan struktur fasial gigi dikurangi secara adekuat untuk estetik yang baik. 3. Hilangkan semua undercut internal dan eksternal. 4. Hilangkan strujtur gigi yang tidak terdukung, tetapi pertahankan struktur mahkota sebanyak mungkin. Karena struktur gigi telah dihilangkan secara internal dan eksternal, dinding yang tersisa terkadang menjadi tipis dan lemah. Ukuran pasti untuk dimensi dinding mahkota yang tersisa sulit ditentukan, namun idealnya disisakan lebar minimal 1 mm.



24



5. Sebagai tambahan, pastikan bagian jaringan mahkota yang tersisa di preparasi tegak lurus dengan pasak, karena hal ini membuat stop positif untuk meminimalisir wedging dan patahnya gigi. Rotasi dari pasak juga harus dicegah dengan mempreparasi permukaan yang datar sejajar dengan pasak. Jika hal tersebut tidak memungkinkan, maka ditambahkan antirotation groove pada saluran akar.



25



6. Selesaikan preparasi dengan menghilangkan sudut yang tajam dan haluskan permukaan.



7. Post Fabrication 1) Custom-made post Post dan core yang dibuat secara custom bisa dibuat secara langsung di dalam mulut pasien atau secara tidak langsung melalui laboratorium. Teknik langsung dengan autopolimerisasi atau resin yang dipolimerisasi ringan direkomendasikan untuk kanal tunggal dengan akses klinis yang baik, sedangkan prosedur tidak langsung lebih tepat untuk kanal ganda atau ketika akses lebih bermasalah. Sebagai alternatif untuk resin autopolimerisasi, resin termoplastik dapat digunakan. (1) Direct Procedure 1. Lumasi sedikit kanal dan lekatkan dowel plastik yang longgar. Dowel plastik harus diperluas sampai kedalaman penuh preparasi saluran. 2. Gunakan teknik bead-brush untuk menambahkan resin pada dowel dan tempatkan di saluran yang disiapkan. Ini harus dilakukan dalam dua langkah: Tambahkan resin hanya ke lubang orifis terlebih dahulu. Alternatifnya adalah mencampur beberapa resin dan menggulungnya menjadi silinder tipis. Ini dimasukkan ke dalam saluran dan didorong ke tempatnya dengan plastik dowel yang monomermoistened. 3. Jangan biarkan resin mengeras sepenuhnya di dalam saluran. Kendurkan dan atur ulang beberapa kali saat masih lunak. 4. Setelah resin terpolimerisasi, keluarkan pola



26



5. Bentuk bagian apikal posting dengan menambahkan resin tambahan dan reseating dan lepaskan pos, berhati-hati untuk tidak menguncinya di kanal. 6. Identifikasi setiap undercut yang dapat dipotong dengan hati-hati dengan pisau bedah. Pola post selesai ketika dapat dimasukkan dan dihapus dengan mudah tanpa mengikat di kanal. Setelah pola dibuat, resin tambahan atau resin light-polymerized ditambahkan untuk inti. (2) Indirect Procedure Setiap bahan elastomer akan membuat kesan yang akurat dari saluran akar jika penguat kawat ditempatkan untuk mencegah distorsi. 1. Potong potongan kawat ortodontik ke panjang dan bentuk seperti huruf J 2. Periksa kecocokan kawat di setiap saluran. Itu harus sesuai longgar dan memperpanjang ke kedalaman penuh ruang pos. Jika ukurannya terlalu ketat, material kesan akan terlepas dari kawat saat impresi dihapus. 3. Lindungi kawat dengan perekat baki. Jika ada margin subgingiva, pemindahan jaringan dapat membantu. Lumasi kanal untuk memudahkan penghapusan kesan tanpa distorsi. 4. Menggunakan spiral lentulo, isi saluran dengan bahan kesan elastomer. Sebelum memuat jarum suntik, verifikasi bahwa lentulo akan menggerakkan material ke arah apikal (searah jarum jam). Ambil sejumlah kecil bahan dengan spiral lentulo terbesar yang sesuai dengan ruang pos. Masukkan lentulo dengan handpiece yang diatur pada kecepatan putaran rendah untuk perlahan-lahan



27



membawa material ke bagian apikal dari ruang pasak. Kemudian tingkatkan kecepatan handpiece dan perlahan tarik lentulo dari ruang pos. Teknik ini mencegah material impresi terseret keluar. Ulangi hingga ruang pos terisi. 5. Tempatkan penguat kawat ke kedalaman penuh setiap ruang pasak, gunakan spuit untuk mengisi lebih banyak material impresi di sekitar gigi yang disiapkan, dan masukkan baki kesan. 6. Hapus kesan, evaluasi, dan tuangkan gips definitif seperti biasa. Akses untuk waxing umumnya memadai tanpa penempatan pin dowel atau sectioning dari para pemain. 7. Kasar pos plastik longgar (tusuk gigi plastik cocok) dan, menggunakan kesan sebagai panduan, pastikan bahwa itu meluas ke seluruh kedalaman saluran. 8. Oleskan lapisan tipis lilin lengket ke pos plastik dan, setelah melumasi lempengan batu, tambahkan lilin inlay yang lembut secara bertahap. Mulailah dari yang paling apikal dan pastikan bahwa pos tersebut benar berorientasi ketika duduk untuk menyesuaikan lilin. Ketika pola posting ini telah dibuat, inti lilin dapat ditambahkan dan dibentuk. 9. Gunakan kesan untuk mengevaluasi apakah pola lilin benar-benar disesuaikan dengan ruang post. 8. Core Fabrication Inti dari restorasi pasca dan inti menggantikan hilangnya struktur gigi koronal dan, dikombinasikan dengan jaringan koronal yang tersisa, membentuk bentuk preparasi gigi yang optimal. Ini dapat berbentuk resin atau lilin dan ditambahkan ke pola posting sebelum perakitan dilemparkan utuh. Ini dilemparkan langsung ke pos prefabrikasi. Beberapa kekhawatiran muncul



28



bahwa proses pengecoran mungkin tidak menguntungkan mempengaruhi fisik sifat post logam cor. Alternatif ketiga adalah membuat inti dari bahan restoratif plastik, seperti amalgam, atau dari resin komposit atau ionomer kaca. 1) Cast-metal Inti logam cor memiliki keuntungan sebagai berikut: 1. Mereka dapat dilemparkan langsung ke pos prefabrikasi, menyediakan pemulihan dengan karakteristik kekuatan yang baik. 2. Paduan konten logam mulia-tinggi yang konvensional dapat digunakan. 3. Prosedur tidak langsung dapat digunakan, membuat pemulihan gigi posterior lebih mudah. Prosedur 1. Buat pola lilin pada custom-made post 2. Buat bagian core di sekitar post pertama 3. Hapus semua undercut bawah yang bersebelahan dengan lubang post lainnya dan letakkan bagian pertama. 4. Lilin bagian tambahan dan cor mereka. Menggunakan dovetail untuk mengunci bagian membuat prosedur lebih rumit dan mungkin memiliki manfaat terbatas, terutama karena penumpukan akhir dipegang bersama oleh restorasi tuang yang tetap. 9. Investing dan Casting Pasak cor dan inti harus cukup longgar pada saluran. Jika terlalu pas dapat menyebabkan fraktur akar. Casting harus berukuran kecil, yang dapat dicapai dengan membatasi perluasan investing (yaitu, dengan menghilangkan ring liner biasa atau casting pada suhu cetakan yang lebih rendah). Teknik casting dipercepat dapat memfasilitasi fase laboratorium. Paduan casting harus memiliki



29



sifat fisik yang sesuai. Ekstra keras gigi prostetik emas parsial (American Dental Association tipe IV) atau paduan Ni-Cr memiliki modulus elastisitas tinggi dan cocok untuk cast posts. Teknik casting sangat penting karena setiap porositas yang tidak terdeteksi dapat menyebabkan casting yang lemah yang mungkin gagal dalam fungsi (Gambar 1) (Rosenstiel et al., 2006)..



Gambar 1. Fractured post (courtesy of Dr. D. Francisco) 10.



Evaluasi Praktisi harus sangat berhati-hati agar casting defects tidak mengganggu



seat dari pasak; jika tidak, fraktur akar akan terjadi. Pasak dan inti harus dimasukkan dengan tekanan lembut. Namun, batas marginal dari pondasi cast tidak begitu penting seperti restorasi cast lainnya, karena margin akan ditutupi oleh casting akhir. Bentuk pondasi dievaluasi dan disesuaikan seperlunya (Rosenstiel et al., 2006)..



30



Gambar 2. A, Permukaan yang pas dari casting harus dievaluasi dengan cermat. B, Nodul, seperti yang dapat dilihat di sini, dapat dengan mudah menyebabkan fraktur akar dan kehilangan gigi. 11.



Penyemenan Agen luting harus mengisi semua ruang mati dalam sistem saluran akar



(Gambar 3).



Gambar 3. Residual voids after cementation can cause inflammation Void dapat menjadi penyebab peradangan periodontal melalui sistem saluran akar. Sebuah pengisi pasta rotary (lentulo) atau tabung semen (Gambar 4) digunakan untuk mengisi saluran dengan semen.



Gambar 4. A, Lentulo rotary paste fillers or a cement tube are used to fill the post space completely. B,The post is first coated with cement.



31



C, The canal is filled with cement. D, To avoid the risk of fracture, the post and core is very gently seated. A small cement line is not usually significant, because dissolution is prevented by the presence of the definitive restoration. (B to D, Courtesy of Dr. M. Padilla.) Pasak dan inti dimasukkan dengan lembut untuk mengurangi tekanan hidrostatik, yang dapat menyebabkan fraktur akar. Jika paralel-sided post sedang digunakan, alur harus ditempatkan di sepanjang sisi pasak untuk memungkinkan peningkatan sisa kelebihan semen. Penggunaan prosedur ventilasi juga telah terbukti mengurangi kekuatan tempat duduk yang diperlukan, meskipun yang terakhir mungkin spesifik semen (Rosenstiel et al., 2006)..



DAFTAR PUSTAKA



Al-Haddad, H.M. 2013. Basic Endodontic Instruments. Diakses melalui https://www.slideshare.net/sa3edbajafar/endodontic-instruments Garg, N.; Garg, A. 2014. Textbook of Endodontics, 3rd edition. New Delhi: Jaypee. Martanto. 1982. Teori dan Praktek Ilmu Mahkota dan Jembatan. Jilid II. Bandung: Alumni.



Rosenstiel, S.F., Land, M.F., & Fujimoto, J. 2006. Contemporary Fixed Prosthodontics 4th Edition. St. Louis: Mosby Elsevier Wagnild, G. and Mueller, K. 2006. Restoration of Endodontically Treated Teeth. Dalam Cohen, S. dan Hargreaves, K.M. Pathways of the Pulp. 9th edition. St. Louis Missouri, Mosby Inc.