Makalah 2 Perilaku Kelompok Dan Tim Kerja [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH PERILAKU KELOMPOK DAN TIM KERJA Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Perilaku Organisasi Dosen Liswandi, Ph.D.



Disusun Oleh: Didik Kuryana, S.E,M.H NIM. 530028468



UNIVERSITAS TERBUKA FAKULTAS MANAJEMEN DAN SDM 2019



DAFTAR ISI



DAFTAR ISI………………………………………………………………………2 A.PENDAHULUAN ……………………………………………………………..3 1.1. Latar Belakang Masalah…………………………………………………3 1.2.



Tujuan Penulisan…………………………………………………….4



B.PERMASALAHAN………………………………………………………………4 C. PEMBAHASAN………………………………………………………………… 4 D.KESIMPULAN………………………………………………………………11 SARAN……………………………………………………………………….11 E. DAFTAR PUSTAKA ...................................... Error! Bookmark not defined.2



2



PERILAKU KELOMPOK DAN TIM KERJA



A. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial merupakan mahkluk yang berhubungan secara timbalbalik dengan manusia lain. Dalam sosiologi, mahkluk sosial adalah sebuah konsep ideologis dimana masyarakat atau struktur sosial dipandang sebagai sebuah "organisme hidup". Kesendirian apapun bentuknya cenderung menghasilkan suatu kelemahan, ketidakmampuan, keterasingan dan bahkan membawa kehancuran. Setiap individu pasti memiliki sisi lemah dan sisi kuatnya. Namun kita sering mempersoalkan kelemahan orang lain dan terlalu sombong dengan kekuatan diri. Sudah saatnya kita mengubah prilaku demikian. Dewasa ini sangat populer adalah adanya sebuah kelompok. Kelompok jelas berbeda dengan tim. Katzenbach dan Smith mendefinisikan Tim sebagai sekelompok kecil orang dengan keterampilan yang saling melengkapi yang berkomitmen untuk maksud bersama, menghasilkan tujuan-tujuan, dan pendekatan bersama dimana mereka mengikatkan diri dalam kebersamaaan tanggung jawab . “Bukti menunjukkan bahwa lazimnya kinerja tim lebih unggul daripada kinerja individu bila tugas yang harus dilakukan menuntut keterampilan, penilaian dan pengalaman yang bervariasi”. Banyak perusahaan yang menggunakan tim untuk meningkatkan kinerja karyawannya. Manajemen telah menemukan bahwa tim lebih tanggap dan responsif terhadap masalah karena tim memiliki kemampuan untuk cepat berkumpul, menyebar, fokus, dan membubarkan diri. Menciptakan tim yang efektif adalah hal yang sangat sulit untuk dilakukan. Ada beberapa komponen penting untuk menciptakan tim yang efektif, yaitu rancangan pekerjaan, komposisi tim, sumber dan pengaruh kontekstual lain yang membuat tim menjadi efektif, serta variabel proses yang mencerminkan sesuatu yang terjadi dalam tim yang mempengaruhi efektivitas. Akhirnya, tim yang efektif memiliki anggota yang setia pada tujuan bersama, tujuan khusus tim, anggota yang percaya terhadap kemampuan tim, level konflik yang dapat dikelola, serta tingkat kemalasan sosial yang minim.



3



1.2. Tujuan Penulisan Secara umum tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui: 1. Menjelaskan pengertian tim. 2. Menjelaskan perbedaan antara tim dan kelompok. 3. Mengetahui tipe-tipe dalam tim. 4. Menjelaskan karakteristik tim yang efektif. 5. Seperti apakah efektifitas tim kerja. 6. Mengetahui komposisi tim yang efektif. 7. Menjelaskan bagaimana menciptakan tim yang berkualitas.



B. Rumusan Masalah Melihat dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai beikut : 1. Apa yang dimaksud dengan tim ? 2. Apa perbedaan antara tim dan kelompok ? 3. Apa saja tipe-tim tim ? 4. Bagaimanakah karakteristik tim yang efektif ? 5. Seperti apakah efektifitas tim kerja ? 6. Bagaimana komposisi tim yang efektif ? 7. Bagaimana menciptakan tim yang berkualitas ?



C. PEMBAHASAN Menurut Snow (1992), Johnson dan Johnson (2000) dan Cummings dan Worley (2001), tim (team) adalah satu set interaksi interpersonal yang terstruktur untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Tim terdiri dari dua orang atau lebih individu yang (a) menyadari adanya interdependensi yang positif dalam mencapai sasaran bersama, (b) saling berinteraksi, (c) menyadari siapa saja yang menjadi anggota dan bukan anggota tim, (d) memiliki peran atau fungsi spesifik dalam menampilkan performa, dan (e) memiliki masa keanggotaan yang terbatas.



4



Menurut Burn (2004) istilah tim didefinisikan sebagai sebuah kelompok kerja yang terdiri dari beberapa orang dengan kompetensi yang setara, dimana mereka bekerja secara interdependen/ketergantungan dalam melaksanakan pekerjaan di satu organisasi. Hare (dalam Burn 2004) menyebutkan bahwa sesama tim adalah kelompok, tetapi tidak semua kelompok dapat dikategorikan sebagai tim. Di sini, istilah tim merujuk pada kelompok kerja yang terdiri dari beberapa individu yang memandang diri mereka, dan dipandang oleh lingkungan kerjanya, sebagai sebuah kesatuan sosial. Jadi dapat disimpulkan bahwa tim adalah suatu unit yang terdiri atas dua orang atau lebih yang berinteraksi dan mengkoordinasi kerja mereka untuk tujuan tertentu. Definisi ini memiliki tiga komponen. Pertama, dibutuhkan dua orang atau lebih. Kedua, orang – orang dalam sebuah tim memiliki interaksi regular. Ketiga, orang – orang dalam sebuah tim memiliki tujuan kinerja yang sama. Stephen P. Robbins melakukan pembedaan antara Kelompok Kerja dengan Tim Kerja berdasarkan 4 variabel yaitu: Sasaran, Sinergi, Akuntabilitas, dan Keahlian. 1) Sasaran a. Kelompok : Berbagi informasi, saling membantu membuat keputusan kinerja masing-masing. b. Tim : Kebutuhan kerja kolektif, saling membantu demi usaha bersama. 2) Sinergi a. Kelompok : Netral (kadang negatif) b. Tim



: Positif melaui usaha yang terkoordinasi



3) Akuntabilitas a. Kelompok : Individu tidak saling melengkapi b. Tim



: Individual dan saling melengkapi



4) Keahlian a. Kelompok : Acak dan jarang b. Tim



: Saling mengganti Kelompok dan tim bukan merupakan hal yang sama persis, ada perbedaan antara kelompok



kerja dengan tim kerja. Kelompok kerja berinteraksi untuk berbagi informasi dan saling membantu membuat keputusan kinerja masing-masing bukan dalam rangka kebutuhan kinerja kolektif dalam usaha bersama, juga tidak ada sinergi positif kecuali semata-mata merupakan sajian akhir dari kontribusi individu dari anggota kelompok tersebut. 5



Tim kerja menghasilkan sinergi positif melalui usaha yang terkoordinasi. Usaha individu memberikan tingkat kinerja lebih besar daripada jumlah individu tersebut. Tim dibentuk manajemen untuk mencari sinergi positif yang membuat mereka meningkatkan kerja. Penggunaan tim yang ektensif menciptakan potensi bagi organisasi untuk menghasilkan output yang lebih besar tanpa peningkatan dalam input.



Perbedaan Kelompok dan Tim, sebagai berikut: KELOMPOK



TIM



1. Anggota beranggapan pengelompokan



1. Anggota menyadari ketergantungan



hanya sekedar administrasi.



satu sama lain,dan tidak mencari



2. Pendekatan hanya sebagai tenaga bayaran.



keuntungan pribadi.



3. Mengerjakan tugas bagian masing-masing 2. Adanya komitmen terhadap sasaran masih harus diperintah.



yang akan dicapai.



4. Dalam penyampaian saran harus berhati- 3. Rasa peka, atau sadar diri terhadap hati, karena dapat dianggap sebagai upaya



tugas masing-masing, yang dapat



untuk memecah belah.



dikontribusikan untuk keberhasilan.



5. Dalam penerapan hasil kerja sangat



4. Bekerja dalam suasana saling percaya,



dibatasi oleh pemimpin. 6. Anggota tidak berperan aktif terhadap



saran dapat diterima dengan terbuka. 5. Penerapan hasil kerja sangat didukung



pengambilan keputusan.



oleh tim. 6. Anggota berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.



Definisi-definisi ini membantu menjelaskan mengapa ada begitu banyakorganisasi yang akhir-akhir ini menyusun ulang proses kerja seputar tim. Manejemen mencari sinergi positif yang memungkinkan organisasi mereka untuk menungkatkan kinerja. Penggunaan tim secara ekstensif menghasilkan potensi bagi sebuah organisasi untuk membuahkan banyak hasil yang lebih besar tanpa peningkatan masukan. Namun, perhatikan apa yang kita sebut ‘potensi’. Tidak ada yang dengan sendirinya membuat berbagi tim yang Hanya semata-mata menyebut sebuah



memastikan pencapaian sinergi positif.



kelompok sebagai tim tidak otomatis 6



meningkatkan kinerjanya. Tim yang efektif memiliki berbagai karakteristik umum. Apabila ingin mendapatkan peningkatkan kinerja organisasi dengan menggunakan tim, menejemen harus memastikan bahwa tim-timnya memiliki karakteristik-karakteristik. Sementara itu, penulis lain seperti Laurie J. Mullins membedakan Kelompok dan Tim berdasarkan 6 variabel yaitu : Ukuran, Seleksi, Kepemimpinan, Persepsi, Gaya, dan Semangat. Manfaat dan Fungsi Tim Bekerja dalam bentuk tim memiliki fungsi yaitu antara lain dapat merubah sikap, perilaku dan nilai-nilai pribadi serta dapat turut serta dalam mendisiplinkan anggota tim. Selain itu, bekerja dalam tim dapat dimanfaatkan untuk pengambilan keputusan , merundingkan dan bernegoisasi. 1. Manfaat Bekerja Dalam Tim a) Bagi Organisasi Tim (1) Meningkatkan produktivitas kerja. (2) Meningkatkan kualitas kerja. (3) Meningkatkan mentalitas kerja. (4) Meningkatkan kemajuan organisasi. b) Bagi Anggota Tim (1) Tanggung jawab atas pekerjaan ditanggung bersama. (2) Sebagai media aktualisasi diri. (3) Stres atau beban kerja berkurang.



2. Tujuan Bekerja Dalam Tim a) Kesatuan Tujuan Setiap anggota tim memiliki kesamaan visi,misi dan program kerja. b) Efisiensi Setiap anggota tim menyelesaikan tugas atau pekerjaan secara cepat,cermat dan tepat tanpa pemborosan dan kecerobohan. c) Efektif Setiap anggota tim memiliki tujuan yang jelas, memiliki keterampilan yang memadai, memiliki komitmen, saling percaya, memiliki komunikasi yang baik, memiliki kemampuan bernegoisasi, dan memiliki kemampuan yang tepat. 7



Jenis-Jenis Tim Menurut Daft (2000) jenis tim terdiri dari enam jenis, yaitu: 1. Tim Formal Tim formal adalah sebuah tim yang dibentuk oleh organisasi sebagai bagian dari struktur organisasi formal. 2. Tim Vertikal Tim vertikal adalah sebuah tim formal yang terdiri dari seorang manajer dan beberapa orang bawahannya dalam rantai komando organisasi formal. 3. Tim Horizontal Tim horizontal adalah sebuah tim formal yang terdiri dari beberapa karyawan dari tingkat hirarki yang hampir sama tetapi berasal dari area keahlian yang berbeda. 4. Tim dengan Tugas Khusus Tim dengan tugas khusus adalah sebuah tim yang dibentuk di luar organisasi formal untuk menangani sebuah proyek dengan kepentingan atau kreativitas khusus. 5. Tim Mandiri Tim Mandiri adalah sebuah tim yang terdiri dari lima hingga dua puluh orang pekerja dengan beragam keterampilan yang menjalani rotasi pekerjaan untuk menghasilkan sebuah produk atau jasa secara lengkap, dan pelaksanaannya diawasi oleh seorang annggota terpilih. 6. Tim Pemecahan Masalah Tim pemecahan masalah biasanya terdiri dari lima hingga dua belas karyawan yang dibayar perjam dari departemen yang sama, dimana mereka bertemu untuk mendiskusikan cara memperbaiki kualitas, efisiensi, dan lingkungan kerja. Tim dapat diklasifikasikan berdasar tujuannya. Terdapat 4 bentuk umum dari tim yang biasa kita temukan sehari-hari yaitu : Tim Problem-Solving, Tim Self-Managed Work, Tim Cross-Functional, dan Tim Virtual.



1. Tim Problem-Solving Bentuk tim awalnya serupa satu sama lain. Mereka umumnya terdiri atas 4 hingga 12 pekerja yang dibayar per jam dari departemen yang sama yang saling bertemu sekian jam setiap minggu untuk membahas peningkatan kualitas, efisiensi, dan lingkungan kerja. Tim seperti ini disebut Tim Problem-Solving. 8



Dalam tim jenis ini, para anggota saling berbagi gagasan dan menawarkan saran seputar proses dan metode kerja seperti apa yang perlu dilakukan agar produktivitas dapat ditingkatkan. Jarangkali tim-tim ini diberikan otoritas untuk secara unilateral (sendirinya) menerapkan saran mereka ke dalam tindakan. Satu hal yang dikenal sebagai bentuk Tim Problem-Solving adalah Lingkaran Kualitas. Ini merupakan tim kerja terdiri atas gabungan 8 hingga 10 pekerja dan supervisor yang saling berbagi gagasan wilayah kewenangan dan bertemu secara teratur guna mendiskusikan masalah kualitas pekerjaan mereka, menyelidiki sebab-sebab masalah, dan merekomendasikan penyelesaian. 2. Tim Self-Managed Work Tim Problem-Solving sudah ada di jalur yang benar, tetapi mereka tidak beranjak jauh dalam hal pelibatan pekerja dalam proses pembuatan keputusan (apalagi implementasi) yang berhubungan dengan suatu pekerjaan. Kekurangan ini mendorong eksperimen dari tim yang benar-benar otonom yang tidak hanya bercorak problem-solving melainkan juga menerapkan penyelesaian dan punya kewenangan penuh atas hasil-hasilnya. Tim Work Self-Managed umumnya terdiri atas 10 hingga 15 orang yang mengambil alih tanggung jawab dari para supervisor. Tanggung jawab ini termasuk kendali menyeluruh atas kecelakaan kerja, penentuan penilaian pekerjaan, pemecahan masalah organisasi, dan pilihan prosedur-prosedur pemeriksaan yang dilakukan secara kolektif. Tim ini bahkan memilih sendiri anggotanya.



3. Tim Cross-Functional Menurut Robbins, Custom Research, Inc, firma riset pemasaran di Minneapolis, Amerika Serikat secara historis telah mengorganisir departemen-departemen yang bersifat fungsional, tetapi manajemen senior menyimpulkan bahwa departemen-departemen tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan yang berubah-ubah dari klien-klien firma. Akibat dari hal tersebut, firma ini menggagas dibentuknya satu tim lintas departemen yang bertujuan meningkatkan komunikasi dan penelusuran catatan kerja, yang akan membawa pada peningkatan produktivitas dan kepuasan klien. Organisasi ini mencerminkan Tim Cross-Functional. Tim ini terdiri atas pekerjapekerja dari tingkat hirarki yang serupa tetapi beda wilayah pekerjaannya. Mereka bergabung bersama guna menyelesaikan suatu pekerjaan.



9



Robbins menyebutkan, banyak organisasi sudah menggunakan Tim Cross-Functional seperti ini semisal IBM membentuk gugus tugas tahun 1960-an yang terdiri atas pekerja lintas departemen dalam perusahaan guna mengembangkan Sistem 360 yang terbukti sukses. Gugus tugas tiada lain melainkan Tim Cross-Functional yang sifatnya temporer. Namun, Robbins mencatat bahwa ledakan penggunaan Tim Cross-Functional kemudian juga terjadi di tahun 1980-an yang dilakukan oleh Toyota, Honda, Nissan, BMW, General Motors, Ford, dan DaimlerChrysler. Sebagai contoh, masih menurut Robbins, antara tahun 1999 hingga Juni 2000 manajemen senior IBM menarik 21 pekerja dari sekitar 100 ribu staf teknologi informasinya guna meminta saran bagaimana perusahaan bisa cepat menyelesaikan proyek dan memasarkan produk secara cepat ke pasar. Ke-21 anggota dipilih karena mereka punya karakteristik yang serupa dimana mereka pernah berhasil memimpin proyek-proyek berjangka cepat. “Speed Team”, demikian julukan tim tersebut, bekerja selama 8 bulan saling berbagi informasi, menguji perbedaan antara proyek-proyek berjangka cepat dan lambat, dan mereka mampu melahirkan rekomendasirekomendasi seputar bagaimana IBM bisa mempercepat produksinya. 4. Tim Virtual Tim-tim yang telah dibahas melakukan pertemuan face-to-face. Tim Virtual menggunakan teknologi komputer guna menghubungkan orang-orang yang terpisah secara fisik guna mencapai sasaran bersama. Teknik tersebut memungkinkan orang saling bekerjasama lewat metode online, kendati mereka dipisahkan yuridiksi negara bahkan benua. Tim Virtual dapat melakukan lebih banyak hal ketimbang tim-tim lainnya, terutama dalam hal berbagi informasi, pembuatan keputusan, dan perampungan pekerjaan. Mereka terdiri atas para anggota dari organisasi yang sama ataupun hubungan anggota organ dengan para pekerja dari organisasi lain semisal supplier ataupun partner perusahaan. Terdapat 3 faktor utama yang membedakan Tim Virtual dengan tim-tim lain yang faceto-face, yaitu : (1) Ketiadaan komunikasi lisan-fisik; (2) terbatasnya konteks sosial, dan (3) kemampuan mengatasi masalah waktu dan hambatan tempat. Dalam komunikasi face-to-face, orang menggunakan paraverbal seperti nada suara, intonasi, dan volume suara serta nonverbal seperti gerak mata, roman muka, gerak tangan, dan bahasa tubuh lainnya. Keduanya semakin menjelaskan komunikasi, tetapi kini hal-hal tersebut nihil di dalam Tim Virtual. Tim Virtual



10



menderita kekuarangan laporan sosial yang manusiawi akibat interaksi langsung yang kecil diantara para anggotanya.



D. Kesimpulan Dan Saran Kesimpulan dari makalah ini adalah : 1) Perbedaan antara kelompok dan tim kerja yaitu kelompok tidak menghasilkan sinergi positif yang bisa menciptidakan seluruh tingkat kinerja yang lebih tinggi dari jumlah masukan sedangkan tim kerja menghasilkan sinergy positif melalui usaha yang terkoordinasi dalam menghasil satu tingkat kinerja yang lebih tinggi daripada jumlah masukan individual. 2) Fungsi dari tim yaitu dapat merubah sikap, perilaku, dan nilai pribadi serta dapat turut serta dalam mendisiplinkan anggota tim. Sedangkan manfaat bekerja dalam tim yaitu untuk pengambilan keputusan, merundingkan, dan bernegosiasi. Tujuan bekerja dalam tim agar anggota memiliki visi dan misi yang sama dalam menyelesaikan tugas atau pekerjaan secara efesiensi dan efektif. 3) Tim yang efektif memiliki berbagai karaketiristik umum. Apabila peningkatan kinerja organisasi dengan menggunakan tim, manajemen harus memastikan bahwa tim-timnya memiliki karakteristik-karakteristik. Tim memiliki jenis-jenis sebagai berikut: tim problem solving, tim self-managed work, tim cross-functional, tim virtual. Sedangkan saran terkait dengan makalah ini adalah : 1) Meskipun tim menjadi penentu mulus tidaknya perjalanan organisasi, namun masih diperlukan adanya kerjasama yang baik dalam melaksanakan tanggung jawab dalam keorganisasian. 2) Tim tidak selalu terdiri dari sekumpulan orang dengan gaya, sikap, maupun cara kerja yang sama. Perbedaan antar tim justru merupakan potensi yang akan membuat sebuah tim menjadi kreatif dan inovatif. Oleh karena itu, perbedaan cara kerja dalam tiap anggota tim harus ditanggapi dengan positif.



11



E. DAFTAR PUSTAKA



http://anthoposthink02.blogspot.co.id/2014/02/makalah-prilaku-organisasi.html. (22 Maret 2017) https://prezi.com/w7ggvyyvxoqq/pondasi-perilaku-kelompok-dan-kerjasam-tim-kerja/. (22 Maret 2017) http://lukmancoroners.blogspot.co.id/2010/06/kelompok-dan-tim-kerja.html. (25 Maret 2017) Laurie J. Mullins. 2005. Management and Organizational Behavior, 7th Edition. Essex: Pearson Education Limited Robbins, Stephen P. 2007. Perilaku Organisasi Buku 1, Jakarta: Salemba Empat Stephen P. Robbins. 2003. Essentials of Organization Behavior, 7th Edition. Upper Saddle River, New Jersey: Prentice Hall Winahyuningsih,Panca. Perilaku Organisasi. 2017



12