Makalah Abortus Kelompok [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH ABORTUS Makalah ini disusun guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah Keperawatan Maternitas Dosen Pengampu : Siti Handayani, S.ST., M.Kes



Nama Anggota Kelompok 1 : Afifah Ukhti Deviasi



(P27220020048)



Elina Oktafiani



(P27220020062)



Nanda Melantika



(P27220020074)



PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA 2021



BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Abortus (keguguran) merupakan salah satu penyebab perdarahan yang terjadi pada keham ilan trimester pertama dan kedua. Perdarahan ini dapat menyebabkan berakhirnya kehamilan atau kehamilan terus berlanjut secara klinis, 10-15% kehamilan yang terdiagnosis berakhir de ngan abortus. (Wiknjosastro 2010). Abortus adalah penghentian atau berakhirnya suatu kehamilan pada usia 20 minggu dan berat janin masih kurang dari 500 gr. Abortus merupakan salah satu masa lah kesehatan “unsafe abortion” menimbulkan angka kesakitan dan kematian ibu yang tinggi. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan d i suatu Negara. (Sarwono. 2010). Abortus iminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pad a kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus dan tanpa dilatasi serviks. Pada kondisi seperti ini, kehamilan masih mungkin berlanjut dan dipertahankan. (Khumaira. 2012). Abotus adalah penghentian kehamilan sebelum janin dapat hidup di lu ar rahim yaitu usia kurang dari 20 minggu usia kehamilan dengan berat janin kurang dari 500 gram (Bennett & Brown, 1977; Enkin, 2000; Wiknjosastro, 2002). Angka abortus sulit diteta pkan, sekitar 15-20% kehamilan yang diketahui secara klinis berakhir menjadi abortus sponta n, dan 80% terjadi pada trimester pertama dan satu dari tujuh wanita mengalami abortus sekit ar minggu ke-14 usia gestasi (Bennett & Brown, 1997) . Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) 15-50% kematian ibu disebabkan oleh abortu s. Di dunia angka kematian ibu dan bayi tertinggi adalah di Asia Tenggara. World Health Org anization (WHO) memperkirakan kesehatan ibu sangat terkait dengan kesehatan reproduksi. Pada siklus hidupnya, wanita mengalami tahap-tahap kehidupan diantaranya dapat hamil dan melahirkan beberapa kehamilan terakhir dengan kelahiran tapi tidak jarang yang mengalami a bortus.



B. Rumusan Masalah



Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien Ny. F yang mengalami abortus iminens de ngan masalah keperawatan intoleransi aktivitas di Rumah Sakit. C. Tujuan 1.



Tujuan Umum Melakukan Asuhan Keperawatan pada klien Ny. F yang mengalami abortus iminens den gan masalah keperawatan intoleransi aktivitas.



2.



Tujuan Khusus a.



Diketahuinya kesenjangan antara teori dan praktek dalam melaksanakan pengkajian keperawatan pada klien Ny. F yang mengalami Abortus Iminens dengan masalah ke perawatan Intoleransi Aktivitas



b.



Diketahuinya kesenjangan antara teori dan praktek dalam menegakkan diagnosa kep erawatan pada klien Ny. F yang mengalami Abortus Iminens dengan masalah kepera watan Intoleransi Aktivitas di Rumah Sakit.



c.



Diketahuinya kesenjangan antara teori dan praktek dalam menetapkan perencanaan k eperawatan pada klien Ny. F yang mengalami Abortus Iminens dengan masalah kep erawatan Intoleransi Aktivitas di Rumah Sakit.



d.



Diketahuinya kesenjangan antara teori dan praktek dalam melaksanakan tindakan ke perawatan pada klien Ny. F yang mengalami Abortus Iminens dengan masalah keper awatan Intoleransi Aktivitas di Rumah Sakit.



e.



Diketahuinya kesenjangan antara teori dan praktek dalam melaksanakan evaluasi ke perawatan pada klien Ny. F yang mengalami Abortus Iminens dengan masalah keper awatan Intoleransi Aktivitas di Rumah Sakit.



BAB II PEMBAHASAN



A. Pengertian Menurut Prawirohardjo (2012) abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Sebagai batasan ialan kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Abortus dini terjadi pada kehamilan sebelum 12 minggu umur kehamilan, sedangkan abortus tahap akhir (late abortion) terjadi antara 12 – 20 minggu umur kehamilan. Beberapa kriteria dugaan terjadinya abortus seperti keterlambatan datang bulan, terjadinya perdarahan disertai sakit perut, pengeluaran hasil konsepsi dan pemeriksaan tes kehamilan dapat positif atau sudah negatif. Prognosa dari kejadian abortus tergantung pada cepat lambatnya dalam mendiagnosis dan mencari etiologi. Komplikasi yang sering timbul dari kejadian abortus seperti perdarahan, perforasi, syok, infeksi, dan pada missed abortion dapat terjadi kelainan pembekuan darah. B. Patofisiologi Pada permulaan abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis diikuti oleh nekrosis jaringan di sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan bagian benda asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8 – 14 minggu villi koriales menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu ke atas umumnya yang mula – mula dikeluarkan setelah ketuban pecah janin, disusul beberapa waktu kemudian oleh plasenta yang telah lengkap terbentuk. Perdarahan tidak banyak jika plasenta terlepas dengan lengkap.



C. Klasifikasi Abortus Menurut terjadinya, Prawirohardjo (2012) membagi abortus menjadi tiga jenis yaitu : 1.



Abortus provokatus Didefinisikan sebagai prosedur untuk mengakhiri kehamilan yang tidak diinginkan baik oleh orang – orang yang tidak memiliki ketrampilan yang diperlukan atau dalam lingkungan yang tidak memenuhi dtandar medis minimal atau keduanya.



2.



Abortus terapeutik Abortus terapeutik adalah abortus buatan yang dilakukan atas indikasi medik. Pertimbangan demi menyelamatkan nyawa ibu dilakukan oleh minimal 3 dokter spesialis yaitu spesialis Kebidanan dan Kandungan, spesialis Penyakit Dalam, dan spesialis Jiwa. Bila perlu dapat ditambah pertimbangan oleh tokoh agama terkait.



3.



Abortus spontan Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa adanya tindakan apa pun.



4.



Abortus imminens Abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman terjadinya abortus, ditandai dengan perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan.



5.



Abortus insipiens Abortus insipiens ialah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan kuat, perdarahan bertambah. Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret vakum atau dengan cunam ovum, disusul dengan kerokan. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu biasanya perdarahan tidak banyak dan bahaya peforasi pada kerokan lebih besar, maka sebaiknya proses abortus dipercepat dengan pemberian infus oksitosin.



6.



Abortus inkomplit Abortus inkomplit ialah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Perdarahan pada abortus inkomplit dapat banyak sekali sehingga menyebabkan syok dan perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa konsepsi dikeluarkan.



7.



Abortus komplit Pada abortus komplit semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak mengecil.



8.



Missed abortion Missed abortion ialah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi missed abortion tidak diketahui, tetapi diduga pengaruh hormon progesteron. Pemakaian hormon progesteron pada abortus imminens mungkin juga dapat menyebabkan missed abortion.



9.



Abortus habitualis Abortus habitualis ialah abortus sopntan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut – turut. Penderita abortus habitualis pada umumnya tidak sulit untuk menjadi hamil kembali, tetapi kehamilannya berakhir dengan keguguran/abortus secara berturut – turut. Abortus habitualis disebabkan oleh adanya kelainan yang menetap paling mungkin adalah kelainan genetik, kelainan anatomis saluran reporduksi, kelainan hormonal, infeksi, kelainan faktor imunologis atau penyakit sistemik.



10. Abortus infeksius, Abortus septik Abortus infeksius ialah abortus yang disertai infeksi pada alat genetalia. Abortus septik ialah abortus yang disertai penyebaran infeksi pada peredaran darah tubuh atau peritoneum (septikemia atau peritonitis). Kejadian ini merupakan salah satu komplikasi tindakan abortus yang paling sering terjadi apalagi bila dilakukan kurang memperhatkan asepsis dan antisepsis. 11. Kehamilan anembrionik (Blighted ovum) Kehamilan anembrionik merupakan kehamilan patologi dimana mudigah (embrio) tidak terbentuk sejak awal walaupun kantong gestasi tetap terbentuk. Disamping mudigah, kantong kuning telur juga tidak ikut terbentuk. Kelainan ini merupakan suatu



kelainan



kehamilan



yang



baru



terdeteksi



setelah



berkembangnya



ultrasonografi. D. Etiologi Penyebab abortus merupakan gabungan dari beberapa faktor. Umumnya abortus didahului oleh kematian janin.



1.



Faktor janin Kelainan yang paling sering dijumpai pada abortus adalah gangguan pertumbuhan zigot, embrio, janin atau plasenta. Kelainan tersebut biasanya menyebabkan abortus pada trimester pertama, yakni : kelainan telur, telur kosong (blighted ovum), kerusakan embrio, atau kelainan kromosom (monosomi, trisomi, atau poliploidi), embrio dengan kelainan lokal, abnormalitas pembentukan plasenta (hipoplasi trofoblas).



2.



Faktor maternal Infeksi maternal dapat membawa risiko bagi janin yang sedang berkembang, terutama pada akhir trimester pertama atau awal trimester kedua. Tidak diketahui penyebab kematian janin secara pasti, apakah janin yang terinfeksi atau toksin yang dihasilkan oleh mikroorganisme penyebabnya. Penyakit – penyakit yang dapat menyebabkan abortus adalah : a.



Virus, misalnya rubella, sitomegalovirus, virus herpes simpleks, varicella zoster, vaccinia, campak, hepatitis, polio, dan ensefalomielitis.



b.



Bakteri, misalnya klamida trakomatis, ureaplasma urelitikum, bakterial vaginosis, dan salmonella typhi.



c.



Parasit, misalnya toxoplasma gondii, plasmodium.



d.



Penyakit vaskular, misalnya hipertensi vaskular



e.



Kelainan endokrin



f.



Abortus spontan dapat terjadi bila produksi progesteron tidak mencukupi atau pada penyakit disfungsi tiroid, defisiensi insulin.



g.



Faktor imunologis



h.



Ketidakcocokan (inkompatibilias) sistem HLA (Human Leukocyte Antigen)



i.



Kelainan uterus dan serviks



j.



Hipoplasia uterus, mioma (terutama mioma submukosa), serviks inkompeten dan kelainan serviks



k.



Faktor psikosomatik



E. Faktor Risiko Faktor risiko yang terjadi pada abortus adalah : 1.



Usia



Berdasarkan teori prawirahardjo (2012) oada kehamilan usia muda keadaan ibu masih labil dan belum siap mental untuk menerima kehamilannya. Kondisi ini menyebabkan ibu menjadi stress dan akan meningkatkan risiko terjadinya abortus. Kejadian abortus berdasarkan usia 42,9 % terjadi pada kelompok usia di atas 35 tahun, kemudian diikuti kelompok usia 30 sampai dengan 34 tahun dan antara 25 sampai 29 tahun. Hal ini disebabkan usia diatas 35 tahun secara medik merupakan usia yang rawan untuk kehamilan. Menurut Kenneth J. Leveno et al (2010) pada usia 35 tahun atau lebih, kesehatan ibu sudah menurun. Akibatnya, ibu hamil pada usia itu mempunyai kemungkinan lebih besar untuk mempunyai anak premature, pesalinan lama, perdarahan, dan abortus. Abortus spontan yang secara klinis terdeteksi meningkat 12 % pada wanita berusia kurang dari 20 tahun dan menjadi 26 % pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. 2.



Paritas Pada kehamilan rahim ibu teregang oleh adanya janin. Bila terlalu sering melahirkan, rahim akan semakin lemah. Bila ibu telah melahirkan 4 anak atau lebih, maka perlu diwaspadai adanya gangguan pada waktu kehamilan, persalinan dan nifas. Risiko abortus spontan menungkat seiring dengan paritas ibu.



3.



Riwayat abortus sebelumnya Menurut Prawirohardjo (2012) riwayat abortus pada penderita abortus merupakan predisposisi terjadinya abortus berulang. Kejadiannya sekitar 3 – 5 %. Data dari beberapa studi menunjukkan bahwa setelah 1 kali abortus pasangan mempunyai risiko 15 % untuk mengalami keuguran lagi, sedangkan bila pernah 2 kali, risikonya akan meningkat 25 %. Beberapa studi meramalkan bahwa risiko abortus setelah 3 kali abortus berurutan adalah 30 – 45 %.



4.



Penyakit infeksi Penyakit ibu seperti pneumonia, thyphus abdominalis, pielonefritis, malaria, dan lain – lain dapat menyebabkan abortus. Selain itu kemungkinan penyebab terjadinya abortus adalah infeksi pada alat genetalia. Tetapi bisa juga dipengaruhi oleh faktor – faktor lain. Infeksi vagina pada kehamilan sangan berhubungan dengan terjadinya abortus atau partus sebelum waktunya. Sebanyak 2 % peristiwa abortus disebabkan oleh adanya penyakit sistemik maternal (systemic lupus erythematosus) dan sistemik maternal tertentu lainnya.



5.



Merokok



Wanita yang merokok diketahui lebih sering mengalami abortus spontang daripada wanita yang tidak merokok karena kemungkinan bersamaan dengan mengkonsumsi alkohol. Merokok 1 – 19 batang perhari dan ≥ 20 batang perhari memiliki efek pada ibu mengalami abortus spontan yang lebih awal. F. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala dari abortus imminens adalah : 1.



Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu



2.



Perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, hasil konsepsi masih berada dalam uterus, tanpa adanya dilatasi serviks



3.



Perdarahan melalui ostium uteri eksternum



4.



Uterus membesar sebesar tuanya kehamilan, serviks belum membuka, tes kehamilan positif



5.



Perdarahan implitasi biasanya sedikit warnanya merah dan cepat berhenti dan tidak disertai mules – mules



G. Penatalaksanaan 1.



Abortus inkomplit Penatalaksanaan



abortus



inkomplit



dapat



dilakukan



secara



ekspektatif,



medikamentosa, dan tindakan bedah dengan kuretase atau aspirasi vakum. 2.



Abortus imminens Dalam penatalaksanaan abortus imminens dipakai cara konservatif meliputi : a.



Istirahat baring Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanis.



b.



Coitus dilarang selama 2 minggu setelah perdarahan berhenti



c.



Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3 x 30 mg. Berikan preparat hematinik misalnya sulfas ferosus 600 – 1000 mg



d.



Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C



e.



Periksa denyut nadi dan suhu badan sua kali sehari bila klien tidak panas dan tiap empat jam bila pasien panas



f.



Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik untuk mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat



g.



Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil negatif, mungkin janin sudah mati. Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup BAB III ASUHAN KEPERAWATAN



A. Pengkajian 1.



Anamnesis Anamnesis pada kasus keguguran perlu dilakukan dengan memperhatikan kenyamanan pasien, menanyakan hanya hal-hal yang penting untuk asuhan pasca keguguran, dan tidak bertujuan untuk menggali kehidupan pribadi pasien. Terdapat beberapa hasil anamnesis yang dapat membantu menegakkan diagnosis kasus keguguran, misalnya: adanya tanda dan gejala kehamilan awal, perdarahan pervaginam yang dapat disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi, dan rasa sakit atau kram perut di daerah atas simfisis. Hasil anamnesis yang biasanya muncul dalam abortus adalah 1.



Usia kehamilan ibu (kurang dari 20 minggu).



2.



Adanya kram perut atau mules daerah atas sympisis, nyeri pinggang akibat kontraksi uterus.



3.



Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi.



2.



Pemeriksaan fisik Hasil pemeriksaan fisik di dapat: a.



Biasanya keadaan umum (KU) tampak lemah.



b.



Tekanan darah normal atau menurun.



c.



Denyut nadi normal, cepat atau kecil dan lambat.



d.



Suhu badan normal atau meningkat.



e.



Pembesaran uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan.



a.



Pemeriksaan ginekologi Hasil pemeriksaan ginekologi didapat: Inspeksi vulva untuk menilai perdarahan pervaginam dengan atau tanpa jaringan hasil konsepsi.



b.



Pemeriksaan pembukaan serviks.



c.



Inspekulo menilai ada/tidaknya perdarahan dari cavum uteri, ostium uteri terbuka atau tertutu, ada atau tidaknya jaringan di ostium.



d.



Vagina Toucher (VT) menilai portio masih terbuka atau sudah tertutup teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri, tidak nyeri adneksa, kavum doglas tidak nyeri.



Informasi yang digali dalam anamnesis 1.



Identitas pasien : Nama, usia, informasi kontak



2.



Alasan mencari layanan kesehatan : Kondisi kehamilan, termasuk tanda dan gejala kehamilan serta komplikasi yang mungkin terjadi, perdarahan pervaginam



3.



Riwayan obstetri : Informasi mengenai kehamilan-kehamilan sebelumnya beserta



luarannya,



termasuk:



kehamilan



ektopik,



riwayat



keguguran



sebelumnya, kematian janin, kelahiran hidup, dan cara persalinan. 4.



Riwayat ginekologi : a.



Hari pertama haid terakhir dan apakah haid terakhir normal.



b.



Pola siklus haid



c.



Masalah ginekologi, termasuk riwayat pembedahan ginekologis, atau abnormalitas atau kondisi fisik lainnya yang diketahui



d.



Riwayat kontrasepsi, kontrasepsi yang kini dan yang sebelumnya digunakan, serta pengalaman positif dan negatif terkait penggunaan tersebut



5.



6.



Riwayat seksual a.



Pasangan saat ini, dan apakah masing-masing memiliki pasangan lain



b.



Riwayat atau gejala infeksi menular seksual (IMS) termasuk HIV/AIDS



Riwayat penyakit lainnya a.



Penyakit kronis, seperti hipertensi, kejang, kelainan pembekuan darah, penyakit hepar, penyakit jantung, diabetes, anemia, kelainan darah, asma, dan gangguan kejiwaan



7.



b.



Riwayat rawat inap sebelumnya



c.



Riwayat pembedahan sebelumnya



Obat-obatan dan alergi a.



Obat-obatan yang digunakan sehari-hari



b.



Obat-obatan atau jamu yang baru-baru ini digunakan, termasuk dosis, jalur pemberian, dan waktu pemberian obat-obatan yang digunakan sebagai bagian dari upaya pengguguran kehamilan oleh diri sendiri



8.



Riwayat sosial a.



Status pernikahan



b.



Lingkungan keluarga



c.



Riwayat kekerasan seksual dan kekerasan dalam rumah tangga



d.



Paksaan dari pasangan atau anggota keluarga



e.



Masalah sosial lain yang dapat mempengaruhi layanan kesehatan



f.



Riwayat penggunaan alkohol dan obat terlarang



B. Diagnosa Keperawatan 1.



Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis



2.



Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif



C. Intervensi Keperawatan 1.



Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis Intervensi utama : Manajemen nyeri Observasi -



Identifikasi lokasi, karakteristik durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri



-



Identifikasi skala nyeri



-



Identifikasi respons nyeri non verbal



-



Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri



-



Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri



-



Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri



-



Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup



-



Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan



-



Monitor efek samping penggunaan analgetik



Terapeutik -



Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (misal TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat / dingin, terapi bermain)



-



Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (misal suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)



-



Fasilitasi istirahat dan tidur



-



Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri



Edukasi -



Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri



-



Jelaskan strategi meredakan nyeri



-



Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri



-



Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat



-



Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri



Kolaborasi



-



Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu



2. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif Intervensi utama : Manajemen hipovolemi Observasi -



Periksa tanda dan gejala hipovolemia (misal frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa kering, volume urine menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah)



-



Monitor intake dan output cairan



Terapeutik -



Hitung kebutuhan cairan



-



Berikan posisi modified Trendelenburg



-



Berikan asupan cairan oral



Edukasi -



Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral



-



Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak



Kolaborasi -



Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (misal NaCl, RL)



-



Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (misal glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)



-



Kolaborasi pemberian cairan koloid (misal albumin, plasmanate)



-



Kolaborasi pemberian produk darah



DAFTAR PUSTAKA



Sari Ratna Dewi. 2019. “HUBUNGAN ANTARA POLIP SERVIKS DENGAN ANCAMAN ABORTUS PADA KEHAMILAN MUDA DI RS ABDUL MOELOEK LAMPUNG”, (online),



(http://repository.lppm.unila.ac.id/10422/1/dr%20Ratna%20DPS



%20%28Laporan%20Penelitian%20dg%20dr%20Risti%29.pdf



diakses



pada



1



September 2021) Kementrian



Kesehatan



RI.



2020.



“PEDOMAN



NASIONAL



ASUHAN



PASCA



KEGUGURAN YANG KOMPREHENSIF”. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI Rosmanengsi. 2019. MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL DENGAN ABORTUS INKOMPLIT DI RSUD SYEKH YUSUF GOWA”, (online), (http://repositori.uin-alauddin.ac.id/5501/1/ROSMANENGESIH.pdf diakses pada 30 Agustus 2021)