Makalah Analisis Wacana Kel. 8 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH Analisis Tekstual, Kontekstual, dan Intertekstual, Serta Penerapannya Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Pengembangan Analisis Wacana Dosen Pengampu : Muhammad Yazidululum, M.Pd.



Disusun oleh: (Kelompok 8) 1. Linda Wahyuni



(1908110011)



2. Sylpia ayuningrum



(1908110023)



3. Vivi Luthfiahtus S



(1908110036)



TADRIS BAHASA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI CIREBON 2021/2022



KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR



Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan berkat, rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyusun serta menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada waktunya. Sholawat dan salam tak lupa penulis curahkan kepada nabi Muhammad SAW beserta keluarganya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak Muha mmad Yazidululum, M.Pd. selaku dosem mata kuliah Analisis Wacana. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang ”Analisis Tekstual, Kontekstual,Dan Intertekstual, Serta Penerapannya” bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Muhammad Yazidululum, M.Pd selaku dosen mata kuliah Analisis Wacana yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami menyadari, makalah yang kami selesaikan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.



Cirebon, 30 Oktober 2021



Penulis



ii



iii



DAFTAR ISI COVER......................................................................................................................



i



KATA PENGANTAR.................................................................................................



ii



DAFTAR ISI..............................................................................................................



iii



BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................



1



A. Latar Belakang..........................................................................................



1



B. Rumusan Masalah......................................................................................



2



C. Tujuan .......................................................................................................



2



BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................



3



A. Pengertian Analisis Wacana Tekstual .....................................................



3



B. Pengertian Kontekstual..............................................................................



6



C. Pengertian Intertekstual ............................................................................



9



D.Penerapan Pendekatan Hubungan Intertekstual Dalam Puisi dan Prosa . …



10



E. Penerapan kontekstual ………………………………………………..



18



BAB III PENUTUP....................................................................................................



15



Kesimpulan.....................................................................................................



19



DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................



19



iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kajian tentang perilaku manusia yang tergambar dalam wacana lisan maupun wacana tulis sangatlah menarik untuk diteliti. Hal ini dapat dilakukan dengan pendekatan analisis wacana. Analisis wacana adalah kajian atas penggunaan bahasa yang dilakukan manusia (Brown dan Yule, 1996: 1). Analisis wacana digunakan untuk mengetahui aspek tekstual dan kontekstual bahasa sebagai sarana komunikasi, baik berupa bahasa lisan, yaitu komunikasi yang berupa bahasa lisan maupun percakapan dan sarana komunikasi yang berupa bahasa tulis (Sumarlam, dkk., 2003: 1). Salah satu jenis penelitian mengenai wacana adalah dengan mengkaji wacana tersebut dari segi tekstual dan kontekstualnya (Wijana dan Rohmadi, 2011). Penelitian penggunaan bahasa yang terfokus pada naskah secara tekstual dan kontekstual akan menghasilkan pemahaman makna yang lebih dalam. Hasil penelitian Andriyani (2013) membuktikan bahwa analisis wacana secara tekstual dan kontekstual dapat memudahkan pembaca atau pendengar dalam memahami sebuah wacana secara utuh dan menyeluruh. Penelitiannya tentang novel Traju Mas karya Imam Sadjono membantu pembacanya memahami konteks pembicaraan antara pelaku dan tokohtokoh yang ada di dalam novel itu. Analisis wacana tekstual terbagi dalam dua aspek, yaitu aspek gramatikal dan aspek leksikal. Aspek gramatikal terdiri atas empat jenis, yaitu pengacuan, pelesapan, penyulihan, dan perangkaian. Adapun aspek leksikal dalam analisis tekstual terdiri atas enam jenis, yaitu repetisi, sinonimi, antonimi, kolokasi, hiponimi, dan ekuivalensi. Analisis wacana juga mengkaji lebih dalam tentang situasi dan kondisi saat terjadinya peristiwa percakapan atau kebahasaan seseorang atau kelompok 3 orang. Situasi dan kondisi yang terjadi dalam suatu peristiwa dapat dianalisis melalui analisis wacana kontekstual. Dalam menganalisis wacana, baik secara tekstual maupun kontestual, terdapat banyak kajian mengenai wacana dalam bentuk teks sastra. Penelitian mengenai wacana dalam bentuk sastra sudah banyak dilakukan. Hal tersebut dikarenakan dalam teks sastra mengandung banyak nilai atau makna di dalamnya. Selain itu, sastra juga iv



dijadikan sebagai bagian dari proses pembelajaran pada jenjang pendidikan menengah. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian tekstual? 2. Apa pengertian kontekstual? 3. Apa pengertian intertekstual? 4. Apa penerapan tekstual, kontekstual, dan intertekstual? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengertian tekstual, kontekstual, dan intertekstual. 2. Mengetahui penerapan antara tekstual, dan kontekstual. 3. Memahami apa arti dari analisis wacana kontekstual, kontekstual, dan tekstual.



v



BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Analisis Wacana Tekstual Analisis wacana tekstual terbagi dalam dua aspek, yaitu aspek gramatikal dan aspek leksikal. Aspek gramatikal terdiri atas empat jenis, yaitu pengacuan, pelesapan, penyulihan, dan perangkaian. Adapun aspek leksikal dalam analisis tekstual terdiri atas enam jenis, yaitu repetisi, sinonimi, antonimi, kolokasi, hiponimi, dan ekuivalensi. Analisis wacana juga mengkaji lebih dalam tentang situasi dan kondisi saat terjadinya peristiwa percakapan atau kebahasaan seseorang atau kelompok 3 orang. Situasi dan kondisi yang terjadi dalam suatu peristiwa dapat dianalisis melalui analisis wacana kontekstual. Dalam menganalisis wacana, baik secara tekstual maupun kontestual, terdapat banyak kajian mengenai wacana dalam bentuk teks sastra. Penelitian mengenai wacana dalam bentuk sastra sudah banyak dilakukan. Hal tersebut dikarenakan dalam teks sastra mengandung banyak nilai atau makna di dalamnya. Selain itu, sastra juga dijadikan sebagai bagian dari proses pembelajaran pada jenjang pendidikan menengah. Salah satu pembelajaran sastra yang diajarkan kan dalam jenjeng pendidikan menengah adalah drama. Melalui proses pembelajaran drama, siswa diharapkan dapat menghargai, menikmati, dan memanfaatkan karya sastra guna memperluas wawasan kehidupan. Berdasarkan bentuknya, drama merupakan salah satu ragam teks sastra di samping puisi dan prosa fiksi. Sebagai bagian dalam pembelajaran sastra di sekolah, drama yang dijadikan bahan pembelajaran haruslah sesuai atau relevan dengan tujuan kurikulum yang ditetapkan. Bahan ajar yang relevan adalah bahan ajar yang memiliki cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta didik (Depdiknas, 2006:14–15). https://media.neliti.com/media/publications/53421-ID-analisis-wacana-tekstual-dankontekstual.pdf). Berikut penjelasan tentang aspek-aspek gramatikal dalam analisis tekstual: 



Pengacuan



vi



Terdapat tiga jenis pengacuan dalam wacana naskah drama Matahari di Sebuah Jalan Kecil, yaitu pengacuan persona, pengacuan demonstratif, dan pengacuan komparatif. a. Pengacuan persona Dalam naskah drama Matahari di Sebuah Jalan Kecil ditemukan 191 data pengacuan persona. Pengacuan persona itu terbagi menjadi tiga, yaitu pengacuan persona pertama (persona I), kedua (persona II), dan ketiga (persona III), baik tunggal maupun jamak. Hasil temuan data pengacuan persona sebagai berikut. (1) Si Peci : “Baiklah, Mbok, saya membawakan bajunya ke dalam. Kalau ada apa-apa panggillah saya. (menerima baju)” (2) Si Kurus : “Setiap orang yang punya sepatu yang rusak dan buruk seperti sepatumu pasti kenal padanya. Dia tukang sepatu.” (3) Narasi : “DUA ORANG ANAK MASUK, MEREKA MENONTON.” Kutipan (1) merupakan pengacuan pronomina I tunggal bentuk bebas saya. Bentuk pengacuan persona I tunggal bentuk bebas saya ini mengacu pada si peci sebagai penutur dalam tuturan tersebut. Kata saya (1) merupakan jenis kohesi gramatikal pengacuan endofora (karena acuannya berada dalam teks) yang bersifat anaforis karena acuannya disebutkan terlebih dahulu. Kutipan (2) menunjukkan adanya persona kedua tunggal. Bentuk terikat kanan -mu dalam kata sepatumu yang mengacu kepada pemuda sebagai lawan bicara penutur dalam tuturan (2). Pada kutipan (3) terdapat pengacuan persona ketiga jamak. Hal itu dapat dilihat dengan adanya penggunaan kata mereka yang mengacu pada dua orang anak yang masuk hendak menonton kejadian di warung pecel tempat simbok berjualan pecel. b. Pengacuan demonstratif Dalam naskah drama Matahari di Sebuah Jalan Kecil ditemukan 139 data pengacuan demonstratif. Keempat macam demonstratif, baik demonstratif waktu maupun tempat memiliki ciri khas tersendiri. Pada naskah Matahari di Sebuah Jalan Kecil ditemukan 69 data pengacuan demonstratif waktu dan 70 data pengacuan demonstratif tempat. vii



(4) Si Tua : “Tempe lima rupiah sekarang.” (5) Simbok : “Tapi sebentar lagi saya mau pergi dari sini.” Kutipan (4) menunjukkan adanya penggunaan pengacaun demonstratif waktu kini yang ditandai dengan penggunaan kata sekarang, sedangkan pada kutian (5) terdapat kata sini sebagai penanda pengacuan demonstratif tempat dekat dengan penutur. c. Pengacuan komparatif Pengacuan komparatif dapat ditandai dengan penggunaan kata seperti, bagai, bagaikan, laksana, sama dengan, tidak berbeda dengan, persis seperti, dan persis sama dengan. Dalam naskah drama Matahari di Sebuah Jalan Kecil ditemukan data pengacuan komparatif sebanyak 8 data. (6) Penjaga Malam : “Dia licik seperti belut. (Menggeliat lalu pergi)” (7) Si Kurus : “Semua orang bagai dihajar mencuri dan menipu.” 



Penyulihan Penyulihan dibedakan menjadi empat jenis, yaitu (1) substitusi nominal, (2) substitusi verbal, (3) substitusi frasal, dan (4) substitusi klausal. Dalam naskah Matahari di Sebuah Jalan Kecil ditemukan 5 data penyulihan (substitution), yaitu substitusi nominal, 3 data substitusi verbal, dan substitusi klausal. Substitusi nominal yang ditemukan adalah kutipan yang disampaikan oleh tokoh si kurus, “Enak?”, “Sedap?”. Pada kutipan di atas tejadi penggantian nominal enak menjadi sedap. Kutipan tersebut dituturkan oleh tokoh si kurus kepada si tua sebagai mitra tuturnya.







Pelesapan Di dalam analisis wacana, unsur yang dilesapkan ditandai dengan konstituen nol atau zero (dengan lambang Ø) pada tempat terjadinya pelesapan unsur tersebut. Dalam naskah drama Matahari di Sebuah Jalan Kecil ditemukan 4 data yang merupakan pelesapan.







Perangkaian Perangkaian atau konjungsi merupakan salah satu jenis kohesi gramatikal yang ditandai dengan adanya hubungan antara unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam sebuah wacana. Unsur yang dirangkai dapat berupa satuan lingual kata, frasa, klausa, maupun kalimat.. Dalam naskah drama Matahari di Sebuah Jalan Kecil dapat ditemukan 129 data perangkaian. Perangkaian dalam naskah drama tersebut ditandai dengan penggunaan kata tapi, dan, atau, sebab, setelah, lalu, kalaupun, dan kecuali. viii



Selanjutnya aspek leksikal: 



Repetisi adalah pengulangan satuan lingual berupa bunyi, suku kata, kata, atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Dalam naskah drama Matahari di Sebuah Jalan Kecil ditemukan repetisi 71 sebanyak data.







Sinonimi dapat diartikan sebagai nama lain untuk benda atau hal yang sama atau ungkapan yang maknanya kurang lebih sama dengan ungkapan lain. Dalam naskah drama Matahari di Sebuah Jalan Kecil ditemukan data sinonimi sebanyak tiga belas data.







Antonimi dapat diartikan sebagai nama lain untuk benda atau hal yang lain atau satuan lingual yang maknanya berlawanan atau beroposisi dengan satuan lingual yang lain. Dalam naskah Matahari di Sebuah Jalan Kecil ditemukan adanya lima data antonimi.







Kolokasi atau sanding kata adalah asosiasi tertentu dalam menggunakan pilihan kata yang cenderung digunakan secara berdampingan. Dalam naskah drama Matahari di Sebuah Jalan Kecil ditemukan adanya sembilan data kolokasi.







Hiponimi dapat diartikan sebagai suatu bahasa (kata, frasa, atau kalimat) yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna satuan lingual yang lain. Unsur atau satuan lingual yang mencakupi beberapa unsur atau satuan lingual yang berhiponim itu disebut hipernim atau superordinat.







Ekuivalensi adalah hubungan kesepadanan antara satuan lingual tertentu dengan satuan lingual yang lain dalam sebuah paradigma. Dalam naskah drama Matahari di Sebuah Jalan Kecil ditemukan adanya sembilan data ekuivalensi.



B. Pengertian Kontekstual Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang menekankan pada kaitan antara materi yang dipelajari dengan kondisi di kehidupan nyata yang bisa dilihat dan dianalisis oleh peserta didik. Artinya, saat kegiatan pembelajaran berlangsung peserta didik seolah bisa merasakan dan melihat langsung aplikasi nyata materi yang sedang dipelajari. Adapun contoh pembelajaran kontekstual di kelas adalah sebagai berikut. a. Guru mempraktikkan renang gaya kupu-kupu di hadapan para peserta didik.



ix



b. Guru menampilkan gambar rangka manusia untuk menunjukkan bagian-bagian rangka manusia. c. Guru membawa bahan ajar berupa perkecambahan untuk menunjukkan proses pertumbuhan biji. d. Guru membawa contoh koran atau majalah sebagai bahan untuk membahas berita. e. Guru mengajak peserta didik di daerah yang rawan banjir maupun longsor untuk menjelaskan struktur tanah. Sedangkan menurut Wina Sanjaya kontekstual merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk menerapkannya pada kehidupan mereka. Adapun tujuan dari kontekstual ini adalah 1) Meningkatkan ketertarikan peserta didik untuk senantiasa belajar, sehingga mereka bisa mendapatkan pengetahuan yang bersifat fleksibel dan aplikatif dalam kehidupan sehari-hari. 2) Memperbaiki hasil belajar peserta didik melalui peningkatan pemahaman makna materi yang sedang dipelajari. Adapun manfaat metode pembelajaran ini bagi peserta didik adalah sebagai berikut. a) Meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berpikir secara kritis, logis, dan sistematis. b) Pemahaman yang diperoleh peserta didik bisa bertahan lebih lama karena memahami dengan menerapkan. c) Peserta didik bisa lebih peka terhadap lingkungan sekitar. d) Meningkatkan kreativitas peserta didik berkaitan dengan permasalahan yang ada di sekitar yang disesuaikan dengan keilmuan yang didapatkan. a. Strategi Pembelajaran Kontekstual Agar



implementasi



model



pembelajaran



kontekstual



berhasil,



Bapak/Ibu harus memiliki strategi yang sesuai dengan kondisi di kelas yang diampu. Lantas, bagaimana strateginya? Melalui pemecahan masalah, artinya Bapak/Ibu memberikan studi kasus yang biasa mereka temui di kehidupan sehari-hari. Lalu, peserta didik diminta untuk mencari solusi atas studi kasus yang Bapak/Ibu berikan dari berbagai sumber yang bisa diakses. x



Mengajak peserta didik di tempat yang dekat dengan pemahaman materi, misalnya lingkungan sekitar sekolah, perpustakaan, museum, dan sebagainya. Hal itu karena suasana belajar baru bisa memunculkan pengalaman baru yang menyenangkan dan mudah diingat. Menjadikan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat dan mandiri, sehingga guru hanya berperan untuk mengarahkan dan mengontrol jalannya pembelajaran. Membangun komunikasi efektif yang bisa diterima oleh semua peserta didik di kelas dengan berbagai karakter, sosial, budaya, suku, dan sebagainya. Komunikasi yang dijalin oleh guru pada peserta didiknya akan memengaruhi tingkat ketertarikan pada materi yang diajarkan. Memberikan penilaian yang otentik pada peserta didik. Penilaian tersebut bisa membantu guru dalam memetakan tingkat kemampuan dan motivasi peserta didik selama pembelajaran. b. Langkah-Langkah Pembelajaran Kontekstual Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 



Mengenalkan sosok/figur yang terkait dengan mata pelajaran yang diajarkan. Hal itu bertujuan untuk meningkatkan ketertarikan peserta didik pada kegiatan belajar mengajar serta memotivasi agar peserta didik bisa meniru kesuksesan sosok/figur tersebut.







Merumuskan manfaat serta tujuan materi yang akan dipelajari serta mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari.







Memberikan umpan balik dengan cara membebaskan peserta didik untuk bereksplorasi, sehingga nantinya mereka bisa menemukan cara belajar yang sesuai.







Mengarahkan dan membimbing peserta didik selama mereka belajar untuk bereksplorasi. c. Prinsip Pembelajaran Kontekstual Menurut



Elaine



B.



Johnson



dalam



Syaefudin,



pembelajaran



kontekstual harus memuat tiga prinsip utama, yaitu sebagai berikut. 1) Prinsip ketergantungan Sebagai suatu sistem, pasti ada keterikatan dan keterkaitan di dalam sekolah. Artinya, setiap elemen di sekolah saling tergantung satu sama lain. Misalnya, antara peserta didik dan guru, guru dan kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan, dan seterusnya. Adanya ketergantungan ini bisa meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal-



xi



hal yang tidak bisa dipisahkan saat pembelajaran berlangsung adalah bahan ajar, media ajar, sarana dan prasarana, sumber belajar, dan iklim sekolah. 2) Prinsip diferensiasi Artinya segala sesuatu di Bumi ini selalu berubah, tak terkecuali di dunia pendidikan. Hal itu memicu terbentuknya perbedaan, keseragaman, dan keunikan. Oleh karena itu, pendidik selalu dituntut untuk dinamis dan harmonis dengan prinsip diferensiasi. 3) Prinsip organisasi diri Artinya guru harus mampu memberikan dorongan atau motivasi pada peserta didik agar senantiasa menggali setiap potensi yang dimiliki secara optimal. C. Pengertian Intertekstual Intertekstual merupakan kajian tentang hubungan suatu teks dengan teks yang lain karena tidak ada teks karya sastra yang begitu saja lahir, melainkan sebelumnya sudah ada karya sastra lainnya. Nurgiyantoro (2000:50) menyatakan dengan lebih khusus bahwa kajian intertekstual merupakan usaha untuk menemukan aspek–aspek tertentu yang telah ada pada karya sastra sebelumnya pada karya sastra yang muncul kemudian. Kajian intertekstual berangkat dari asumsi bahwa kapan pun karya sastra ditulis, ia tidak lahir dari kekosongan budaya (Riffatere dikutip Nurgiyantoro, 2000:50). Unsur budaya, termasuk semua konvensi dan tradisi di masyarakat dalam wujudnya yang khusus berupa teks–teks kesastraan yang ditulis sebelumnya. Kajian ini menekankan bahwa suatu teks pada hakikatnya terdapat teks lain di dalamnya. Prinsip intertekstual ini berarti bahwa setiap teks sastra dibaca harus dengan latar belakang teks–teks lain: tidak ada sebuah teks pun yang sungguh–sungguh mandiri (Ratih, 2003:126). Lebih lanjut, Ratna (2004:175) juga mengatakan bahwa tidak ada orisinalitas yang sungguh–sungguh dalam konsep interteks. Sependapat dengan kedua pendapat tersebut, Handayani (2006:10) menyatakan bahwa setiap teks sastra yang dibaca pasti memiliki latar belakang teks–teks lainnya. Dengan menggunakan pendekatan intertekstual ini, sebuah karya sastra diharapkan maknanya bisa lebih diterima oleh pembacanya. Hal tersebut dinyatakan Pradopo (2002:268) bahwa dengan pengajaran atau mempertentangkan dua atau lebih karya sastra yang menunjukkan adanya hubungan antarteks, makna karya sastra itu diharapkan akan lebih dapat digali secara timbal balik. Senada dengan itu, Ratih (2003:126) mengemukakan bahwa xii



sebuah karya sastra baru mendapatkan maknanya yang hakiki dalam kontrasnya dengan karya sebelumnya. Pengertian paham, atau prinsip intertekstualitas berasal dari Perancis dan bersumber pada aliran strukturalisme Perancis yang dipengaruhi oleh pemikiran filsuf Perancis, Jaques Derrida dan dikembangkan oleh Julia Kristeva (Ratih, 2003:125). Prinsip intertekstualitas dalam kritik sastra di dunia Barat sudah mulai dikenal tahun enam puluhan. Di Indonesia, prinsip ini baru diterapkan pada karya sastra Indonesia pada tahun delapan puluhan dipelopori Teeuw dalam artikel Majalah Basis tahun 1980 No. 301. yang ditulis kembali dalam buku Membaca dan Menilai Sastra yang terbit tiga tahun setelah itu.



D. Penerapan Pendekatan Hubungan Intertekstual Dalam Puisi dan Prosa Berikut ini disajikan contoh hubungan intertekstualitas puisi ”Kusangka” Karya Amir Hamzah dengan puisi”Penerimaan’ ‘ Karya Chairil Anwar. Amir Hamzah: KUSANGKA Kusangka cempaka kembang setangkai Rupanya melur telah diseri….. Hatiku remuk mengenangkan ini Wasangka dan was-was silih berganti. Kuharap cempaka baharu kembang Belum tahu sinar matahari….. Rupanya teratai patah kelopak Dihinggapi kumbang berpuluh kali. Kupohonkan cempaka Harum mula terserak….. Melati yang ada Pandai tergelak….. xiii



Mimpiku seroja terapung di paya Teratai putih awan angkasa….. Rupanya mawar mengandung lumpur Kaca piring bunga renungan….. Igauanku subuh, impianku malam Kuntum cempaka putih bersih….. Kulihat kumbang keliling berlagu Kelopakmu terbuka menerima cembu. Kusangkau hauri bertudung lingkup Bulumata menyangga panas Asmara Rupanya melati jangan dipetik Kalau dipetik menguku segera. (Pradopo, 2002:232-233)



Chairil Anwar: PENERIMAAN Kalau mau kuterima kau kembali Dengan sepenuh hati Aku masih sendiri Kutahu kau bukan yang dulu lagi Bak kembang sari sudah terbagi Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani Kalau mau kuterima kau kembali Untukku sendiri tapi



xiv



Sedang dengan cermin aku enggan berbagi. (Pradopo, 2002: 233) Puisi/sajak Chairil Anwar itu merupakan penyimpangan atau penolakan terhadap konsep estetik Amir Hamzah yang masih meneruskan konsep estetik sastra lama. Demikian halnya dengan pandangan romantik Amir Hamzah ditentang dengan pandangan realistis Chairil Anwar. Keenam bait sajak “Kusangka” menunjukkan kesejajaran gagasan. Sesuai dengan zamannya, Amir Hamzah mempergunakan ekpresi romantik dengan cara metaforisalegoris, membandingkan gadis dengan bunga. Pada bait terakhir dimetaforakan sebagai bidadari (hauri) dan merpati. Berdasarkan keenam bait itu dapat disimpulkan bahwa penyair (si aku) mencintai gadis yang disangka murni, tetapi ternyata sudah tidak suci lagi karena sudah dijamah oleh pemuda-pemuda lain. Hal ini tampak pada bait /rupanya teratai patah kelopak / dihinggapi kumbang berpuluh kali / kulihat kumbang keliling berlagu / kelopakmu terbuka menerima cembu. Chairil Anwar dalam menanggapi gadis (wanita) yang sudah tidak murni lagi, sangat berlawanan dengan sikap Amir Hamzah. Ia tidak berpandangan realistis. Si ‘aku’ mau menerima kembali wanitanya (kekasihnya, isterinya) yang barangkali telah menyeleweng, meninggalkan si aku’ atau telah berpacaran dengan laki-laki lain, asal si wanita kembali kepada si aku hanya untuk si ‘aku’ secara mutlak. Chairil Anwar mengekpresikan gagasannya secara padat. Untuk memberikan tekanan pentingnya inti persoalan, bait pertama diulang dengan bait kelima, tetapi dengan variasi yang menyatakan kemutlakan individualitas si ‘aku’. Dengan cara seperti itu, secara keseluruhan ekspresi menjadi padat dan tidak berlebih-lebihan. Dalam penggunaan bahasa Chairil Anwar juga masih sedikit romantik. Hal ini mengingatkan gaya sajak yang menjadi hipogramnya. Ia membandingkan wanita dengan bunga (kembang). Wanita yang sudah tidak murni itu diumpamakan oleh Chairil Anwar sebagai bunga yang sarinya sudah terbagi / bak kembang sari sudah terbagi / yang dekat persamaannya dengan Amir Hamzah: / rupanya teratai patah kelopak / dihinggapi kumbang berpuluh kali/. Dengan demikian dapat diketahui bahwa secara keseluruhan Chairil Anwar mempergunakan bahasa sehari-hari dengan gaya ekspresi yang padat. Hal ini sesuai dengan sikapnya yang realistis (Pradopo, 2002: 232-235).



xv



Sedangkan pada prosa dapat dicontohkan pada hubungan intertekstual pada novel Layla Majnun dan Novel Romeo and Juliet. 



Synosis Novel Layla Majnun KABILLAH bani Amir hidup di lembah HIjaz, Arabia diantara Makkah al-



Mukarromah dan Madinah al-Munawwarah.Pimpinan kabillah itu adalah lelaki yang sudah uzur bernama Syed Omri. Walau sudah tua namun kekuasaan Syed Omri begitu disegani laksana kekuasaan seorang raja. Demikian besar pengaruh kewibawaan Syed Omri hingga namanya tersohor bukan hanya di negerinya sendiri tapi sampai ke negeri-negeri lain.Harta kekayaannypun melimpah ruah bak kekayaan nabi Sulaiman. Syed Omri memilki seorang putra bernama Qays yang memiliki wajah tampan dan suaranya merdu bagai bulu peindu. Suatu hari Syaid Syaid Omri menitipkan putra kesayangannya kepada seorang guru yang bijaksana dan penyabar yang pada saat itu merupakan guru terbaik diseluruh jazirah Arab. Maka tak heran jika para bangsawan menitipkan anak-anaknya di sekolah itu. Diantara anak-anak dari berbagai Kabillah, terlihat seorang gadis cantik berusia belasan tahun. Wajahnya anggun mempesona, lembut sikapnya, dan penampilannya sangatbersahaja. Gadis yang menjadi buah bibir itu bernama Layla. Qays sendiri sejak pertama kali melihat pancaran cahaya keindahan itu, jiwanya langsung bergetar. Ia seperti merasakan bumi berguncang dengan hebat., hingga merobohkan sendi-sendi keinginannya untuk menuntut ilmu. Keharuman cinta telah menghancurkan ketenangan pikirannya. Gejolak gairah cinta dalam jiwa membuatnya kehilangan akal sehat, hingga lupa belajar dan lupa makan. Qays tidaklah menggantang asap, bertepuk sebelah tangan. Layla sudah tertarik padaQays sejak pertama kali berjumpa. Gadis itu melihat pesona yang memabukkan pada diri Qays. Baginya Qays seperti gelas minuman, semakin dipandang semakin haus. Cinta sudah mengakar dalam hati keduanya, tetapi mereka tidak ingin orang lain mengetahui hubungan itu. Dari waktu ke waktu cinta tumbuh subur dan berbunga harum didalam taman hati Qays dan Layla. Saatyang lain berpikir dan berusaha keras agar menjadi orang hebat, dua kekasih itu hanya berpikir tentang cinta. Bagi mereka pengetahuan tidak lagi menarik untuk dibanggakan. Keduanya tidak menyadari jika kisah asamara mereka mulai menjadi nahan gunjingan. Angin berhembus membawa kisah asmara pada keluarga sigadis. Kabar iru bagai arang hitam yang membuat bani Qhatibah tersinggung, harga dirimereka ternoda. Hanya ada satu cara untuk menghilangkan rasa maluyaitu mengurung Layla didalam rumah, tidak boleh ke eolah atau bertemu teman-temannya. Setelah Qays menyadari bahwaLayla dipingit orang tuanya, xvi



muncul rasa penyesalan karena tidak mampu menyimpan rapatrahasiamereka. Qaysmenjadi gelisah, tak sekejappun ia sanggup memejamkan mata. Ia pun berlari mendekati rumah Layla dengan mengendap-ngendap. Bila sudah mendekati rumah Layla, ia mencium dinding rumah Layla derai air mata membasahi pipi. Baginya meskipun tidak bertemu engan Layla maka mencium dinding rumahnya punsudah cukup untuk merasakan kebahagiaan. Seolah-olah dinding adalah tubuh Layla. Dia terus menyebut nama gadis yang telah memnjarakan hatinya, namun teriakannya hanya menggema di cakrawala. Rupanya ulah Qays yang selalumenyebut nama Layla dianggap telah mencemarkan nama gadis itudan keluarganya. Bagaimana tidak hancur hati orang tuanya jika anak gadis yag menjadipermata seluruh kabillah disebut oleh orang gila dan menjadi tertawan masyarakat. Akhirnya karena tidak tahan dipermalukan, keluarga Layla sepakat untuk pindah ke lembah Nedj. Disana keluarga Layla merasakan ketentraman. Beda dengan Layla tetap tidak merasakan ketentraman, justru semakin tersiksa. Hasrat nyala dalam hati agar dapat berjumpa dengan pujaan hati dambaan kalbu. Getar perasaan Layla terhubung ke Qays. Bila Layla semakin menderita. Maka Qays lh yang semakin sengsara. Sekarang ia sudah mulai mninggalkan ruma, hidup sendirian di padang pasir yang gersang. Pagi hari saatfajar mulaimerekah benar Qays berjalan dengan tergesa-gesa menuju gurun, berkelana sendirian dan hidup di hutan belantara yang berbahaya. Ia ingin mengadukan nasibnya karena menurutnya hanya batuan lembah yang mengerti isi hatinya. Semua orang banyk membicarakan ulah Qays bahkan ia dianggap lupa ingatan bahkan sudah gilanamun ia tidak mempedulikan perkataan orang itu. Tiba-tiba pandangan Qays menuju ke salah satu sudut rumah, Layla dilihatnya disana. Air mata bahagia menetes dijanggut Qays. Layla pun melihatnya tapi tak mengnali Qays yang berpenampilan seperti pengemis. Ia terkejut karena sosok yang tampak seperti pengemis itu adalah Qays kekasih hatinya. Tampak sekali perbedaan antara Layla dengan qays disana. Layla yang bagaikn sekuntum mawar segar berbeda dengan Qays yang berpenampilan seperti orang gila. Dengan melihat timgkah laku Qays yang sangat memprihatinkan maka ayah Qays memutuskan untuk meminang Layla untuk kesembuhan putra kesayangannya itu yang dianggap gila oleh masyarakat setempat. Setelah ayah Qays bertemu dengan ayah Layla mereka pun mengadakan suatu pembicaraan.Tetapi karena ada suatu perkataan ayah Qays yang sangat menyinggung perasaan ayah Layla maka lamaran itupun ditolak.



xvii



Setelahupaya meminang Layla hanya membuahkan sait hai maka ayah Qays mmmambujuk anaknya untuk melupkan gadis itu. Tapi Qays malah pergi dari rumah karena baginya tidak ada yang mengerti perasaannya. Ia mangarungi gunung dan hutan. Dalam perjalanannya ia bertemu dengan seorang pemuda bernama Naufal. Pemuda tu adalah seorang pemberni dan seorang pemburuh. Ia jugaseorang kesatria dalam peperangan. Qays pun mulai bersahabat dengan Noufal. Noufal terus membimbing Qays dan setelah itu ada sedikit perubahan pada diri Qays. Qays selalu mencurahkan keluh kesahnya pada Noufal.Noufal sebisa mungkin membantu sahabatnya itu dalam mengatasi masalahny. Tetapi hasilnya selalu nihil. Suatu hari Lyla dilamar oleh seorang pemuda yang bernama Ibnu salam.Mereka pun melangsungkan pernikahan. Mendengar kabar pernikahan Layla jiwa Qays seperti kapas yang tertiaup angin. Dia merasa kesitiaan dan pengorbanannya dibalas dengan penghianatan. Rasa sedih pun semakin bertabah ketika ia mendengar kabar ketika mendengar kabar bahwa ayahnya meninggal dunia karena memikirkannya, dia menyesal karena menyia-nyiakan banyak waktu tanpa memikirkan keluarganya. Dengan kejadian itu Qays tak lantas melupakan Layla apalagi ketika suatu hari ia bertemu dengan seorang laki-laki yang bernama Ishaq yang menyampaikan salam Layla kepadanya. Laki-laki itu menjelaskan kalau Layla tak seperti yag ia pikirkan. Perasaan Qays pun bangkit kembali. Suatu hari suami Layla meninggal karena suatu penyakit. Kini Layla menjadi janda. Suatu ketika ia bertemu dengan Qays kekasih hatinya dahulu. Alangkah bahagianya Qays setelah melihat Layla setelah sekian lamaia tidak bertemu denga pujaan hatinya itu. Senyumnya pada Layla semakin mengerikan karena gejolak hati yang ia rasakan. Ia pun merobek apa yang dipakainya dan berlari sambil berteriak. Alangkah sedihnya Layla ketika ia bertemu dengan sosok Qays yang tampak mengerikan itu. Sejak peristiwa itu wajah Layla yang lembut selalu menampakkan kebimbangan.Sekarang ia semakin tenggelam oleh beban kehidupan. Tubuhnya yang kurus sudah tidak mampu menopang kesedihan yang demikian berat. Tapi sebelum ajal menjelang, ia masih menyisakan sebuah harapan.Ia sangat mendambakan sepeninggalannya dendam dan amarah Bani Qhatibah tidak sampai mencelakakan Qays. Ia rela mati asal kekasihnya bahagia. Ditengah keputusasaan dan rasa sakit yang mencekam Layla masih ingin melindungi kekasihnya yang gila dan liar. Sebelum Layla menghembuskan nafas terakhirnya ia ber.esan kepada ibunya agar memaafkan kesalahannya dan Qays kekasih hatinya. Mendengar kematian Layla qas pun semakin mronta, menangis, berteriak serta berlari menelusuru hutan, gurun sambil berteriak. Setelah xviii



sampai di pemakaman Layla. Ia pun tersungkur jatuh dan mencium pusara Layla beribu-ribu kali. Sampai akhirnya ia pun meninggal. 



Synopsis Novel Romeo and Juliet Alkisah di kota Verona Beach hiduplah dua keluarga besar yaitu keluarga montague



dan Capulets. Kedua kelurga ini adalah musuh berbuyutan sejak puluhan tahun lalu. Perang antara dua keluarga tersebut yang berkecimpung diduniakriminal itu membuat pusing pihak kepolisian Verona Beach pimpinan Kapten Prince karena tidak bisa menikmati kedamaian dan ketenangan seperti seharusnya. Perang antar keluarga itu ternyata tidak menghalangi salah satu anggota keluarga Montague, yaitu Romeo Montague (Leonardo DaVinci) untuk mengikuti pesta yang diselenggarakan oleh Flugencio Capulet (Paul Sorvino). Rupanya Romeo menyukai kemenakan Flugencio, Rosaline sehingga mau hadir ke pesta keluarga musuhnya. Namun pada saat Romeo berada di pesta itu, ia melihat seorang gadis cantik. Seketika ia langsung jatuh cinta pada gadis cantik yang ternyata bernama Juliet (Claire Danes). Begitupula Juliet yang juga langsung dimabuk cinta dalam pandangan pertama terhadap Romeo. Sayangnya pada saat itulah, Romeo dan Juliet menemukan mereka tidak akan bisa berjodoh karena keluarga mereka saling bermusuhan. Ternyata Juliet adalah anak anggota klan Capulet. Tetapi cinta memang aneh karena mampu membuat mereka menjadi nekad. Mereka langsung memutuskan kawin lari. Tetapi Tybalt (John Leguizamo) melihat Romeo di pesta dan berusaha membalas dendam keluarganya. Ketika Tybalt hendak membunuh Romeo, namun pisaunya mengenai teman karib Romeo, Mercutio (Harold Perrineau) sehingga tewas. Romeo lalu bertekad membalas dendam pada Tybalt dan keluarga Capulet.mati. Romeo pun membunuh Tybalt dan ia ditangkap lalu diasingkan dari Verona ke kota Mantua. Sejak pristiwa pengasingan Romeo, Juliet sangat terpukul karenaharus berpisahdengan kekasihnya Romeo. Akhirnya ia memutuskan untuk pura-pura mati agar bisa terbebas dari keluarganya. Kabar Juliet telah tiada kini berhembus sampai ke telinga Romeo. Ia pun berontak dan mencari tempatpemakaman Juliet. Sesampainya dipemakaman Juliet, ia melihat Juliet tampak cantikdengan gaun putihnya didalam peti.Tak tertahan lagi rasa sedihnya, ia pun memeluk pusaranya Juliet dan ia memilih minum racun didepan mayatnya Juliet. Juliet terbangun da melihat Romeo sudah tidak bisa diselamatkan gara-gara dirinya. Ia pun ikut meminum racun untukikut bersama Romeo. Jiwa seorang pencinta yang demikian rumit, berliku an susah dipahami merupakan kunci pembeda antara kisah Layla Majnun xix



dengan Romeo and Juliet. Dalam cerita Romeo and Juliet tidak digambarkan problem kejiwaan pecinta secara mendalam. Karya Shakespeare itu hanya melihat cinta dari sisi dhahir, seperti keampanan Romeodan kecantikan Juliet. Digambarkan penggambaran fisik jelas menggambarkan peradaban barat yang kering. Berbeda dengan penggambaran tokoh Majnun(Qays) yang sedemikian besar didominasi oleh perasaan jiwa dan diungkapkan dalam syair. Kisah Romeo dan Juliet terilhami dari kisah Layla Majnun. Hal yang jelas dan tidak bias dibantah adalah kisah Layla Majnun yang ditulis Nizami jauh lebih dahulu daripada cerita Romeo dan Juliet. Nizami menulis Layla Majnun tahun 1188, sedang Shakespeare menuis Romeo and Juliet tahun 1595. Maka dugaan Romeodan Juliet diilhami dari kisah Layla Majnun walau masih perlu dikaji lebih jauh. Secara umum ada beberapa hal yang bisa dilihat sebagai persamaan dari kedua roman itu.Dalam hal tema, jelas tampak persamaan yaitu, kedua tokoh utama cerita yang berupa sepasang kekasih itu terikat dalam tradisi keluarga.Gairah cinta antara kedua kekasih juga demikian besar dan tak terbendung. Dalam kisah Layla Majnun cinta dijabarkan sebagai rasa sakit yang menyebabkan penderitaan sebanding dengan kebahagiaan. Sementara dalam Romeo and Juliet cinta merupakan sumber harapan.Menurut Hekmatada gaya bahasa yang kuat antara dua kisah ini. Hal ini bisa dilihat dari keluhan Majnun dan Romeo ketika berpisah dengan layla serta Juliet. Dalam hal alur menurut Hekmat juga terjadi kesamaan antara lain : Baik Qays maupun Romeo sama-sama melakukan perjalanan menuju pengasingan. Namun perjalanan Majnun berbeda fungsinya dengan perjalanan Romeo. Kepergian Majnun dari kota menuju gurun pasir dan menyendiri menggambarkan sebuah perjalanan untuk menemukan kesejatian cinta. Pengasingan Romeo dari Verona ke kota Mantua tampak sederhana dan demi kepentingan alur yaituuntuk memastikan bahwa Romeo tidak akan menerima pesan Juliet yang menjelaskan iahanya mati pura-pura. Keduanya mengisahkan kematian pencinta pada akhir kisah tanpa mencapai pertemuan bahagia di bumi. Namun Layla Majnun mati karena dan dalam perpisahan. Sementara Romeo dan Juliet terbawa takdir dalam pembunuhan beruntun. Sama-sama mempunyai teman yang mendukung mereka untuk dapat hidup bersama, Naufal (Laila-Majnun) dan Friar Laurence (Romeo_Juliet) Dalam kedua roman ini juga ditemui beberapa perbedaan, antara lain dalam hal tindak kekerasan dan pengagungan penampila fisik. Nizami menggambarkan secara detail kisah cinta,



dari



awal



pertemuan



hingga



kerumitan-kerumitan xx



yag



menghadang.



Dan



menggambarkan bagaimana kondisi pencinta apabila tanpa keberadaan orang yang dicintai. Mereka akan kehilangan semua ketenangan pikiran dan terluka. Sementara Shakespeare menceritakan perselisihan kuno dari dua klan, yang harus dibayar dengan darah Romeo dan Juliet. Kisah dua remaja itu didongengka dengan romantic dan dramatis. Romeo dan Juliet sangat kental dengan kekerasa. Awal cerita kita sudah disuguhi dengan pembunuhan, Tybalt memunuh Marcutio dan Romeo membalasdendam dengan membunuh Tybalt. Sedangcerita Layla Majnun diawali dengan sebuah dunia yang tenang dan damai. E. Penerapan kontekstual Contoh Penerapan Pendekatan Kontekstual Berikut adalah 2 contoh dari penerapan pendekatan berbasis CTL yang mengutamakan pengalaman dan konteks nyata. Contoh A: Mengajarkan Laba Harga Jual dan Harga Beli, Guru memberikan konsep mengenai pengertian laba, harga jual dan harga beli. Membaca uraian mengenai harga jual dan harga beli. Siswa mencari informasi harga kulak dari beberapa produk. Guru melangsungkan kelas dengan cara modeling dan role play, yakni membuat ruang kelas seolah-olah pasar dan siswa diminta untuk saling bertransaksi keuangan jual-beli. Siswa diminta mencatat setiap pengeluaran



dan



pendapatan



yang



ada.



Guru



memberi



pertanyaan



mempresentasikan tentang pengertian laba, harga jual dan harga beli.



xxi



lalu



siswa



BAB III PENUTUP Simpulan Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa analisis wacana tekstual terbagi dalam dua aspek, yaitu aspek gramatikal dan aspek leksikal. Aspek gramatikal terdiri atas empat jenis, yaitu pengacuan, pelesapan, penyulihan, dan perangkaian. Adapun aspek leksikal dalam analisis tekstual terdiri atas enam jenis, yaitu repetisi, sinonimi, antonimi, kolokasi, hiponimi, dan ekuivalensi. Analisis wacana juga mengkaji lebih dalam tentang situasi dan kondisi saat terjadinya peristiwa percakapan atau kebahasaan seseorang atau kelompok 3 orang. Situasi dan kondisi yang terjadi dalam suatu peristiwa dapat dianalisis melalui analisis wacana kontekstual. Dan dalam menganalisis wacana, baik secara tekstual maupun kontestual, terdapat banyak kajian mengenai wacana dalam bentuk teks sastra.



DAFTAR PUSTAKA https://bahasadansastraindoblog.wordpress.com/2017/09/12/intertekstual/ https://www.quipper.com/id/blog/info-guru/pembelajaran kontekstual/amp/#referrer=https://www.google.com&csi=0 Andriyani, F. (2013). Analisis Tekstual dan Kontekstual dalam novel Traju Mas karya Imam Sardjono. Jurnal pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa Universitas Muhammadiyah Purworejo, 3(2),12-18 http://ejournal.umpwr.ac.id/index.php/aditya/article/ https://media.neliti.com/media/publications/53421-ID-analisis-wacana-tekstual-dankontekstual.pdf https://www.esaiedukasi.com/2020/09/contoh-penerapan-pendekatan-kontekstual.html?m=1 http://ssgpelajarbahasa.blogspot.com/2011/11/pendekatan-intertekstual.html xxii



xxiii