Makalah Andragogi Kelompok 3 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH ESENSI POKOK TEORI BELAJAR ANDRAGOGI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Orang Dewasa



Dosen Pengampu: Sari Agustiani,S.Ag,M.Pd.I



Oleh: Nadya Estu Putri W. (B02219025) Nita Nuriyah Ali (B02219028) Putri Hilyatul Auliya (B02219032)



PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM JURUSAN DAKWAH FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2020



KATA PENGANTAR



Dengan menyebut nama Allah yang maha esa kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratnya yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahnya sehingga kita dapat menyelesaikan makalah “Pendidikan Orang Dewasa ” Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dari susunan kalimatnya maupun tata Bahasa yang disampaikan, oleh karena itu kami sangat terbuka lebar untuk menerima kritik maupun saran yang membangun kepada pembaca agar kami bisa lebih baik menyusun makalah kedepannya. Akhir kata semoga makalah pendidikan orang dewasa dapat sedikit atau banyak menambah wawasan pembaca terlebih pada topik ESENSI POKOK TEORI BELAJAR ANDRAGOGI,



Surabaya, 04 Maret 2021



Penyusun



DAFTAR ISI



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Orang dewasa adalah orang yang telah memiliki banyak pengalaman, pengetahuan, kecakapan dan kemampuan mengatasi permasalahan hidup secara mandiri (Sujarwo, 2015).1 Keikutsertaan orang dewasa dalam belajar memberikan dampak positif dalam melakukan perubahan hidup ke arah yang lebih baik. Orientasi belajar berpusat pada kehidupan, dengan demikian orang dewasa belajar tidak hanya untuk mendapatkan nilai yang bagus akan tetapi orang dewasa belajar untuk meningkatkan kehidupannya. Melalui proses belajar orang dewasa akan mendapatkan pengalaman yang lebih banyak lagi, sehingga belajar bagi orang dewasa lebih fokus pada peningkatan pengalaman hidup, tidak hanya pada pencarian ijazah saja. Pendekatan pembelajaran yang digunakan pada pembelajaran orang dewasa memiliki karakteristik khusus yang berbeda dengan pembelajaran pada anak-anak. Andragogi merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang didasarkan pada karakteristik khusus orang dewasa, khususnya dalam proses belajar. Salah satu aspek penting dalam pendidikan saat ini yang perlu mendapat perhatian adalah mengenai konsep pendidikan untuk orang dewasa. Tidak selamanya kita berbicara dan mengulas di seputar pendidikan murid sekolah yang relatif berusia muda. Kenyataan di lapangan, bahwa tidak sedikit orang dewasa yang harus mendapat pendidikan baik pendidikan informal maupun non-formal, misalnya pendidikan dalam bentuk keterampilan, kursus-kursus, penataran dan sebagainya. B. Tujuan 1. Memhami pengertian dan konsep pendidikan orang dewasa ( Andragogi). 2. Mengetahui sejarah dan perkembangan pendidikan orang dewasa (Andragogi). 3. Mengetahui asumsi-asumsi pokok teori pendidikan orang dewasa (Andragogi). C. Permasalahan 1. Bagaimana pengertian dan konsep pendidikan orang dewasa (Andragogi) ? 2. Bagaimana sejarah dan perkembangan pendidikan orang dewasa (Andragogi) ? 3. Bagaimana asumsi-asumsi pokok teori pendidikan orang dewasa (Andragogi) BAB II 1



Sujarwo. (2015). Strategi Pembelajaran Partisipatif bagi Belajar Orang Dewasa(pendekatan andragogi). Majalah ilmiah pembelajaran UNY , 1-10.



PEMBAHASAN A. Pengertian dan konsep pendidikan orang dewasa (Andragogi) Sifat belajar orang dewasa bersifat subyektif dan unik, hal itulah yang membuat orang dewasa berupaya semaksimal mungkin dalam belajar, sehingga apa yang menjadi harapan dapat tercapai. Andragogi lahir dari dasar pemikian bahwa orang dewasa memiliki karakteristik sendiri dalam belajar, sehingga teori-teori mengenai pembelajaran yang selama ini berlaku untuk anak-anak dan dewasa, tidak relevan untuk digunakan khusus pada pendidikan orang dewasa. Andragogi merupakan istilah yang di kenalkan oleh Alexander Kapp seorang guru Jerman, dan di populerkan oleh Malcolm Knowles. Menurut Knowles dalam (Sujarwo 2015) 2 ‘’Andragogy is therefore, the art and science of helping adults learn”. Andragogi adalah suatu ilmu dan seni dalam membantu orang dewasa belajar. Knowles dalam bukunya “ The modern practice of Adult Education”, mengatakan bahwa semula ia mendefinisikan andragogi sebagai seni dan ilmu membantu orang dewasa belajar. Dilihat dari segi epistemologi, andragogi berasal dari bahasa Yunani dengan akar kata:”Aner” yang artinya orang dewasa dan agogus artinya memimpin. Istilah lain yang kerap kali dipakai sebagai perbandingan adalah pedagogi yang ditarik dari kata “paid/paed” artinya anak dan agogus artinya memimpin. Maka secara harfiah pedagogi berarti seni dan pengetahuan mengajar anak. Karena itu, pedagogi berarti seni atau pengetahuan mengajar anak sehingga apabila memakai istilah pedagogi untuk orang dewasa jelas kurang tepat karena mengandung makna yang bertentangan. Sementara itu, menurut (Kartono, 1992) 3 bahwa pedagogi (lebih baik disebut sebagai androgogi, yaitu ilmu menuntun/mendidik manusia; aner, andros = manusia; agoo= menuntun, mendidik) adalah ilmu membentuk manusia, yaitu membentuk kepribadian seutuhnya agar ia mampu mandiri di tengah lingkungan sosialnya. Kalau ditarik dari pengertian pedagogi, maka akhirnya andragogi secara harfiah dapat diartikan sebagai seni dan pengetahuan mengajar orang dewasa. Namun, karena orang dewasa sebagai individu yang dapat mengarahkan diri sendiri, maka dalam andragogi yang lebih penting adalah kegiatan belajar dari siswa bukan kegiatan mengajar guru. Oleh karena 2



Sujarwo. (2015). Strategi Pembelajaran Partisipatif bagi Belajar Orang Dewasa(pendekatan andragogi). Majalah ilmiah pembelajaran UNY , 1-10. 3 Kartono, K. &. (1992). PengantarIilmu PendidikanTteoritis: Apakah Pendidikan Masih Diperlukan? Bandung: Mandar Maju.



itu, dalam memberikan definisi andragogi lebih cenderung diartikan sebagai seni dan pengetahuan membelajarkan orang dewasa. Pada banyak praktek, mengajar orang dewasa dilakukan sama saja dengan mengajar anak. Prinsip- prinsip dan asumsi yang berlaku bagi pendidikan anak dianggap dapat diberlakukan bagi kegiatan pendidikan orang dewasa. Hampir semua yang diketahui mengenai belajar ditarik dari penelitian belajar yang terkait dengan anak. Begitu juga mengenai mengajar, ditarik dari pengalaman mengajar anak-anak misalnya dalam kondisi wajib hadir dan semua teori mengenai transaksi guru dan siswa didasarkan pada suatu definisi pendidikan sebagai proses pemindahan kebudayaan. Namun, orang dewasa sebagai pribadi yang sudah matang mempunyai kebutuhan dalam hal menetapkan daerah belajar di sekitar problem hidupnya. B. sejarah dan perkembangan pendidikan orang dewasa (Andragogi) Alexander Kapp, seorang guru di Jerman adalah orang pertama yang memperkenalkan istilah andragogy. Kapp mulai memperkenalkan istilah andragogy pada tahun 1833. Pada abad 18 sekitar tahun 1833 tersebut Alexander Kapp menggunakan istilah pendidikan orang dewasa untuk menjelaskan teori pendidikan yang dikembangkan dan dilahirkan ahli-ahli filsafat seperti Plato. Kapp menekankan pentingnya andragogy dalam pendidikan orang dewasa. Istilah ini telah digunakan selama lebih dari 85 tahun. Demikian halnya ahli pendidikan orang dewasa bangsa Belanda Gernan Enchevort membuat studi tentang asal mula penggunaan istilah andragogy. Setelah era Kapp, pada abad 19 tepatnya tahun 1919, Adam Smith memberi sebuah argumentasi tentang pendidikan untuk orang dewasa “pendidikan juga tidak hanya untuk anak-anak, tetapi pendidikan juga untuk orang dewasa”. Tiga tahun setelah Adam Smith tepatnya tahun 1921, Eugar Rosentock menyatakan bahwa pendidikan orang dewasa menggunakan guru khusus, metode khusus dan filsafat khusus. Pada tahun 1926 The American For Adult Education mempublikasikan bahwa pendidikan orang dewasa mendapat sumbangan dari: 1) Aliran ilmiah seperti Edward L Thorndike. Dan 2) Aliran artistic seperti Edward C Lindeman. Edward Lendeman menerbitkan buku “Meaning of adult education” yang pada intinya buku tersebut berisi tentang : (1) Pendekatan pendidikan orang dewasa dimulai dari situasi, (2) Sumber utama pendidikan orang dewasa adalah pengalaman belajar.



Pada perkembangan selanjutnya Edward C. Lindeman menerbitkan Journal of adult Education. Pada tahun 1957 publikasi andragogi di Eropa diawali oleh seorang guru Jerman bernama Franz Poeggler yang menulis buku berjudul: Introduction to Andragogi -Basic Issues in Adult education. Pada tahun 1968 Malcolm Knowless mempublikasikan untuk pertama kalinya sebuah artikel yang sangat provokativ dengan judul „Andragogi, not Pedagogi‟. Pada tahun 1981, Mezirow mempublikasikan konsepnya tentang andragogy dalam sebuah artikel berjudul “Acritical Theory of Adult Learning and Education.” C. Asumsi-asumsi pokok teori belajar Andragogi Malcolm Knowles (1970) dalam mengembangkan konsep andragogi, mengembangkan empat pokok asumsi sebagai berikut : a. Konsep Diri:  Asumsinya bahwa kesungguhan dan kematangan diri seseorang bergerak dari ketergantungan total (realita pada bayi) menuju ke arah pengembangan diri sehingga mampu untuk mengarahkan dirinya sendiri dan mandiri. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa secara umum konsep diri anak-anak masih tergantung sedangkan pada orang dewasa konsep dirinya sudah mandiri. Karena kemandirian inilah orang dewasa membutuhkan memperoleh penghargaan orang lain sebagai manusia yang mampu menentukan dirinya sendiri (Self Determination), mampu mengarahkan dirinya sendiri (Self Direction). b. Peranan Pengalaman: Asumsinya adalah bahwa sesuai dengan perjalanan waktu seorang individu tumbuh dan berkembang menuju ke arah kematangan. Dalam perjalanannya, seorang individu mengalami dan mengumpulkan berbagai pengalaman pahit-getirnya kehidupan, dimana hal ini menjadikan seorang individu sebagai sumber belajar yang demikian kaya, dan pada saat yang bersamaan individu tersebut memberikan dasar yang luas untuk belajar dan memperoleh pengalaman baru. Oleh sebab itu, dalam teknologi pelatihan atau pembelajaran orang dewasa, terjadi penurunan penggunaan teknik transmittal seperti yang dipergunakan dalam pelatihan konvensional dan menjadi lebih mengembangkan teknik yang bertumpu pada pengalaman. c.  Kesiapan Belajar : Asumsinya bahwa setiap individu semakin menjadi matang sesuai dengan perjalanan waktu, maka kesiapan belajar bukan ditentukan oleh kebutuhan atau paksaan akademik ataupun biologisnya, tetapi lebih banyak ditentukan oleh tuntutan perkembangan dan perubahan tugas dan peranan sosialnya. Pada



seorang anak belajar karena adanya tuntutan akademik atau biologiknya. Tetapi pada orang dewasa siap belajar sesuatu karena tingkatan perkembangan mereka yang harus menghadapi dalam peranannya sebagai pekerja, orang tua atau pemimpin organisasi. Hal ini membawa implikasi terhadap materi pembelajaran dalam suatu pelatihan tertentu. Dalam hal ini tentunya materi pembelajaran perlu disesuaikan dengan kebutuhan yang sesuai dengan peranan sosialnya. d. Orientasi Belajar: Asumsinya yaitu bahwa pada anak orientasi belajarnya seolaholah sudah ditentukan dan dikondisikan untuk memiliki orientasi yang berpusat pada materi pembelajaran (Subject Matter Centered Orientation). Sedangkan pada orang dewasa mempunyai kecenderungan memiliki orientasi belajar yang berpusat pada pemecahan permasalahan yang dihadapi (Problem Centered Orientation). Hal ini dikarenakan belajar bagi orang dewasa seolah-olah merupakan kebutuhan untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan keseharian, terutama dalam kaitannya dengan fungsi dan peranan sosial orang dewasa. Selain itu, perbedaan asumsi ini disebabkan juga karena adanya perbedaan perspektif waktu. Bagi orang dewasa, belajar lebih bersifat untuk dapat dipergunakan atau dimanfaatkan dalam waktu segera. Sedangkan anak, penerapan apa yang dipelajari masih menunggu waktu hingga dia lulus dan sebagainya.



PRINSIP-PRINSIP STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS ANDRAGOGI 



Orang dewasa memiliki konsep diri. Orang dewasa memiliki persepsi bahwa dirinya mampu membuat suatu keputusan, dapat menghadapi resiko sebagai akibat keputusan yang diambil, dan dapat mengatur kehidupan secara mandiri. Harga diri amat penting bagi orang dewasa, dan dia memerlukan pengakuan orang lain terhadap harga dirinya. Perilaku yang terkesan menggurui, cenderung akan ditanggapi secara negatif oleh orang dewasa. Implikasi praktis dalam pembelajaran, apabila orang dewasa dihargai dan difasilitasi oleh pendidik maka mereka akan melibatkan diri secara optmal dalam pembelajaran. Kegiatan belajarnya akan berkembang ke araah belajar antisipatif (berorientasi ke masa depan) dan belajar partisipatif (bersama orang lain) dengan berpikir dan berbuat di dalam dan terhadap dunia kehidupannya.







Orang dewasa memiliki akumulasi pengalaman. Setiap orang dewasa mempunyai pengalaman situasi, interaksi, dan diri yang berbeda antara seorang denga yang lainnya sesuai dengan perbedaan latar belakang kehidupan dan lingkungannya. Pengalaman situasi merupakan sederet suasana yang dialami orang dewasa pada masa lalu yang dapat digunakan untuk merespon situasi saat ini. Pengalaman interaksi menyebabkan pertambahan kemahiran orang dewasa dalam memadukan kesadaran untuk melihat



dirinya dari segi pandangan orang lain. Pengalaman diri adalah kecakapan orang dewasa pada masa kini dengan berbagai situasi masa lalu. Implikasi praktis dalam pembelajaran, orang dewasa akan mampu berurun rembug berdasarkan pengalaman yang telah dimilikinya. Pengalaman mereka dapat dijadikan sumber belajar yang kaya untuk dimanfaatkan dalam pembelajaran. Orang dewasa yang memprlajari sesuatu yang baru cenderung dimaknai degan menggunakan pengalaman lama. Sejalan dengan itu peserta didik orang dewasa perlu dilibatkan sebagai sumber dalam pembelajaran. Pengenalan dan penerapan konsep-konsep baru akan lebih mudah apabila berangkat dari pengalaman yang dimiliki orang dewasa. 



Orang dewasa memiliki kesiapan berlajar. Kesiapan belajar orang dewasa akan seirama dengan peran yang ia tampilkan baik dalam masyarakat maupun dalam tugas/ pekerjaan. Implikasainya, urutan program pembelajaran perlu disusun berdasarakan perlu disusun berdasarkan urutan tugas yang diperankan orang dewasa, bukan berdasarkan urutan logis mata pelajaran. Penyesuaian materi dan kegiatan belajar perlu direlevansikan denga kebutuhan belajar dan tugas/pekerjaan peserta didik orang dewasa.







Orang dewasa menginginkan dapat segera memanfaatkan hasil belajarnya. orang dewasa berpartisipasi dalan pembelajaran karena ia sedang merespon materi dan proses pembelajaran yang berhubungan denga peran dalam kehidupannnya. Kegiatan belajarnya senantiasa berorientasi pada realitas (kenyataan). Oleh karena itu pembelajaran perlu mengarah pada peningkatan kemampuan untum memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Implikasi praktisnya, pembelajaran perlu berorientasi pada pemecahan masalah yang relevan dengan peranan orang dewasa dalam kehidupannya. Pengalaman belajar hendaklah dirancang berdasarkan kebutuhan dan masalah yang dihadapi orang dewasa, seperti kebutuhan dan masalah dalam pekerjaan, peranan sosial budaya, dan ekonomi.







Orang dewasa memiliki kemampuan belajar. Kemampuan dasar untuk belajar tetap dimiliki setiap orang, khususnya orang dewasa, sepanjang hayatnya. Penurunan kemampuan belajar pada usia tua bukan terletak pada intensitas dan kapasitas intelektualnya, melainkan kecepatan belajarnya. Implikasi praktisnya, pendidik perlu mendorong orang dewasa sebagai peserta didik untuk belajar sesuai dengan kebutuhan belajarnya dan cara belajar yang diinginkan, dipilih dan ditetapkan oleh orang dewasa.







Orang dewasa dapat belajar efektif apabila nelibatkan aktivitas mental dan fisik. Orang dewasa dapat menentukan apa yang akan dipelajari, dimana dan bagaimana cara mempelajarinya serta kapan melakukan kegiatan belajar. Orang dewasa belajar dengan melibatkan pikiran dan perbuatan. Implikasai praktisnya, orang dewasa akan belajar akan belajar secara efektif dengan melibatkan fungsi otak kiri dan otak kanan, menggunakan kemampuan intelek dan emosi, serta dengan memanfaatkan berbagai media, metode, teknik dan pengalaman belajar.



Prinsip dasar yang membedakan antara pedagogi dan andragogi dapat ditinjau dari aspek peserta didik, guru/tutor, orientasi belajar dan kondisi belajar. Tabel.1 berikut menyajikan perbedaan-perbedaan tersebut. Tabel.1 Perbedaan Pendekatan Pedagogi dan Andragogi Aspek Perbedaan Peserta didik Guru/Tutor Orientasi Belajar



Pedagogi



Andragogi



Anak Memberi Instruksi Berpusat Pada



Dewasa Memberi Fasilitas Berpusat Pada masalah



Kondisi



Isi Pembelajaran Anak Harus Belajar



Orang Dewasa Ingin Atau Butuh Belajar



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran



DAFTAR PUSTAKA Arif, Zainuddin. (1994). Andragogi. Bandung: Angkasa. Hernawan. (2017, Desember Friday). Pendidikan Orang Dewasa. Andragogy , pp. 1-19. Knowles, M. S. (1970). Modern Practice of Adult Education. New York: Asosiation Press. Kartono, K. &. (1992). Pengantar Ilmu Pendidikan Teoritis: Apakah Pendidikan Masih Diperlukan? Bandung: Mandar Maju Sujarwo. (2015). Strategi Pembelajaran Partisipatif Bagi Belajar Orang Dewasa(Pendekatan Andragogi). Majalah Ilmiah Pembelajaran