Makalah Ansor [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH DIAJUKAN SEBAGAI PERSYARATAN PESERTA PKL PC GP ANSOR KOTA SEMARANG TAHUN 2019 Ponpes Ash-Shodiqiyah, Tanggal 27 September S/D 29 September 2019 “Strategi Pengembangan Kaderisasi Pada Gerakan Pemuda Ansor”



Disusun oleh: 1. Hasan Asyári, S.Pd.I 2. Masrokhan, S.Pd.I, Al-Hafidz



GERAKAN PEMUDA ANSOR RANTING CANDISARI KEC. MRANGGEN KAB. DEMAK PROV. JAWA TENGAH TAHUN 2019



KATA PENGANTAR Assalamualaikum… Wr. Wb Segala puji bagi Allah Allah yang telah banyak memberikan taufiq, hidayah serta maúnahnya kepada penulis, sehingga Penulis mampu menyelesaikan makalah singkat ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW, nabi yang telah menunjukkan mana perkara yang haq dan mana yang bathil yaitu agama islam. Pada kesempatan ini  penulis mencoba menuliskan makalah singkat yang mana sekiranya sudah Penulis anggap cukup guna mengajukannya sebagai syarat keikutsertaan dalam kegiatan PKL yang diselenggarakan PC GP Ansor Kota Semarang Tahun 2019 di Ponpes Ash-Shodiqiyah. Adapun didalam makalah ini terdapat pembahasan-pembahasan tentang strategi pengembangan kaderisasi pada Gerakan Pemuda Ansor. Saya menyadari bahwa Makalah ini masih ada kekurangan namun mudah-mudahan dapat memberikan manfaat bagi pembaca untuk mengetahui gambaran singkat tentang Karakteristik pengkaderan pada Gerakan Pemuda Ansor. Saya mengucapkan terima kasih apabila sahabat dan para senior berkenan untuk memberikan saran atau tanggapan guna untuk penyempurnaan dalam isi makalah ini. Wallahulmuafiqilla Aqwamitthorieq.. Wassalamulaikum… Wr. Wb



,Penulis



BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Mungkin banyak yang heran sekaligus masih bertanya-tanya kenapa harus ada kaderisasi dalam setiap organisasi. Baik itu di organisasi-organisasi di lembaga pendidikan ataupun organisasi kemasyarakatan pasti memiliki satu bagian yang mengurus kaderisasi. Apa sebegitu pentingnya kaderisasi untuk organisasi? Mari kita telaah secara bersamasama. Kaderisasi merupakan hal penting bagi sebuah organisasi, karena merupakan inti dari kelanjutan perjuangan organisasi ke depan. Tanpa kaderisasi, rasanya sangat sulit dibayangkan



sebuah



organisasi



dapat



bergerak



dan



melakukan



tugas-tugas



keorganisasiannya dengan baik dan dinamis. Kaderisasi adalah sebuah keniscayaan mutlak membangun struktur kerja yang mandiri dan berkelanjutan. Fungsi dari kaderisasi adalah mempersiapkan calon-calon (embrio) yang siap melanjutkan tongkat estafet perjuangan sebuah organisasi. Kader suatu organisasi adalah orang yang telah dilatih dan dipersiapkan dengan berbagai keterampilan dan disiplin ilmu, sehingga dia memiliki kemampuan yang di atas rata-rata orang umum. Bung Hatta pernah menyatakan kaderisasi dalam kerangka kebangsaan, “Bahwa kaderisasi sama artinya dengan menanam bibit. Untuk menghasilkan pemimpin bangsa di masa depan, pemimpin pada masanya harus menanam.” Kaderisasi bisa diibaratkan sebagi jantungnya sebuah organisasi, tanpa adanya kaderisasi rasanya sulit dibayangkan suatu organisasi mampu bergerak maju dan dinamis. Hal ini karena kaderisasilah yang menciptakan embrio-embrio baru yang nantinya akan memegang tongkat estafet perjuangan organisasi. Kaderisasi berusaha menciptakan kader yang bukan hanya hebat dalam mengerjakan suatu program, tapi lebih dari itu. Kaderisasi haruslah mampu menciptakan kader yang memiliki jiwa pemimpin, memiliki emosi yang terkontrol, kreatif dan mampu menjadi pemberi solusi untuk setiap permasalahan, harus memiliki mental yang kuat  dan  yang terpenting dapat menjadi seorang teladan bagi anggotanya. Dalam proses kaderisasi ada dua ikon penting, yaitu Pelaku Kaderisasi (subjek) dan Sasaran Kaderisasi (objek). Kader memiliki potensi yang menyakut dua aspek penting yakni kualitas dan kuantitas. Dalam melihat potensi kuliatas kader dapat ditelusuri dengan adanya suatu proses pengembangan kader. Proses Pengembangan kader menjadi hal yang menarik untuk dikaji disetiap organisasi mengingat modal dasar dari sebuah organisasi adalah komponen manusia. Berkembangnya suatu organisasi akan terlihat dari perkembangan sumber daya manusia yang ada didalam organisasi tersebut. Kaderisasi atau menciptakan pemimpin baru



merupakan tugas besar dalam kepemimpinan, dimana kaderisasi kepemimpinan merupakan hal yang sangat penting dan vital di lingkungan organisasi. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat memberikan beberapa rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu: 1.



Bagaimana sejarah terbentuknya organisasi ANSOR?



2.



Apa yang dimaskud dengan kaderisasi?



3.



Apa saja bentuk kaderisasi dalam organisai ANSOR?



C. TUJUAN PENULISAN 1.



Untuk mengetahui sejarah terbentuknya organisasi ANSOR



2.



Mengetahui definisi dari kaderisasi



3.



Mengetahui bentuk dari kaderisasi dalam organisasi ANSOR



BAB II PEMBAHASAN A.



TERBENTUKNYA GP ANSOR Sejarah lahirnya GP Ansor tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang kelahiran dan gerakan NU itu sendiri. Tahun 1921 telah muncul ide untuk mendirikan organisasi pemuda secara intensif. Hal itu juga didorong oleh kondisi saat itu, di mana-mana muncul organisasi pemuda bersifat kedaerahan seperti, Jong Java, Jong Ambon, Jong Sumatera, Jong Minahasa, Jong Celebes dan masih banyak lagi yang lain. Dibalik ide itu, muncul perbedaan pendapat antara kaum modernis dan tradisionalis. Disebabkan oleh perdebatan sekitar tahlil, talkin, taqlid, ijtihad, mazhab dan masalah furuiyah lainnya. Tahun 1924 KH. Abdul Wahab membentuk organisasi sendiri bernama Syubbanul Wathan (pemuda tanah air). Organisasi baru itu kemudian dipimpin oleh Abdullah Ubaid (Kawatan) sebagai Ketua dan Thohir Bakri (Peraban) sebagai Wakil Ketua dan Abdurrahim (Bubutan) selaku sekretaris. Setelah Syubbanul Wathan dinilai mantap dan mulai banyak remaja yang ingin bergabung. Maka pengurus membuat seksi khusus mengurus mereka yang lebih mengarah kepada kepanduan dengan sebutan “ahlul wathan”. Sesuai kecendrungan pemuda saat itu pada aktivitas kepanduan sebagaimana organisasi pemuda lainnya. Setelah NU berdiri (31 Januari 1926), aktivitas organisasi pemuda pendukung KH. Abdul Wahab (pendukung NU) agak mundur. Karena beberapa tokoh puncaknya terlibat kegiatan NU. Meskipun demikian, tidak secara langsung Syubbanul Wathan menjadi bagian (onderbouw) dari organisasi NU. Atas inisiatif Abdullah Ubaid, akhirnya pada tahun 1931 terbentuklah Persatuan Pemuda Nahdlatul Ulama (PPNU). Kemudian tanggal 14 Desember 1932, PPNU berubah nama menjadi Pemuda Nahdlatul Ulama (PNU). Pada tahun 1934 berubah lagi menjadi Ansor Nahdlatul Oelama (ANO). Meski ANO sudah diakui sebagai bagian dari NU, namun secara formal organisasi belum tercantum dalam struktur NU, hubungannya masih hubungan personal. Ansor dilahirkan dari rahim Nahdlatul Ulama (NU) dari situasi ‘’konflik'’ internal dan tuntutan kebutuhan alamiah. Berawal dari perbedaan antara tokoh tradisional dan tokoh modernis yang muncul di tubuh Nahdlatul Wathan, organisasi keagamaan yang bergerak di bidang pendidikan Islam, pembinaan mubaligh, dan pembinaan kader. KH Abdul Wahab Hasbullah, tokoh tradisional dan KH Mas Mansyur yang berhaluan modernis, akhirnya



menempuh arus gerakan yang berbeda justru saat tengah tumbuhnya semangat untuk mendirikan organisasi kepemudaan Islam. Dua tahun setelah perpecahan itu, pada 1924 para pemuda yang mendukung KH Abdul Wahab ,yang kemudian menjadi pendiri NU membentuk wadah dengan nama Syubbanul Wathan (Pemuda Tanah Air). Organisasi inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya Gerakan Pemuda Ansor setelah sebelumnya mengalami perubahan nama seperti Persatuan Pemuda NU (PPNU), Pemuda NU (PNU), dan Anshoru Nahdlatul Oelama (ANO). Nama Ansor ini merupakan saran KH. Abdul Wahab (ulama besar sekaligus guru besar kaum muda saat itu), yang diambil dari nama kehormatan yang diberikan Nabi Muhammad SAW kepada penduduk Madinah yang telah berjasa dalam perjuangan membela dan menegakkan agama Allah. Dengan demikian ANO dimaksudkan dapat mengambil hikmah serta tauladan terhadap sikap, perilaku dan semangat perjuangan para sahabat Nabi yang mendapat predikat Ansor tersebut. Gerakan ANO (yang kelak disebut GP Ansor) harus senantiasa mengacu pada nilainilai dasar Sahabat Ansor, yakni sebagi penolong, pejuang dan bahkan pelopor dalam menyiarkan, menegakkan dan membentengi ajaran Islam. Inilah komitmen awal yang harus dipegang teguh setiap anggota ANO (GP Ansor). Meski ANO dinyatakan sebagai bagian dari NU, secara formal organisatoris belum tercantum dalam struktur organisasi NU. Hubungan ANO dengan NU saat itu masih bersifat hubungan pribadi antar tokoh. Baru pada Muktamar NU ke-9 di Banyuwangi, tepatnya pada tanggal 10 Muharram 1353 H atau 24 April 1934, ANO diterima dan disahkan sebagai bagian (departemen) pemuda NU dengan pengurus antara lain: Ketua H.M. Thohir Bakri; Wakil Ketua Abdullah Oebayd; Sekretaris H. Achmad Barawi dan Abdus Salam (tanggal 24 April itulah yang kemudian dikenal sebagai tanggal kelahiran Gerakan Pemuda Ansor). Dalam perkembangannya secara diam-diam khususnya ANO Cabang Malang mengembangkan organisasi gerakan kepanduan yang disebut Banoe (Barisan Ansor Nahdlatul Oelama) yang kelak disebut BANSER (Barisan Serbaguna). Dalam Kongres II ANO di Malang tahun 1937. Di Kongres ini, Banoe menunjukkan kebolehan pertamakalinya dalam baris berbaris dengan mengenakan seragam dengan Komandan Moh. Syamsul Islam yang juga Ketua ANO Cabang Malang. Sedangkan instruktur umum Banoe Malang adalah Mayor TNI Hamid Rusydi, tokoh yang namaya tetap dikenang dan bahkan diabadikan sebagai salah satu jalan di kota Malang.



Salah satu keputusan penting Kongres II ANO di Malang tersebut adalah didirkannya Banoe di tiap cabang ANO. Selain itu, menyempurnakan Anggaran Rumah Tangga ANO terutama yang menyangkut soal Banoe. Pada masa pendudukan Jepang organisasi-organisasi pemuda diberangus oleh pemerintah kolonial Jepang termasuk ANO. Setelah revolusi fisik (1945 – 1949) usai, tokoh ANO Surabaya, Moh. Chusaini Tiway, melempar mengemukakan ide untuk mengaktifkan kembali ANO. Ide ini mendapat sambutan positif dari KH. Wachid Hasyim – Menteri Agama RIS kala itu, maka pada tanggal 14 Desember 1949 lahir kesepakatan membangun kembali ANO dengan nama baru Gerakan Pemuda Ansor, disingkat Pemuda Ansor (kini lebih pupuler disingkat GP Ansor). GP Ansor hingga saat ini telah berkembang sedemikan rupa menjadi organisasi kemasyarakatan pemuda di Indonesia yang memiliki watak kepemudaan, kerakyatan, keislaman dan kebangsaan. GP Ansor hingga saat ini telah berkembang memiliki 433 Cabang (Tingkat Kabupaten/Kota) di bawah koordinasi 32 Pengurus Wilayah (Tingkat Provinsi) hingga ke tingkat desa. Ditambah dengan kemampuannya mengelola keanggotaan khusus Banser (Barisan Ansor Serbaguna) yang memiliki kualitas dan kekuatan tersendiri di tengah masyarakat. Di sepanjang sejarah perjalanan bangsa, dengan kemampuan dan kekuatan tersebut GP Ansor memiliki peran strategis dan signifikan dalam perkembangan masyarakat Indonesia. GP Ansor mampu mempertahankan eksistensi dirinya, mampu mendorong percepatan mobilitas sosial, politik dan kebudayaan bagi anggotanya, serta mampu menunjukkan kualitas peran maupun kualitas keanggotaannya. GP Ansor tetap eksis dalam setiap episode sejarah perjalan bangsa dan tetap menempati posisi dan peran yang stategis dalam setiap pergantian kepemimpinan nasional. B.



DEFINISI KADERISASI Kaderisasi adalah proses pendididkan jangka panjang untuk pengoptimalan potensipotensi kader dengan cara mentransfer dan menanamkan nilai-nilai tertentu, hingga nantinya akan melahirkan kader-kader yang tangguh. “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Q.S. Ali Imran : 110). Kaderisasi suatu organisasi dapat dipetakan menjadi dua ikon secara umum. Pertama, pelaku kaderisasi (subyek). Dan kedua, sasaran kaderisasi (obyek). Untuk yang pertama, subyek atau pelaku kaderisasi sebuah organisasi adalah individu atau sekelompok



orang yang dipersonifikasikan dalam sebuah organisasi dan kebijakan-kebijakannya yang melakukan fungsi regenerasi dan kesinambungan tugas-tugas organisasi. Sedangkan yang kedua adalah obyek dari kaderisasi, dengan pengertian lain adalah individu-individu yang dipersiapkan dan dilatih untuk meneruskan visi dan misi organisasi. 1.



VISI GP ANSOR VISI



2.



a.



Revitialisasi Nilai dan Tradisi



b.



Penguatan Sistem Kaderisasi



c.



Pemberdayaan Potensi Kader



d.



Kemandirian Organisasi



MISI GP ANSOR a.



Internalisasi Nilai ASWAJA dan Sifatur Rasul dalam Gerakan GP. Ansor.



b.



Membangun Disiplin Organisasi dan Kadersasi bebasis Profesi.



c.



Menjadi sentrum lalulintas informasi dan peluang usaha antar kader dengan stakeholder.



d. 3.



Mempercepat kemandirian ekonomi kader dan organisasi



TUJUAN GP ANSOR a.



Membentuk dan mengembangkan generasi muda sebagai kader bangsa yang cerdas dan tangguh, memiliki keimanan kepada Allah SWT, berkepribadian luhur, berakhlak mulia, sehat, terampil, patriotik, ikhlas dan beramal shalih.



b.



 



Menegakkan ajaran islam Ahlusunnah Wal Jamaah dengan menempuh manhaj



salah satu madzhab empat didalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. c.



Berperan secara aktif dan kritis dalam pembangunan nasional demi terwujudnya cita-cita



kemerdekaan



Indonesia



yang



berkeadilan,



berkemakmuran,



berkemanusiaan dan bermartabat bagi seluruh rakyat Indonesia yang diridhoi Allah SWT. C.



BENTUK PENGKADERAN GP ANSOR Bentuk-bentuk kaderisasi GP Ansor : 1.



Kaderisasi Formal dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan kader berjenjang yang bersifat formal dan baku, serta pendidikan dan pelatihan pengembangan kader lainnya.



2.



Kaderisasi Informal dilakukan melalui pelatihan-pelatihan khusus pendampingan dan praktek lapangan.



3.



Kaderisasi nonformal dilakukan langsung melalui penugasan dalam kepengurusan organisasi, kepanitiaan kegiatan dan keterlibatan dalam kehidupan nyata di tengah masyarakat.



BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN 1.



GP Ansor merupakan organisasi kepemudaan yang sangat besar di Indonesia. Namun, keberadaanya tidak akan terlepas dari orang-orang yang berperan penting dalam menggerakan GP Ansor sebagai wadah pemuda NU. Untuk tetap menjaga keberadaan dan meneruskan perjuangan Nahdlatul Ulama diperlukan suatu proses yang dinamakan pengkaderan atau kaderisasi. Jadi, kegiatan Pengkaderan ini sangat penting dalam GP Ansor.



2.



Kaderisasi adalah proses pendididkan jangka panjang untuk pengoptimalan potensipotensi kader dengan cara mentransfer dan menanamkan nilai-nilai tertentu, hingga nantinya akan melahirkan kader-kader yang tangguh.



3.



Jenjang pengkaderan organisasi Ansor terdiri dari jenjang formal, informal dan nonformal.



B. SARAN Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas..