Makalah Askep Sehat Jiwa Pada Usia Sekolah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA tentang ASKEP SEHAT JIWA PADA USIA SEKOLAH Dosen Pengajar : DESTI EMILYANI



OLEH KELOMPOK 5 NAMA : 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Ni Komang Surti Anggreni/P07120421072N Ni Nyoman Windiantari/ P07120421073N Muzni Rahman/P07120421071N Nur Ita Pratiwi/ P07120421074N Nurrahmawati/ P07120421075N Nurul Hindayanti/ P07120421076N



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PELITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MATARAM PROGRAM STUDI PROFESI NERS TAHUN AJARAN 2021/2022



KATA PENGANTAR



Puji syukur atas kehadiran Tuhan yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayahnya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ASKEP SEHAT JIWA PADA USIA SEKOLAH” dengan tepat waktu. Makalah disusun untuk memenuhu tugas Mata Kuliah Perawatan Jiwa, selain itu makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan perawatan jiwa bagi para pembaca dan bagi penulis. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Desty Emilyani selaku Dosen keperawatan jiwa. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada rekanrekan yang telah membantu menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang mebangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.



Mataram, 09 Agustus 2021



Penulis



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.............................................................................................i



DAFTAR ISI ..........................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1 A. Latar Belakang...........................................................................................1 B. Rumusan Masalah......................................................................................2 C. Tujuan ........................................................................................................2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3 A. Konsep Dasar Kesehatan Jiwa.................................................................3 1. Definisi Kesehatan Jiwa......................................................................3 2. Kriteria Sehat Jiwa Menurut Yahoda...............................................3 3. Rentang Sehat Jiwa.............................................................................3 B. Konsep Dasar Sehat Jiwa Pada Anak Usia Sekolah..............................4 1. Definisi Kesehatan Jiwa Usia Sekolah...............................................4 2. Landasan Teoritis Keperawatan Jiwa Pada Anak..........................5 3. Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa Pada Anak Usia Sekolah.........12 BAB III PENUTUP............................................................................................23 A. Kesimpulan.............................................................................................24 B. Saran .......................................................................................................24 Daftar Pustaka



ii



iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah sudah mengembangkan kekuatan internal dan tingkat kematangan yang memungkinkan mereka untuk bergaul di luar rumah. Tugas perkembangan utama pada tahap ini adalah menanamkan interaksi yang sesuai dengan teman sebaya dengan orang lain, meningkatkan keterampilan intelektual khusus di sekolah, meningkatkan keterampilan motorik halus, dan ekspansi keterampilan motorik kasar. Khusus untuk anak dan remaja masalah kesehatan jiwa perlu diangkat menjadi fokus utama dalam tiap upaya peningkatan sumber daya manusia, mengingat anak dan remaja merupakan generasi yang perlu dipersiapkan sebagai kekuatan bangsa Indonesia. Jika ditinjau dari proporsi penduduk, 40% dari total populasi terdiri dari anak dan remaja berusia 0 sampai 16 tahun, dua belas persen dari jumlah populasi penduduk adalah anak berusia dibawah 5 tahun (balita). Ternyata 7% sampai 14% dari populasi anak dan remaja mengalami gangguan kesehatan jiwa dan risiko tinggi mengalami gangguan perilaku. Keperawatan sebagai integral dari sistem kesehatan di Indonesia turut menentukan dalam menanggulangi masalah kesehatan jiwa anak. Perawat merupakan kelompok mayoritas tenaga kesehatan dan mempunyai kesempatan 24jam dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan baik secara langsung maupun tak langsung kepada anak dalam tiap tatanan pelayanan pada masyarakat. Kontribusi keperawatan jiwa akan maksimal apabila perawat menggunakan metode penyelesaian masalah yang disebut dengan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan yang diberikan kepada anak serta keluarganya.



1



B. Rumusan Masalah 1. Apa definisi kesehatan jiwa ? 2. Bagaimana kriteria sehat jiwa menurut yahoda ? 3. Bagaimana rentang sehat jiwa ? 4. Apa definisi sehat jiwa pada anak ? 5. Bagaimana landasan teori pada anak ? 6. Bagaimana asuhan keperawatan sehat jiwa pada anak usia sekolah ? C. Tujuan 1. Tujuan Umum mengenai asuhan keperawatan sehat jiwa pada anak usia sekolah 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui definisi kesehatan jiwa ? b. Mengetahui kriteria sehat jiwa menurut yahoda ? c. Mengetahui rentang sehat jiwa ? d. Mengetahui definisi sehat jiwa pada anak ? e. Mengetahui landasan teori pada anak ? f. Mengetahui asuhan keperawatan sehat jiwa pada anak usia sekolah ?



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Kesehatan Jiwa 1. Definisi Kesehatan Jiwa sehat jiwa adalah kemampuan individu dalam kelompok dan lingkungannya untuk berinteraksi dengan yang lain sebagai cara untuk mencapai



kesejahteraan,



perkembangan



yang optimal,



dengan



menggunakan kemampuan mental nya (kognisi, afeksi, dan relasi) memiliki prestasi individu serta kelompoknya konsisten dengan hukum yang berlaku. (Australian health minister, mental health nursing practice). Jiwa bukan hanya



tidak



ada gangguan



jiwa, melainkan



mengandung berbagai karakteristik yang positif yang menggambarkan keselarasan



dan



keseimbangan



kejiwaan



yang



mencerminkan



kedewasaan kepribadiannya (WHO). 2. Kriteria Sehat Jiwa Menurut Yahoda a. Sikap positif terhadap diri sendiri b. Tumbuh kembang dan aku aktualisasi diri c. Integrasi (keseimbangan/keutuhan) d. Otonomi e. Presepsi realitas f. Environmental masetry (percakapan dalam adaptasi dengan lingkungan) 3. Rentang Sehat Jiwa a. Dinamis bukan titik statis b. Tentang dimulai dari sehat optimal sampai mati c. Ada tahap-tahap d. Adanya variasi tiap individu e. Menggambarkan kemampuan adaptasi f. Berfungsi secara efektif: sehat



3



B. Konsep Dasar Sehat Jiwa Pada Anak Usia Sekolah 1. Definisi Kesehatan Jiwa Usia Sekolah (5 - 12 Tahun) Anak usia sekolah sudah mengembangkan kekuatan internal dan tingkat kematangan yang memungkinkan mereka untuk bergaul di luar rumah. Tugas perkembangan utama pada tahap ini adalah menanamkan interaksi yang sesuai dengan teman sebaya dan orang lain, meningkatkan



keterampilan



intelektual



khususnya



di



sekolah,



meningkatkan keterampilan motorik halus, ekspansi keterampilan motorik kasar. Pertumbuhan fisik dengan pesat mulai melambat pada usia 10 hingga 12 tahun. Bentuk wajah berubah karena tulang wajah tumbuh lebih cepat daripada tulang kepala. Anak usia sekolah menjadi lebih kurus, kakinya lebih panjang, koordinasi neuron motorik lebih berkembang ( Berger & wiliams, 1992;koziet;Erb;Blais & Wilkinson, 1995). Untuk Perkembangan emosional dan social, usia sekolah perlu diberikan kesempatan untuk belajar menerapkan peraturan dalam berinteraksi dengan orang di luar keluarga. Anak juga mengamati buat tidak semua keluarga berinteraksi dengan cara atau sikap yang sama bahwa setiap keluarga mempunyai perbedaan norma tentang perilaku yang diterima atau tidak diterima. Oleh karena itu, perlu bagi anak untuk mengembangkan kesadaran dan penghargaan terhadap perbedaan tiap keluarga sehingga dapat berhubungan dengan orang lain secara efektif. Menurut Erikson, tugas perkembangan pada tahap ini adalah mengembangkan pola industri (produktif) kasus inferioritas (rendah diri). Orang tua perlu mendukung dan menjadi contoh peran bagi anak untuk merangsang anak agar produktif. Perkembangan seksual dan Citra diri tidak hanya berhubungan dengan aspek fisiologis, tetapi juga perasaan kompeten, penerimaan, dan penghargaan. Perasaan berhasil melakukan sesuatu menjadi sangat penting dalam proses tumbuh kembang anak usia sekolah. Juga telah memahami konsep gender bahwa anak laki akan menjadi bapak dan anak wanita



4



akan menjadi ibu kalau sudah dewasa. perkembangan kognitif terjadi cukup



pesat



pada



masa



ini,



yaitu



menerapkan



keterampilan



merasionalisasikan pemahaman tentang ide atau konsep. Mereka dapat menghubungkan antara konsep waktu dan ruang, mampu mengingat, serta keterampilan mengumpulkan benda yang sejenis. Anak usia sekolah juga telah belajar pentingnya memperhatikan norma di sekolah, rumah, agama, dan menghargai tokoh otoriter, seperti orang tua atau guru. Pengaruh pengalaman masa kecil terhadap perilaku pada saat dewasa. Freud mengatakan bahwa masa 5 tahun pertama kehidupan anak sangat penting pada usia 5 tahun karakter dasar yang dimiliki anak sangat penting dan pada usia 5 tahun karakter dasar yang dimiliki anak telah terbentuk dan tidak dapat diubah lagi. Freud juga mengenalkan, antara lain, konsep transferens, ego, mekanisme koping ( coping mechanism). Sullvian memfokuskan teori perkembangan anak pada hubungan antara manusia. Tema sentral teori sullivian berkisar pada teori sullivian pada ansietas dan menekankan bahwa masyarakat sebagai pembentuk kepribadian. Anak belajar perilaku tertentu karena hubungan interpersonal. 2. Landasan Teoritis Keperawatan Jiwa Pada Anak Keperawatan jiwa anak merupakan bagian spesialisasi dari keperawatan psikiatrik. Intervensi keperawatan jiwa anak mendukung pertumbuhan dan perkembangan normal anak yang berlandaskan pada teori perkembangan fisio – biologis, psikologis, kognitif, social, sensorimotoris, moral, dan filosofi. Landasan teoritis perkembangan jiwa anak terdiri dari a. Teori Perkembangan Fisio – Biologis Tiga konsep utama yang melandasi teori fisio -biologis perkembangan individu adalah kepribadian, sifat (traits), dan temperamen. Kepribadian didefinisikan sebagai elemen-elemen yang membentuk reaksi menyeluruh individu terhadap lingkungan. Temperamen adalah gaya perilaku sebagai reaksi terhadap



5



lingkungan dan berkaitan dengan trait, yaitu atribut kepribadian. Walaupun tidak bersifat genetik, sifat bawaan (inborn traits) menghasilkan



gaya



mempengaruhi



respon



pola



sosial



keterkaitan



yang



berbeda



(attachment



yang



patterns)



perkembangan psikopatologi. Body image (citra tubuh) merupakan konsep biofisik yang juga mempunyai dimensi biologis dan sosial dalam perkembangan seseorang.



Bersifat



dinamis



dan



berkembang



mengikuti



perkembangan interpersonal, lingkungan, Citra tubuh ideal, dan penyesuaian sebagai respon terhadap pertumbuhan fisik dan pengalaman hidup. Maturasi secara teratur dan berangsur terbentuk yang membedakan anak sebagai bagian yang terpisah dari ibunya, dan skema tumbuh mereka menjadi lebih mantap dan stabil pada akhir masa remaja. b. Teori Perkembangan Psikologis Teori psikoanalitis yang dikembangkan oleh Freud, begitu pula teori interpersonal psikiatri yang dikenalkan oleh sullvian mendasari teori psikologis perkembangan Freud adalah orang pertama yang menemukan teori perkembangan kepribadian dalam pengobatan fisik pada orang dewasa. Freud mengatakan bahwa masa 5 tahun pertama kehidupan anak sangat penting dan pada usia 5 tahun karakter dasar yang dimiliki anak telah terbentuk dan tidak dapat diubah lagi. Flute juga mengenalkan antara lain konsep transferens, ego, mekanisme koping. Sullvian memfokuskan teori perkembangan anak pada hubungan antara manusia. Tema sentral teori sullvian berkisar pada anxietas dan menekankan bahwa masyarakat sebagai pembentuk kepribadian anak belajar perilaku tertentu karena hubungan interpersonal. c. Teori Perkembangan Kognitif Teori piaget menekankan bahwa anak berpikir berbeda daripada orang dewasa, bahkan anak belajar secara spontan tanpa



6



mendapatkan masukan dari orang dewasa. Menurut piaget, anak belajar melalui proses meniru dan bermain, menunjukkan proses kegiatan asimilasi, dan akomodasi, yang menjabarkan tiap tahap dan usia dari kematangan kognitif anak. Bang anca unictive mengintegrasikan struktur pola perilaku sebelumnya ke arah pola perilaku yang baru kompleks. Kecepatan tiap tahap perkembangan dipengaruhi oleh perbedaan tiap individu dan pengaruh sosial. Piaget tidak setuju dengan pendapat ilmuwan lain bahwa orang dewasa dipengaruhi oleh tingkat perkembangan sebelumnya. d. Teori Perkembangan Bahasa Penguasaan bahasa merupakan tugas perkembangan utama pada masa kanak-kanak, yang mana struktur linguistik dan konektif berkembang secara paralel. Chomsky (1975) dalam teorinya



mengatakan



bahwa



anak



menggunakan



dan



menginterpretasikan kalimat baru melalui proses kognitif internal yang disebut dengan transformasi, yaitu penyusunan kata menjadi kalimat. Mula-mula anak verbalisasi persepsi mereka dengan memberi nama tentang hal yang dipersepsikan, kemudian meningkat dengan memverbalisasi emosi mereka. pemberian nama pada objek dari perasaan yang dialami, meningkatkan rasa kontrol anak terhadap perasaan nya, yang dengan sendirinya membantu mereka untuk membedakan apa yang nyata dan yang tidak. Perkembangan bahas memudahkan uji realitas dan sebagai dasar terhadap identitas diri dan perbedaan semua dimensi pada anak yang sedang berkembang. e. Teori Perkembangan Moral Perkembangan moral diartikan sebagai konversi sikap dan konsep primitif ke dalam standar moral yang komprehensif. Proses transformasi ini merupakan bagian dari/bergantung pada kumpulan pertumbuhan kognitif anak, yang timbul sejalan dengan hubungan anak dengan dunia luar. Teori perkembangan moral, antara lain, kemukakan oleh Freud, piaget, dan kohlberg.



7



f. Teori Fisikologi Ego Teori psikologi ego yang menjembatani psikoanalisis dengan psikologi perkembangan ini menggunakan pendekatan struktural untuk memahami individu dengan berfokus pada ego atau diri sebagai unsur mandiri. Ilmuwan yang mendukung teori ini berkeyakinan bahwa ego dan unsur rasional yang menentukan pencapaian intelektual dan sosial terdiri dari sumber energi, motif dan rasa tertarik. Pada dasarnya tidak ada suatu teori pun yang secara lengkap dapat menjelaskan perkembangan jiwa anak dan menyimpulkan secara holistik tentang penyimpangan kesehatan jiwa pada anak termasuk landasan intervensi yang perlu dilakukan. Oleh karena itu, dalam keperawatan jiwa pada anak dapat digunakan suatu pendekatan yang berfokus pada keterampilan kompetensi ego anak. Menurut Stuart dan sundeen (1995), pendekatan ini sangat efektif dan sensitif secara kultural dalam merencanakan dan mengimplementasikan intervensi keperawatan apapun diagnosis psikiatri atau dimanapun tatanan pelayanan kesehatan jiwa diberikan. 9 keterampilan kompetensi ego yang perlu dimiliki oleh anak untuk menjadi seorang dewasa yang kompeten menurut stayhorn (1989) adalah : Secara lebih terinci keterampilan kompetensi ego yang berkembang sejak awal kehidupan, itu pada masa kanak-kanak dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Menjalin hubungan dekat yang penuh rasa kepercayaan. Keterampilan dasar untuk tumbuh kembang yang positif adalah kemampuan membina hubungan dekat dan penuh rasa percaya dengan orang lain. Untuk mengetahui keterampilan anak, tak perlu menanyakan pertanyaan sebagai berikut. a) Apakah anak senang berteman atau bergaul? b) Apakah anak sering mengganggu teman?



8



c) Apakah anak tidak tahu apa yang harus dikatakan ketika berkenalan dengan seseorang? Untuk meningkatkan keterampilan anak dalam menjalin hubungan dekat dengan orang lain, kita harus berupaya meningkatkan interaksi dengan anak melalui permainan atau cara yang lain yang menarik bagi anak. Anak perlu belajar untuk dapat menerima kesalahan dan pentingnya memaafkan orang lain dalam menjalin hubungan rasa percaya. 2) Mengatasi perpisahan dan pengambilan keputusan yang mandiri Mengidentifikasi dan mengekspresikan perasaan dan membuat keputusan yang mandiri merupakan hal penting agar dapat menjadi individu yang kompeten. Dapat menggunakan pertanyaan sebagai berikut untuk mengevaluasi keterampilan anak. a) Apakah anak tampak murung atau cerdas ketika tidak bersama ibunya? b) Apakah anak tampak murung atau cerdas jika merasa ada orang yang tidak menyukainya? c) Jika murung, apakah ada yang dapat dilakukan oleh anak untuk mengatasi perasaan nya? kegiatan



yang



berfokus



untuk



membantu



anak



mengidentifikasi dan mengklarifikasi aspek-aspek yang ada pada dirinya merupakan latihan peningkatan kemandirian yang penting dilakukan. hal ini dapat dilakukan dengan menggalakkan anak untuk menggambar dirinya dan meminta pendapat orang lain tentang masalah terkait. Setiap pengalaman yang mengklarifikasi perbedaan antara individu membantu anak untuk mengidentifikasi dirinya, sebagai individu yang unik dalam konteks sosial. Dalam lingkungan terapeutik, dapat juga diberi kesempatan kepada anak untuk memilih dan memutuskan, selanjutnya mendukung pertumbuhan dan kompetensi ego anak.



9



3) Membuat keputusan dan mengatasi konflik interpersonal secara bersama Anak yang tidak pernah diberi kesempatan untuk berperan dalam pengambilan keputusan bersama atau tidak dihargai kerjasama yang dilakukannya mungkin akan tidak terampil dalam membuat keputusan dan mengatasi konflik interpersonal. Pertanyaan yang dapat diajukan antara lain, sebagai berikut : a) Ketika



anak



mempunyai



masalah,



apakah



ia



dapat



memikirkan beberapa cara penyelesaiannya? b) Apakah



anak



menjadi



marah



jika



tidak



mendapat



keinginannya? c) Apakah orang lain mudah di dibuat marah oleh anak tersebut? 4) Mengatasi frustasi dan kejadian yang tidak menyenangkan lingkungan yang aman dapat memberi kesempatan pada anak untuk belajar dan mempraktikkan keterampilan membuat keputusan dan mengatasi konflik bersama, seperti latihan membuat keputusan kelompok yang sangat memerlukan kerjasama. Anak perlu dibantu untuk mengidentifikasi rasa takut yang berhubungan dengan kerjasama dengan orang lain. Yang penting diperhatikan bukan kita selaku orangtua yang mengatasi konflik untuk



anak, tetapi



menggunakan



situasi untuk



mengajarkan anak keterampilan bernegosiasi dan bentuk sosialisasi yang sesuai melalui penghargaan (reinforcement) 5) Menyatakan perasaan senang dan merasakan kesenangan a) Apakah ada sesuatu yang sangat disukai dilakukan anak? b) Dapatkah anak dengan mudah menyukai suatu kegiatan? c) Apakah anak senang duduk duduk dengan santai memikirkan sesuatu? 6) penundaan kepuasan 7) Bersantai dan bermain



10



Untuk meningkatkan keterampilan ini, anak perlu diberi cukup untuk waktu bermain yang tidak terstruktur sehingga mempunyai kesempatan untuk belajar dan menguasai bakat atau kegemarannya. 8) Proses kognitif melalui kata – kata, simbol, dan citra. Anak yang terganggu emosinya, mungkin kemampuan kognitif



nya



belum



berkembang.



Untuk



mengetahui



keterampilan kognitif anak, perlu di tanyakan hal-hal sebagai berikut. a) Apakah anak mengalami kesulitan untuk menguraikan perasaan pada orang lain? b) Apakah anak merasa seolah-olah ia tidak pernah tahu apa yang terjadi? c) Apakah anak dapat mengidentifikasikan kelebihan yang dimilikinya? Lingkungan yang terapiutik diperlukan untuk menstimulasi perkembangan kognitif anak. Perawat perlu merancang mainan, perlengkapan, komunikasi dan interaksi, peta pertemuan yang berguna bagi proses kognitif anak. 9) Membina perasaan adaptif tentang arah dan tujuan yang diinginkan. Sejak usia prasekolah, anak-anak telah mulai memikirkan tentang kehidupan mereka jika telah dewasa. Keinginan dan gambaran mereka tentang kehidupan yang akan datang sangat dipengaruhi oleh kehidupan yang mereka amati di sekitarnya. Pertanyaan untuk menggali keterampilan anak ini, antara lain, sebagai berikut. a) Apakah anak merasa bahwa hidup mereka kelak akan lebih baik? b) Apakah anak tidak tahu apa yang harus mereka lakukan jika telah dewasa?



11



c) Apakah anak merasa bersekolah merupakan hal yang penting Dan menganggap sekolah sebagai sesuatu yang memang harus dilakukan? 3.Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa Pada Anak Usia Sekolah g. Pengkajian Perawat mengkaji penguasaan anak terhadap tiap area keterampilan yang dibutuhkan anak untuk dapat menjadi seorang dewasa yang kompeten. Perkembangan kemampuan psikososial anak usia sekolah adalah kemampuan menghasilkan karya berinteraksi dan berprestasi dalam belajar berdasarkan kemampuan ini akan membuat anak bangga terhadap dirinya. Hambatan atau kegagalan dapat mencapai kemampuan ini menyebabkan anak merasa rendah diri sehingga pada masa dewasa anak, dapat mengalami hambatan dalam bersosialisasi. Tugas Perkembangan Perkembangan yang normal industry/produktif



Perilaku Anak Usia Sekolah 1) Menyelesaikan tugas (sekolah atau rumah) 2) Mempunyai



rasa



bersaing



(kompetisi) 3) Senang berkelompok dengan teman sebaya dan mempunyai sahabat karib 4) Berperan



dalam



kegiatan



berkelompok 1) Tidak mau mengerjakan tugas



Penyimpangan Perkembangan Harga diri rendah



sekolah 2) Membangkang pada orang tua untuk mengerjakan tugas 3) Tidak



ada



kemauan



untuk



bersaing dan terkesan malas 4) Memisahkan diri dari teman sepermainan dan teman sekolah 12



Selain mengkaji keterampilan yang telah diuraikan tersebut, perawat juga perlu mengkaji data demografi, riwayat kesehatan terdahulu, kegiatan hidup anak sehari-hari, keadaan fisik, status mental, hubungan interpersonal, daftar riwayat personal dan keluarga. 1) Data demografi Pengkajian data demokrasi meliputi nama, usia, tempat dan tanggal lahir anak, nama, pendidikan, alamat orang tua, datadata lain yang dianggap perlu diketahui. Riwayat kelahiran, alergi, penyakit dan pengobatan yang pernah diterima anak, juga perlu dikaji. Selain, aktivitas kehidupan sehari-hari anak meliputi keadaan gizi termasuk berat badan, jadwal makan, dan minat terhadap makanan tertentu, tidur termasuk kebiasaan dan masalah kualitas tidur, eliminasi meliputi kebiasaan dan masalah yang berkaitan dengan eliminasi, kecacatan dan keterbatasan lainnya. 2) Fisik Dalam pengkajian fisik perlu diperiksa keadaan kulit, kepala, rambut, mata, telinga, hidung, mulut, pernapasan, kardiovaskuler, muskuloskletal, dan neurologis anak. Misalnya, anak yang menderita diabetes atau asma sering berperilaku merusak dalam usahanya mengendalikan lingkungan. Selain itu, hasil



pemeriksaan



fisik



berguna



sebagai



dasar



dalam



menentukan pengobatan yang diperlukan. Bahkan untuk mengetahui kemungkinan bekas penganiayaan yang pernah dialami anak. 3) Status mental Pemeriksaan status mental anak bermanfaat untuk memberi gambaran mengenai fungsi ego anak. Perawat membandingkan perilaku dengan tingkat fungsi ego anak dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, status mental anak perlu dikaji setiap waktu dengan



suasana



yang



13



santai



dan



nyaman



bagi



anak.



Menggunakan



alat



bermain



sangat



bermanfaat



untuk



mengalihkan fokus anak (yang menimbulkan ansietas) ke karakter yang digunakan dalam permainannya. Data dicatat sesuai dengan perilaku yang diamati untuk menjaga objektivitas pengkajian,



kesan,



perasaan,



dan



pendapat



perawat.



Pemeriksaan status mental meliputi keadaan emosi, proses berpikir, dan isi pikiran, halusinasi dan persepsi, cara bicara dan orientasi, keinginan untuk bunuh diri atau membunuh. Pengkajian terhadap hubungan interpersonal anak dilihat dalam hubungannya dengan anak sebaya yang penting untuk mengetahui kesesuaian perilaku dengan usia. Pertanyaan yang perlu



diperhatikan



perawat



ketika



mengkaji



hubungan



interpersonal anak, cara lain sebagai berikut. a) Apakah anak berhubungan dengan anak sebaya dan dengan jenis kelamin tertentu? b) Apakah anak dalam struktur kekuasaan dalam kelompok? c) Bagaimana keterampilan sosial anak ketika menjalin dan berhubungan dengan anak lain? d) Apakah anak mempunyai teman dekat? kemampuan anak berhubungan dengan orang dewasa juga penting dikaji untuk mengetahui kebutuhan anak dan akan tokoh panutan dan kebutuhan anak akan didukung dan kasih sayang. 4) Riwayat personal dan keluarga Riwayat personal dan keluarga meliputi faktor pencetus masalah, riwayat gejala, tumbuh kembang anak, yang biasanya dikumpulkan oleh tim kesehatan. Data ini sangat diperlukan untuk mengerti perilaku anak dan membantu menyusun tujuan asuhan keperawatan. Pengumpulan data keluarga merupakan bagian penting dari pengkajian melalui pengalihan fokus dari anak sebagai individu ke sistem keluarga. Tiap anggota keluarga diberi kesempatan untuk mengidentifikasikan siapa yang



14



bermasalah dan apa yang telah dilakukan oleh keluarga untuk menyelesaikan masalah tersebut. h. Diagnosis 1) Potensial (normal) : potensial berkarya 2) Resiko (penyimpangan) : risiko harga diri rendah i. Perencanaan Setelah pengkajian selesai dan masalah utama yang dialami anak telah di identifikasi, rencana perawatan dan pengobatan



yang



komprehensif



disusun.



Tujuan



asuhan



keperawatan disusun sesuai dengan kebutuhan anak, seperti modifikasi, penyesuaian sekolah anak, dan perubahan lingkungan anak. Tujuan umum untuk anak yang dirawat di unit perawatan jiwa adalah sebagai berikut 1) Memenuhi kebutuhan emosi anak dan kebutuhan untuk dihargai 2) Mengurangi ketegangan pada anak dan kebutuhan untuk berperilaku defensif 3) Membantu anak mennjalin hubungan positif dengan orang lain 4) Membantu mengembangkan identitas anak 5) Memberikan anak kesempatan untuk menjalani kembali tahap perkembangan terdahulu yang belum diselesaikan secara tuntas 6) Membantu anak berkomunikasi secara efektif 7) Mencegah anak untuk menyakiti, baik dirinya sendiri maupun diri yang lain 8) Membantu anak memelihara kesehatan fisiknya 9) Meningkatkan uji coba realitas yang tepat j. Implementasi Tindakan keperawatan untuk perkembangan psikososial anak usia sekolah bertujuan : 1) Anak mengenal kemampuan dirinya 2) Anak mengikuti kegiatan sosial 3) Anak merasa puas terhadap keberhasilan yang dicapai



15



Berbagai bentuk terapi pada anak dan keluarga dapat diterapkan yang terdiri atas sebagai berikut. 1) Terapi Bermain Pada umumnya merupakan media yang tepat bagi anak untuk mengekspresikan konflik yang belum terselesaikan, selain juga berfungsi untuk : a) Menguasai dan asimilasi kembali pengalaman lalu yang tidak dapat dikendalikan sebelumnya; b) Berkomunikasi dengan kebutuhan yang tidak disadari; c) Berkomunikasi dengan orang lain; d) Menggali dan mencoba belajar bagaimana hubungan dengan diri sendiri, dunia luar, dan orang lain; e) Mencoba tuntutan dan dorongan dari dalam diri dengan realitas 2) Terapi Keluarga Semua anggota keluarga perlu diikutsertakan dalam terapi keluarga. Orang tua perlu belajar secara bertahap tentang peran mereka dalam permasalahan yang dihadapi dan bertanggung jawab terhadap perubahan yang terjadi pada anak dan keluarga. Biasanya cukup sulit bagi keluarga untuk menyadari



bahwa



keadaan



dalam



keluarga



terus



menimbulkan gangguan pada anak. Oleh karena itu perawat perlu berhati-hati dalam meningkatkan kesadaran keluarga. 3) Terapi Kelompok Terapi kelompok dapat berupa suatu kelompok yang melakukan kegiatan atau berbicara. Terapi kelompok ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan uji realitas, video mengendalikan impuls (dorongan internal), meningkatkan harga diri, memfasilitasi pertumbuhan; kematangan dan keterampilan sosial anak. Kelompok



dengan



lingkungan



yang



terapiutik



memungkinkan anggotanya untuk menjalin hubungan dan



16



pengalaman sosial yang positif dalam suatu lingkungan yang terkendali. 4) Psikofarmakologi Walaupun terapi obat belum sepenuhnya diterima dalam psikiatri anak, terapi bermanfaat untuk mengurangi gejala (hiperaktif, depresi, impulsif, dan anxietas) dan membantu agar pengobatan lain lebih efektif. Pemberian obat ini tetap diawasi oleh dokter dan menggunakan pedoman yang tepat. 5) Terapi Individu Ada berbagai terapi individu, terapi bermain, psikoanalitis, psikoanalitis berdasarkan psikoterapi, dan terapi bermain pengalaman. Hubungan antara anak dengan therapist memberi



kesempatan



pada



anak



untuk



mendapatkan



pengalaman mengenai hubungan positif dengan orang dewasa dengan penuh kasih sayang dan uji realitas. 6) Pendidikan Pada Orang Tua Pendidikan pada orang tua merupakan hal yang penting untuk mencegah gangguan kesehatan jiwa anak, begitu pula untuk meningkatkan kembali penyembuhan setelah dirawat. Orang tua diajarkan tentang tahap tumbuh kembang anak sehingga orang tua dapat mengetahui perilaku yang sesuai dengan



usia



anak.



Keterampilan



berkomunikasi



juga



meningkatkan pengertian dan empati antara orang tua dan anak. Teknik yang tepat dalam mengasuh anak juga diperlukan untuk mengembangkan disiplin diri anak. Hal-hal lain, seperti psikodinamika keluarga, konsep kesehatan jiwa, dan penggunaan pengobatan juga diajarkan. 7) Terapi Lingkungan Konsep terapi lingkungan dilandaskan pada kejadian dalam kehidupan sehari-hari yang dialami anak. Lingkungan yang aman dan kegiatan yang teratur dan terprogram, memungkinkan anak untuk mencapai tugas terapeotik dari



17



rencana penyembuhan dengan berfokus pada modifikasi perilaku. Kegiatan yang terstruktur secara formal, seperti belajar, terapi kelompok, dan terapi rekreasi. Kegiatan rutin meliputi bangun pagi, makan, dan jam tidur. Program yang berfokus pada perilaku, memungkinkan staf keperawatan untuk memberi umpan balik terus menerus kepada anak-anak tentang perilaku mereka sesuai jadwal keinginan. Untuk perilaku yang baik, mereka menerima pujian, stiker, atau nilai, bergantung pada tingkat perkembangannya. Sebaliknya, perilaku negatif tidak ditoleransi. Peran perawat sebagai orang tua yang baik menutup perawat mampu menciptakan lingkungan yang terbuka, komunikasi yang jujur, dan memberi gambaran yang jelas tentang batasan hubungan anak orang dewasa yang bebas dari keintiman yang pura-pura. Lingkungan yang terapiotik harus memberi perlindungan pada anak dari ancaman dinamika keluarga yang patologis. Tahap Perkembangan Perkembangan yang normal



Tahap Keperawatan 1) Diskusikan kemampuan



/



kelebihan diri anak dan target pencapaian tugas 2) Berikan tugas sesuai dengan kemampuan anak 3) Berikan



pujian



terhadap



keberhasilan anak disekolah dan di keluarga/rumah 4) Fasilitasi kegiatan kelompok bermain,



les,



kegiatan



keagamaan 5) Libatkan



anaka



dalam



kegiatan sehari – hari seperti memasak,



18



membuat



kue,



membersikan



mobil,



Penyimpangan



merapikan tempat tidur 1) Diskusikan penyebab



perkembangan



merasa tidak mampu



anak



2) Berikan tugas sesuai dengan kemampuan anak 3) Berikan



pujian



terhadap



keberhasilan yang dicapai 4) Bantu anak agar berhasil 5) Libatkan dalam kegiatan yang mudah/sederhana Tindakan keperawatan untuk keluarga bertujuan: 1) Keluarga mampu memahami pengertian perkembangan anak usia sekolah 2) Keluarga mampu memahami ciri-ciri perkembangan anak usia sekolah yang normal dan menyimpang 3) Keluarga mampu menyusun rencana stimulasi agar anak mampu berkarya 4) Keluarga mampu menstimulasi kemampuan anak berkarya Tindakan keperawatan untuk keluarga adalah sebagai berikut: 1) Jelaskan ciri perkembangan anak usia sekolah yang normal dan menyimpang 2) Jelaskan kepada keluarga mengenai cara menstimulasi kemampuan anak berkarya a) Libatkan anak dalam kegiatan sehari-hari yang sederhana di rumah seperti membuat kue merapikan tempat tidur b) Puji keberhasilan yang dicapai oleh anak c) Diskusikan dengan anak mengenai harapan dalam berinteraksi dan belajar d) Tidak menuntut anak untuk melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan kemampuannya (menerima anak apa adanya), membantu kemampuan belajar 19



e) Tidak menyalahkan dan menghina anak f) Beri contoh cara menerima orang lain apa adanya g) Beri kesempatan untuk mengikuti aktivitas kelompok yang terorganisasi h) Buat/tetapkan aturan/disiplin di rumah bersama anak 3) Demonstrasikan dan latih cara menstimulasi kemampuan anak untuk berkarya 4) Bersama keluarga susun rencana stimulasi kemampuan berkarya SP 1 – Keluarga : Membina Hubungan Saling Percaya Dengan Keluarga Serta Menjelaskan Ciri Perkembangan Anak Di Usia Sekolah Yang Normal dan Menimpang Orientasi ‘Selamat pagi pak, saya suster I dari puskesmas tanggul. Siapa nama bapak? Biasanya dipanggil apa, bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah bapak punya putera berusia 6 – 12 tahun? Siapa namanya bapaka apakah bapak mengalami kesulitan perilakunya? Agar kemampuan anak bapak bisa berkembang kita akan mendiskusikan ciri khas perundangan anak usia 6 – 12 tahun. Dimana kita akan berbicara pak? Apakah diruangan ini? Baiklah kita akan berdiskusi 30 menit’ Kerja ‘apakah bapak tau perkembangan anak usia 6 – 12 tahun yang normal? Mari kita baca leafleat ini disitu tertulis ciri perkembangan anak usia 6 – 12 tahun yang normal dan yang menyimpang. Anak usia 6- 12 tahun diharapkan mempunyai kemampuan bergaul dengan teman sebaya, tidak bergantung lagi pada orang tua, menghasilkan suatu karya sesuai dengan kemampuannya, baik prestasi di sekolah maupun dikeluarga atau di masyarakat. Hasil karya anak berupa prestasi di sekolah mamupun masyarakat , seperti membuat sendiri benda apakah anak mempunyai kemampuan yang tertulis di leaflet



20



itu? Bapak bisa memotivasinya supaya kemampuan lain tetap tercapai jika anak tidak dapat menunjukkan hasil karyanya, iya dapat mengalami rendah diri, karena merasa tidak menghasilkan sesuatu yang nyata. Terminasi Kita telah selesai berdiskusi. Bagaimana perasaan bapak setelah kita bicara apakah bapak masih ingat ciri perkembangan anak usia 6 – 12 tahun apa saja? Bapak ibu sudah ingat ciri cirinya sehingga bapak dapat membandingakan dengan perkembangan anak bapak. Nanti bapak lihat perilaku anaka bapak yang tidak ada pada anak bapak jika menyimpang kita akan mendiskusikan bersama pada pertemuan berikutnya. Kesini lagi minggu depan mendiskusikan cara yang akan bapak laukan. SP 2 – Keluarga : membina Hubungan Saling Percaya Dengan Anak, Mendonstrasikan, Dan Mendiskusikan Cara Yang Akan Dilakukan



Keluarga



Untuk



Menstimulasi



Perkembangan



Psikososial Anak Sekolah. Orientasi “selamat pagi/siang/sore. Apakah bapak/ibu masih ingat diskusi kita minggu lalu tentang ciri perkembangan anak usia 6 – 12 tahun? Hari ini kita mencoba cara yang dapat Bapak/Ibu lakukan untuk menstimulasi perkembangan D, nanti Bapak/Ibu bisa langsung mencobanya. Dimana D? saya ingin mengenalnya. Dimana kita akan berbicara selama kurang lebihnya 30 menita ya” Kerja “selamat pagi/siang/sore. Kenalkan say suster I dari puskesmas meuraksa. Ini D ya? Senangnya di panggil apa? Sedang gambar apa? Gambarnya bagus lho. Lihat dimana gambar seperti ini? Ngarang sendiri? Hebat sekali. Suster tidak bisa bikin gambar seperti itu. Menurut D, apa warna yang cocok untuk bajunya? Dinding rumahnya? Wah, pintar sekali memlilih warna. D suka mengga,bar ya.



21



Sudah pernah ikut lomba? Kalau nanti ada lomba, mau ikut apa enggak? Selain menggambar, apa saja yang disukai? Artinya D punya bakat kearah itu. Senang sekali dapat berbicara dengan D. kita sudahi dulu ya. Suster mau bicara dengambapak/ibu. “tadi bapak/ibu sudah melihat bagaimana saya membantu D mengenali kemampuannya. Bapak/ibu dapat meneruskan dengan memfasilitasi kegiatannya tersebut supaya D lebih merasa percaya diri dan dapat berinteraksi dengan teman sebayanya. Coba juga bapak/ibu mengobservasi kemampuannya yang lain, seperti keinginan rumah tangga.” Terminasi “bapak/ibu, kita sudah selesai mempraktekkan cara menstimulasi kemampuan D, bagaimana perasaan bapak/ibu? Apakah masih ada hal yang lain yang ingin bapak/ibu ketahui? Sudah cukup? Kalau begitu, saya permisi dulu dan kalau ada kesulitan dengan D, silahkan bapak/ibu menghubungi saya di puskesmas meuraksa, saya bertugas disana dan saya akan senang sekali membantu bapak/ibu. Sampai jumpa” Evaluasi Evaluasi kemampuan anak dan keluarga dalam perkembangan psikososial anak usia sekolah dan evaluasi kemampuan perawat dalam memfasilitasi perkembangan psikososil anak usia sekolah dapat dilihat pada tabel diatas k. Evaluasi Pada umumnya, pengamatan perawat berfokus pada perubahan perilaku anak. Apakah anak menunjukkan kesadaran dan pengertian tentang dirinya melalui refleksi diri dan meningkatkan kemampuan untuk membuat keputusan secara rasional. Anak harus memulai beradaptasi dengan lingkungan dan tidak implusif. Aspek yang perlu dievaluasi, antara lain, sebagai berikut. 1) Keefektifan intervensi penanggulangan perilaku



22



2) Kemampuan untuk berhubungan dengan teman sebaya, dewasa dan orang tua secara wajar 3) Kemampuan untuk melakukan asuhan mandiri 4) Kemampuan untuk menggunakan kegiatan program sebagai rekreasi dan proses belajar 5) Respon terhadap peraturan dan rutinitas 6) Status mental secara menyeluruh 7) Koordinasi dan rencana penanggulangan



BAB III PENUTUP A. Keimpulan 23



sehat jiwa adalah kemampuan individu dalam kelompok dan lingkungannya untuk berinteraksi dengan yang lain sebagai cara untuk mencapai



kesejahteraan,



perkembangan



yang



optimal,



dengan



menggunakan kemampuan mentalnya (kongsi, afeksi, dan relasi) memiliki prestasi individu serta kelompoknya konsisten dengan hukum yang berlaku. Rentang sehat jiwa terdiri dari dinamis buka titik statis, rentang dimulai dari sehat optimal – mati, ada tahap – tahap, adanya variasi tiap individu,



menggambarkan



kemampuan



adaptasi,



berfungsi



secara



efektif:sehat. Anak usia sekolah sudah mengembangakan kekuatan internal dan tingakat kematangan yang memungkinkan mereka untuk bergaul diluar rumah. Tugas perkembangan utama pada tahap ini adalah menanamkan interaksi yanga sesuai dengan teman sebaya dan orang lain, meningkatkan keterampilan intelektual khususnya seoklah, menibgkatkan keterampilan motorik halus, dan ekspansi keterampilan motorik kasar. Landasan teoritis keperawatan jiwa pada anak adalah teori perkembangan fiso – biologis, psikologis, kognitif, bahasa, moral, ego.



DAFTAR PUSTAKA



24



Keliat, Budi Anna et all. 2012. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas.



Jakarta:EGC Keliat, Budi Anna et all. Manajemen Keperawatan Psikososial & Kader Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC. Nurhalimah. 2016. Keperawatan Jiwa. Jakarta : SDM Kesehatan. Videbeck, Sheila L. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC Yosep, Iyus, & Sutini, Titi. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama



25