Makalah Audit Uas [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS PRAKTEK AUDIT



TAHAPAN KEGIATAN DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN



Disusun Oleh: M. HAFIDZ AKBAR 01044881719011



PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI UNIVERSITAS SRIWIJAYA PALEMBANG 2017



TAHAPAN KEGIATAN DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN Kegiatan yang dilakukan dalam suatu audit sangat tergantung kepada perusahaan yang diaudit. Apabila klien merupakan perusahaan kecil, maka audit cukup dilakukan oleh satu atau dua orang auditor dengan waktu pengerjaan audit yang relatif tidak begitu lama, dan dengan honorarium audit yang tidak begitu besar namun apabila perusahaan yang yang di audit adalah perusahaan besar,apalagi kalau perusahaan raksasa dengan ratusan anak perusahaan, maka dibutuhkan auditor dalam jumlah yang banyak, waktu pengerjaan audit berbulan-bulan, dan honorarium audit yang sangat tinggi. Dalam setiap audit baik audit pada perusahaan besar maupun pada perusahaan kecil, selalu terdapat empat tahapan kegiatan yaitu:  Penerimaan penugasan audit  Perencanaan audit  Pelaksanaan pengujian audit  Pelaporan temuan Dalam setiap tahapan, auditor harus memahami berbagai factor dalam lingkungan audit seperti telah di bahas pada bab-bab yang lalu. Beberapa di antara faktor tersebut antara lain: Dampak dari berbagai peraturan, harapan atau ekspektasi masyarakat, kemungkinan di tuntut di pengadilan, dan keharusan untuk melakukan audit sesuai dengan standar profesional. Gambar 51 memberikan gambaran mengenai model dari faktor-faktor lingkungan audit dengan tekanan pada hubungan antara standar auditing dengan keempat tahapan audit. 1.PENERIMAAN PENUGASAN AUDIT Tahap awal dalam suatu audit laporan keuangan adalah mengambil keputusan untuk menerima (atau menolak) suatu kesempatan menjadi auditor untuk klien baru, atau untuk melanjutkan sebagai auditor bagi klien yang sudah ada. Seperti pada gambar 5-1, pada tahap ini hanya standar umum dari standar auditing yang perlu diterapkan. Pada umumnya keputusan untuk menerima (atau menolak) ini sudah dilakukan sejak enam hingga Sembilan bulan sebelum akhir tahun buku yang diperiksa. Fakto-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penerimaan penugasan akan dibahas pada bagian lain bab ini.



2.PERENCANAAN AUDIT Tahap kedua pada suatu audit menyangkut penetapan strategi audit untuk pelaksanaan dan penentuan lingkup audit. Perencanaan merupakan tahap yang cukup sulit dan menentukan keberhasilan penugasan audit. Dari gambar 5-1 nampak bahwa pada tahap ini perlu di terapkan standar umum dan standar pekerjaan lapangan dari standar auditing. Perencanaan audit biasanya di lakukan antara tiga hingga enam bulan sebelum akhir tahun buku klien. Penjelasan lebih lanjut mengenai komponen-komponen perencanaan audit akan di bahas pada bab ini dan dalam dua bab berikutnya



.



EKSPETASI MASYARAKTA



STANDAR PENGENDALIAN MUTU



STANDAR AUDITING



STANDAR UMUM



STANDAR PEKRJAAN LAPANGALN



PENERIMA PENUGASAN AUDIT



PERENCANAAN AUDIT



ATURAN KAP ATURAN JAI



STANDAR PELAPORAN



PELAKSANAAN PENGUJIAN



PELAPORAN TEMUAN



PERATURAN PEMERINTAH



3.PELAKSANAAN PENGUJIAN AUDIT Tahap ketiga dalam suatu audit laporan keuangan adalah melaksanakan pengujian audit (audit test) tahap ini sering di sebut juga sebagai pelaksanaan pekerjaan lapangan. Tujuan utama tahap audit ini adalah mendapatkan bukti audit mengenai efektivitas pengendalian intern dan kewajaran laporan keuangannya. Seperti dilukiskan dalam gambar 5-1, pada tahap ini juga harus di terapkan standar umum dan standar pekerjaan dari standar auditing. Pengujian auditini pada umumnya dilakukan antara tiga sampai empat bulan sesuda akhir tahun buku hingga satu sampai tiga bulan sesuda akhir tahun bukan klien. Pengjian audit dibahas lebih lanjut mulai bab 8 buku ini dan dilanjutkan pada buku II.



4.PELAPORAN TEMUAN



Tahap keempat atau tahap terakhir dari suatu audit adalah pelaporan temuan. Seperti telah dibahas pada bab 2, laporan audit bisa berupa laporan standar yaitu laporan audit dengan pendapat wajar tanpa perkecualian, atau bisa juga menyimpang dari laporan standar. Seperti namapk pada gambar 5-1 pada tahap ini harus dilaksanakan standar umum dan standar pelaporan dari standar auditing. Laporan audit biasanya diterbitkan antara satu hingga tiga minggu setelah berakhirnya pekerjaan laporan. Pembhasan lebih lanjut mengenai tahap audit ini akan diuraikan pada buku II.



I.PENERIMAAN PENUGASAN



Dalam profesi akuntan publik, terjadi persaingan yang cukup ketat antar kantor akuntan publik, klien bisa merupakan klien baru ataupun klien lama (yang sudah ada) yang diharapkan akan melanjutkan memberikan penugasan audit pada tahun atau tahun-tahun berikutnya. Klien baru bisa merupakan perusahaan yang baru pertama kali di audit oleh akuntan publik, atau perusahaan yang pernah diaudit oleh kantor akuntan publik lain. Pergantian auditor bisa terjadi karena berbagai alasan, misalnya: 1. Klien merupakan hasil merger (penggabungan) antara beberapa perusahaan yang semula memiliki auditor masing-masing yang berbeda,



2. Ada kebutuhan untuk mendapat perluasan jasa profesional, 3. Tidak puas terhadap kantor akuntan public yang lama, 4. Ingin mencari auditor dengan honorarium audit yang lebih murah, dan 5. Penggabungan antara beberapa kantor akuntan publik.



Auditor tidak wajib menerima setiap permintaan untuk melakukan audit laporan keuangan yang diajukan oleh calon kliennya. Apabila uditor memutuskan untuk menerima suatu penugasan audit, maka auditor harus memikul tanggung jawab profesional terhadap masyarakat, klien, dan terhadap anggota profesi akntan public yang lain. Aditor harus menjaga kelangsungan kepercayaan masyarakat terhadap profesi dengan menjaga indenpendensi, integritas, dan obyektivitas. Kepentingan klien harus dilayani dengan memperhatikan kompetensi dan profesional.Terhadap anggota lain seprofesi, auditor bertanggung jawab untuk turut meningkatkan dan menjaga nama baik profesi, serta meningkatkan kemampuannya dalam member pelayanan kepada masyarakat. Ini berarti bahwa keputusan untuk menerima penugasan dari klien baru atau penugasan lanjutan dari klien lama bukanlah tanpa pertimbangan yang matang. Pentingnya keputusan ini terlihat dari dimasukannya masalah penerimaan atau pelanjutan penugasan dari klien sebagai salah satu dari Sembilan elemen pengendalian mutu pada suatu kantor akuntan publik seperti telah diuraikan pada bab 1. Pertimbangan dalam memutuskan untuk menerima penugasan juga berhubungan langsung dengan kemampuan auditor untuk memenuhi persyaratan seperti diminta oleh standar auditing serta kode ethik akuntan. Gambar 52 menunjukan sejumlah tahapan yang harus dilakukan oleh suatu kantor aknta publik untuk menjamin bahwa penerimaan penugasan hanya diberikan pada penugasan audit yang dapat diselesaikan sesuai dengan standar profesional. Tahapan-tahapan tersebut akan diuraikan di bawah ini



MENGEVALUASI INTEGRITASI MANAJEMEN MENGEVALUASI INDEPENDENSI



MENGINDENTIFIKASI KEADAAN- KEADAAN KHUSUS DAN RISIKOTIDAK BISA



MENETAPKAN KOMPETENSI UNTUK MELAKUKAN AUDIT



MENENTUKAN KEMAMPUAN UNTUK BEKERJA DENGAN CERMAT DAN SEKSAMA



MENYIAPKAN SURAT PENUGASAN



EVALUASI ATAS INTEGRITAS MANEJEMEN Tujuan pokok suatu audit laporan keuangan adalah untuk menyatakan suatu pendapat tentang laporan keuangan klien oleh karena itu perlu di perhatikan bahwa auditor hanya akan menerima penugasan apabila terdapat jaminan yang memadai bahwa yang memadai manajemen klien bisa dipercaya apabila manajemen tidak memiliki integritas, kemungkinan besar terdapat kekeliruan dan ketidakberesan dalam proses akuntansi yang menjadi dasar penyusuna laporan keuangan. Hal ini akan menyebabkan resiko menjadi bertambah besar, yaitu resiko auditor memberikan pendapat wajar tanpa perkecualian, padahal laporan keuangan mengandung salah saji yang material bagi klien baru, auditor bisa memperoleh informasi tentang



manajemen dengan



bertanya pada auditor pendahulu(jika klien pernah di audit oleh auditor lain ), atau dengan mengajukan pertannyaan kepada pihak ketiga yang di pandang mengenal klien. Untuk klien yang sudah ada



dan



akan melanjutkan pemberian penugasan audit, perlu dipertimbangkan



pengalaman auditor dengan manajeman klien pada audit yang lalu. Komunikasi Dengan Auditor Pendahulu Bagi klein yang pernah di audit oleh auditor lain, pengetahuan tenteng manajemen klien yang di miliki oleh auditor pendahulu merupakan informasi penting bagi auditor pengannti. Sebelum menerima penugasan ,PSA NO. 16,Komunikasih antara auditor pendahulu dengan auditor penganti (SA 315. 02), Mengharuskan auditor penganti untuk mengambil inisiatif untuk



berkomunikasi dengan auditor pendahulu, baik secara lisan maupun tertulis. Komunikasi harus di lakukan dengan persetujuan klien , dank lien di minta untuk mengijinkan auditor pendahulu untuk member jawaban lengkap atas pertanyaan –pertanyaan yang di ajukan auditor penganti. Persetujuan klien di perlukan karena kode etik profesi melarang auditor untuk amengungkapkan informasi rahasia yang diperoleh dalam audit tanpa ijin klien Dalam berkomunikasi,auditor penganti harus mengajukan pertanyaan yang spesifik dan wajar mengenai berbagai hal yang berpengaruh atas penhgambilan keputusan menerima atau menolak penugasan ,seperti misanlnya:  Integritas manjemen  Ketidaksepakatan dengan manajen mengenai prinsip akuntansi dan prosedur audit.  Pemahaman auditor pendahulu mengenai alasan klien



melakukan penggantian



auditornya. Auditor pendahulu diharapkan untuk member jawwaban lengkap, dengan asumsi ijin diberikan oleh klien. Apabila klien tidak memberi ijin, atau auditor pendahulu tidak membri jawaban yang lengkap, maka auditor penggantti harus mempertimbangkan implikasinya dalam memutuskan apakah penugasan akan diterima.



Mengajukan Pertanyaan Pada pihak Ketiga Informasi tentang integritas manajemen dapat juga diperoleh dari orang- orang yang mengenai klien, seperti misalnya, penasehat hukum klien, banker, dan pihak- pihak lain dalam lingkungan bisnis dan keuangan yang memiliki hubungan bisnis dengan calon klien.Sumber informasi potensional lainnya, antara lain:  Mereview berita yang berkaitan dengan penggantian manajemen puncak di majalah atau surat kabar, dan  Seandainya calon klien adalah perusahaan terbuka yang menjual saham- sahamnya dipasar modal dan pernah diaudit auditor lain, informasi bisa dperoleh dengan membaca laporan klien ke Bapepam tentang penggantian auditor.



Mereview Pengalaman Masa Lalu dengan Klien Sebelum mengambil keputusan untuk melanjutkan penugasan dengan klien audit, auditor harus mempertimbangkan secara cermat pengalaman yang berhubungan kerja dengan manajemen klien di waktu yang lalu. Sebagai contoh, auditor harus mempertimbangkan semua kekeliruan dan ketidakberesan material,serta tindakan melawan hukum yang ddtemukan dalam audit yang lalu. Selama audit yang lalu berlangsung, auditor mengajukan pertanyaan kepada manajemen mengenai berbagai hal seperti ada tidaknya kewajiban bersyarat (contingencies), lengkap tidaknya notulen rapat dewan komisaris, dan kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku. Kebenaran jawaban manajemen atas pertanyaan- pertanyaan tersebut dalam audit yang lalu harus dipertimbangkan dengan cermat dalam mengevaluasi integritas manajemen.



MENGIDENTIFIKASI KEADAAN- KEADAAN KHUSUS DAN RISIKO TAK BIASA Hal- hal yang berhubungan dengan pengambilan keputusan untuk menerima penugasan pada tahap ini, antara lain mengidentifikasi pemakai laporan keuangan yang telah di audit, melakukan penilaian awal tentang klien dari segi hukum dan kestabilan keuanganya,serta mengevaluasi kemungkinan bisa atau tidaknya audit dilaksanakan.



Mengidentifikasi Pemakai Laporan Keuangan Auditan Tanggung jawab hukum auditor bisa berbeda-beda tergantung pada siapa yang diperkirakan akan menjadi pemakai laporan keuangan auditan. Oleh karena itu auditor harus mempertimbangkan apakah klien merupakan perusahaan publik(menjual saham- sahamnya kepada masyarakat ) atau perusahaan privat, kepada



siapa saja atau kepada pihak ketiga mana di perkirakan klien



berpotensi mempunyai kewajiban sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Auditor harus mempertimbangkan apakah laporan audit yang biasa akan akan cukup untuk memenuhi kebutuhan semua pemakaian laporan atau apakah perlu dibuat laporan khusus. Sebagai contoh, perusahaan- perusahaan tertentu wajib memenuhi persyaratan tertentu berdasarkan undangundang. Perusahaan semacam itu, diwajibkan undang- undang untuk menyampaikan informasi yang telah diaudit, yang tidak diwajibkan oleh prinsip akuntansi berlaku umum. Permintaan



laporan tambahan bisa berarti perlu adanya tambahan kompetensi pada si auditor, bisa juga tambahan biaya, dan bertambah luasnya tanggung jawab hukum auditor.



Memperkirakan Adanya Persoalan Hukum dan Stabilitas Keuangan Klien Apabila perusahaan klien pernah mengalami kesulitan karena adanya gugatan hukum, dan apabila pengugat bisa menemukan alasan bahwa ia dirugikan karena keputusan yang diambilnya didasarkan pada laporan keuangan, maka situasi demikian sangat mungkin akan melibatkan auditor. Bila hal ini bisa terjadi, maka auditor terancam untuk membayar denda atas putusan pengadilan, dan harus megeluarkan biaya untuk membela diri, betapapun profesioalnya si auditor dalam menjalankan pekerjaanya. Oleh karena itu, auditor harus berusaha untuk mengidentifikasi dan menolak calon klien yang memiliki risiko tinggi terkena gugatan hukum. Ini bisa terjadi antara lain pada perusahaan yang hasil produksinya berpeluang diinvestigasi



oleh aparat pemerintah, tatu berpotensi besar



mendapat gugatan dari pihak lain, maka hasil penyelidikan atau gugatan bisa menyebabkan perusahaan terlibat pada persoalan hukum. Hal yang sama juga perlu diperhatikan oleh auditor, apabila calon klien menunjukan ketidakstabilan keuangan, seperti tidak mampu membayar utang yang sudah jatuh tempo, atau meningkatnya kebutuhan terdapat petunjuk adanya



tambahan modal. Bahkan apabila



kesulitan yang sedang dihadapi



perusahaan, auditor harus



mempertimbangkan timbulnya masalah seperti itu dimasa datang bersamaan dengan menurunya kondisi perusahaan. Prosedur yang dapat digunakan auditor untuk menindentifikasi hal- hal semacam itu adalah dengan mengajukan pertanyaan kepada manajemen, menganalisa laporan keuangan yang pernah ditertibkan baik yang di audit maupun tidak diaudit, dan apabila memungkinkan dengan mereview laporan- laporan yang disampaikan kepada berbagai berbagai instansi. Mengevaluasi Auditabilitas Perusahaan Klien Sebelum memutuskan untuk menerima suatu penugasan, auditor harus mengevaluasi apakah terdapat kondisi- kondisi tersebut antara lainnya misalnya perusahaan tidak memiliki catatan akuntansi atau catatan akuntansinya buruk sekali, perusahaan tidak memiliki struktur



pengendalian intern yang memadai, atau kemungkinan adanya pembatasan dari kilen atas audit yang akan dilakukan. Bila auditor berhadapan dengan situasi demikian, maka sebaiknya ia menolak untuk menerima penugasan, atau klien harus diberi pengertian mengenai kemungkinan adanya pengaruh dari kondisi demikian terhadap laporan auditor. MENETAPKAN KOMPETENSI UNTUK MELAKSANAKAN AUDIT Standar umum yang pertama dalam standar auditing menyatakan bahwa: Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan tehnis cukup sebagai auditor. Oleh karena itu, sebelum auditor menerima suatu penugasan, auditor harus memastikan apakah mereka memiliki kompetensi profesional untuk menyelesaikan penugasan sesuai dengan standar auditing.



Hal



ini



menyangkut



penentuan



berapa



jumlah



anggota



tim



audit



dan



mempertimbangkan kebutuhan bantuan dari konsultan atau spesialis pada waktu audit berlansung. Penetapan Tim Audit Pada uraian yang lalu telah disebutkan bahwa penetapan personil untuk melaksanakan penugasan merupakan salah satu elemen dari sembilan elemen pengendalian mutu. Tujuan elemen pengendalian mutu ini adalah untuk melihat bahwa tingkat keahlian tehnis dan pengalaman tim audit akan dapat memenuhi kebutuhan untuk menangani penugasan secara profesional. Dalam menetapkan anggota tim, perlu dipertimbangkan pula sifat dan luasnya supervisi yang harus dipersiapkan. Pada umumnya, semakin mampu dan berpengalaman para personil yang ditunjuk menangani suatu penugasan, akan semakin kecil supervisi langsung yang diperlukan. Personil-personil kunci dari tim audit biasanya ditetapkan lebih dahulu sebelum keputusan menerima penugasan dilakukan, untuk memastikan bahwa personil- personil tersebut tersedia. Selain itu apabila calon klien mengundang kantor akuntan publik untuk mengajukan penawaran(proposal) untuk mendapat penugasan audit,biasanya dalam



penawaran tersebut



dicantumkan resume dari setiap personil kunci dalam tim audit yang ditawarkan. Dengan



demikian calon klien akan dapat menilai kemampuan orang- orang yang akan ditunjuk untuk menangani penugasan.



Mempertimbangkan Kebutuhan Konsultasi dan Penggunaan Spesialis Dalam menentukan apakah akan menerima penugasan, auditor perlu mempertimbangkan kemungkinan penggunaan konsultan dan spesialis untuk membantu tim audit dalam melasanakan audit. Elemen pengendalian mutu yang berkaitan dengan konsultasi menyatakan bahwa kantor akuntan publik harus memiliki kebijakan dan prosedur untuk memperoleh jaminan memedai bahwa personil kantor akuntan publik membutuhkan bantuan, sepanjang diperlukan, dari orang atau orang-orang yang memiliki tingkat pengetahuan, integritas, kebijaksanaa, dan otoritas yang sesuai. Sebagai contoh, kantor akuntan publik kadang- kadang membutuhkan bantuan tenaga ahli komputer untuk menangani penugasan dari klien yang pengolahan datanya menggunakan komputer. MENILAI INDEPENDENSI Standar umum kedua dalam standar auditing menetapkan: Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dalam sikap mental barus dipertabankan oleh auditor. Selain d atur dalam standar auditing , independensi dalam penugasan audit juga d wajibkan oleh kode etik IAI, disamping juga merupakan salah satu elemen dari elemen-elemen pengendalian mutu. MENETUKAN KEMAMPUAN UNTUK MELAKUKAN AUDIT DENGAN CERMAT DAN SEKSAMA. Stadar umum ke tiga dalam standar auditing menetapkan: Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunaka kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.



Kecermatan dan keseksamaan dalam melaksanakan semua jasa profesional juga disaratkan oleh kode etik IAI. Ini berarti bahwa penugasan harus ditolak apabila kecermatan dan keseksamaan tidak bisa dilaksanakan selama audit berlangsung termasuk dalam hal ini adalah review secara kritis pada setiap tingkat supervesi yang menyangkut pekerjaan yang dilakukan maupun pertimbangan yang diberikan oleh mereka yang membantu dalam audit. Dua faktor penting dalam menentukan kemampuan untuk melaksanakan kecermatan dan ketelitian adalah saat penunjukan dan penjadwalan pekerjaan lapangan. Saat Penunjukan dalam urayan diatas telah disinggung bahwa tahap pertama dari suatu audit (penerimaan penugasan). Idealnya terjadi enam hingga sembilan bulan sebelum akhir tahun buku klien namun dalam praktis sering terjadi penunjukan auditor baru terjadi hanya beberapa hari menjelang penutupan buku, bahkan setelah akhir tahun buku. Penunjukan auditor secara dini oleh klien dan penerimaan penugasan oleh sebagai contoh, penunjukan secara dini dalam tahun buku yang sedang berlangsung akan memberi keleluasan bagi auditor untuk membuat penjadwalan pekerjaan lapangan. Sebaliknya apabila penerimaan penugasan terjadi pada saat mendekati atau sesudah akhir tahun buku, auditor bisa mendapat berbagai hambatan dalam perencanaan audit dan pelaksanaan pekerjaan lapangan termasuk kemungkinan auditor harus menggeser kebelakang prosedur-prosedur yang harus dilakukan pada tanggal neraca misalnya observasi perhitungan fisik persediaan. Apabila auditor tidak yakin bahwa – sebagai akibat saat penunjukan yang terlambat sehingga banyak prosedur audit dilakukan setelah tanggal neraca- ia dapat melakukan audit sesuai dengan standar auditing, maka sejak awal klien harus diberitahu kemungkinan auditor tidak dapat memberi pendapat wajar tanpa pengecualian, karena adanya keterbatasan dalam saat dan lingkup audit. Penjadwalan Audit Waktu pelaksanaan pekerjaan lapangan pada umumnya dapat dibagi menjadi dua kategori berikut:  Pekerjaan intern yaitu pekerjaan- pekerjaan yang biasanya dilakukan dalam kurun waktu antara tiga sampai empat bulan sebelum tanggal neraca.



 Pekerjaan akhir tahun yaitu pekerjaan- pekerjaan yang biasanya dilakukan dalam kurun waktu tidak lama sebelum tanggal neraca sampai kira-kira tiga bulan setelah tanggal neraca. Pelaksanaan pekerjaan lapangan pada tanggal- tanggal intern sangat membantu dalam menyebarkan beban pekerjaan pemeriksaan secara lebih merata sepanjang tahun yang diperiksa. Ini berarti bahwa pekerjaan tidak menumpuk di akhir tahun, yang seringkali merupakan saatsaat kritis bagi auditor, khususnya bila ia berhadapan dengan klien yang integrasinya diragukan. Penaksiran Kebutuhan Waktu. Dalam mempertimbangkan penerimaan penugasan auditor biasanya membuat suatu taksiran kebutuhan waktu audit sebagai bagian dari pertimbangan dalam penjadwalan. Pembuatan tafsiran kebutuhan waktu meliputi ekstimasi tentang jumlah jam yang di perkirakan dibutuhkan oleh setiap tingkat staf (partner, manajer, senior, dan sebagainya) untuk menyelesaikan setiap bagian audit dengan cermat dan seksama. Jumlah taksiran waktu ini kemudian di kalikan dengan tarif per jam untuk setiap tingkat staf, kemudian di tambah dengan tafsiran biaya transport dan biaya-biaya lain yang harus dikeluarkan, sehingga bisa ditentukan tafsiran biaya untuk melaksanakan penugasan. Angka tafsiran ini akan digunakan oleh kantor akuntan sebagai bahan diskusi dengan calon klien dalam menetapkan honorarium audit. Meskipun honorarium audit dapat juga ditetapkan dengan dasar honorarium tertentu yang sudah pasti jumlahnya berdasarkan kesepakatan klien (fixed-fee basis), tetapi dalam banyak hal honorarium audit ditetapkan atas dasar tarif perjam ditambah dengan penggantian biaya-biaya lain. Apabila penugasan telah diterima, rincian anggaran waktu dan jadwal pekerjaan lapangan selanjutnya akan dikembangkan sebagaia langkah tambahan dalam tahap perencanaan. Partner yang telah ditunjuk untuk menangani penugasan harus memberi persetujuan atas anggaran waktu yang ditetapkan pada awal audit dan atas perubahan waktu yang mungkin diperlukan setelah audit berjalan, maka waktu yang digunakan sesungguhnya untuk audit pada semua bagian audit akan dibandingkan dengan waktu yang dianggarkan dengan maksud untuk mengawasi biaya atas audit secara keseluruhan. Personil klien. Pengunaan personil klien juga mempunyai dampak yang besar dalam penetuan staf dan penjadwala, dan pada akhirnya berpengaru pada honorarium audit. Sepeti telah



dijelaskan pada bab yang lalu pekerjaan auditor interen berpengaruh pada pekerjaan akuntan publik. Pengaruh ini berkaitan dengan tiga kategori prosedur auditing, yaitu: Prosedur untuk memperoleh pemahaman mengenai struktur pengendalian interen klien, pengujian pengendalian, `dan pengujian substantif. Selai itu ppersonil-personil klien lainnya dapat digunakan untuk mengerjakan tugas-tugas tertentu:  Pembuatan daftar saldo pemeriksaan dari buku besar.  Rekonsiliasi rekening kontrol dengan rekening-rekenig pembantu.  Membuat daftar- daftar tertentu, misalnya: daftar polis asuransi yang masih berlaku, daftar piutang wesel, daftar aktiva tetap, dan sebagainya. Untuk memenuhi standar kecermatan dan keseksamaan, auditor sudah tentu harus mereview dan memeriksa pekerjaan- pekerjaan yang dilakukan oleh personil klien tertentu.



PEMBUATAN SURAT PENUGASAN Langkah terakhir dalam tahap penerimaan penugasan adalah penyusunan surat penugasan, sebagai suatu praktik profesional yang lazim untuk mengkonfirmasikan segalah istilah dan terminologiyang berkaitan dengan penugasan. Contuh suatu surat penugasan dapat dilihat pada gambar 5-3 dihalaman berikut. Bentuk dan isi surat penugasan bisa berbeda-beda untuk setiap klien, namun secara umum setiap surat penugasan hendaknya berisi hal-hal sebagai berikut:  Menyebutkan dengan jelas nama perusahaan atau satuan organisasi dan laporan keuangan yang akan diperiksa.  Menyebutka pengertian audit.  Menyebutkan bahwa audit akan dilakukan berdasarkan standar profesional yaitu standar auditing yang di tetapkan oleh ikatan akuntan indonesia.  Menjelaskan tentang sifat dan lingkup audit dan tanggung jawab auditor.  Menyebutkan bahwa walaupun audit telah di rancang da dilaksanakan dengan baik, namun audit mungkin tidak akan dapat medeteksi semua ketidakberesan material.



 Mengigatkan manajemen , bahwa manajemen bertanggungjawab atas penyususnan laporan keuangan dan menerapkan suatu struktur pengendalian inter yang memadai.  Menyebutkan bahwa manajemen akan di minta untuk memberikan representasi tertulis kepeda auditor.  Menjelaskan mengenai dasar perhitungan honorarium audit dan cara penagihan honorarium.  Meminta lain untuk menegaskan kesepakatannya atas berbagai hal yang tercantung dlam surat penugasan dengan menandatangani surat penegasan tersebut dan mengirimkan kembali salinannya kepada auditor. Surat penugasan merupakan surat perjanjian atau kontrak yang secara hukum mengikat auditor dan klien. Dengan adanya kontrak yang secara jelas menyebutkan sifat jasa yang akan diberikan dan tanggungjawab auditor, maka surat ini akan sangat berguna bagi auditor agar tidak terkena tuntutan hukum.



KANTOR AKUNTAN PUBLIK DRS. BUDI PRASETYO, AKT.& REKAN



Kepada Yth. Bapak Ir, Sumarno Direktur Utama PT Sari Alam Jalan Gagak Rimang No 2 YOGYAKARTA



Dengan hormat,



Surat ini merupakan penegasan mengenai kesepakatan tentang audit yang akan kami lakukan atas laporan keuangan PT Sari alam (Selanjutnya dalam surat ini disebut Perusahaan )Untuk



tahun yang terakhir tanggal 31 Desember 1999.



Kami akan mengaudit neraca perusahaan per 31 Desember 1999, dan laporan rugi- laba, laporan laba ditahan, dan laporan arus kas yang bersangkutan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, dengan tujuan untuk



menyatakan pendapat mengenai laporan- laporan



tersebut. Audit kami akan dilakukan sesuai dengan Standar auditing, yang mengharuskan kami untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk mendapatkan keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material.Audit kami akan meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian, buku- buku yang mendukung jumlah- jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Kami juga akan melakukan



penilaian atas prinsip akuntansi yang



digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Perlu difahami bahwa berhubung karakteristik ketidakberesan,walaupun audit telah di rancang dan di laksanakan dengan baik,namun ada kemungkinan audit tidak dapat mendeteksi senua ketidakberesan material.oleh karena itu,selama audit berlangsung kami akan melaporkan kepada Bapak segala sesuatu yang nampak tidak biasa atau tidak normal. Perlu kami ingatkan pula bahwa penyusun laporan keuangan,termasuk pula pengungkapan yang memadai, merupakan tanggung jawab manajemen perusahan.Hal ini meangkut pemilihan penerapan kebijakan akuntansi,dan penerapan struktur pengendalian intern yang memberikan keyakinan memadai untuk tercapainya tujuan perusahan berupa keektifan Dan keefesien koperasi,pengaman aktiva,keandalan laporan keuangan,dan ketaatan terhadap undang-undang dan peraturan yang berlaku.Sebagai bagian dari audit,kami akan meminta representasi tertulis tertentu dari menejmen tentang informasi-informasi yang disampaikan kepada kami sehubungan dengan audit ini. Honorarium audit ini akan dihitung berdasarkan tarif per jam yang berlaku pada kantor kami,ditambah dengan biaya transport dan biaya-biaya lain.penagihan akan kami lakukan setiap dua minggu dan harus dibayar pada saat tagihandiajukan.



Terima kasih atas kepercayaan dan kesempatan yang diberikan kepada kamiApabila surat ini sesuai dengan kesepakatan dan pemahaman kita bersama,kami mohon Bapak untuk mendatangi surat ini dan salinan terlampir harap dikembalikan kepada kami.



Hormat kami, Kantor Akuntan Publik Drs.Budi Prasetyo,Akt,& Rekan Partner,



(Drs.Budi Prasetyo,Akt)



DISETUJUI: Oleh: Tanggal:



II.PERENCANAAN AUDIT Tahapan yang sangat penting dalam setiap audit adalah perencanaan,karena perencanaan mengatur mengenai urutan setiap bagian atau tahapan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.Standar pekerjaan lapangan pertama dalam standar auditing menyatakan bahwa pekejaan harus dirncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup audit yang diharapkan.Auditor harus merencanakan audit dengan sikap skeptis profesional tentang berbagai hal seperti integrasi manajmen,kekeliruan dan ketidakberesan,dan tindkan melawan hukum.Sifat,luas,dan saat perencanaan bervariasi daengan ukuran dan kompleksitas satuan usaha yang diaudit,pengalaman mengenai satuan usaha,dan pengetahuan mengenai bisnis satuan usaha. Supervisi mencakup pengarahan asisten yang tergabung dalam tim audit yang berhubungan dengan pencapaian tujuan audit dan penetuan apakah tujuan tersebut telah tercapai.Luasnya supervisi yang memadai bagi suatu keadaan tergantung pada berbagai faktor,termasuk kompleksitas masalah dan kualifikasi orang yang melaksanakan audit.Dalam membuat paerencanaan audit,supervisi harus lebih ditingkatkan apabila banyak anggota tim audit belum berpengalaman,dibandingkan dengan jika mereka telah berpengalaman.



TAHAPAN DALAM PERENCANAAN AUDIT : MENDAPATKAN PEMAHAMAN TENTANG BISNIS DAN BIDANG USAHA KLIEN Agar dapat membuat perencanaan audit secara memadai,auditor harus memiliki penetahuan tentang bisnis kliennya agar memahami kejadian,transaksi,dan praktik yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap laporan keuangan.Auditor harus mengetahui hal-hal berikut:



MENDAPATKAN PEMAHAMAN TENTANG BISNIS DAN BIDANG USAHA KLIEN



MEMPERTIMBANKAN RISIKO AUDIT



MELAKSANAKAN PROSEDUR ANALITIS



MENETAPKAN STRATEGI AUDIT AWAL UNTUK ASERSI- ASERSI PENTING



MENETAPKAN PERTIMBANGAN AWAL TENTANG TINGKAT MATMATERIALITAS



MENDAPATKAN PEMAHAMAN



TENTANG



STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN



 Jenis usaha,jenis produk



dan



jasa,lokasi perusahan,dan  ekonomi,serta praktik dan kebijakan yang lazim dalam industri tersebut.  Ada tidaknya transaksi-transaksi yang lazim dalam industri tersebut.karakteristik operasi  Peraturan pemerintah yang berpengaruh terhadap perusahaan dan industri.  Struktur pengendalian intern perusahaan.



perusahan,seperti



misalnyakemetoda  Laporan-laporan yang harus disampaikan kepada instansi tertentu, misalnya BaPePam. produksi dan Berbagai prosedur bisah digunakan untuk mendapatkan pengetahuan tersebut. Beberapa pemasaran. diantaraprosedur tersebut akan dibahas di bawa ini. Jenis industri,dan mudah tidaknya industri terpengaruh oleh kondisi ALIAN INTER



Mereview Kertas Kerja Tahun Lalu Dalam penugasan audit ulangan, auditor bisah memperoleh pengetahuan tentang klien dengan cara mereview kertas kerja tahun lalu. Disamping itu, kertas kerja juga menunjukan masalahmasalah yang muncul dalam audit pada tahun lalu yang mungkin masi akan berlanjut pada audit tahun-tahun selanjutnya. Sebagai contoh, klien memiliki struktur pengendalian intern yang lemah dan masi terus berlangsung, adanya prongram pensiun yang rumit, dan sebagainya. Mereview Data I ndustri dan Bisnis Klien Informasi mengenai industri yang di dalamnya klien beroperasi dapat diperoleh dengan membaca data industri yang di kumpulkan oleh kantor akuntan dan barbagai publikasi (misalnya majalah) yang di terbitkan industri yang bersangkutan,Auditor juga bisah memperoleh informasi yang bermanfaat dari pedoman audit industri dan pedoman akuntan industri yang diterbikan oleh organisasi profesi. Untuk memperoleh pengetahuan tentang bisnis klien, auditor bisah.  Mereview anggaran dasar dn anggaran ruma tangga perusahaan.  Membaca notulen rapat dereksi untuk mendapat informasi-informasi tertentu,seperti keputusan pemberian dividen dan persetujuan pemegang saham untuk penggabungan bisnis.  Analisa laporan keuangan tahunan terakhir dan interm,laporan pajak penghasilan,dan laporan ke instansi-instansi terkait.  Mempelajari berbagai peraruran pemerintah yang relevan.  Membaca kontrak-kontrak yang berlanjut,seperti prjanjian kredit,sewa-guna,dan kontrak dengan para karyawan. Membaca publikasi-publika simpan dsi yang berkaitan dengan industri dan perdagangan untuk mempelajari perkembangan bisnis dan industri mutahir.



Informasi yang diperoleh harus didokumentasikan oleh auditor dan disimpan dalam arsip permanen untuk digunakan dalam audit berikutnya.



MELAKUKAN PENINJAUAN KE TEMPAT OPERASI KLIEN. Melakukan peninjauan untuk melihat langsung fasilitas operasi dan perkantoran sangat berguna bagi auditor dalam mendapatkan pemahaman mengenai karakteristik operasi klien baru. Dari peninjauan ke pabrik, auditor akan mengetahui tata letak pabrik, proses operasi [produksi], fasilitas pergudangan, dan hal-hal yang sekiranya bisa menimbulkan masalah, seperti gudang yang tidak berkunci,material yang sudah usang,dan terlalu banyaknya bahan-bahan buangan. Selama melakukan peninjauan kekantor,auditor akan mendapat pengetahuan tentang jenis dan lokasi catatn akuntansi dan fasilitas PDE,dan kebiasaan kerja para kariawan.Hasil sampingan penting yan bias di peroleh dari penijauan langsung adlah adanya kesempatan untuk bertemu dengan personil-personil yang menduduki posisi kunci dalam organisasi klien. Auditor harus mendokumemtasikan informasi yang di peroleh dalam kunjugan ketempat operasi dan kantor klien tersebut. Dalam penugasan ulangan, peninjauan ketempat operasi dan kantor klien seringkali dibatasi hanya pada tempat operasi dan kantor yang mengalami perubahan besar sejak akhir audit tahun yang lalu. Mengajukan Pertanyaan Kepada komite Audit. Komite audit dari dewan komisaris bisa memberi penjelasan penting kepada auditor mengenai bisnis dan industri klien. Sebagai contoh, komite audit umumnya mengetahui tenteng kekuatan dan kelemahanpengendalian intern perusahaan pada tempat-tempat yang spesifik, adanya anak perusahaan yang baru dibentuk, atau penerapan sistem pengolahan data elektronik yang baru dilakukan, dan sebagainya. Komite audit juga bisa memberi informasi kepada audditor tentang perubahan-perubahan penting dalam manajemen perusahaan dan struktur organisasi. Mempertimbangkan Dampak Dari Peryataan Akuntansi Dan Auditing Tertentu Yang Relevan Meskipun semua auditor memahami prinsip-prinsip akuntansi berlaku umum dan standar auditing, namun ada sejumlah prinsip akuntansi dan prosedur auditing tertentu yang bisa diterapkan untuk industri tertentu atau untuk jenis aktivitas bisnis tertentu. Sebagai contoh, IAI telah menerbitkan sejumlah pedoman audit dan pedoman akuntansi, yang masing-masing menggambarkan karakteristik berbeda pada masing-masing industri atau aktivitas tertentu, meminta kewaspadaan auditor atas masalah-masalah yang tidak biasa, serta menjelaskan peraturan-peraturan dan faktor-faktor khusus yang harus diperhatikan. Pedoman tersebut juga memberikan ilustrasi mengenai perlakuan akuntansi, dan bentuk serta redaksi laporan audit



manakala sesuai untuk diterapkan. Diperkirakan dimasa datang IAI masih akan menerbitkan lebih banyak pedoman semacam itu, sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan. Selain itu, dampak dari sejumlah pernyataan yang dibuat oleh instansi berwenang tertentu, seperti misalnya Bapepam, juga harus dipertimbangkan. Dan jangan dilupakan, dalam tahap perencanaan audit ini, auditor juga harus membuat pertimbangan khusus atas pernyataan-pernyataan akuntansi dan pernyataan standar auditing terbaru.



MELAKSANAKAN PROSEDUR ANALITIS PSA No. 22, prosedur analitis (SA 329.02), merumuskan prosedur analitis sebagai”evaluasi informasi keuangan yang dibuat dengan mempelajari hubungan yang masuk akal antara data keuangan yang satu dengan data keuangan lainnya, atau antara data keuangan dengan data nonkeuangan “. Prosedur analitis mencakup perbandingan yang paling sederhana hingga model yang rumit yang mengaitkan berbagai hubungan dan unsur data. Prosedur analitis digunakan dalam auditing dengan tujuan-tujuan sebagai berikut:  Pada tahap perencanaan audit, untuk membantu auditor dalam merencanakan sifat, saat, dan luas prosedur audit lainnya.  Pada tahap pengujian, sebagai pengujian subtantif untuk memperoleh bukti tentang asersi tertentu, yang berhubungan dengan saldo rekening atatu jenis transaksi.  Pada tahap review akhir audit, sebagai review menyeluruh informasi keuangan dalam laporan keuangan setelah diaudit. Penggunaan pertama dan ketiga harus dilakukan pada setiap audit, sedangkan penggunaan kedua bisa dilakukan atau tidak dilakukan, tergantung pada pertimbangan auditor. Uraian selanjutnya pada bab ini, difokuskan pada penggunaan prosedur analitis dalam tahap perencanaan audit. Prosedur analitis akan dapat membantu auditor dalam perencanaan, dengan cara: (1) meningkatkan pemahaman auditor atas usaha klien, dan (2) mengidentifikasi hubungan-hubungan yang tidak biasa dan fluktuasi yang tidak diharapkan dalam data yang bisa menunjukan bidang-bidangyang kemungkinan mencerminkan resiko salah saji. Penggunaan prosedur analitis dalam tahap perencanaan audit yang efektif, meliputi tahapantahapan sistematis berikut ini:



 Mengindentifikasi perhitungan-perhitungan/perbandingan yang akan dibuat.  Mengembangkan ekspektasi.  Melakukan perhitungan-perhitungan/perbandingan-perbandingan.  Menganalisis data dan mengidentifikasi perbedaan-perbedaan yang signifikan.  Menyelidiki perbedaan signifikan yang tak diharapkan.  Menentukan pengaruhnya terhadap perencanaan audit.



III.PELAKSANAAN PENGUJIAN AUDIT Auditor melakukan berbagai macam pengujian yang secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga golongan sebagai berikut. a. Pengujian Analitik Pengujian analitik dilakukan olehh auditor pada tahap awal proses auditnya dengan cara mempelajari perbandingan dan hubungan antara data yang satu dengan data yang lain. Pada awal proses audit, pengujian analitik dimaksudkan untuk membantu auditor dalam memahami bisnis klien dan dalam menemukan bidang yang memerlukan audit lebih intensif. Sebelum seorang auditor melaksanakan audit secara rinci dan mendalam terhadap objek audit, auditor harus memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai perusahaan yang diaudit. Untuk itu, analisi ratio, analisis laba bruto, analisis terhadap laporan keungan perbandingan merupakan cara yang umumnya ditempuh oleh auditor untuk mendapatkan gambaran menyeluruh dan secara garis besar mengenai keadaan keungan dan hasil usaha klien.



b. Pengujian Pengendalian Pengujian pengendalian merupakan prosedur audit yang dirancang untuk memverifikasi efektivitas pengendalian intern klien. Pengujian pengendalian terutama ditujukan untuk mendapat informasi mengenai: 1. Frekuensi pelaksanaan aktivitas pengendalian yang ditetapkan, 2. Mutu pelaksanaan aktivitas pengendalian tersebut 3. Karyawan yang melaksanakan aktivitas pengendalian tersebut.



 Tipe Pengujian Pengendalian



Ada dua tipe pengujian pengendalian yaitu: 1. Concurrent test of control yaitu pengujian pengendalian yang dilaksanakan auditor seiring dengan prosedur untuk memperoleh pemahaman mengenai SPI klien. 2. Pengujian pengendalian tambahan atau yang direncanakan yaitu pengujian yang dilaksanakan auditor selama pekerjaan lapangan.  Prosedur Untuk Melaksanakan Pengujian Pengendalian Ada empat prosedur untuk melaksanakan pengujian pengendalian yaitu: 1. Pengajuan pertanyaan kepada para karyawan klien 2. Pengamatan terhadap karyawan klien dalam melaksanakan tugasnya 3. Melakukan inspeksi dokumen, catatan, dan laporan 4. Mengulang kembali pelaksanaan pengendalian oleh auditor.  Lingkup Pengujian Pengendalian Luas pengujian pengendalian dipengaruhi langsung oleh tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan yang telah direncanakan oleh auditor. Semakin rendah tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan, semakin banyak bukti yang diperlukan yang harus dihimpun. Untuk klien lama, luas atau lingkup pengujian pengendalian dipengaruhi juga oleh penggunaan bukti yang diperoleh pada pelaksanaan audit tahun sebelumnya. Sebelum menggunakan bukti yang diperoleh pada pelaksanaan audit tahun sebelumnya, auditor harus memastikan bahwa tidak ada perubahan yang signifikan atas rancangan dan operasi berbagai kebijakan dan prosedur pengendalian sejak pengujian pada pelaksanaan audit tahun sebelumnya.  Penentuan Saat Pelaksanaan Pengujian Pengendalian Pengujian pengendalian dapat dilaksanakan pada dua saat, yaitu: 1. Selama pekerjaan interim 2. Pada saat mendekati akhir tahun



Auditor semestinya lebih mengutamakan pengujian pengendalian mendekati akhir tahun. Idealnya, pengujian pengendalian dilaksanakan pada keseluruhan periode tahun pembukuan yang diaudit.  Penentuan Risiko Pengendalian Dalam menentukan risiko pengendalian, auditor perlu: 1. Mengidentifikasi salah saji potensial yang dapat terjadi untuk asersi tersebut. 2. Menidentifikasi pengendalian yang dapat mencegah atau mendeteksi salah saji. 3. Menghimpun bukti dari pengujian pengendalian apakah rancangan dan operasi pengendalian relevan adalah efektif. 4. Mengevaluasi bukti yang diperoleh 5. Menentukan risiko pengendalian. c. Pengujian Substantif Pengujian substantif merupakan prosedur audit yang dirancang untuk menemukan kemungkinan kesalahan moneter yang secara langsung mempengaruhi kewajaran penyajian laporan keuangan. Kesalahan moneter yang terdapat dalam informasi yang disajikan dalam laporan keuangan kemungkinan terjadi karena dalam: 1. Penerapan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia 2. Tidak diterapkannya prinsip akuntasni bertrima umum di Indonesia. 3. Ketidakkonsistenan dalam penerapan prinsip akuntasi berterima umum di Indonesia. 4. Perhitungan. 5. Pekerjaan penyajian penggolangan dan peringkasan informasi. 6. Pencatuman pengungkapan unsur tertnetu dalam laporan keuangan.  Prosedur pengujian substantif meliputi: 1. Verifikasi atas ketepatann saldo kas dan sekdul kas.



2. Penerapan prosedur analitis. 3. Perhitungan kas yang disimpan dalam entitas. 4. Melaksanakan pengujian pisah batas kas. 5. Konfirmasi saldo simpanan pinjaman di bank.



6. Konfirmasi perjanjian atau kontrak lain dengan bank. 7. Melakukan pemindaian (sacnning) penelaahan, atau pembeuatan rekonsiliasi bank. 8. Menghimpun dan menggunakan laporan pisah batas bank. 9. Melakukan pengujia pisah batas penerimaan kas. 10. Mengusut transfer bank 11. Menyiapkan pembuktian kas. 12. Membandingkan penyajian laporan keuangan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.  Perancangan pengujian substantif meliputi penentuan: 1. Sifat pengujian Jika tingkat risiko deteksi yang dapat diterima adalah rendah maka auditor harus menggunakan prosedur yang lebih efektif yang biasanya juga lebih mahal. Ada tiga tipe pengujian substantif yang dapat digunakan yaitu: a) Pengujian rinci atau detail saldo Pengujian Detail Saldo, metodologi perancangan pengujian detail saldo meliputi empat tahapan, yaitu: 1. Menilai materialitas dan risiko bawaan suatu akun. 2. Menetapkan risiko pengendalian 3. Merancang pengujian transaksi dan prosedur analitis 4. Merancang pengujian detail saldo untuk memenuhi setiap tujuan spesifik audit secara memuaskan. Tabel. Hubungan Risiko Deteksi dengan Pengujian Detail Saldo Tingkat Risiko Deteksi Tinggi



Langkah Pengujian Detail Saldo Scan rekonsiliasi bank yang dibuat klien dan verivikasi ketepatan perhitungan matematisnya



Moderat



Rendah



Review rekonsiliasi bank yang dibuat klien dan verivikasi pada sebagain besar item-itemnya. Buatlah rekonsiliasi bank dan verivikasi item-item yang direkonsiliasi tersebut



b) Pengujian rinci atau detail transaksi Pengujian detail transaksi dilakukan untuk menentukan: 1. Ketepatan otorisasi transaksi akuntansi klien. 2. Kebenaran pencatatan dan peringkasan transaksi tersebut dalam jurnal. 3. Kebenaran pelaksanaan posting atas transaksi tersebut ke dalam buku besar dan buku pembantu. Pengujian detail transaksi dilakukan dengan vouching dan tracing. Auditor mengarahkan pengujiannya untuk memperoleh temuan mengenai ada tidaknya kesalahan yang bersifat moneter.



c) Prosedur analitis Prosedur analitis meliputi jumlah yang tercatat dengan harapan yang dikembangkan auditor juga meliputi perhitungan rasio oleh auditor. Ada empat kegunaan prosedur analitis yaitu: 1. Untuk memperoleh pemahaman mengenai bisnis dan industri klien. 2. Untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menjaga kelangsungan usahanya. 3. Untuk mendeteksi ada tidaknya kesalahan dalam laporan keuangan klien. 4. Untuk menentukan dapat tidaknya dilakukan pengurangan atas pengujian audit detail.



2. Waktu pengujian Tingkat risiko deteksi yang dapat diterima mempengaruhi penentuan waktu pelaksanaan pengujian substantif. Jika risiko deteksi rendah maka pengujian substantif lebih baik dilaksanakan pada atau dekat dengan tanggal neraca.



3. Luas pengujian substantive Semakin rendah tingkat risiko deteksi yang dapat diterima, semakin banyak bukti yang harus dikumpulkan, auditor dapat mengubah jumlah bukti yang harus dihimpun dengan cara mengubah luas pengujian subtantif yang dilakukan. Keputusan auditor tentang rancangan pengujian substantif didokumentasikan dalam kertas kerja dalam bentuk program audit



IV.PELAPORAN AUDIT Bagian akhir dari proses audit adalah pelaporan hasil audit. Isi laporan audit terikat pada format yang telah diterapkan oleh IAI. Laporan audit merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam berkomunikasi dengan masyarakat lingkungannya. Dalam laporan tersebut auditor menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan keungan auditnya. Pendapat auditor tersebut disajikan dalam suatu laporan tertulis yang umumnya berupa laporan audit baku. Laporan audit baku terdiri dari tiga paragraf: 1. Paragraf pengantar Paragraf pengantar dicantumkan sebagai paragraf perteman laporan audit baku. Terdapat tiga fakta yang diungkapkan oleh auditor dalam paragraf pengantar yaitu: tipe jasa yang diberikan oleh auditor, objek yang diaudit, serta pengungkapan tanggungjawab manajemen atas laporan keungan dan tanggungjawab auditor atas pendapat yang diberikan atas laporan keungan berdasarkan hasil auditnya. 2. Parangraf lingkup Paragraf lingkup berisi pernyataan ringkas mengenai lingkup audit yang dilaksanakan oleh auditor. 3. Paragraf pendapat Paragraf pendapat berisi pernyataan ringkas mengenai pendapat. Laporan memuat kesimpulan audit tentang elemen-elemen atas tujuan audit dan rekomendasi yang diberikan untuk memperbaiki berbagai kekurangan yang terjadi serta rencana tindak lanjut dalam mengaplikasikan rekomendasi tersebut. Implementasi tindak lanjut atas



rekomendasi yang diberikan auditor merupakan bentuk komitmen manajemen dalam meningkatkan proses dan kinerja perusahaan atas beberapa kelemahan/kekurangan yang masih terjadi. Auditor tidak memiliki kewenangan memaksa dan menuntut manajemen untuk melaksanakan tindak lanjut sesuai dengan rekomendasi yang diberikan, tetapi lebih menempatkan diri sebagai supervisor atas rencana, pelaksanaan, dan pengendalian tindak lanjut yang dilakukan. Rekomendasi seharusnya merupakan hasil diskusi dan rumusan bersama antara manajemen dan auditor, dan juga harus menyajikan analisis dan manfaat yang diperoleh perusahaan jika rekomendasi tersebut dilaksanakan, serta kerugian yang mungkin terjadi jika rekomendasi tidak dilaksanakan karena tidak ada tindakan perbaikan yang dilakukan perusahaan.



KESIMPULAN Sebelum menerima suatu penugasan, auditor harus memastikan bahwa penugasan tersebut akan terselesaikan sesuai dengan semua standar profesional, termasuk standar Auditing, kode etik akuntan, dan standar pengendalian mutu. Tahapan- tahapan penting dalam penerimaan suatu penugasan meliputi: evaluasi integritas manajemen, mengidentifikasi keadaan- keadaan khusus risiko tak biasa, menetukan kompetensi, menilai idenpendensi, menentukan bahwa pekerjaan dapat dilaksanakan dengan cermat dan teliti, serta menerbitkan suatu penugasan. Penetapan perencanaan yang tepat merupakan pekerjaan yang cukup sulit dalam melaksanakan audit yang efisien dan efektif. Tahapan- tahapan perencanaa meliputi pekerjaan mendapatkan pemahaman tentang bisnis dan industri klien, melaksanakan prosedur analitis, menentukan pertimbangan awal tingkat materialitas, mempertimbangkan resiko audit, mengembangkan strategi awal audit untuk asersi- asersi signifikan, dan mendapatkan pemahaman mengenai struktur pengendalian intern klien. Dua tahap pertama telah diterangkan pada bab ini, sedangkan tahapan- tahapan lainnya akan diuraikan dalam dua bab berikut.