Makalah Bab 1 2 Trend Dan Issue [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TREND DAN ISSUE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) MAKALAH Diajukan guna memenuhi Tugas Bridging dalam Mata Kuliah: Keperawatan Medikal Bedah I Dosen Pembimbing : Siti Wasliyah, S.Kep,Ners,.M.Kep.



DISUSUN OLEH : 1. Alfiani Syahri 2. Ayu Suwarna Putri 3. Nopiani Dwi Astuti 4. Rinezia Rinza Farizal 5. Sifa Nur Fitriani 6. Yuliana 7. Zulfa Fauziah Rahma



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG PRODI PROFESI NERS 2020



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia–Nya sehingga kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul “Trend dan Issue Keperawatan Medikal Bedah CHF”. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1. Dalam penyelesaian makalah ini, penulis banyak mengalami kesulitan yang dikarenakan kurangnya sumber materi. Namun, penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan makalah ini sehingga materi yang disajikan mampu menjadi referensi dalam proses pembelajaran untuk mahasiswa keperawatan. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan dan penyusunan makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung, diantaranya : 1.



Ibu Siti Wasliyah, S.Kep,Ners,.M.Kep. selaku dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah.



2.



Mahasiswa Profesi Ners yang telah memberikan dukungan dan semangat Tentunya dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan,



baik dalam penulisan maupun penyusunannya, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk kemajuan menjadi lebih baik.



Tangerang, 26 September 2020



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR....................................................................................i DAFTAR ISI...................................................................................................ii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang............................................................................... B. Tujuan............................................................................................



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



BAB III PENUTUP



DAFTAR PUSTAKA



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Trend dan issue adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, trend juga dapat di definisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada saat ini yang biasanya sedang popular di kalangan masyarakat. Dalam kesehatan jantung merupakan pembunuh nomer 1 yang datang nya secara mendadak pada siapa saja. Jantung merupakan organ terpenting dalam tubuh manusia, yang memiliki fungsi utama memompa darah ke seluruh tubuh. Fungsi jantung ini dapat dilakukan dengan baik apabila kondisi dan kemampuan otot jantung ketika memompa darah cukup baik, begitu juga dengan kondisi katup jantung, serta irama pemompaan yang baik. Namun, apabila terjadi kelainan pada salah satu komponen jantung, maka akan menyebabkan gangguan dalam proses pemompaan darah oleh jantung hingga menimbulkan kegagalan dalam memompa darah (Muttaqin, 2014). Salah satu penyakit kardiovaskular yang banyak diderita di Indonesia adalah penyakit gagal jantung atau sering disebut dengan Congestive Heart Failure (CHF). Pengertian gagal jantung kongestif dari beberapa ahli diantaranya, menurut Aspiani (Aspiani, 2014) gagal jantung kongestif atau Congestive Heart Failure (CHF) merupakan suatu kondisi ketika jantung tidak mampu memompa cukup darah guna memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan tubuh. Gagal jantung kongestif merupakan kondisi ketika fungsi jantung sangat terganggu dan menyebabkan pompa jantung tidak mampu membuat darah melalui jantung (Marlene, 2015).



5



Selain itu pengertian gagal jantung menurut Riskesdas yaitu ketidak mampuan jantung dalam memompa darah yang cukup ke seluruh tubuh yang ditandai dengan sesak nafas pada saat beraktifitas dan/atau saat tidur terlentang tanpa bantal, dan/atau tungkai bawah membengkak (RISKESDAS, 2018) Gagal jantung merupakan salah satu penyakit jantung yang angka kejadiannya di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat. Berdasarkan Hasil Riskesdas Kemenkes RI (2018), prevalensi penyakit jantung coroner di Indonesia mencapai 0,5% dan gagal jantung sebesar 0,13% dari total penduduk berusia 18 tahun keatas. Menurut Brashers dalam Syandi (2008) masalah kesehatan dengan penyakit Congestive Heart Failure (CHF) masih menduduki peringkat yang tinggi. CHF merupakan salah satu penyebab mortalitas dan morbiditas yang tinggi. WHO (2013) melaporkan bahwa sekitar 3000 penduduk Amerika menderita CHF. Kajian epidemiologi menunjukkan bahwa ada 1,5% sampai 2% orang dewasa di Amerika Serikat menderita Congestive Heart Failure (CHF) terjadi 700.000 perawatan di rumah sakit pertahun. Sedangkan di Eropa dan Jepang masing-masing terdapat sekitar 6 juta dan 2,5 juta kasus dan hampir 1 juta kasus baru didiagnosa tiap tahunnya di seluruh dunia. Pada pasien gagal jantung kongestif dengan pola nafas tidak efektif terjadi karena ventrikel kiri tidak mampu memompa darah yang datang dari paru-paru sehingga terjadi peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru yang menyebabkan cairan terdorong ke jaringan paru (Nugroho, 2016). Menurut Suratinoyo (2016) pada pasien gagal jantung kongestif sering kesulitan mempertahankan oksigenasi sehingga mereka cenderung sesak nafas. Seperti yang kita ketahui bahwa jantung dan paru-paru merupakan organ tubuh penting manusia yang sangat berperan dalam pertukaran oksigen dan karbondioksida dalam darah, sehingga apabila paruparu dan jantung tersebut mengalami gangguan maka hal tersebut akan berpengaruh dalam proses pernapasan. Gagal jantung kongestif 6



menyebabkan suplai darah ke paru-paru menurun dan darah tidak masuk ke jantung. Keadaan ini menyebabkan penimbunan cairan di paru-paru, sehingga menurunkan pertukaran oksigen dan karbondioksida.



B. Tujuan 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari makalah ini adalah untuk mengetahui trend dan issue terkini pada sistem kardiovaskuler. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui trend dan issue kesehatan. b. Untuk mengetahui trand dan issue terkait gangguan sistem kariovaskuler terutama pada gangguan gagal jantung (CHF)



7



BAB II TREND DAN ISSUE



A. Pengertian Trend dan Issue Pelayanan kesehatan berkembang sangat pesat dengan sistem yang komplek, khususnya pada keperawatan medikal bedah, salah satu faktor yang berpengaruh yaitu perubahan kehidupan sosial masyarakat. Trend dan isu dalam keperawatan medikal bedah merupakan salah satu komponen yang membentuk filosofi keperawatan dan penyedia layanan keperawatan pada abad 21. Burke and Lemone. menjelaskan beberapa trend dan issue yang berkembang saat ini yaitu Perubahan populasi yang membutuhkan perawatan, Menurut data statistik menunjukkan 50% pasien yang dirawat di ruang akut adalah usia >75 tahun dan 45% yang dirawat di ruang critical care adalah usia 65 tahun. Penduduk lansia. Jumlah penduduk lansia meningkat secara tajam sejak tahun 1900. Penduduk lansia saat ini berjumlah 12% dari penduduk dunia. Lansia menderita penyakit kronik dan membutuhkan perawatan jangka lama, perawatan di rumah dan layanan komunitas. Kantor Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (KESRA) melaporkan, jika tahun 1980 usia harapan hidup (UHH) 52,2 tahun dan jumlah lansia 7.998.543 orang (5,45%) maka pada tahun 2006 jumlah lansia menjadi 19 juta orang (8,90%) dan UHH juga meningkat (66,2 tahun). Pada tahun 2010 perkiraan penduduk lansia di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77 % dan UHH sekitar 67,4 tahun. Sepuluh tahun kemudian atau pada tahun 2020 perkiraan penduduk lansia di Indonesia mencapai 28,8 juta atau 11,34 % dengan UHH sekitar 71,1 tahun.



8



Sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak orang saat inidan kejadiannya berdasarkan fakta.Setelah tahun 2000, dunia khususnya bangsa Indonesia memasuki eraglobalisasi, pada tahun 2003 era dimulainya pasar bebas ASEAN dimana banyak tenaga professional keluar dan masuk ke dalam negeri. Pada masa itu mulaiterjadi suatu masa transisi/pergeseran pola kehidupan masyarakat dimana polakehidupan masyarakat tradisional berubah menjadi masyarakat yang maju.Keadaan itu menyebabkan berbagai macam dampak pada aspek kehidupanmasyarakat khususnya aspek kesehatan baik yang berupa masalah urbanisaasi, pencemaran, kecelakaan, disamping meningkatnya angka kejadian penyakit klasik yang berhubungan dengan infeksi,



kurang



gizi,



dan



kurangnya



pemukiman



sehat bagi penduduk. Pergeseran pola nilai dalam keluarga dan umur harapan hidupyang meningkat juga menimbulkan masalah kesehatan yang berkaitan dengan kelompok lanjut usia serta penyakit degeneratif. Pada masyarakat yang menuju ke arah moderen, terjadi peningkatan kesempatan untuk yang lebih tinggi. Peningkatan pendapatan dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap hukum  danmenjadikan



masyarakat



lebih



kritis.



Kondisi



itu



berpengaruh



kepada



pelayanankesehatan dimana masyarakat yang kritis menghendaki pelayanan yang bermutudan diberikan oleh tenaga yang profesional. Keadaan ini memberikan implikasi bahwa



tenaga



kesehatan khususnya



keperawatan dapat memenuhi



standart global internasional dalam memberikan pelayanan kesehatan/keperawatan, memiliki kemampuan professional, kemampuan intelektual dan teknik serta peka terhadapaspek social budaya, memiliki wawasan yang luas dan menguasi perkembangan Iptek Namun demikian upaya untuk mewujudkan perawat yang professional diIndonesia masih belum menggembirakan, banyak factor yang dapat menyebabkanmasih rendahnya 9



peran perawat professional, diantaranya: Keterlambatan pengakuan body of knowledge profesi keperawatan. Tahun1985 pendidikan S1 keperawatan pertama kali dibuka di UI, sedangkan dinegara barat pada tahun 1869. Keterlambatan pengembangan pendidikan perawat professional.Keterlambatan system pelayanan keperawatan.(standart, bentuk praktik keperawatan, lisensi)



B. Pengertian Trend dan Issue Trend dan issue adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, trend juga dapat di definisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada saat ini yang biasanya sedang popular di kalangan masyarakat. Issue



adalah



sesuatu



yang



sedang



di



bicarakan



oleh



banyak



namun



belum jelas faktannya atau buktinya. Trend dan Issu Keperawatan adalah sesuatu yang sedang dibicarakan banyak orang tentang praktek/mengenai keperawatan baik itu berdasarkan fakta ataupun tidak, trend dan issu keperawatan tentunya menyangkut tentang aspek legal dan etis keperawatan.



C. Penyakit gagal jantung / CHF Penyakit gagal jantung dalam gangguan sistem kardiovaskuler merupakan suatu manifestasi khusus dan arterosclerosis pada arterikoroner. Plaque terbentuk pada percabangan arteri yang ke arah aterion kiri, arterikoronaria kanan dan agak jarang pada arteri sirromflex. Aliran darah ke distaldapat mengalami obstruksi secara permanen maupun sementara yang di sebabkanoleh akumulasi plaque atau penggumpalan. Sirkulasi kolateral berkembang disekitar obstruksi arteromasus yang menghambat pertukaran gas dan nutrisi kemiokardium.



10



D. Tren dan Issue keperawatan di Indonesia Keperawatan menetapkan diri dari ilmu social bidang lain karena fokus asuhan keperawatan bidang lain meluas.tren dalam pendidikan keperawatan diindonesia adalah berkembangnya jumlah peserta keperawatan yang menerima pendidikan keperawatan, baik peserta didik dari D3 keperawatan, S1 keperawatan inginkan (Rogge,1987). Perawat merasa tidak nyaman dengan politik karena mayoritas perawatadalah wanita dan poolitik merupakan dominasi laki-laki (Marson,1990). Keterlibatan perawat dalam politik mendapatkan perhatian yang lebih besar dalam kurikulum keperawatan, organisasi professional, dan tempat perawtan professional. Organisasi keperawatan mampu memgabungkan semua upaya seperti pada Nursing Agenda For Healt Care Reform (Tri-council,1991).Strategi spesifik pengintegrasian peraturan public dalam kurikulumkeperawatan, sosialisasi dini, berpartisipasi dalam organisasi profesi, memperluaslingkungan praktik klinik, dan menjalankan tempat pelayanan kesehatan. Transisi



penyakit.



Perubahan



pola



penyakit



atau



transisi



penyakit



yaitu perubahan penyakit menular ke penyakit degenerative,seperti penyakit  jantung, kanker, depresimental dan ansietas, stroke, peningkatan



kecelakaan,



alkoholisme, dan yang akhir-akhir ini marak adalah penyalahgunaan narkotika.  Perkembangan industrialisasi serta perubahan kondisi social. Perkembangan industrialisasi serta perubahan kondisi social yang cepatdengan di sertai perubahanperubahan sikap, nilai, gaya hidup,kondisi lingkungan, kelompok-kelompok masyarakat baru, masalh individu, danmasyarakat. Meningkatnya pengetahuan masarakat sebagai pelayanan kesehatan akan meningkatkan juga harapan mereka terhadap mutu pelayanan keperawatn. Masyarakat akan menjadi rekan kerja dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Banyak pelayanan yang akan dilaksanakan di luar rumahsakit, misalnya pelayanan pada rehabilitasi, kesehatan jiwa, dan lain-lain. 11



E. Beberapa Permasalahan Mengenai Trend Dan Isu Keperawatan Yang Muncul di Indonesia  Sumber



daya



tenaga



kesehatan



yang



belum



dapat



bersaing



secara



globalserta belum adanya perawat keluarga secara khusus di negara kita, Penghargaan dan reward yang dirasakan masih kurang bagi para tenagakesehatan, Pelayanan kesehatan yang diberikan sebagian besar masih bersifat pasif, Masih tingginya biaya pengobatan khususnya di sarana-sarana pelayanankesehatan yang memiliki kualitas baik, Pengetahuan dan ketrapilan perawat yang masih perlu ditingkatkan, Rendahnya minat perawat untuk bekerja dengan keluarga akibat systemyang belum berkembang, Pelayanan keperawatan keluarga yang belum berkembang meskipun telah disusun telh disusun pedoman pelayanan keluarga namun belumdisosialisaikan secara umum, Geografis Indonesia yang sangat luas namun belum di tunjang denganfasilitas transfortasi yang cukup, Kerjasama program lintas sektoral belum memadai, Model pelayanan belum mendukung peran aktif semua profesi, Lahan praktek yang terbatas, Sarana dan prasarana pendidikan juga terbatas, Rasio pengajar dan mahasiswa yang tidak seimbang, Keterlibatan berbagai profesi selama menjalani pendidikan juga kurang, Dunia tanpa batas (global vilage) mempengaruhi sikap dan pola perilaku keluarga, Kemajuan



dan



pertukaran



iptek,



Kemajuan teknologi transportasi migrasi mudah interaksi keluarga berubah, Kesiapan untuk bersaing secara berkualitas sekolah-sekolah berkualitas.



Kompetensi



global tenaga kesehatan/keperawatan. Penyakit yang Menjadi Tren dan Issu keperawatan di Indonesia, pada system Kardiovaskuler “CHF” 1. Pengertian Gangguan Kardiovaskular CHF



12



Gagal



jantung



kronis



(CHF)



tetap



menjadi



satu-satunya



penyakit



kardiovaskular dengan beban rawat inap yang meningkat dan pengeluaran perawatan kesehatan yang terus menerus berkurang. Prevalensi CHF meningkat dengan bertambahnya usia hidup, dengan gagal jantung diastolik mendominasi pada populasi lansia. Pencegahan primer penyakit arteri koroner dan manajemen faktor risiko melalui kontrol tekanan darah yang agresif sangat penting dalam mencegah kejadian baru disfungsi ventrikel kiri. Terapi optimal untuk gagal jantung kongestif melibatkan identifikasi dan koreksi presipitan yang berpotensi reversibel, titrasi dosis target terapi medis, dan manajemen rawat inap untuk dekompensasi. Fenotipe etiologi, penurunan absolut pada fraksi ejeksi ventrikel kiri dan pelebaran durasi QRS pada elektrokardiografi, biasanya digunakan untuk mengidentifikasi pasien yang berisiko tinggi berkembangnya gagal jantung dan kematian mendadak yang mungkin mendapat manfaat dari penempatan defibrilator cardioverter implan profilaksis dengan atau tanpa terapi sinkronisasi ulang jantung. Pasien yang mengalami transisi ke stadium lanjut penyakit meskipun pengobatan tradisional dan terapi perangkat optimal mungkin merupakan kandidat untuk pendekatan yang diarahkan secara hemodinamik seperti alat bantu ventrikel kiri; dalam kasus tertentu, daftar untuk transplantasi jantung mungkin diperlukan. Pasien yang mengalami transisi ke stadium lanjut penyakit meskipun pengobatan tradisional dan terapi perangkat optimal mungkin merupakan kandidat untuk pendekatan yang diarahkan secara hemodinamik seperti alat bantu ventrikel kiri; dalam kasus tertentu, daftar untuk transplantasi jantung mungkin diperlukan. Pasien yang mengalami transisi ke stadium lanjut penyakit meskipun pengobatan tradisional dan terapi perangkat optimal mungkin merupakan kandidat untuk pendekatan yang diarahkan secara hemodinamik seperti alat bantu ventrikel kiri; dalam kasus tertentu, daftar transplantasi jantung mungkin 13



diperlukan. Gagal jantung kronis (CHF) merupakan sindrom progresif yang mengakibatkan kualitas hidup pasien buruk dan membebani sistem perawatan kesehatan secara ekonomi. Meskipun ada kemajuan dalam pengendalian penyakit kardiovaskular seperti infark miokard (MI), kejadian dan prevalensi CHF terus meningkat.  Estimasi akurat dari beban penyakit sulit untuk dikumpulkan karena banyaknya pasien dengan disfungsi ventrikel kiri (LV) asimtomatik. Seiring bertambahnya usia populasi, ada pergeseran epidemiologis menuju prevalensi yang lebih besar dari gagal jantung klinis dengan fungsi LV yang dipertahankan, yang disebut sindrom jantung kaku. Faktanya, gagal jantung dengan fungsi sistolik yang dipertahankan dapat menyebabkan hingga dua pertiga kasus pada pasien yang berusia lebih dari 70 tahun.2Terlepas dari usia, risiko seumur hidup untuk mengalami gagal jantung adalah sekitar 20% untuk semua pasien yang berusia lebih dari 40 tahun. Meskipun prevalensi semakin meningkat, teknik skrining baru dan arahan terapeutik telah meningkatkan prospek pasien gagal jantung dengan berfokus tidak hanya pada kontrol gejala tetapi juga memperbaiki patofisiologi menuju fenotipe korektif. Ulasan ini membahas arah terapeutik yang diterima dan muncul, dengan penekanan pada implikasi praktis. Berdasarkan literatur dan uji klinis yang tersedia, penekanan utama adalah pada disfungsi sistolik, dengan diskusi singkat terpisah tentang gagal jantung dengan fungsi sistolik yang dipertahankan. 2. Etiologi Diagnosa Tidak ada tes tunggal yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis klinis gagal jantung. Sebaliknya, riwayat dan temuan pemeriksaan fisik yang menunjukkan tanda dan gejala kongesti dan / atau hipoperfusi organ akhir digunakan untuk menegakkan diagnosis. Studi pencitraan yang mendokumentasikan disfungsi 14



sistolik



atau



diastolik



dan



biomarker



merupakan



tambahan



yang



membantu. Pemeriksaan fisik tidak membantu dalam membedakan antara gagal jantung sistolik dan diastolik karena temuan serupa, termasuk kardiomegali dan S 3 gallop, dapat dilihat pada kedua kondisi tersebut. 4Radang paru, sering dianggap sebagai tanda kongesti vena pulmonalis, sering tidak ditemukan pada CHF meskipun tekanan pengisian sisi kiri meningkat. Ketiadaan ini disebabkan oleh hipertrofi limfatik kronis, yang mencegah edema alveolar meskipun tekanan interstisial meningkat. Kriteria Framingham, banyak digunakan dalam penelitian klinis, terdiri dari serangkaian kriteria mayor dan minor yang membantu dalam diagnosis gagal jantung dan menekankan pentingnya peningkatan tekanan vena jugularis, S 3 gallop, dan refleks hepatojugular positif dalam menegakkan diagnosis , sambil meminimalkan pentingnya edema ekstremitas bawah.  Penggunaan peptida natriuretik tipe otak, dalam bentuk peredaran aktif atau tidak aktif, telah berkembang selama dekade terakhir, tetapi penggunaan yang paling mapan tetap membedakan antara penyebab dispnea ketika diagnosis diragukan. 7 Kondisi komorbiditas harus diperhitungkan karena insufisiensi ginjal meningkatkan level ini dan obesitas menurunkannya.  3. Penyebab CHV Penyebab gagal jantung sistolik secara dramatis mempengaruhi prognosis dan pengobatan. Penyakit arteri koroner (CAD) menyumbang sebagian besar kasus gagal jantung sistolik di Amerika Serikat, diikuti oleh hipertensi dan kardiomiopati dilatasi. 10 Dalam keadaan akut kardiomiopati yang baru didiagnosis, pengecualian dari CAD yang mendasari dan potensi miokardium "berisiko" yang mungkin mendapat manfaat dari revaskularisasi sangat penting. Pasien dengan CAD dan gagal jantung bersamaan memiliki prognosis yang lebih buruk daripada pasien dengan 15



kardiomiopati noniskemik, tetapi fungsi miokard dapat meningkat secara substansial setelah revaskularisasi pada kasus tertentu, menyoroti pentingnya membuat diagnosis yang tepat secara dini dan akurat. 4. Penanda Risiko Berbagai kondisi kardiovaskular, mulai dari aritmia hingga penyakit katup jantung, pada akhirnya dapat menyebabkan gagal jantung. Kepatuhan yang ketat terhadap manajemen berbasis pedoman untuk kondisi ini sangat penting dalam mencegah gagal jantung. Usia lanjut adalah faktor risiko yang paling kuat, meskipun tidak dapat diubah. Hipertensi, yang mudah didiagnosis dan diobati, meningkatkan risiko gagal jantung 2 hingga 3 kali lipat. Meskipun risiko relatif untuk mengembangkan gagal jantung sederhana, prevalensi yang tinggi menjadikannya penyebab di sekitar sepertiga kasus, memberikan risiko yang disebabkan oleh populasi yang tinggi. Dalam hal ini, penanda risiko ini berfungsi sebagai target yang paling layak untuk terapi pencegahan. Analisis studi jantung Framingham mengungkapkan tekanan darah median untuk pasien yang akhirnya mengalami gagal jantung adalah 150/90 mm Hg, menekankan bahwa risiko meningkat pada hipertensi yang diobati secara suboptimal bahkan pada tingkat keparahan sedang. Berbagai penelitian di berbagai agen telah dengan tegas menunjukkan bahwa pengobatan tekanan darah menyebabkan penurunan yang nyata pada gagal jantung. Faktor risiko insiden untuk CAD, termasuk diabetes dan dislipidemia, meningkatkan kemungkinan MI, faktor risiko penting lainnya untuk gagal jantung. Meskipun konsumsi alkohol moderat telah berkorelasi dengan penurunan insiden gagal jantung pada beberapa kohort pasien besar, konsumsi alkohol ringan sampai



16



sedang dikaitkan dengan peningkatan tekanan darah, dan kardiomiopati adalah komplikasi yang penyalahgunaan alkohol berdiri. Obesitas, didefinisikan sebagai indeks massa tubuh lebih besar dari 30kg/m2 , semakin diakui sebagai faktor risiko independen untuk gagal jantung. Obesitas menyebabkan perubahan ukuran dan massa ruang ventrikel kiri, yang dapat berkembang seiring waktu menjadi disfungsi sistolik dan diastolik. Penurunan berat badan yang disengaja dapat menyebabkan kemunduran beberapa perubahan struktural ini dan umumnya disarankan. Hubungan antara obesitas dan gagal jantung adalah kompleks, seperti kelebihan berat badan berkorelasi dengan penurunan rawat inap dan meningkatkan kelangsungan hidup pada pasien dengan mendirikan gagal jantung 5. Pencegahan Mengingat tingginya angka kematian, keterbatasan fungsional, dan biaya perawatan kesehatan yang menyertai diagnosis gagal jantung, pengakuan akan pentingnya pencegahan semakin meningkat. Untuk menyoroti peran pencegahan dalam strategi manajemen keseluruhan gagal jantung, pedoman American College of Cardiology (ACC) / American Heart Association (AHA) telah mengidentifikasi 4 tahap gagal jantung. Yang penting dalam skema ini adalah penggambaran kelas praklinis (stadium A) yang terdiri dari pasien dengan kondisi yang terkait dengan kemungkinan yang meningkat untuk mengembangkan gagal jantung dan yang harus menjadi target pengurangan faktor risiko agresif. Pasien dengan penyakit LV struktural asimtomatik merupakan tahap B. SOLVD (Studi Disfungsi Ventrikel Kiri), sebuah studi penting, meneliti pengobatan penghambat enzim pengubah angiotensin (ACEI) pada populasi ini, menunjukkan penurunan 33% pada gagal jantung klinis dan rawat inap. Meskipun tidak ada uji coba terkontrol secara acak dari β-blocker pada pasien dengan disfungsi 17



LV tanpa gejala yang telah diselesaikan, versi terbaru dari pedoman ACC / AHA merekomendasikan penggunaan β-blocker pada pasien dengan penyakit stadium B.  6. Penyaringan Skrining pasien asimtomatik untuk gagal jantung masih kontroversial dan merupakan bidang investigasi aktif. Bukti yang mendukung praktik ini berasal dari Studi



Kesehatan



Kardiovaskular. Hanya



9%



dari



pasien



yang



akhirnya



mengembangkan gagal jantung sistolik mengalami penurunan fraksi ejeksi ventrikel kiri



(LVEF)



pada



pendaftaran



penelitian. 25 Biomarker,



seperti



N-terminal



prohormone brain natriuretic peptide dan troponin, berpotensi berfungsi dalam peran ini; namun, efektivitas biaya dan populasi sasaran untuk strategi ini masih belum pasti. 26 , 27Jelas, langkah berarti dalam pengurangan gagal jantung dapat dicapai hanya dengan mematuhi pedoman yang ada dan menghilangkan hambatan finansial dan psikososial yang menghalangi pasien untuk menggunakan terapi medis yang diresepkan. Dalam praktik perawatan primer, praktisi wajib mengembangkan pendekatan terfokus untuk skrining penyakit jantung struktural laten dan mengembangkan skrining klinis untuk CHF nyata. Skrining seperti itu dapat dilakukan dengan mengajukan serangkaian pertanyaan sederhana yang berkaitan dengan terjadinya gejala seperti mudah lelah, keterbatasan fungsional, dan perkembangan pembengkakan ekstremitas bawah. 7. Patofisiologi Berbagai model telah dikonseptualisasikan untuk menjelaskan sindrom klinis kompleks gagal jantung, yang berasal dari kombinasi patologi struktural, aktivasi neurohormonal, dan perubahan dinamika kardiorenal dengan hipofungsi organ akhir (Gambar 1). Perkembangan gagal jantung ditandai dengan cedera jantung yang memicu serangkaian respons neurohormonal. Jantung yang sebelumnya normal dapat 18



mengalami gangguan akut (MI) atau kronis (hipertensi, penyakit katup jantung), yang mengakibatkan perubahan kondisi pemuatan. Peregangan selanjutnya dari serabut miokard atau kehilangannya menimbulkan respons neurohormonal yang ditandai dengan aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron dan sistem saraf simpatis. Dalam jangka pendek, mekanisme ini bermanfaat dan adaptif, mempertahankan detak jantung, tekanan darah, dan curah jantung, sehingga mempertahankan perfusi organ. Seiring waktu, respons ini menjadi merugikan, mengakibatkan gangguan pensinyalan β-adrenergik dan gangguan mobilisasi kalsium intraseluler. 28,29 Jika tidak diobati, lingkungan neurohormonal yang abnormal ini menyebabkan hipertrofi miosit, apoptosis, proliferasi fibroblast, dan akumulasi kolagen interstisial, yang



berpuncak



pada



remodeling



yang



merugikan



dan



disfungsi



pompa. 30 Konsekuensi dari perubahan struktural patologis ini adalah penurunan volume stroke, peningkatan resistensi vaskular sistemik, dan perkembangan tanda dan gejala kongesti dan hipoperfusi. Prinsip-prinsip ini telah memandu pengembangan agen terapeutik dan desain uji klinis.



19



DAFTAR PUSTAKA



Agenda Gawat Darurat. Pembina Ilmu. Bandung.Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. (1993).



Community Health NursingPractice”. Washington DC: Author.Departemen RI.1993. ”Perawatan Kesehatan Masyarakat”. Jakarta: Depkes RI Tabrani. (1998).



Echocardiography. http://pieter168.wordpress.com/2008/08/09/info-mengenal-pemeriksaanechocardiography/(Available). Diakses pada tanggal 26 Oktober 2013 pukul 14:26 WITA.



Elektrokardiogram. http://id.wikipedia.org/wiki/Elektrokardiogram (Available). Diakses pada tanggal 26 Oktober 2013 pukul 14: 18 WITA.



Kateterisasi jantung. http://kardioipdrscm.com/portfolio/kateterisasijantung/#sthash.dVl1qdLK.dpuf (Available). Diakses pada tanggal 26 September 2020 pukul 15:05,



Pemeriksaan Penunjang. http://prodia.co.id/pemeriksaan-penunjang/radiologi-fotothorax (Available). Diakses pada tanggal 26 Oktober 2013 pukul 14:13 WITA.



Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik, Ed 4 Vol 1. Jakarta: EGC



Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik, Ed 4 Vol 2. Jakarta: EGC



Proses Keperawatan Pada PasienDengan Gangguan Sistem Krdiovaskuler. Departemen Kesehatan. Jakarta.Kaplan, Norman M. (1991). Pencegahan Penyakit Jantung Koroner. EGCJakarta.



Treadmill.www.technology-indonesia.com/.../150-deteksi-jantung-melalui-treadmil (Available). Diakses pada tanggal 26 September 2020 pukul 14:23. 20



Udjianti, Wajan Juni. 2010. Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.



21