Makalah Bahaya Pemberian Obat Pada Sistem Endokrin [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH “PENGGOLONGAN EFEK SAMPING DAN BAHAYA PEMBERIAN OBAT PADA SISTEM ENDOKRIN”



Dosen Pengampu : Ns. Gita Mayasari, M.Kep DISUSUN OLEH : KELOMPOK 10 1. Yopita Anggraini



2026010005



2. Mefti Anggri Yani



2026010028



3. Ahmad Defriansyah



2026010020



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU 2021 1



2



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman untuk para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.



Bengkulu, Oktober 2021



Penyusun



ii



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................



i



KATA PENGANTAR ..........................................................................



ii



DAFTAR ISI .........................................................................................



iii



BAB I PENDAHULUAN .....................................................................



1



A. Latar Belakang .......................................................................



1



B. Rumusan Masalah ..................................................................



2



C. Tujuan ...................................................................................



2



BAB II PEMBAHASAN ......................................................................



3



A. Pengertian Sistem Endokrin ..................................................



3



B. Fungsi Sistem Endokrin .........................................................



3



C. Karakteristik Sistem Endokrin ...............................................



4



D. Klasifikasi Hormon ................................................................



5



E. Patofisiologi ..........................................................................



6



F. Penggolongan Obat-obatan Sistem Endokrin ........................



7



G. Efek Samping Pemberian Obat Pada Sistem Endokrin .........



8



H. Bahaya Pemberian Obat pada Sistem Endokrin ....................



8



I. Obat Pada Sistem Endokrin.....................................................



9



BAB III PENUTUP ..............................................................................



24



A. Kesimpulan ..............................................................................



24



DAFTAR PUSTAKA



iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelenjar



endokrin atau



kelenjar



buntu adalah



kelenjar



yang



nengirimkan hasilsekresinya langsung ke dalam darah yang beredar dalam jaringan kelenjar tanpa melewatiduktus atau saluran dan hasil sekresinya disebut hormon.Secara umum sistem endokrin adalah sistem yang berfungsi untuk memproduksihormon yang mengatur aktivitas tubuh. Terdiri atas kelenjar tiroid, kelenjar hipofisa/putuitari,kelenjar pankreas, kelenjar kelamin, kelenjar suprarenal, kelenjar paratiroid dan kelenjarbuntu. Beberapa dari organ endokrin ada yang menghasilkan satu macam hormon (hormontunggal) disamping itu juga ada yang menghasilkan lebih dari satu macam hormon atauhormon ganda misalnya kelenjar hipofise sebagai pengatur kelenjar yang lain.Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukanfungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostasistubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan, namun dapat dibedakan dengankarakteristik tertentu. Misalnya, medulla adrenal dan kelenjar hipofise posterior yangmempunyai asal dari saraf (neural). Jika keduanya dihancurkan atau diangkat, maka fungsidari kedua kelenjar ini sebagian diambil alih oleh sistem saraf. Bila sistem endokrinumumnya bekerja melalui hormon, maka sistem saraf bekerja melalui neurotransmiter yangdihasilkan oleh ujung-ujung saraf.Kelenjar endokrin melepaskan sekresinya langsung ke dalam darah . Kelenjar endokrin ini termasuk hepar, pancreas (kelenjar eksokrin dan endokrin), payudara, dankelenjar lakrimalis untuk air mata. Sebaliknya, Kelenjar eksokrin melepaskan sekresinyakedalam duktus pada permukaan tubuh, sepertikulit, atau organ internal, seperti lapisantraktusintestinal. Jika kelenjar endokrin mengalami kelainan fungsi, maka kadar hormon di dalamdarah bisa menjadi tinggi atau rendah, sehingga mengganggu fungsi 1



tubuh. Untuk mengendalikan fungsi endokrin, maka pelepasan setiap hormon harus diatur dalam batas-batas yang tepat. Tubuh perlu merasakan dari waktu ke waktu apakah diperlukan lebihbanyak atau lebih sedikit hormon.



B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka diperoleh rumusan untuk pembahasan sebagai berikut : 1. Apa saja penggolongan obat-obatan pada sistem endokrin ? 2. Apa efek samping pemberian obat pada sistem endokrin ? 3. Bahaya pemberian obat pada system endokrin ? C. Tujuan 1.



Mengetahui penggolongan obat-obatan pada sistem endokrin



2.



Mengetahui efek samping pemberian obat pada sistem endokrin ?



3.



Mengetahui Bahaya obat pada system endokrin ?



2



BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Sistem Endokrin Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk mempengaruhi organ-organ lain. Sistem endokrin disusun oleh kelenjar-kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin mensekresikan senyawa kimia yang disebut hormon. Hormon merupakan senyawa protein atau senyawa steroid yang mengatur kerja proses fisiologis tubuh. Kelenjar endokrin dalam tubuh terdiri dari kelenjar hipofisis, kelenjar adrenal, kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid, kelenjar pineal, dan pulau langerhans pada pankreas. Kelenjar tersebut memiliki struktur yang berbeda satu sama lain. Selain struktur, yang membedakan setiap kelenjar adalah sekresi yang dihasilkan dan fungsinya. Untuk mengetahui tentang struktur histologis dan fungsi kelenjar endokrin dari sistem endokrin, maka disusun makalah yang berjudul “Sistem Endokrin”. B. Fungsi Sistem Endokrin Sistem endokrin ini berfungsi untuk membantu mengatur dan menjaga berbagai fungsi tubuh dengan melepaskan hormon yang sering disebut sebagai pesan kimia. Hormon-hormon ini diproduksi dan disekresi oleh apa yang dikenal sebagai kelenjar endokrin.



3



Kelenjar endokrin ini membentuk sistem endokrin. Hormon yang mereka



hasilkan



dan



membantu



mensekresikan



untuk



mengatur



perkembangan generatif, pencernaan, pertumbuhan, reproduksi dan fungsi jaringan. Kelenjar ini termasuk tiroid, pankreas, kelenjar paratiroid, kelenjar adrenal, badan pineal dan kelenjar reproduksi. Sistem endokrin tidak bekerja sendiri, bekerja sama dengan sistem saraf dan sistem kekebalan tubuh untuk dapat membentu fungsi tubuh dengan cara yang benar. Kelenjar ialah sekelompok sel yang memproduksi dan mengeluarkan atau melepaskan bahan kimia. Menyeleksi kelenjar dan menghilangkan bahan dari darah ialah proses yang mereka lakukan dan mengeluarkan produk kimia untuk digunakan di suatu tempat di tubuh. Beberapa jenis kelenjar yang melepaskan sekresinya di daerah tertentu, misalnya kelenjar eksokrin seperti kelenjar keringat dan ludah, melepaskan sekresi pada kulit atau di dalam mulut. Kelenjar endokrin di sisi lain, melepaskan lebih dari 20 hormon utama langsung ke dalam aliran darah dimana mereka dapat diangkut ke sel-sel di bagian lain dari tubuh. C. Karakteristik Sistem Endokrin Meskipun setiap hormon adalah unik dan mempunyai fungsi dan strukturtersendiri, namun semua hormon mempunyai karakteristik berikut. Hormon disekresidalam salah satu dari tiga pola berikut:



4



1. sekresi diurnal adalah pola yang naik dan turun dalam periode 24 jam. Kortisoladalah contoh hormon diurnal. Kadar kortisol meningkat pada pagi hari danmenurun pada malam hari. 2. Pola sekresi hormonal pulsatif dan siklik naik turun sepanjang waktu tertentu,seperti bulanan. Estrogen adalah non siklik dengan puncak dan lembahnyamenyebabkan siklus menstruasi. 3. Tipe sekresi hormonal yang ketiga adalah variabel dan tergantung pada kadarsubtrat lainnya. Hormon paratiroid disekresi dalam berespons terhadap kadarkalsium serum. Hormon bekerja dalam sistem umpan balik, yang memungkinkan tubuh untukdipertahankan dalam situasi lingkungan optimal. Hormon mengontrol laju aktivitasselular. Hormon tidak mengawali perubahan biokimia, hormon hanya mempengaruhisel-sel yang mengandung reseptor yang sesuai, yang melakukan fungsi spesifik.Hormon mempunyai fungsi dependen dan interdependen. Pelepasan hormondari satu kelenjar sering merangsang pelepasan hormon dari kelenjar lainnya. Hormonsecara konstan di reactivated oleh hepar atau mekanisme lain dan diekskresi oleh ginjal. D. Klasifikasi Hormon 1. Hormon perkembangan : hormon yangmemegang peranan di dalam perkembangandan pertumbuhan. Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar gonad. 2. Hormon metabolisme : proses homeostasis glukosa dalam tubuh diatur oleh bermacammacam hormon, contoh glukokortikoid, glukagon, dan katekolamin. 3. Hormon tropik : dihasilkan oleh struktur khusus dalam pengaturan fungsiendokrin yakni kelenjar hipofise sebagai hormon perangsang pertumbuhanfolikel (FSH) pada ovarium dan proses spermatogenesis (LH).



5



4. Hormon pengatur metabolisme air dan mineral : kalsitonin dihasilkan olehkelenjar tiroid untuk mengatur metabolisme kalsium dan fosfor. E. Patofisiologi Hormon berperan mengatur dan mengontrol fungsi organ. Pelepasannya bergantung pada perangsangan atau penghambatan melalui faktor yang spesifik.Hormon dapat bekerja di dalam sel yang menghasilkan hormone itu sendiri (autokrin), mempengaruhi sel sekirtar (parakrin), atau mencapai sel target di organ lain melaluidarah (endokrin). Di sel target, hormon berikatan dengan reseptor dan memperlihatkan pengaruhnya melalui berbagai mekanisme transduksi sinyal selular. Hal ini biasanyamelalui



penurunan



faktor



perangsangan



dan



pengaruhnya



menyebabkan berkurangnya pelepasan hormon tertentu, berarti terdapat siklus pengaturan dengan umpan baliknegatif. Pada beberapa kasus, terdapat umpan balik positif (jangka yang terbatas), berarti hormon menyebabkan peningkatan aktifitas perangsangan sehinggameningkatkan pelepasannya. Istilah pengontrolan digunakan bila pelepasan hormondipengaruhi secara bebas dari efek hormonalnya. Beberapa rangsangan pengontrolandan pengaturan yang bebas dapat bekerja pada kelenjar penghasil hormon. Berkurangnya pengaruh hormone dapat disebabkan oleh



gangguan



sintesisdan penyimpanan hormon. Penyebab lain adalah gangguan transport di dalam sel yangmensintesis atau gangguan pelepasan. Defisiensi hormon dapat juga terjadi jikakelenjar hormon tidak cukup dirangsang untuk memenuhi kebutuhan tubuh, atau jikasel penghasil hormon tidak cukup sensitive dalam bereaksi terhadap rangsangan, atau jika sel panghasil hormon jumlahnya tidak cukup (hipoplasia, aplasia).Berbagai penyebab yang mungkin adalah penginaktifan hormon yang terlalucepat atau kecepatan pemecahannya meningkat. Pada hormon yang berikatan dengan protein plasma, lama kerja hormon bergantung pada perbandingan hormon yang berikatan. Dalam bentuk terikat, 6



hormon tidak dapat menunjukkan efeknya, pada sisilain, hormon akan keluar dengan dipecah atau dieksresi melalui ginjal.Beberapa hormon mula-mula harus diubah menjadi bentuk efektif di tempatkerjanya. Namun, jika pengubahan ini tidak mungkin dilakukan, misalnya defek enzim,hormon tidak akan berpengaruh. Kerja hormon dapat juga tidak terjadi karena target organ tidak berespons (misal, akibat kerusakan pada reseptor hormone atau kegagalantransmisi intra sel) atau ketidakmampuan fungsional dari sel atau organ target. Penyebab meningkatnya pengaruh hormone meliputi, yang pertama peningkatan pelepasan hormon. Hal ini dapat disebabkan oleh pengaruh rangsangantunggal yang berlebihan. Peningkatan sensitivitas, atau terlau banyak jumlah sel penghasil hormon (hyperplasia, adenoma). Kelebihan hormon dapat juga disebabkanoleh pembentukan hormon pada sel tumor yang tidak berdiferensiasi diluar kelenjarhormonnya (pembentukan hormon ektopoik). Peningkatan kerja hormon juga diduga terjadi jika hormone dipecah ataudiinaktifkan terlalu lambat, missal pada gangguan inaktivasi organ (ginjal atau hati).Pemecahan dapat diperlambat dengan meningkatnya hormon ke protein plasma, tetapi bagian yang terikat dengan protein. F. Penggolongan Obat-obatan Sistem Endokrin Golongan 1. Sulphonylrea 2. Glinide 3. Thiazolidinedi one 4. Penghambat Alfa- Glukosidase 5. Biguanide 6. Penghambat DPP-IV 7. Penghambat SGLT-2 8. Obat kombinasi tetap G. Efek Samping Pemberian Obat Pada Sistem Endokrin 7



1. Nyeri otot atau merasa lemas 2. Mati rasa atau perasaan dingin di tangan dan kaki 3. Kesulitan bernapas 4. Merasa pusing, kepala berputar, lelah, dan sangat lemas 5. Sakit perut, mual disertai muntah 6. Detak jantung lambat atau tidak teratur Apabila gejala gangguan sistem endokrin mulai mengganggu, gejala tersebut umumnya dapat diatasi dengan memperbaiki ketidakseimbangan hormon. Ini sering dilakukan melalui pemberian hormon sintesis. Pada kasus prolaktinoma (ketika tumor non-kanker menyebabkan gejala) operasi atau terapi radiasi dapat dilakukan untuk mengatasinya. Tidak jarang diagnosis dan perawatan penyebab gangguan endokrin dapat mengatasi gejala. H. Bahaya Pemberian Obat pada Sistem Endokrin Bahaya pemberian obat pada sistem endokrin antara lain : 1. Penyakit ginjal berat 2. Kondisi metabolik asidosis akut, maupun kronik 3. Termasuk status Diabetik Ketoasidosis, dengan atau tanpa koma 4. Kegelisahan atau insomnia (pada banyak kondisi tiroid) 5. Koma (pada hipotiroidisme) 6. Depresi (pada banyak kondisi tiroid) 7. Penyakit jantung 8. Kerusakan saraf 9. Kerusakan atau gagal pada organ 10. Kualitas hidup yang tidak baik.



I. Obat Pada Sistem Endokrin 8



Materi ini akan menjelaskan tentang obat-obat yang dipakai sebagai pengganti hormone dan untuk menghambat sekresi hormone dari kelenjar pituitary, tiroid dan adrenal. Oleh karena itu, anda perlu membaca dan mempelajari kembali anatomi dan fisiologi endokrin. Pengetahuan tentang hormone endokrin dan fungsinya akan mempermudah mempelajari obat-obat yang bekerja terhadap kelenjar endokrin. 1. Kelenjar Pituitary Kelenjar Pituitary (hipofisis) memiliki lobus anterior dan posterior. Bagian anterior atau adenohipofisis mensekresi berbagai hormone yang ditargetkan terhadap kelenjar dan jaringan, yaitu Growth Hormon yang merangsang pertumbuhan jaringan, Thiroid Stimulating Hormone (TSH)



yang



bekerja



adrenokortikotropik



terhadap



(ACTH)



kelenjar



merangsang



thyroid,



kelenjar



hormone



adrenal



dan



gonadotropin (follicle stimulating hotmone /FSH dan luteinizing hormone (LH), Obat-obat yang memiliki sifat adrenohipofisi dipakai untuk merangsang atau menghambat aktivitas kelenjar. Tabel 4.1 Obat Yang Digunakan Dalam Gangguan Kelenjar Hipofisis Obat



Dosis



Pertimbangan dan Pemakaian



Anterior Growth Hormone (GH) Somatropin SC : 0,5-0,7 Digunakan pada gangguan pertumbuhan karena Genotropin insufisiensi sekresi GH endogen,sindrom iu/kg/BB/minggu (Pfizer) turner,insufisiensi ginjal kronik,berat badan lahir terbagi dlm injeksi rendah Somatropin Saizen (Merck)



SC /IM : 0,7- 1 mg/ m² luas permukaan tubuh atau 0,025-0,035 mg/kg/BB.



Digunakan pada kegagalan pertumbuhan pada anak yg disebabkan krn penurunan atau tidak adanya sekresi hormon pertumbuhan Kontra indikasi : Tumor



Thiroid Stimulating Hormone (TSH)



9



Thyrotropin



IM, SK : 10 U, 4 kali sehari, 1-3 hari



Untuk mendiagnosa penyebab Hipotiroid, injksi terakhir dilanjutkan dengan pemeriksaan radioiodine



Adrenocorticotropic Hormone (ACTH) Kortikotropin



IM, SC : 20 Unit, 4 Untuk defisiensi ACTH, Untuk sklerosis multiple , kali sehari dosis 80-120 U/hari. IV : 10-25 U dalam 500



Obat



Dosis



Pertimbangan dan Pemakaian



mL D5%/8 jam



Kortikotropin Repositori



SC, IM : 40 u setiap 12- 24 jam



Untuk defisiensi ACTH, Untukmengobati insufisiensi adrenalakibat pemakaian kortison jangka panjang.



Pituitary Posterior Anti Diuretik Hormon Vasopresin



Dewasa: SC. IM : 5-10 Untuk diabetes Insipidus. Untuk meredakan distensi usus. Mengurangi perdarahan GI akibat U 2-3 kali sehari. varises Esofagus. Anak dosis lebih Monitor out put urine rendah



Lipresin



Intra Nasal : 1-2 semprotan perlubang hidung IV :0,3 µg dalam 50 ml normal salin selama 20-30 menit



Desmoprasin



Untuk diabetes Insipidus. . Monitor out put urine Untuk diabetes Insipidus. Monitor out put urine



2. Obat Hormon Tiroid Dan Antitiroid Kelenjar tiroid merupakan kelenjar yang terletak pada leher, tepatnya pada laring. Kelenjar ini terdiri atas dua lobus yakni sebelah kanan dan kiri laring.. Kelenjar tiroid menghasilkan dua macam hormon yaitu tiroksin (T4) dan Triiodontironin(T3). Hormon ini berpengaruh 10



dalam proses metabolisme sel, pertumbuhan, perkembangan, dan diferensiasi jaringan. Beberapa penyakit manusia ada yang disebabkan oleh kelenjar tiroid.



Misalnya



kelebihan



hormon



tiroid



(hipertiroid)



dapat



menimbulkan gejala hipermetabolisme (morbus basedowi), dengan tanda-tanda meningkatnya detak jantung sehingga muncul gugup, napas cepat dan tidak teratur, mulut menganga, dan mata melebar. Sementara itu, apabila seseorang sebelum dewasa kekurangan hormon tiroid (hipotiroid), tubuhnya dapat mengalami kretinisme (kerdil). Kretenisme ditandai dengan fisik dan mental penderita yang tumbuh tidak normal. Pada orang dewasa, kondisi hipotiroid dapat menyebabkan miksedema. Gejala penyakit ini, adalah laju metabolisme rendah, berat badan bertambah, bentuk badan menjadi besar, kulit kasar, dan rambutmudah rontok. Selain penyakit-penyakit tersebut, seseorang juga dapat mengalami pembengkakan kelenjar tiroid karena kekurangan makanan yang mengandung yodium. Penyakit pembengkakan demikian dinamakan gondok. Beberapa penyakit tiroid akan mendapatkan terapi pengganti T3 dan T4. Pada pesien dengan terapi pengganti hormone thiorid, perawat perlu menganjurkan untuk menghindari makanan yang menghambat sekresi sekresi thyroid, yaitu strawberry, pear, kobis, bayam, kembang kol dan kacang polong.



11



Tabel 4.2 Pengganti Hormon Tiroid dan Obat Antitiroid. Oba t Hipotiroid L-thyroxine Na



Levothyroxine



Dosi s



Pertimbangan dan Pemakaian



Dewasa : awal 0,05-1 mg/hari. Dosis harian ditingkatkan tiap 2 minggu 0,025-0,05 mg s/d hasil yg diinginkan tercapai.



Awal 25-50mcg, ditingkatkan 25- 50 mcg pd interval 2-4 minggu.



Digunakan pada hipotiroidisme dengan sebab apapun. Supresi kadar TSH pd penyakit gondok. Kontra indikasi : Hipersensitif terhadap tiroksin, tiritoksikosis Efek Samping : Takikardi,cemas, tremor,sakit kepala, kemerahan muka,banyak berkeringat,penurunan BB Digunakan pada hipotiroid. Efek : Tremor pada jari tangan,palpitasi, aritmia,berkeringat secara berlebihan,diare, penurunan BB,gangguan tidur, gelisah



Antitiroid / Hipertiroidisme Carbimaz ole Neo



Thiamazole Thyrozol (Merck)



Metimazol



Dewasa : awal 20-80 mg/hr. Kasus ringan 5-10mg/hr, kasus sedang 30mg/hr, kasus berat 40- 60mg/hr. Diberikan dalam beberapa dosis terbagi. Pemeliharaan 5-15 mg/hr. Dewasa terapi konservatif hipertiroid : utk menghambat produksi hormon tiroid scr komplit 25-40mg/hr . dosis harian maks: 40mg dlm maks 20mg dosis tunggal Oral, Dosis Mula : 15-60 mg 12



Digunakan pada Hipertiroidisme. Kontra indikasi pada Laktasi. Efek samping yang dapat terjadi : mual dan muntah



Terapi konservatif hipertiroid Utk menghambat produksi hormon tiroid scr komplit, persiapan operasi utk segala jenis hipertiroid Kontra indikasi pada penderita Granulositopenia. Untuk hipertiroid.



Iodin Larutan Iodin kuat



dalam dosis terbagi. Rumatan : 5 mg 3-4 kali sehari



Dapat menghambat sintesa hormone tiroid



Oral :2-6 tetes, 3 kali sehari



Untuk diabetes Insipidus. Untuk mengurangi ukuran dan vaskularisasi kelenjar tiroid



3. Hormon Paratiroid Kelenjar Paratiroid mensekresi hormone paratiroid (HPT) yang berfungsi mengatur kadar kalsium dalam darah. Penurunan kalsium dalam



serum



merangsang



pelepasan



PTH.



PTH



mengobati



hipoparatiroid dan kalsitonin mengobati hiperparatiroid. Hipokalsemia dapat disebabkan oleh defisiensi PTH, defisiensi vit D, gangguan ginjal atau terapi diuretik. Pengganti PTH dapat membantu untuk memperbaiki kekurangan kalsium. Hiperparatiroidisme juga dapat disebabkan keganasan kelenjar paratiroid atau sekeresi hormone PTH ektopik dari kanker paru-paru, hipertiroidisme atau tidak bergerak dalam jangka waktu lama, dimana kalsium hilang dari tulang. Tabel 4.3 Obat untuk Hipoparatiroid dan Hiperaratiroid. Obat Dosis Hipoparatiroidisme dan Hipokalsemia Analog Vitamin D Kalsifediol Oral : 50-100 µg/hari



Ergokalsiferol



Oral 0,25 µg/hari



Petimbangan dan Pemakaian



Untuk penyakit tulang akibat GGK dan Dialisa Ginjal. Pantau kadar kalsium serum Pantau tanda hiperkalsemia. Untuk Hipoparatiroid dan rikets. Pantau kadar kalsium serum.



Hiperparatiroidisme dan Hiperkalsemia Kalsitoni SC, dosis mula 0,5 mg / n hari, Rumatan : 0,25 mg/ manusia setiap 23 minggu 13



Untuk penyakit paget



Kalsitoni n Salmon



penyakit paget, SC/IM , dosis mula 100 IU / Untuk hari, Rumatan : 50-100 IU/ hiperparatiroidisme, hiperkalsemia. setiap hari atau setiap 2 hari.



4. Adrenal Kelenjar adrenal terdiri dari medulla dan korteks. Korteks adrenal memproduksi dua jenis hormone atau kortikosteroid. Kortikosteroid adalah suatu kelompok hormon steroid yang dihasilkan di kulit kelenjar adrenal. Hormon ini berperan pada banyak sistem fisiologis pada tubuh, misalnya tanggapan terhadap stres, tanggapan sistem kekebalan tubuh, dan pengaturan inflamasi, metabolisme karbohidrat, pemecahan protein, kadar elektrolit darah, serta tingkah laku. Kortikosteroid



dibagi



menjadi



2



kelompok,



yakni



glukokortikoid (contohnya kortisol) yang berperan mengendalikan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein, juga bersifat anti inflamasi dengan cara menghambat pelepasan fosfolipid, serta dapat pula menurunkan kinerja eosinofil. Kelompok lain dari kortikosteroid adalah mineralokortikoid (contohnya aldosteron), yang berfungsi mengatur kadar elektrolit dan air, dengan cara penahanan garam di ginjal. Pemberian kortikosteroid dosis tinggi dapat menyebabkan sindrom Cushing dengan gejala-gejala moon face, berat badan naik, otot lemah terutama bahu dan pinggul, dll, , striae dan acne yang dapat



pulih



(reversibel)



bila



terapi dihentikan,



tetapi



cara



menghentikan terapi harus dengan menurunkan dosis secara bertahap (tappering-off) untuk menghindari terjadinya insufisiensi adrenal akut. Pada anak, penggunaan kortikosteroid dapat menghambat pertumbuhan dan dapat mempengaruhi perkembangan pubertas. Oleh karena itu penting untuk menggunakan dosis efektif terrendah, pemberian secara berselang sehari dapat membatasi efek penurunan 14



perkembangan anak. 5. Glukokortikoid Glukokortikoid mempengaruhi metabolism karbohidrat, protein dan lemak serta aktivitas sel darah dan otot. Kortisol, glukokortikoid utama, memiliki efek antiinflamasi, antialegi dan anti stress. Glukokortikoid dipakai untuk mengobati banyak penyakit dan masalah kesehatan. Efek samping glukokortikoid antara lain diabetes dan osteoporosis, yang berbahaya, terutama pada lanjut usia, dapat terjadi fraktur osteoporotik pada tulang pinggul dan tulang belakang. Selain itu, pemberian dosis tinggi dapat mengakibatkan nekrosis avaskular pada kepala femur. Beberapa obat glukokortikoid akan disajikan pada table dibawah ini.



Tabel 4.4 Obat –Obat Glukokortikoid Obat Prednisone



Dexamethasone



Metilprednisolon



Dosis Dewasa : oral : 5-60 mg/hari dalam dosis terbagi. Anak : Oral : 0,1-0,15 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi 2-4 Dewasa : oral : 0, 25-4 mg, 2-4 kali sehari . IV : 1-6 mg/kg BB Aerosol : 3 puff, 2-4 kali Sehari Dewasa : Oral : 4-48 mg/ hari dalam dosis terbagi 4, IM/IV : 10-250 mg setiap 415



Pertimbangan Pemakaian Antiinflamasi atau imunosupresif. Glukokortikoid oral, merupakan obat pilihan. Perhatian khusus pada kondisi : Tukak lambung, hipertensi aktif,, gangguan neurologic, gangguan hati & ginjal, DM. antiinflamasi yang kuat. Untuk gangguan alergi akut, serangan asma, udema serebral, shock dan chusing syndrome. Efek samping : Retensi cairan & elektrolit, meningkatkan kemungkinan infeksi Antiinflamasi atau imunosupresif



6 jam Dewasa : sehari 4-48 mg Antiinflamasi atau imunosupresif. Preparat sehari dalam dosis terbagi dapat disuntikkan pada sendi dan jaringan 2-4 . lunak. Inhalasi: 2 puff



Triamsinolon



6. Minerallokortikoid Mineralokortikoid



merupakan



type



kedua



kortikosteroid,



mensekresi aldosteron. Hormon ini mempertahankan keseimbangan cairan dengan meningkatkan penyerapan natrium dari tubulus ginjal. Natrium menarik air , menyebabkan retensi air. Jika terjadi hipovolemia, sekresi aldosteron akan ditingkatkan. Dengan reabsorbsi natrium, kalium akan dikeluarkan dan mengakibatkan terjadinya hipokalemia. Defisiensi minerallo kortikoid biasanya terjadi dengan defisiensi glukokortikoid, seringkali disebut defisiensi kortikosteroid. Fludokortison merupakan suatu minerallokortikoid oral yang dapat diberikan bersamaan menyebabkan



suatu



dengan



glukokortikoid.



Obat



ini



dapat



keseimbangan negative nitrogen, sehingga



biasanya diperlukan diet tinggi protein. Karena pemakaian minerallo dan glukokortikoid terjadi ekskresi kalium, maka kadar kalium harus dipantau.



7. Hormon Insulin Diabetes melitus adalah suatu kelainan metabolisme kronis yang terjadi karena berbagai penyebab, ditandai oleh konsentrasi glukosa



darah



melebihi



normal



disertai



dengan



gangguan



metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang diakibatkan oleh kelainan sekresi hormon insulin, kelainan kerja insulin, atau kedua. Ada 2 type Diabetes Melitus yaitu Diabetes Melitus type I atau diabetes melitus tergantung insulin (Insulin Dependent Diabetes 16



Melitus/IDDM) dan type II, diabetes melitus tidak tergantung insulin (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus/NIDDM). Perbedaan utama antara DM type I dan DM typeII adalah, pada DM tipe 1, orang tidak bisa lagi memproduksi insulin, sementara itu pada DM type II, tubuh, sel tubuh tidak dapat mereaksi insulin secara normal lagi. sehingga glukosa tetap dalam aliran darah dan tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga hal tersebut menyebabkan kadar gula darah menjadi tinggi. Insulin dilepaskan dari sel-sel beta pulau Langerhans dalam responnya terhadap peningkatan glukosa darah.. Pankreas secara normal mensekresikan 40-60 unit insulin setiap harinya. Insulin meningkatkan ambilan glukosa, asam amino, dan asam lemak dan mengubahnya menjadi bahan-bahan yang disimpan dalam sel-sel tubuh. Glukosa diubah menjadi glikogen untuk keperluan glukosa di masa mendatang dalam hepar dan otot, sehingga menurunkan kadar glukosa dalam darah. Nilai glukosa darah normal adalah 60-100 mg/Dl dan glukosa serum, 70-110 mg/Dl.



8. Insulin Insulin suntikan diperoleh dari pankreas babi dan sapi ketika hewan-hewan ini disembelih. Insulin tidak dapat diberikan per oral karena sekresi gastrointestinal merusak susunan insulin. Insulin diberikan secara subkutan, dengan sudut suntikan 45 sampai 90o, 15 sampai 30 menit sebelum makan. Insulin harus disimpan pada tempat yang sejuk atau di dalam lemari es. Konsentrasi insulin 40 atu 100 U/Ml (U40/Ml, U100/Ml) dan insulin dikemas dalam vial berisi 10 ml. Spuit insulin ditandai dalam unit sampai maksimum 100 U per 1 mL. Ada tiga tipe insulin :



a.



Insulin kerja singkat/ insulin regular (kristalin), merupakan larutan bening tanpa tambahan bahan untuk memperpanjang 17



kerja insulin. Onset kerjanya adalah 0,5 -1 jam, puncak kerja timbul dalam 2 sampai 4 jam, dan lama kerja 6-8 jam.



b.



Insulin kerja sedang, awitan insulin kerja sedang adalah 1-2 jam, puncak 6-12 jam, dan lama kerja 18-24 jam.



c.



Insulin kerja panjang, bekerja dalam 4-8 jam, puncak 14-20 jam, dan berakhir sampai 24-36 jam. Tabel 4.3 Insulin dan Kerjanya



Insulin



Deskripsi



Mula Kerja



Puncak Kerja



Lama Kerja



Insulin Kerja Singkat Regular (Cristalin)



Jernih, SC atau IV



0.5-1 jam



2-4 jam



6-8 jam



Humulin R



Sama seperti insulin Reguler



Semilante



Keruh, Zinc dalam jumlah sedikit, SC.



30-45 menit



4-6 jam



12-16 jam



Lente



Keruh, Zinc, SC, 30% semilente, 70% ultralente



1-2 jam



8-12 jam



18-28 jam



Humulin L



Sama dengan Lente



NPH



Keruh, SC, Protamin



1-2 jam



6-12 jam



18-24 jam



Humulin N



Sama dengan NPH



Insulin Kerja Sedang



Insulin Kerja Panjang PZI



Keruh, SC, Protamin, Zinc



4-8 jam



14-20 jam



24-36 jam



Ultralente



Keruh, SC, Insulin Zinc tang diberi tambahan



5-8 jam



14-20 jam



30-36



2.



Obat Anti Diabetik Oral a. Sulfonilurea Kerja utama sulfonilurea adalah meningkatkan sekresi 18



insulin sehingga efektif hanya jika masih ada aktivitas sel beta pankreas Sulfonilurea digunakan untuk pasien yang tidak kelebihan berat badan, atau yang tidak dapat menggunakan metformin. Sulfonilurea dapat menyebabkan gangguan fungsi hati, yang mungkin menyebabkan jaundice kolestatik, hepatitis dan kegagalan fungsi hati meski jarang. Dapat terjadi reaksi hipersensitifitas, biasanya pada minggu ke 6-8 terapi, reaksi yang terjadi berupa alergi kulit yang jarang berkembang menjadi eritema multiforme dan dermatitis eksfoliatif, demam dan jaundice. Berikut ini adalah kriteria pemakaian obat hioglikemia oral : 1)



Awitan DM pada usia 40 tahun



2)



Diagnosa DM kurang dari 5 tahun



3)



Berat badan normal atau kelebihan berat badan



4)



Gula darah puasa sama atau kurang dari 200 mg/dL



5)



Memerlukan insulin kurang daro 40 U / hari



6)



Fungsi ginjal dan hepar baik



Tabel 4.4 Obat Anti Diabetik Oral



19



Obat



Dosis



Lama Kerja



Sulfonilurea generasi pertama Kerja Singkat Tolbutamid 0,5 - 1,5 mg / hari 6-12 jam dalam dosis terbagi 23(maksimal 2 g) Kerja Sedang Asetoheksamid



Tolazamid Kerja Panjang Klorpropamid



Digunakan pada diabetes melitus tipe 2. Diabsorbsi cepat melalui saluran GI



Oral : 0,25-1,5 mg/ hari 10-24 jam dalam dosis tunggal atau terbagi 2



Diabsorbsi cepat melalui saluran GI



Oral 100-250 mg/ hari 12-24 jam tidak melebihi 1 gr



Diabsorbsi saluran GI



Oral , dosis awal 100- sampai 250 mg/hr; Rumatan : jam 100-500 mg /hari dalam dosis tunggal atau terbagi 2. Dosis Maksimal 750 mg/hari



b.



lambat



dosis awal 2,5 – 5 mg, 12-24 jam 4 kali sehari atau 2 kali sehari Rumatan : 5-25 mg / hari;, maksimal 40 mg/hari



Diabsorbsi baik melalui saluran GI. Mampu menstimuli insulin setiap pemasukan glukosa (makan). Resiko hipoglikemi lebih besar. Diabsorbsi baik melalui saluran GI



Biguanida Metformin



Hidrochlorida,



satu-satunya



golongan



biguanid yang tersedia, mempunyai mekanisme kerja yang 20



melalui



60 Diabsorbsi baik melalui saluran GI . Efek ADH kuat sehingga mengakibatkan retensi air dan elektrolit



Sulfonilurea generasi Kedua Glibenklamida dosis awal 2,5 – 5 mg 10-24 jam tiap hari, bila perlu dinaikkan setiap minggu, sampai maksimal setiap 2 hari 10 mg. Glipizid



Pertimbangan Penggunaan



berbeda



dengan



dipertukarkan.



sulfonilurea, Efek



utamanya



keduanya adalah



tidak



dapat



menurunkan



glukoneogenesis dan meningkatkan penggunaan glukosa di jaringan. Karena kerjanya hanya bila ada insulin endogen, maka hanya efektif bila masih ada fungsi sebagian sel islet pankreas. Metformin digunakan pada penderita diabetes melitus tipe 2, terutama untuk pasien dengan berat badan berlebih (overweight), apabila pengaturan diet dan olahraga saja tidak dapat mengendalikan kadar gula darah. Metformin dapat digunakan sebagai monoterapi atau dalam kombinasi dengan obat antidiabetik lain atau insulin (pasien dewasa), atau dengan insulin (pasien remaja dan anak >10 tahun). Sedangkan kontraindikasi nya adalah gangguan fungsi ginjal, ketoasidosis, hentikan bila terjadi kondisi seperti hipoksia jaringan wanita hamil dan menyusui. Efek Samping dapat berupa anoreksia, mual, muntah, diare (umumnya sementara), nyeri perut, rasa logam, asidosis laktat (jarang, bila terjadi hentikan terapi), penurunan penyerapan vitamin B12, eritema, pruritus, urtikaria dan hepatitis. Dosis ditentukan secara individu berdasarkan manfaat dan tolerabilitas. Dewasa & anak > 10 tahun: dosis awal 500 mg setelah sarapan untuk sekurang-kurangnya 1 minggu, kemudian 500 mg setelah sarapan dan makan malam untuk sekurang-kurangnya 1 minggu, kemudian 500 mg setelah sarapan, setelah makan siang dan setelah makan malam. Dosis maksimum 2 g sehari dalam dosis terbagi. c.



Acarbose Acarbose merupakan suatu penghambat enzim alfa glukosidase yang terletak pada dinding usus. Enszim alfa 21



glukosidase adalah maltaseeeee. isomaltase, glukomaltase dan sukrose, berfungsi untuk hidrolisis oligosakarida, trisakarida dan disakarida pada dinding usus halus. Obat golongan ini bekerja di usus, menghambat enzim di saluran cerna, sehingga pemecahan karbohidrat menjadi glukosa atau pencernaan karbohidrat di usus menjadi berkurang. Dengan demikian kadar glukosa darah setelah makan tidak meningkat tajam. Sisa karbohidrat yang tidak tercerna akan dimanfaatkan oleh bakteri di usus besar, dan ini menyebabkan perut menjadi kembung, sering buang angin, diare, dan sakit perut.Pemakaian obat ini bisa dikombinasi dengan obat golongan sulfonilurea atau insulin, tetapi bila terjadi efek hipoglikemia hanya dapat diatasi dengan gula murni yaitu glukosa atau dextrose. Gula pasir tidak bermanfaat. Acarbose hanya mempengaruhi kadar gula darah sewaktu makan dan tidak mempengaruhi setelah itu. Obat ini tidak diberikan pada penderita dengan usia kurang dan 18 tahun, karena efek samping gangguan pencernaan kronis, maupun wanita hamil dan menyusui. Acarbose efektif pada pasien yang banyak makan karbohidrat dan kadar gula darah puasa lebih dari 180 mg/dl.



3.



Obat Hiperglikemia Glukagon



adalah



senyawa



hormone



hiperglikemia



yang



diseskresikan oleh sel alfa pulau Langerhans di pancreas. Glukagon meningkatkan kadar gula darah dengan merangsang glikogenolisis (pemecahan glikogen ) di hepar. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan (SC, IM dan IV). Obat ini digunakan untuk mmengobati hipoglikemia. Penderita



DM



yang



cenderung



mengalami



hipoglikemia



harus



menyimpan glucagon di rumah. Glukosa darah akan meningkat 5-20 22



menit paska pemberian.



23



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukanfungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankanhomeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan, namun dapatdibedakan dengan karakteristik tertentu.Sistem endokrin



memiliki



membatumensekresikan



fungsi



untuk



hormon-hormon



mempertahankan yang



bekerja



hemoestatis, dalam



sistem



persyarafan, pengaturan pertumbuhan dan perkembangan dan kontrol perkembangan seksual dan reproduksi.



24



DAFTAR PUSTAKA Murray Robert.K, Bender David.A, Botham Katleen.M, dkk. 2014. Biokimia Harper .Jakarta:EGC J. H. Green. 2002.Fisiologi Kedokteran.Tangerang : Binarupa Aksara Price & Wilson. 2006. Patofisiologi. Jakarta : EGC Sherwood, Lauralee. 2001.Fisiologi Kedokteran : dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC



25