Makalah Biodiversitas Kelompok 1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH “BIODIVERSITAS” Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah kapita selekta biologi



DISUSUN OLEH : Kelompok 1 MUHAMMAD AFIF TAUFIQ



20032074



AFRIANI AMELIA PUTRI



20032106



AIFA KURNIA



20032001



FARAH IBTISAMAH HARLIN



20032017



SITI SURAIDA



20032154



FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN BIOLOGI NK UNIVERSITAS NEGERI PADANG PADANG SUMATERA BARAT 2020



KATA PENGANTAR



Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nantinatikan syafa’atnya di akhirat nanti. kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas



dari mata kuliah kapita selekta biologi



dengan judul



“BIODIVERSITAS” di Universitas Negeri Padang . kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.



Padang, 30 Sepetmber 2020



Kelompok 1



i



DAFTAR ISI Kata Pengantar….……………………………………………………………………..



I



Daftar Isi ……………….………………………………………………………………..



i



Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………….



1



1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………………..



2



1.3 Tujuan Masalah ………….………………………………………………………..



2



Bab II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Biodiversitas………………………………….……..…………….......



3



2.2 Prinsip Dasar Taksonomi…………….……………..………………………………



5



2.3 Permasalahan yang terjadi pada Biodiversitas Secara Global dan nasional…………………………………………………………..…..….………….…….



5 9



2.4 Keterkaitan antara Taksonomi dan Nomenclature………………… Bab III PENUTUP Kesimpulan …………………………………………………………………..............



11



Daftar Pustaka …...……………………………………………………….................



11



ii



Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keanekaragaman hayati atau biodiversitas adalah suatu istilah pembahasan yang mencakup semua bentuk kehidupan, yang secara ilmiah dapat dikelompokkan menurut skala organisasi biologisnya, yaitu mencakup gen, spesies tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme serta ekosistem dan proses-proses ekologi dimana bentuk kehidupan ini merupakan bagiannya. Dapat juga diartikan sebagai kondisi keanekaragaman bentuk kehidupan dalam ekosistem atau bioma tertentu. Keanekaragaman hayati seringkali digunakan sebagai ukuran kesehatan sistem biologis. Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup yang menunjukkan keseluruhan variasi gen, spesies dan ekosistem di suatu daerah. Ada dua faktor penyebab keanekaragaman hayati, yaitu faktor genetik dan faktor luar. Faktor genetik bersifat relatif konstan atau stabil pengaruhnya terhadap morfologi organisme. Sebaliknya, faktor luar relatif stabil pengaruhnya terhadap morfologi organisme. Lingkungan atau faktor eksternal seperti makanan, suhu, cahaya matahari, kelembaban, curah hujan dan faktor lainnya bersama-sama faktor menurun yang diwariskan dari kedua induknya sangat berpengaruh terhadap fenotip suatu individu. Dengan demikian fenotip suatu individu merupakan hasil interaksi antara genotip dengan lingkungannya Keanekaragaman hayati dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan, mulai dari organisme tingkat rendah sampai organisme tingkat tinggi. Misalnya dari mahluk bersel satu hingga mahluk bersel banyak dan tingkat organisasi kehidupan individu sampai tingkat interaksi kompleks, misalnya dari spesies sampai ekosistem. Keanekaragaman hayati tidak terdistribusi secara merata di bumi; wilayah tropis memiliki keanekaragaman hayati yang lebih kaya, dan jumlah keanekaragaman hayati terus menurun jika semakin jauh dari ekuator. Keanekaragaman hayati yang ditemukan di bumi adalah hasil dari miliaran tahun proses evolusi. Asal muasal kehidupan belum diketahui secara pasti dalam sains. Hingga sekitar 600 juta tahun yang lalu, kehidupan di bumi hanya berupa archaea, bakteri, protozoa, dan organisme uniseluler lainnya sebelum organisme multiseluler muncul dan menyebabkan ledakan keanekaragaman hayati yang begitu cepat, namun secara periodik dan eventual juga terjadi kepunahan secara besar-besaran akibat aktivitas bumi, iklim, dan luar angkasa. 1



1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah Pengertian Biodiversitas? 2. Apa Prinsip Dasar Taksonomi? 3. Bagaimana Permasalahan yang terjadi pada Biodiversitas Secara Global dan nasional 4. Apa Keterkaitan antara Taksonomi dan Nomenclature ? 1.3 Tujuan Masalah 1. Untuk mengetahui pengertian biodiversitas 2. Untuk mempelajari prinsip dasar taksonomi 3. Untuk mengetahui permasalahan yang terjadi pada biodiversitas secara global dan nasional 4. Untuk mengetahui keterkaitan antara taksnomi dan Nomenclature



2



Bab II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Biodiversitas



Secara umum pengertian keanekaragaman hayati adalah kelimpahan berbagai jenis sumberdaya alam hayati (tumbuhan dan hewan) yang terdapat di muka bumi. Keanekaragaman hayati merupakan istilah yang digunakan untuk derajat keanekaragaman sumberdaya alam hayati, meliputi jumlah maupun frekuensi dari ekosistem, spesies, maupun gen di suatu daerah. Dengan demikian keanekaragaman hayati atau biodiversitas merupakan  semua kehidupan di atas bumi ini baik itu tumbuhan, hewan, jamur, mikroorganisme maupun berbagai materi genetik yang dikandungnya dan keanekaragaman sistem ekologi di mana mereka hidup. Menurut Konvensi Keanekaragaman Hayati (Convention on Biological Diversity) keanekaragaman hayati merupakan variabilitas di antara makhluk hidup dari semua sumber, termasuk interaksi ekosistem terestrial, pesisir dan lautan dan ekosistem akuatik lain serta kompleks ekologik tempat hidup makhluk hidup menjadi bagiannya. Hal ini meliputi keanekaragaman jenis, antar jenis dan ekosistem. Ketersediaan keanekaragaman sumber daya hayati berupa jenis maupun kekayaan plasma nutfah (keanekaragaman genetik di dalam jenis), keanekaragaman antar jenis dan keanekaragaman ekosistem. Termasuk didalamnya kelimpahan dan keanekaragaman genetik relatif dari organisme-organisme yang berasal dari semua habitat baik yang ada di darat, laut maupun sistem-sistem perairan lainnya. Tingkatan Keanekaragaman Hayati Keanekaragaman hayati mencakup semua bentuk kehidupan di muka bumi, mulai dari makhluk sederhana seperti jamur dan bakteri hingga makhluk yang mampu berpikir seperti manusia. Menurut Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), keanekaragaman hayati dapat digolongkan menjadi tiga tingkatan:



3 2. Tingkatan Keanekaragaman Spesies Keanekaragaman spesies mencakup seluruh spesies yang ditemukan di bumi, termasuk bakteri dan biotic serta spesies dari kingdom bersel banyak (tumbuhan, jamur, hewan, yang bersel banyak atau multiseluler). Spesies dapat diartikan sebagai sekelompok individu yang menunjukkan beberapa karakteristik penting berbeda dari kelompok-kelompok lain baik secara morfologi, fisiologi atau biokimia. Definisi spesies secara morfologis ini yang paling banyak digunakan oleh pada taksonom yang mengkhususkan diri untuk mengklasifikasikan spesies dan mengidentifikasi biotic yang belum diketahui. Sebagai contoh keanekaragaman tingkat spesies atau individu ini menunjukkan adanya jumlah dan variasi dari jenis-jenis organisme.  Misalkan tumbuhan palem-paleman (Arecaceae) sekilas bentuk fisik tanaman ini mirip namun semuanya merupakan jenis/individu berbeda. Pohon aren (Arenga pinnata) berbeda dengan Pinang (Areca catechu). Keanekaragaman ini bisa terjadi karena adanya pengaruh kandungan biotic dengan habitatnya. 2. Tingkatan Keanekaragaman Genetik Keanekaragaman biotic merupakan variasi biotic dalam satu spesies baik di antara populasipopulasi yang terpisah secara geografik maupun di antara individu-individu dalam satu populasi. Individu dalam satu populasi memiliki perbedaan biotic antara satu dengan lainnya. Variasi biotic timbul karena setiap individu mempunyai bentuk-bentuk gen yang khas. Variasi biotic bertambah ketika keturunan menerima kombinasi unik gen dan kromosom dari induknya melalui rekombinasi gen yang terjadi melalui reproduksi seksual. Proses inilah yang meningkatkan potensi variasi biotic dengan mengatur ulang alela secara acak sehingga timbul kombinasi yang berbeda-beda. Sebagai contoh keanekaragaman tingkat biotic dapat terjadi karena adanya keanekaragaman susunan gen. Jadi, perangkat gen itulah yang menentukan ciri dan sifat yang dimiliki oleh suatu individu. Misalkan perbedaan tipe rambut ada orang yang berambut keriting, lurus, ikal, karena adanya keanekaragaman tingkat biotic.



4 3. Tingkatan Keanekaragaman Ekosistem Keanekaragaman ekosistem merupakan komunitas biologi yang berbeda serta asosiasinya dengan lingkungan fisik (ekosistem) masing-masing. Keanekaragaman tingkat ekosistem ini ditunjukkan dengan adanya perbedaan



bioti



biotic serta komposisi jenis populasi



organismenya. Sebagai contoh setiap ekosistem mempunyai keunikan dan ciri khasnya sendiri-sendiri. Keanekaragaman tingkat ekosistem menggambarkan jenis populasi organisme dalam suatu wilayah. Indonesia sebagai negara yang memiliki mega biodiversitas perlu mengambil langkah untuk menghadapi isu perubahan iklim dan hilangnya biodiversitas Indonesia. Salah satu bidang ilmu yang berperan besar dalam mengungkap biodiversitas adalah taksonomi (ilmu tentang pengklasifikasian), yang semakin lama semakin minim peminat 2.2 Prinsip Dasar Taksnomi Prinsip taksonomi adalah dasar untuk klasifikasi terstruktur. Berikut adalah klasifikasi dasar makhluk hidup:     



Persamaan diperoleh. Klasifikasi mengacu pada beberapa organisme dengan karakteristik serupa yang ditugaskan untuk spesies yang sama. Perbedaan yang Anda buat. Tarif pajak turun, lebih dari karakteristik yang sama, tetapi masih ada perbedaan. Klasifikasi dengan berdasarkan fitur anatomi dan morfologis. Klasifikasi dengan berdasarkan sifat biokimia, dengan berdasarkan pada protein, enzim, dan tipe DNA. Misalnya, untuk mengetahui hal-hal yang hidup berdasarkan DNA, kita bisa berhubungan dengan orang lain. Klasifikasi dengan berdasarkan suatu kinerja. Beberapa organisme bermanfaat diklasifikasikan menurut kemampuannya. Contohnya terhadap suatu jenis tanaman yang bisa digunakan untuk keperluan terhadap pengobatan.



2.3 Permasalahan yang terjadi pada Biodiversitas Secara Global dan nasional Banyak masalah yang dihadapi dalam upaya melestarikan keanekaragaman hayati Indonesia untuk pembangunan nasional, baik berasal dari pemerintah, pengusaha, masyarakat dan lain-lain. Dalam melaksanakan tugas sektornya, setiap pihak dalam pemerintahan seringkali memerlukan sumber daya alam hayati, sehingga muncul perbedaan kepentingan. Tumpang tindih minat ini



menjadi lebih rumit apabila unsur kepentingan masyarakat tradisional dan tekanan ekonomi diperhitungkan. 5 Di sisi lain, ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia belum memadahi untuk menangani pemanfaatan/pelestarian keanekaragaman hayati secara seimbang, apalagi mengembangkan potensi ini secara optimal. Keanekaragaman hayati Indonesia sebagian telah dimanfaatkan, sebagian baru diketahui potensinya, dan sebagian lagi belum dikenal. Pada dasarnya keanekaragaman hayati dapat memulihkan diri, namun kemampuan ini bukan tidak terbatas. Karena diperlukan untuk hidup dan dimanfaatkan sebagai modal pembangunan, maka keberadaan keanekaragaman hayati amat tergantung pada perlakuan manusia. Pemanfaatan keanekaragaman hayati secara langsung bukan tidak mengandung resiko. Dalam hal ini, kepentingan berbegai sektor dalam pemerintahan, masyarakat dan swasta tidak selalu seiring. Banyak unsur yang mempengaruhi masa depan keanekaragaman hayati Indonesia, seperti juga tantangan yang harus dihadapi dalam proses pembangunan nasional secara keseluruhan, khususnya jumlah penduduk yang besar dan menuntut tersedianya berbagai kebutuhan dasar. Peningkatan kebutuhan dasar tersebut antara lain menyebabkan sebagian areal hutan alam berubah fungsi dan menyempit, dengan ratarata pengurangan 15.000-20.000 hektar per tahun (Soeriaatmadja, 1991). Kawasan di luar hutan yang mendukung kehidupan keanekaragaman hayati seperti daerah persawahan dan kebun-kebun rakyat berubah peruntukan dan cenderung menjadi miskin keanekaragaman hayatinya. Mengingat perusakan habitat dan eksploitasi berlebihan, tidak mengherankan jika Indonesia memiliki daftar spesies terancam punah terpanjang di dunia, yang mencakup 126 jenis burung, 63 jenis mamalia dan 21 jenis reptil, 38 BIODIVERSITAS Vol. 1, No. 1, Januari 2000, hal. 3640 lebih tinggi dibandingkan Brasil dimana burung, mamalia dan reptil yang terancam punah masing-masing 121, 38 dan 12 jenis. Sejumlah spesies dipastikan telah punah pada tahun-tahun terakhir ini, termasuk trulek jawa/trulek ekor putih (Vanellus macropterus) dan sejenis burung pemakan serangga (Eutrichomyias rowleyi) di Sulawesi Utara, serta sub spesies harimau (Panthera tigris) di Jawa dan Bali. Populasi spesies yang saat ini sangat rentan terhadap ancaman penjarahan dan lenyapnya habitat cukup banyak, seperti penyu laut, burung maleo, kakak tua dan cendrawasih. Seiring dengan berubahnya fungsi areal hutan, sawah dan kebun rakyat, menjadi area permukiman, perkantoran, industri, jalan dan lain-lain, maka menyusut pula keanekaragaman hayati pada tingkat jenis, baik tumbuhan, hewan maupun mikrobia. Pada gilirannya jenis-jenis tersebut menjadi langka, misalnya jenis-jenis yang semula banyak terdapat di Pulau Jawa, seperti namnam, mundu, kepel, badak Jawa dan macan Jawa sekarang mulai jarang dijumpai (Anonim, 1995). Penyusutan keanekaragaman jenis terjadi baik pada populasi alami, maupun budidaya. Berkurangnya keanekeragaman hayati populasi budidaya tercatat dengan jelas. Pemakaian bibit unggul secara besar-besaran menyebabkan terdesak dan menghilangnya bibit tradisional yang secara turun-temurun dikembangkan oleh petani (Swaminathan, 1983). Pemanfaatan lahan untuk kepentingan berbagai sektor lain, tidak selalu memperhitungkan akibat yang terjadi pada lingkungan hidup. Memang harus diakui pelestarian keanekaragaman hayati



memberikan keuntungan yang bersifat tidak langsung, sehingga manfaatnya sukar untuk segera dirasakan, seperti manfaat tumbuhan untuk pengatur air, penutup tanah, penjaga udara sehat dan lain-lain. 6 Indonesia menganut asas pemanfaatan kekayaan alam yang berupa keanekaragaman hayati secara lestari, seperti disebutkan dalan UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Pada pasal 2 dinyatakan bahwa: konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya berasaskan pelestarian kemampuan dan pemanfaatan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya secara serasi dan seimbang. Namun pada kenyataannya, perubahan ekosistem alami terus berlangsung, hingga melebihi batas kemampuan untuk memulihkan diri. Gejala penyusutan kekayaan alam ini semakin terasa pada beberapa dekade terakhir. Pemanfaatan ekosistem alami dengan mengubah habitat berlangsung sangat cepat, sehingga terjadi pelangkaan banyak jenis tumbuhan dan hewan, baik yang hidup di hutan, sungai, danau, pantai dan lain-lain. Banyak di antara jenis-jenis tersebut belum diketahui kemanfaatnya, sehingga dikhawatirkan akan musnah tanpa sempat diketahui peranannya dan tanpa dokumentasi tertulis mengenai keberadaanya. Akibatnya, Indonesia sering kali menjadi sasaran kecaman, sebagai negara yang telah mengabaikan keanekaragaman hayati, baik dalam tingkat ekosistem, jenis maupun genetik. Di Indonesia peraturan perundangundangan yang berkaitan dengan pelestarian keanekaragaman hayati telah mencukupi, namun implementasinya masih lemah dan kurang efektif. Sementara itu terdapat pula peraturan-peraturan yang dibuat pemerintah pusat atau sektor tertentu yang tidak menampung kepentingan pemerintah daerah atau sektor lain. Di samping itu, konsep pelestarian yang ada sering tidak padu dengan pemanfaatannya. Penelitian mengenai keanekaragaman hayati telah banyak dilakukan oleh lembaga penelitian dan perguruan tinggi di Indonesia, meskipun hasilnya terserak di berbagai tempat dan pada umumnya tidak ditujukan untuk pemanfaatan atau pelestarian, serta tidak mencakup aspek-aspek sosial budaya. Oleh karenanya penggalian, pemanfaatan, pemaduan data dan informasi mengenai keanekaragaman hayati masih perlu dibudayakan. STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN Untuk mengelola keanekaragaman hayati Indonesia memerlukan strategi nasional sebagai alat bantu agar semua pihak dalam melaksanakan tugasnya mengupayakan pelestarian pemanfaatan keanekaragaman hayati, sehingga pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dapat dilaksanakan. Dalam strategi nasional ini asas yang dianut adalah pemanfaatan ilmu dan teknologi, diversifikasi pemanfaatan dan keterpaduan ASTIRIN - Permasalahan Kehati di Indonesia 39 Tabel 1. Luasan kawasan konservasi di Indonesia. Kategori Diresmikan Usulan Luas (ha) Jumlah lokasi Luas (ha) Jumlah lokasi Cagar alam (daratan dan lautan) 6.365.935 185 5.908.238 150 Suaka margasatwa (daratan dan lautan) 3.670.658 49 7.795.396 96 Taman nasional (daratan dan lautan) 7.936.255 31 1.219.100 7 Taman wisata (daratan dan lautan) 649.476 79 312.944 41 Taman hutan raya 253.307 7 48.300 4 Taman buru 234.599 14 418.750 10 Hutan lindung 30.000.000 semua propinsi Total 49.110.230 368 15.702.728 308 pengelolaan. Prioritas pendekatannya adalah untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia, memberikan sumber pendapatan dan mengembangkan lingkungan hidup yang sehat. Pemerintah telah berupaya agar laju penyusutan keanekaragaman hayati dapat dikurangi



dengan menyisihkan areal hutan alami untuk kawasan pelestarian. Di dalam areal tersebut keanekaragaman hayati diharapkan dapat dipertahankan secara in situ (habitat asli).



7 Menurut data tahun 1987, kawasan yang dilindungi untuk melestarikan keanekaragaman hayati secara in situ sebanyak 347 lokasi, terdiri dari 184 cagar alam seluas 7.111.880 ha, 69 suaka marga satwa seluas 5.009.970 ha, 68 hutan wisata seluas 4.665.320. Data terakhir menunjukkan bahwa jumlah kawasan konservasi in situ meningkat menjadi 475 lokasi seluas 22,6 juta hektar atau 11,78% dari luas dataran Indonesia (Anonim, 1996). Hail ini mengisyaratkan kemauan baik pemerintah Indonesia untuk mempertahankan keanekaragaman hayati. Menurut Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam (kini: Direktorat Jenderal Perlindungan dan Konservasi Alam), Departemen Kehutanan tahun 1995, kawasan lindung yang sudah diresmikan dan sedang disusulkan. Pelestarian secara in situ nerupakan cara yang ideal, namun pada kenyataanya perlu dilengkapi dengan pelestarian secara ex situ. Di Indonesia kebun raya, kebun binatang, kebun koleksi dan sebagainya telah berkembang sejak lama. Sayangnya, lahan tempat pelestarian ex situ itu sering tergusur untuk peruntukan lain. Oleh karenanya, pelestarian ex situ perlu dimantapkan dan perpaduan pemanfaatannya dengan keperluan lain perlu diwujudkan. Di tingkat internasional, perkembangan bioteknologi untuk pemanfaatan keanekaragaman hayati berlangsung sangat cepat, terutama di bidang farmasi. Rekayasa tingkat molekul dalam inti sel membangkitkan harapan diproduksinya senyawa bervolume kecil tetapi bernilai ekonomi tinggi. Di bidang pertanian, bioteknologi telah diterapkan dalam perbanyakan tanaman, yang menghasilkan bibit seragam dalam jumlah besar dan dalam waktu singkat. Bioteknologi juga memberikan harapan pemuliaan varietas tanaman pangan utama, seperti padi, jagung, ubi kayu dan lainlain. Kegiatan pemuliaan mencakup pula pelestarian ex situ yakni bahan mentah dari alam yang digunakan untuk perakitan varietas unggul. Bahan mentah ini dikenal sebagai plasma nutfah. Tanggung jawab pengelolaan keanekaragaman hayati tidak hanya terletak di tangan pemerintah, tetapi juga semua pihak. Pada saat ini banyak pihak yang terkait dengan penanganan pelestarian dan pemanfaatan keanekaragaman hayati. Untuk itu perlu disepakati pembagian kerja antar semua unsur, sehingga pemborosan energi dan waktu dapat dihindari. Pemerintah berkewajiban mengembangkan peraturan perundang-undangan yang mengatur pemanfaatan dan pelestarian keanekaragaman hayati serta melaksanakan bagian yang menjadi kepentingan nasional/umum. Pihak swasta tidak hanya berkepentingan untuk memanfaatkannya, tetapi juga berkewajiban untuk memelihara serta menyeimbangkan kepentingan dan kewajiban. 40 BIODIVERSITAS Vol. 1, No. 1, Januari 2000, hal. 36-40 Ilmuwan dan akademisi berkepentingan untuk mengungkapkan keanekaragaman hayati, yang pada gilirannya akan menjadi dasar pemanfaatan dan pelestariannya, mengingat pelestarian dan pemanfaatan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan memerlukan data dasar yang dapat dipercaya kebenarannya. Data ini sering belum tersedia, sehingga penelitian keanekaragaman hayati perlu diarahkan untuk pengumpulan data dasar tersebut. Di samping itu, agar keanekaragaman hayati dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan manusia



Indonesia, inovasi teknologi perlu didorong dan ditingkatkan. Lembaga Swadaya Masyarakat yang umumnya mempunyai kemampuan melihat kelemahan-kelemahan dalam sistem pelaksanaan pembangunan dapat menjadi mitra pemerintah dalam mengisi relung-relung yang tidak terjangkau pemerintah. 8 Masyarakat yang langsung memanfaatkan keanekaragaman hayati perlu menyadari kewajiban untuk ikut melestarikan. Banyak masyarakat tradisional yang memiliki kearifan pelestarian lingkungan beserta keanekaragaman hayatinya. Kearifan yang berkaitan dengan aspek sosial budaya setempat ini perlu direkam dan dikembangkan sehingga tidak hilang tertelan zaman. Setiap sektor dalam pemerintahan perlu memiliki strategi untuk memanfaatkan dan melestarikan keanekaragaman hayati yang menjadi tanggung jawabnya. Diperlukan pula komitmen bersama untuk saling memadukan kepentingan sehingga tumpang tindih minat dan tanggung jawab dapat dihindari. Dalam pembangunan nasional pengawasan melekat merupakan tekat pemerintah. Dalam pemanfaatan dan pelestarian keanekaragaman hayati pemantauan dan pengawasan semua kegiatan perlu ditingkatkan. Pada tahun 1989 dengan surat keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No: 60/MNKLH/12/1989 dibentuk suatu kelompok kerja di Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup yang khusus menangani masalah keanekaragaman hayati yaitu kelompok kerja pemanfaatan dan konservasi keanekaragaman hayati. Kelompok kerja ini mempunyai tugas dan fungsi menyusun kebijaksanaan pengelolaan keanekaragaman hayati di Indonesia. 2.4 Keterkaitan Antara Taksonomi dan Nomenclature Klasifikas iadalah suatu cara pengelompokan yang didasarkan pada ciri-ciri tertentu. Semua ahli biologi menggunakan suatu sistem klasifikasi untuk mengelompokkan tumbuhan ataupun hewan yang memiliki persamaan struktur. Kemudian setiap kelompok tumbuhan ataupu hewan tersebut dipasang-pasangkan dengan kelompok tumbuhan atau hewan lainnya yang memiliki persamaan dalam kategori lain. Hal itu pertama kali diusulkan oleh John Ray yang berasal dari Inggris. Namun ide itu disempurnakan oleh Carl Von Linne (1707-1778), seorang ahli botani berkebangsaan Swedia yang dikenal pada masa sekarng dengan Carolus Linnaeus. Sistem klasifikasi Linnaeus tetap digunakan sampai sekarang karena sifatnya yang sederhana dan fleksibel sehingga suatu organism baru tetap dapat dimasukkan dalam sistem klasifikasi dengan mudah. Nama-nama yang digunakan dalam sistem klasifikasi Linnaeus ditulis dalam bahasa Latin karena pada zaman Linnaeus bahasa Latin adalah bahasa yang dipakai untuk pendidikan resmi. Adapun tujuan Klasifikasi makhluk hidup adalah : 1. Mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan persamaan ciri-ciri yang dimiliki 2. Mengetahui ciri-ciri suatu jenis makhluk hidup untuk membedakannya dengan makhluk hidup dari jenis lain 3. Mengetahui hubungan kekerabatan makhluk hidup 4. Emberi nama makhluk hidup yang belum diketahui namanya atau belum memiliki nama. Selain memiliki tujuan, klasifikasi memiliki manfaat bagi manusia, antara lain : 1. Klasifikasi memudahkan kita dalam mmpelajari makhluk hidup yang sangat beraneka ragam



2. Klasifikasi membuat kita mengetahui hubungan kekerabatan antarjenis makhluk hidup 3. Klasifikasi memudahkan komunikasi.



9 Banyak makhluk hidup mempunyai nama local. Nama ini bisa berbeda antara satu daerah dan daerah lainnya. Untuk memudahkan komunikasi, makhluk hidup harus diberikan nama yang unik dan dikenal di seluruh dunia. Berdasarkan kesepakatan internasional, digunakanlah metode binomial nomenclature. Metode binominal nomenclature (tata nama ganda), merupakan metode yang sangat penting dalam pemberian nama dan klasifikasi makhluk hidup. Disebut tata nama ganda karena pemberian nama jenis makhluk hidup selalu menggunakan dua kata (nama genus dan species). Aturan pemberian nama adalah sebagai berikut : 1. Nama species terdiri atas dua kata, kata pertama merupakan nama genus, sedangkan kata kedua merupakan penunjuk jenis (epitheton specificum) 2. Huruf pertama nama genus ditulis huruf capital, sedangkan huruf pertama penunjuk jenis digunakan huruf kecil 3. Nama species menggunakan bahasa latin atau yang dilatinkan 4. Nama species harus ditulis berbeda dengan huruf-huruf lainnya (bisa miring, garis bawah, atau lainnya) 5. Jika nama species tumbuhan terdiri atas lebih dari dua kata, kata kedua dan berikutnya harus digabung atau diberi tanda penghubung. 6. Jika nama species hewan terdiri atas tiga kata, nama tersebut bukan nama species, melainkan nama subspecies (anak jenis), yaitu nama takson di bawah species 7. Nama species juga mencantumkan inisial pemberi nama tersebut, misalnya jagung (Zea Mays L.). huruf L tersebut merupakan inisial Linnaeus.



10



Bab III PENUTUP KESIMPULAN  Alam Indonesia sangat kaya akan keberagaman flora dan fauna, keberagaman tersebut dikenal dengan keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup yang menunjukakan keseluruhan variasi gen, spesies, dan ekosisitem di suatu daerah. Penyebebab keanekaragaman hayati ada 2 faktor, yaitu faktor genetik dan faktor luar. Faktor genetik relatif konstan / stabilpengaruhnya terhadap morfologi (fenotip) organisme. Sebaliknya faktor luar relatif labil pengaruhnya terhadap morfologi (fenotip).             Keanekragaman hayati mencakup tiga tingkatan pengertian yang berbeda, yaitu keanekaragaman gen, jenis, dan ekosistem. Dan tidak ada makhluk hidup yang bisa hiup sendiri, terpisah dan terasing dari makhluk hidup lain. Manusia, hewan, dan tumbuhan adalah makhluk hidup, mereka butuh makanan dan tempat hidup yang nyaman untuk hidup. Dengan demikian terjadi hubungan saling ketergantungan antar makhluk hidup dan juga antar makhluk hidup dengan lingkungannya. Hubungan saling mempengaruhi yang terjadi antar makhluk hidup dengan lingkungan untuk membentuk  suatu sistem yang disebut ekosistem. Ekosistem terbentuk dari komponen hidup (biotik), dan komponen tidak hidup (abiotik). Kedua komponen ini sangat mempengaruhi distribusi persebaran organisme pada tempat yang berbeda-beda.



DAFTAR PUSTAKA https://ruangguru.co/taksomomi-dan-tingkatannya/#Prinsip_Taksonomi



https://biodiversitas.mipa.uns.ac.id/D/D0101/D010107.pdf https://dauzbiotekhno.blogspot.com/2012/06/klasifikasi-dan-nomenklatur.html https://brainly.co.id/tugas/3469825



https://www.kanal.web.id/pengertian-keanekaragaman-hayati-biodiversitas 11