Makalah Biokimia (Obesitas) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH BIOKIMIA “OBESITAS”



DISUSUN OLEH : Kelompok 3 1. AMELIYAH (1118003) 2. ILHAM FAUZI (1118021) 3. RINI TRI IKTAVIANI (1118041)



DOSEN PEMBIMBING : EVIKA RAHARDINI, S.Farm., Apt



AKADEMI FARMASI AL-ISHLAH CILEGON Jl. Al-Ishlah No. 02 Jombang Wetan, Cilegon – Banten 2019



KATA PENGANTAR



Assalamualaikum. Wr. Wb. Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah kami yang membahas tentang “Obesitas”. Untuk kedua kalinya sholawat serta salam



kami haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah



membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang-benderang. Tak lupa pula kami panjatkan terima kasih kepada Ibu Dosen yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini. Dimana makalah ini kami mengelupas sekelumit tentang Obesitas. Semoga makalah ini bermanfaat bagi teman-teman atau bagi pembacanya. Tiada gading yang tak retak, demikian pula dengan penyusunan makalah ini yang masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak maupun bagi pembaca makalah ini. Terima kasih. Wassalamualaikum. Wr. Wb.



Cilegon, Desember 2019



Penyusun



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ...................................................................................................................i DAFTAR ISI .................................................................................................................................................ii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ........................................................................................................ 1 1.2 RUMUSAN MASALAH ................................................................................................................. 1 1.3 MANFAAT ...................................................................................................................... 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENGERTIAN ................................................................................................................ 2 2.2 EPIDEMIOLOGI ............................................................................................................. 3 2.3 PENYEBAB .................................................................................................................... 3 2.4 GEJALA.......................................................................................................................... 5 2.5 JENIS ............................................................................................................................. 6 2.6 DIAGNOSA .................................................................................................................... 7 2.7 DAMPAK ........................................................................................................................ 8 2.8 TERAPI .......................................................................................................................... 9 BAB IV PENUTUP 3.1 KESIMPULAN .............................................................................................................. 12 3.2 SARAN ......................................................................................................................... 12 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 13



ii



BAB I PENDAHULUAN



1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini masalah kegemukan atau obesitas merupakan masalah global yang melanda masyarakat dunia baik di negara maju maupun negara berkembang, termasuk Indonesia. Perubahan gaya hidup termasuk kecenderungan mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak tinggi yang merupakan faktor yang mendukung terjadinya kelebihan berat badan atau obesitas. Berbagai upaya untuk menurunkan berat badan telah banyak dilakukan. Upaya tersebut diantaranya dengan mengatur pola makan, merubah gaya hidup, pemberian obat dan pembedahan untuk mengurangi lemak.



1.2 RUMUSAN MASALAH 1) Apa pengertian dari obesitas? 2) Apa epidemiologi dari obesitas? 3) Apa penyebab timbulnya obesitas? 4) Apa gejala-gejala dari obesitas? 5) Apa saja jenis-jenis obesitas? 6) Bagaimana diagnosa dari penyakit obesitas? 7) Apa dampak dari penyakit obesitas? 8) Bagaimana terapi dari penyakit obesitas?



1.3 MANFAAT 1. Untuk mengetahui pengertian dari obesitas. 2. Untuk mengetahui epidemiologi dari obesitas. 3. Untuk mengetahui penyebab timbulnya obesitas. 4. Untuk mengetahuigejala-gejala dari obesitas. 5. Untuk mengetahui jenis-jenis penyakit obesitas. 6. Untuk mengetahui bagaimana diagnosa dari penyakit obesitas. 7. Untuk mengetahui dampak dari penyakit obesitas. 8. Untuk mengetahui terapi dari penyakit obesitas. 1



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1 PENGERTIAN OBESITAS



Obesitas didefinisikan sebagai kandungan lemak berlebih pada jaringan adiposa. Secara fisiologis, obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringan adiposa sehingga dapat menggangu kesehatan (Sugondo, 2009). Obesitas terjadi jika dalam suatu periode waktu, lebih banyak kilokalori yang masuk melalui makanan daripada yang digunakan untuk menunjang kebutuhan energi tubuh. Dengan kelebihan energi tersebut disimpan sebagai trigliserida di jaringan lemak (Sherwood, 2012). Obesitas merupakan keadaan patologis dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan daripada yang diperlukan untuk fungsi tubuh (Mayer, 1973 dalam Pudjiadi, 1990). Obesitas dari segi kesehatan merupakan salah satu penyakit salah gizi, sebagai akibat konsumsi makanan yang jauh melebihi kebutuhannya. Perbandingan normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah sekitar 12-35% pada wanita dan 18-23% pada pria. Obesitas merupakan salah satu faktor risiko penyebab terjadinya penyakit degeneratif seperti Diabetes Mellitus (DM), Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan Hipertensi (Laurentia, 2004). Obesitas umumnya menyebabkan akumulasi lemak pada daerah subkutan dan jaringan lainnya. Salah satu cara yang digunakan untuk mengukur lemak subkutan di lengan atas yaitu dengan mengukur tebal lipatan kulit trisep. Pada anak dan remaja pada usia dan jenis kelamin sama dikatakan obesitas apabila tebal lipatan kulit trisep berada di atas persentil ke-85. Lalu apabila tebal lipatan kulit trisep menunjukkan di atas persentil ke-95 anak atau remaja tersebut dikatakan super-obesitas (Soetjiningsih, 2004). Masalah kesehatan yang signifikan berhubungan dengan obesitas seperti Penjakit Jantung Koroner (PJK), Diabetes Mellitus Tipe 2 dan Hipertensi biasanya ditemukan saat usia dewasa. Namun masalah kesehatan yang berhubungan dengan komplikasi ini pernah terjadi pada anak-anak. Sekitar 40% anak yang obesitas dan sekitar 80% remaja yang obesitas akan menjadi obesitas pada usia dewasa. Penambahan berat badan biasanya dimulai pada usia 5-7 tahun, selama pubertas atau saat usia remaja awal (Wardlaw&Hampl, 2007). Pada masa anak-anak, total lemak tubuh meningkat minimal 16% pada perempuan dan 13% pada laki-laki. Total lemak tubuh akan meningkat untuk persiapan masa growt spurt saat remaja. Peningkatan total lemak tubuh dan pubertas terjadi lebih dulu pada perempuan dibandingkan laki-laki (19 % pada perempuan dan 14% pada laki-laki) sedangkan saat 2



memasuki usia remaja awal laki-laki memiliki massa otot yang lebih tinggi dibandingkan perempuan (Brown et al, 2005 ). Status gizi lebih yang terjadi pada anak usia 7-9 tahun akan terus berlanjut sampai menjadi dewasa, serta akan memberikan dampak timbulnya penyakit degeneratif seperti kardiovaskuler, aterosklerosis, hipertensi dan lain-lain (Wahlqvist, 1994, Serdula 1995). Penelitian terhadap 120 orang dewasa yang mengalami kegemukan ditemukan bahwa 80% dari mereka pada masa anak-anak juga mengalami kegemukan (Brown et al, 2005).



2.2 EPIDEMIOLOGI OBESITAS Prevalensi obesitas populasi dewasa di seluruh dunia pada tahun 2005 mencapai 400 juta jiwa (WHO, 2011). Prevalensi penduduk laki-laki dewasa obesitas pada tahun 2013 sebanyak 19,7%, lebih tinggi dari tahun 2007 (13,9%) dan tahun 2010 (7,8%). Pada tahun 2013, prevalensi obesitas perempuan dewasa (>18 tahun) 32,9%, naik 18,1% dari tahun 2007 (13,9%) dan 17,5 % dari tahun 2010 (15,5%) (Riskesdas, 2013). Prevalensi nasional obesitas tipe pear shaped (usia >15 tahun) di Indonesia sebesar 19,1% (8,8% overweight dan 10,3% obesitas) dan prevalensi obesitas tipe apple shaped sebesar 26,6%, lebih tinggi dari prevalensi pada tahun 2007 (18,8%). Kelompok dengan karakteristik obesitas tipe apple shaped tertinggi di Indonesia berada dalam rentang umur 40-54 tahun sebanyak 27,4% (Riskesdas, 2013). Menurut penelitian yang dilakukan Moehji (2003) tiga jenis pekerjaan yang memiliki prevalensi obesitas tertinggi yaitu Pegawai Negeri Sipil (PNS), yang menempati urutan pertama karakteristik penderita obesitas dengan prevalensi sebesar 27,3%, ABRI 26,4% dan wiraswasta sebesar 26,5%. Menurut Arambepola (2007) dalam penelitiannya menemukan bahwa obesitas abdominal 33% lebih banyak pada laki-laki yang memiliki pekerjaan sedentarian (profesional, manager, tata usaha) dan hanya 6% pada mereka yang memiliki pekerjaan aktif yang tinggi (petani, nelayan, tukang kayu) (Riskesdas, 2013).



2.3 PENYBAB OBESITAS Obesitas berhubungan dengan pola makan, terutama bila makan makanan yang mengandung tinggi kalori, tinggi garam dan rendah serat. Selain itu terdapat faktor lain yang mempengaruhi seperti faktor demografi, faktor sosiokultur, faktor biologi dan faktor perilaku (Suastika, 2002).



3



Obesitas juga dapat disebabkan oleh faktor genetik atau keturunan. Menurut Dietz dalam Penuntun Diet Anak (2003), kemungkinan seorang anak berisiko menderita obesitas sebesar 80% jika kedua orang tuanya mengalami obesitas. Sedangkan seorang anak akan berisiko menderita obesitas sebesar 40% jika salah satu orang tuanya mengalami obesitas. Ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran energi mengakibatkan pertambahan berat badan. Obesitas yang muncul pada usia remaja cenderung berlanjut hingga ke dewasa, dan lansia. Sementara obesitas itu merupakan salah satu faktor risiko penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular, diabetes melitus, artritis, penyakit kantong empedu, beberapa jenis kanker, gangguan fungsi pernapasan, dan berbagai gangguan kulit (Arisman, 2004). Obesitas terjadi jika dalam satu periode waktu, lebih banyak kilokalori yang masuk melalui makanan daripada yang digunakan untukmenunjang kebutuhan energi tubuh, dengan kelebihan energi tersebut disimpan sebagai trigliserida di jaringan lemak. Obesitas dapat disebabkan oleh peningkatan masukan energi, penurunan pengeluaran energi, atau kombinasi keduanya. Obesitas disebabkan oleh banyak faktor, antara lain faktor genetik, lingkungan psikis, kesehatan, obat-obatan, perkembangan, dan aktivitas fisik (Sherwood, 2012). a. Faktor Genetik Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab genetik. Selain faktor genetik pada keluarga, gaya hidup dan kebiasaan mengkonsumsi makanan tertentu dapat menyebabkan obesitas. Penelitian menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik memeberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan seseorang. b. Faktor Lingkungan Lingkungan termasuk perilaku atau gaya hidup juga memegang peranan yang cukup berarti terhadap obesitas. c. Faktor Psikis Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan. Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif. Ada dua pola makan abnormal yang dapat menjadi penyebab obesitas, yaitu makan dalam jumlah sangat banyak dan makan di malam hari. Faktor Kesehatan Terdapat beberapa kelainan kongenital dan kelainan neuroendokrin yang dapat menyebabkan obesitas, diantaranya adalah down syndrome, cushing syndrome, kelainan hipotalamus, hipotiroid, dan polycystic ovary syndrome (Shils, 2006). d. Faktor Obat-obatan Obat-obatan merupakan sumber penyebab signifikan dari terjadinya overweight atau obesitas. Obat-obat tersebut diantaranya adalah golongan steroid, antidiabetik, 4



antihistamin, antihipertensi. Penggunaan obat antidiabetes (insulin, sulfonylurea, thiazolidinepines), glukokortikoid, agen psikotropik, antidepresan dapat menimbulan penambahan berat badan (Shils, 2006). e. Faktor Perkembangan Penambahan ukuran, jumlah sel-sel lemak, atau keduanya, terutama yang terjadi pada penderita di masa kanak-kanaknya dapat memiliki sel lemak sampai lima kali lebih banyak dibandingkan orang yang berat badannya normal. f.



Aktivitas Fisik Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab utama dari meningkatnya obesitas. Orang yang tidak aktif memerlukan lebih sedikit kalori. Seseorang yang cenderung mengonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang akan mengalami obesitas.



2.4 GEJALA PENYAKIT OBESITAS Obesitas dapat terjadi pada usia berapa saja, tetapi yang tersering pada tahun pertama kehidupan, usia 5-6 tahun dan pada masa remaja. Anak yang obesitas tidak hanya lebih berat dari anak seeusianya, tetapi juga lebih cepat matang pertumbuhan tulangnya. Anak yang obesitas relatif lebih tinggi pada masa remaja awal, tetapi pertumbuhan memanjangnya selesai lebih cepat, sehingga hasi akhirnya mempunyai tinggi badan relatif lebih pendek dari anak seusianya (Soetjiningsih, 1995). Bentuk muka anak yang obesitas tidak proporsional, hidung dan mulut rekatif kecil, dagu ganda. Terdapat timbunan lemak pada daerah payudara, dimana pada anak laki-laki sering merasa malu karena payudaranya seolah-olah tumbuh. Perut menggantung dan sering disertai strie. Alat kelamin pada anak laki-laki seolah kecil karena adanya timbunan lemakk pada daerah pangkal paha. Paha dan lengan atas besar, jari-jari tangan relatif kecil dan runcing. Sering terjadi gangguan psikologis, baik seperti penyebab ataupun sebagai akibat dari obesitasnya (Soetjiningsih, 1995). Secara klinis obesitas dapat dikenali dengan mudah karena mempunyai tanda dan gejala yang khas, antara lain (Juanita, 2008) :  Wajah membulat  Pipi tembam  Dagu rangkap  Leher relatif pendek 5



 Dada yang menggembung dengan payudara yang membesar mengandung jaringan lemak  Perut membucit dan dinding perut berlipat-lipat serta kedua tungkai umumnya berbentuk X dengan kedua pangkal paha bagian dalam saling menempel



2.5 JENIS OBESITAS Menurut Soetjiningsih (1995) obesiatas dibagi berdasarkan gejala klinisnya, yaitu : 1. Obesitas sederhana (simple obesity) Terdapat



gejala



hanya



kegemukan



saja



tanpa



disertai



dengan



kelainan



hormonal/mental/fisik lainnya. Obesitas seperti ini disebabkan karena faktor nutrisi. 2.Bentuk khusus obesitas a. Kelainan endokrin/hormonal (Sindrom Chusing) : Obesitas ini terjadi pada anak yang sensitif terhadap pengobatan dengan hormon steroid b. Kelainan somatodismorfik (Sindrom Prader-Willi) : Obesits dengan kelainan ini hampir selalu disertai mental retardasi dan kelainan ortopedi. c. Kelainan Hipotalamus : kelainan pada hipotalamus yang mempengaruhi nafsu makan dan berakibat terjadinya obesitas, sebagai akibat dari kraniofaringioma,



lekemia



serebral, trauma kepala dan lain-lain. Menurut Sugondo (2009) klasifikasi obesitas juga dapat dibedakan berdasarkan distribusi jaringan lemak, yaitu :  Apple-shapped body (distribusi jaringan lemak lebih banyak dibagian dada dan pinggang) Obesitas tipe ini merupakan obesitas dengan distribusi jaringan lemak lebih banyak dibagian atas yaitu pinggang dan rongga perut, sehingga tubuh cenderung menyerupai buah apel. Obesitas tubuh bagian ats merupakan dominasi penimbunan lemak tubuh di trunkal. Obesitas tubuh bagian atas lebih banyak didapatkan pada pria, oleh karena itu tipe obesitas ini disebut juga adroid obesity. Tipe obesitas ini berhubungan lebih kuat dengan diabetes, hipertensi, dan penyakit kardiovaskuler daripada obesitas tubuh bagian bawah.  Pear-shapped body (distribusi jaringan lemak panggul dan paha) Pada tipe ini distribusi jaringan lemak lebih banyak dibagian panggul dan paha, sehingga tubuh menyerupai buah pir. Obesitas tubuh bagian bawah merupakan suatu keadaan tinggiya akumulasi lemak tubuh pada regio 6



gluteofemoral. Tipe ini lebih banyak terjadi pada wanita sehingga sering disebut gynoid obesity.



2.6 DIAGNOSA PENYAKIT OBESITAS Untuk mendiagnosis obesitas harus ditemukan gejala klinis obesitas serta pemeriksaan antropometri yang jauh diatas normal. Pemeriksaan antropometri yang sering digunakan adalah berat badan terhadap tinggi badan, berat badan terhadap umur dan tebalnya lipatan kulit. Pengukuran lipatan kulit digunakan untuk memperkirakan jumlah lemak subkutan dan total lemak dalam tubuh (Durnin & Rahaman, 1967). Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah indeks sederhana dari berat badan terhadap tinggi badan yang digunakan untuk mengklasifikasikan kelebihan berat badan dan obesitas pada orang dewasa. IMT didefinisikan sebagai berat badan seseorang dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m2). Berikut adalah tabel klasifikasi indeks masa tubuh menurut WHO.



7



Tabel klasifikasi WHO KLASIFIKASI



IMT



Berat badan kurang (underweight)



30



Secara klinis obesitas dapat dikenali dengan mudah karena mempunyai tanda dan gejala yang khas, antara lain (Juanita, 2008) :  Wajah membulat  Pipi tembam  Dagu rangkap  Leher relatif pendek  Dada yang menggembung dengan payudara yang membesar mengandung jaringan lemak  Perut membucit dan dinding perut berlipat-lipat serta kedua tungkai umumnya berbentuk X dengan kedua pangkal paha bagian dalam saling menempel



2.7 DAMPAK PENYAKIT OBESITAS Dampak bagi anak yang mengalami obesitas dapat terjadi dalam jangka pendek maupun jangka panjang (Juanita, 2008), misalnya: 



Gangguan psikososial, rasa rendah diri, depresif dan menarik diri dari lingkungan. Hal ini karena anak obese sering menjadi bahan olok-olokan teman main dan teman sekolah. Dapat pula karena ketidakmampuan untuk melaksanakan suatu tugas/kegiatan terutama olahraga akibat adanya hambatan pergerakan oleh kegemukannya.







Pertumbuhan fisik/linier yang lebih cepat dan usia tulang yang lebih lanjut dibanding usia biologinya.







Masalah ortopedi akibat beban tubuh yang terlalu berat: slipped capital femoral epiphysis.



8







Gangguan pernapasan: infeksi saluran napas, tidur ngorok, sering mengantuk siang hari.







Gangguan endokrin: menars lebih cepat terjadi.







Bila obesitas berlanjut dapat mengakibatkan:  Hipertensi pada masa adolesensi  Hiperlipidemia, ateosklerosis, penyakit jantung koroner, dan hipertensi maligna pada dewasa  Diabetes  Maturitas seksual lebih awal, menstruasi sering tidak teratur (Soetjiningsih, 1995).



2.8 TERAPI PENYAKIT OBESITAS  TERAPI NON FARMAKOLOGI 1. Merubah gaya hidup Diawali dengan merubah kebiasaan makan. Mengendalikan kebiasaan ngemil dan makan bukan karena lapar tetapi karena ingin menikmati makanan dan meningkatkan aktivitas fisik pada kegiatan sehari-hari. 2. Motivasi Memotivasi penderita obesitas dewasa tentang perlunya pengurusan tubuh, sedangkan orang tua yang anaknya mengalami obesitas dimotivasi pentingnya memperlambat kenaikan berat badan sang anak. 3. Terapi Diet Memberikan diet rendah kalori yang seimbang untuk menghambat kenaikan berat badan.



Kemudian



membimbing



pengaturan



makanan



yang



sesuai



untuk



mempertahankan gizi yang ideal sesuai dengan pertumbuhan, juga perlu ditambahkan vitamin dan mineral. 4. Aktivitas Fisik Menganjurkan untuk beraktivitas lebih banyak atau berolahraga yang teratur sehingga banyak energi yang digunakan (Sugondo, 2008).



 TERAPI FARMAKOLOGI 9



1.



Lipase inhibitor Lipase inhibitor (Orlistat) bekerja dengan menghambat penyerapan lemak, mengubah metabolisme lemak badan dengan cara menghalangi kerja enzim lipase lipoprotein yang bekerja memecah lemak, sehingga lemak dibuang keluar tubuh melalui feses. Lemak dapat diabsorpsi apabila telah diubah oleh lipase menjadi asam lemak dari makanan tidak dihidrolisis menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Oleh karena itu, sebagian lemak tidak diserap usus. Efek samping dalam penggunaan obat ini antara lain perut tidak nyaman, perut kembung, rektal tidak nyaman Dosis oral orlistat yang lazim diberikan 120 mg tiga kali sehari (Dipiro et al.,2015).



2.



Non adrenergic Agents Phentermine bekerja dengan meningkatkan pelepasan norepinephrine oleh hipotalamus, yang kemudian menurunkan nafsu makan, dan akhirnya menurunkan asupan makanan. Phentermine merupakan obat golongan stimulan dan sebagai terapi tunggal telah dilaporkan meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung. Sebagai catatan, dalam uji klinik, kombinasi phentermine dan topiramate justru menurunkan tekanan darah (Dipiro et al.,2015).



3.



Serotonergic Agent Sibutramin adalah golongan obat keras yang hanya dapat diperoleh dan hanya dapat digunakan berdasarkan resep dokter. Obat keras ini merupakan senyawa kimia yang bekerja dengan cara menghambat ambilan (reuptake) norepinefrin, serotonin, dan dopamin. Sibutramin menurunkan asupan makanan dengan cara



mempercepat



timbulnya



rasa



kenyang



dan



mempertahankan penurunan pengeluaran energi setelah penurunan berat badan. Dengan pengawasan dokter, sibutramin hidroklorida digunakan sebagai terapi tambahan dalam program penurunan berat badan pada nutritional obesity patients dengan indeks massa tubuh (Body Mass Index, BMI) lebih dari atau sama dengan 30 kg/m2, atau pada nutritional excess weight patients dengan indeks massa tubuh lebih dari atau sama dengan 27 kg/m2, yang memiliki faktor risiko yang terkait dengan obesitas seperti 10



diabetes tipe 2 atau dislipidemia. Obat ini hanya boleh digunakan pada pasien yang sebelumnya telah gagal dengan pemberian obat tunggal lain dan penggunaannya harus merupakan bagian dari pendekatan terintegrasi penurunan berat badan di bawah pengawasan dokter yang berpengalaman (Dipiro et al.,2015).



4.



Cannabinoid Receptor Agent Rimonabant bekerja dengan cara mengaktifkan reseptor kanabinoid. CB2, dimana reseptor CB1 sentral dan perifer ikut serta dalam berbagai aspek keseimbangan energi, regulasi intake makanan, metabolisme glukosa dan lipid serta komposisi tubuh. Sedang reseptor CB2 terekspresi terutama dalam sistem kekebalan dan sampai saat ini tidak diketahui peranannya dalam keseimbangan energi. Rimonabant (SR 141716A) pertama ditemukan tahun 1994 sebagai penghambat reseptor CB1 di otak, reseptor ini yang sekarang dikenal memiliki efek yang poten dalam hal makan, metabolisme nutrien dan komposisi tubuh. Endocrinology and Metabolic Drugs Advisory Comittee dari FDA pada bulan Juni 2007, menyatakan bahwa Rimnonabant tidak menunjukkan efek yang diinginkan sebagai sediaan untuk mengatasi kelebihan berat badan dan obesitas. Selain itu juga adanya bukti kuat peningkatan resiko efek samping neurologis seperti kejang, depresi, ansietas, agresiveness, dan kecenderungan bunuh diri pada pengguna rimonabant



(Dipiro



et



11



al.,2008).



BAB III PENUTUP



3.1



Kesimpulan Obesitas didefinisikan sebagai kandungan lemak berlebih pada jaringan adiposa. Secara fisiologis, obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringan adiposa sehingga dapat menggangu kesehatan. Faktor-faktor penyebab obesitas adalah faktor genetik, lingkungan, psikis, kesehatan, obat-obatan, perkembangan, dan aktivitas fisik. Obesitas dapat diatasi dengan terapi,



salah



satunya



adalah



terapi



non



farmakologi



yaitu



dengan



rajin



beraktivitas/berolahraga, diet rendah kalori, perbanyak makan sayur dan buah, dan mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat.



3.2



Saran Bagi penderita obesitas disarankan untuk mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat dengan cara mengatur pola makan, perbanyak makan sayur dan, buah, serta rajin berolahraga.



12



DAFTAR PUSTAKA



Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta : Balitbang Kemenkes RI. Arambepola, C. at al,. 2007. Gender Differential of Abdominal Obesity Among the Adults in the District of Colombo, Sri Langka. Preventive Medicine 44 : 129-134. Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC Halaman 180195. Brodbenner C,. B dalam Wardlaw & Hampl (2007). Perspective in Nutrition, Seventh Edition & Diet in Obesity. Therapeutic Nutrition and Dietetics. DiPiro, Cecily. V., et al. 2015. Pharmacotherapy Handbook, Ninth Edition. USA : McGrawHills Education eBook. IOTF, WHO. 2000. Klasifikasi Berat Badan Berdasarkan BMI pada Penduduk Asia Dewasa. Juanita. 2008. Obesitas Pada Anak. Gizi netg. Laurentia. 2004. Obesitas dan Penatalaksanaan Diet. Media Litbang Kesehatan Volume XIV Nomor 1. Jakarta. Moehji, Sjahmin. 2003. Ilmu Gizi Jilid 2 Cetakan I. Jakarta : PT. Bharatara Niaga Media. Sherwood, I. 2012. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta : EGC. Halaman 708-710. Shils, Maurice, E. 2006. Modern Nutrition in Health and Desease. 10th Edition. New York : Lippicontt Williams & Wilkins. Soetjiningsih. 1995. Obesitas Pada Anak. Tumbuh Kembang Anak. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta : CV. Sagung Seto. Suastika. 2002. Tanya Jawab Seputar Obesitas dan Diabetes. Denpasar : Udayana University Press. Sugondo, Sidratawan. 2008. Berbagai Penyakit dan Dampaknya Terhadap Kesehatan dan Ekonomi. Jakarta : Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi IX.



13