MAKALAH Body Mekanik Dan Posisi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH BODY MEKANIK DAN POSISI



Kelompok 3 : 1. 2. 3. 4. 5.



Yorika delviana Julyan lorensa Fasliana Inten juwita Ega monicha



1726030011 1726030013 1726030027 1726030017 1726030036



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU Tahun Ajaran 2017/2018



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR............................................................................................ i DAFTAR ISI.........................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah................................................................... 1 B. Rumusan Masalah........................................................................... 2 C. Tujuan Makalah................................................................................ 3 D. Manfaat........................................................................... …………….. 4 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian body mekanik................................................................. 5 B. Prinsip-prinsip Body Mekanik…………………………………………………………. 5 C. Faktor yang Mempengaruhi Body Mekanik dan Ambulasi……………….. 6 D. Akibat Body Mekanik yang Buruk……………………………………………………..7 E. Pengaturan Posisi…………………………………………………………………………….. 7 F. Memindahkan Dan Menata Posisi Klien…………………………………………….8 BAB III SIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan……………………………………………………………………………………… 9 B. Saran………………………………………………………………………………………………. 9 DAFTAR PUSTAKA



KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt. karena berkat rahmat dan hidayahNya penulis telah mampu menyelesaikan makalah berjudul “Body Mekanik dan Posisi”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keterampilan Dasar Kebidanan. Body Mekanik (mekanika tubuh) adalah suatu usaha mengoordinasikan system muskuloskeletal dan sistem saraf dalam mempertahankan kesimbangan, postur dan kesejajaran tubuh selama menangkat, membungkuk, bergerak dan melakukan aktivitas. Penggunaan mekanika tubuh yang tepat dapat mengurangi risiko cedera muskuloskeletal. Bidan atau Perawat menggunakan berbagai kelompok otot untuk setiap aktivitas keperawatan, seperti berjalan selama ronde keperawatan, memberikan obat, mengangkat dan memindahkan klien, dan meggerakan objek. Gaya fisik dari berat dan dapat mempengaruhi pergerakan tubuh mekanika tepat juga memfasilitasi pergerakan tubuh yang memungkinkan mobilisasi fisik tanpa terjadi ketegangan otot dan penggunaan energi otot yang berlebihan. Penulis menyadari bahwa selama penulisan makalah ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mekanika tubuh dan ambulansi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia.Mekanika tubuh meliputi pengetahuan tentang cara kerja kelompok otot tertentu yang digunakan untuk menghasilkan dan mempertahankan gerakan secara aman. Sehingga perlu mengerti pengetahuan tentang pergerakan, termasuk bagaimana mengoordinasikan gerakan tubuh yang meliputi fungsi integrasi dari system skeletal, otot skelet, dan system saraf.Selain itu, ada kelompok otot tertentu yang terutama digunakan unutk pergerakan dan kelompok otot lain membentuk postur/bentuk tubuh. Pada makalah ini, membahas tentang pengertian body mekanik, prinsip-prinsip body mekanik, faktor-faktor yang mempengaruhi body mekanik, efek body mekanik yang buruk, dan pengaturan posisi,memindah dan menata posisi klien B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan body mekanik? 2. Bagaimana prinsip-prinsip body mekanik? 3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi body mekanik? 4. Apa efek body mekanik yang buruk? 5. Bagaimana pengaturan posisi,memindah dan menata posisi klien? C. Tujuan 1. Mendeskripsikan tentang pengertian body mekanik 2. Mendeskripsikan tentang prinsip-prinsip body mekanik 3. Mendeskripsikan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi body mekanik 4. Mendeskripsikan tentang akibat body mekanik yang buruk 5. Mendeskripsikan pengaturan posisi,memindah dan menata posisi klien D. Manfaat Makalah ini disusun dengan harapkan dapat mempermudah penyusun dan pembaca guna memahami materi tentang body mekanik meliputi pengertian body mekanik,prinsip-prinsip body mekanik, faktor-faktor yang mempengaruhi,akibat body mekanik yang buruk serta pengaturan posisi memindah dan menata posisi klien.Dan diharapkan penyusunan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan kemampuan penulis dalam membuat sebuah karya tulis berupa makalah.



BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Body Mekanik Body mekanik merupakan penggunaan tubuh yang terkoordinir dan aman untuk menghasilkan pergerakan dan mempertahankan keseimbangan selama aktivitas. Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia. Body Mekanik meliputi 3 elemen dasar yaitu : 1. Body Aligement (Postur Tubuh) Susunan geometrik bagian-bagian tubuh dalam hubungannya dengan bagian tubuh yang lain. 2. Balance (Keseimbangan) Keseimbangan tergantung pada interaksi antara pusat gravity, line gravity dan base of support. 3. Koordinated Body Movement (Gerakan tubuh yang terkoordinir) Dimana body mekanik berinteraksi dalam fungsi muskuloskeletal dan sistem syaraf. B. Prinsip-prinsip Body Mekanik Mekanika tubuh berpengaruh terhadap tingkat kesehatan perawat dan klien serta mencegah kecacatan. Misalnya dalam menjalankan tugasnya perawat menggunakan berbagai kelompok otot seperti berjalan selama ronde keperawatan, memberikan obat, mengangkat dan memindahkan klien, serta menggerakan objek. Aktivitas tersebut mempengaruhi pergerakan tubuh seorang perawat. Jika digunakan dengan benar, kekuatan ini dapat meningkatkan efisiensi tenaga seorang perawat. Penggunaan yang tidak benar dapat mengganggu aktivitas perawat. v Prinsip yang digunakan dalam mekanik tubuh adalah sebagai berikut : 1.Gravitasi Merupakan prinsip pertama yang harus diperhatikan yaitu memandang gravitasi sebagai sumbu dalam pergerakan tubuh. Terdapat tiga faktor yang perlu diperhatikan dalam gravitasi:  Pusat gravitasi ( center of gravitasi ), titik yang berada dipertengahan tubuh  Garis gravitasi ( Line Of gravitasi ), merupakan garis imaginer vertikal melalui pusat gravitasi.  Dasar tumpuan ( base of suport ), merupakan dasar tempat seseorang dalam keadaan istirahat untuk menopang atau menahan tubuh 2.



Keseimbangan Keseimbangan dapat dicapai dengan cara mempertahankan posisi garis gravitasi diantara pusat gravitasi dan dasar tumpuan. 3.



Berat Dalam menggunakan mekanika tubuh yang sangat dipehatikan adalah berat atau bobot benda yang akan diangkat karena berat benda akan mempengaruhi mekanika tubuh. v Pergerakan Dasar Dalam Mekanika Tubuh Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia. Sebelum melakukan mekanika tubuh, terdapat beberapa pergerakan dasar yang harus diperhatikan, di antaranya a. Gerakan (ambulating)



Gerakan yang benar akan mampu untuk mempertahankan keseimbangan tubuh. Misal, orang yang berdiri akan lebih mudah stabil daripada orang yang berjalan karena pada posisi berjalan terjadi perpindahan dasar tumpuan dari sisi satu ke sisi yang lain. b. Menahan (squating) Dalam menahn sangat diperlukan dasar tumpuan yang tepat untuk mencegah kelainan tubuh dan memudahkan gerak yang akan dilakukan. c.



Menarik (pulling) Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum menarik benda diantaranya ketinggian, letak benda, posisi kaki, dan tubuh sewaktu menarik, sodorkan telapak dan tangan dan lengan atas di bawah pusat gravitasi pasien, lengan atas dan siku diletakan pada permukaan tempat tidur, pinggul, lutut, dan pergelangan kaki ditekuk lalu lakukan penarikan. d.



Mengangkat (lifting) Merupakan pergerakan gaya tarik. Gunakan otot-otot besar dari tumit, paha bagian atas dan kaki bagian bawah, perut dan pinggul untuk mengurangi rasa sakit pada tubuh bagian belakang. e.



Memutar (pivoting) Memutar merupakan gerakan untuk memutar anggota tubuh dan bertumpu pada tulang belakang. Gerakan memutar yang baik memperhatikan ketiga unsur gravitasi dalam pergerakan agar tidak memberi pengaruh buruk pada postur tubuh. C. Faktor yang Mempengaruhi Body Mekanik dan Ambulasi 1. Status kesehatan Perubahan status kesehatan dapat mempengaruhi sistem muskuloskeletal dan sistem saraf berupa penurunan koordinasi. Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh penyakit, berkurangnya kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari – hari sehingga dapat mempengaruhi mekanika tubuh. 2. Nutrisi Salah satu fungsi nutrisi bagi tubuh adalah membantu proses pertumbuhan tulang dan perbaikan sel. Kekurangan nutrisi bagi tubuh dapat menyebabkan kelemahan otot dan memudahkan terjadinya penyakit. sebagai contoh tubuh yang kekurangan kalsium akan lebih mudah mengalami fraktur. 3. Emosi Kondisi psikologis seseorang dapat menurunkan kemampuan mekanika tubuh dan ambulansi yang baik, misalnya seseorang yang mengalami perasaan tidak aman, tidak bersemangat, dan harga diri rendah, akan mudah mengalami perubahan dalam mekanika tubuh dan ambulasi. 4. Situasi dan Kebiasaan Situasi dan kebiasaan yang dilakukan seseoarang misalnya, sering mengankat benda-benda berat, akan menyebabkan perubahan mekanika tubuh dan ambulasi. 5. Gaya Hidup Perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stress dan kemungkinan besar akan menimbulkan kecerobohan dalam beraktivitas yang dapat menganggu koordinasi antara sistem muskulusletal dan neurologi sehingga pada akhirnya akan mengakibatkan perubahan mekanika tubuh. 6. Pengetahuan Pengetahuan yang baik terhadap penggunaan mekanika tubuh akan mendorong seseorang untuk mempergunakannya dengan benar, sehingga mengurangi tenaga yang dikeluarkan. Sebaliknya, pengetahuan yang kurang memadai dalam penggunaan mekanika tubuh akan menjadikan seseorang beresiko mengalami gangguan koordinasi sistem neurologi dan muskulusletal.



D. Akibat Body Mekanik yang Buruk Penggunaan mekanika tubuh secara benar dapat mengurangi pengeluaran energi secara berlebihan. Dampak yang dapat ditimbulkan dari penggunaan mekanika tubuh yang salah adalah sbb : 1. Terjadi ketegangan sehingga memudahkan timbulnya kelelahan dan gangguan dalam sistem muskulusletal. 2. Resiko terjadinya kecelakaan pada sistem muskulusletal. Seseorang salah dalam berjongkok atau berdiri, maka akan memudahkan terjadinya gangguan dalam struktur muskulusletal, misalnya kelainan pada tulang vertebrata. E. Pengaturan Posisi 1.



Posisi fowler Adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepala tempat tidur lebih tinggi atau di naikkan. Fungsinya untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien. Tujuan   Peralatan     



Untuk membantu mengatasi masalah kesulitan pernafasan dan cardiovaskuler Untuk melakukan aktivitas tertentu (makan, membaca, menonton televisi)



Tempat tidur Bantal kecil Gulungan handuk Bantalam kecil Sarung tangan (bila diperlukan)



Prosedur kerja  Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan transmisi mikroorganisme.  Minta klien untuk memfleksikan lutut sebelum kepala dinaikkan. Mencegah klien melorot kebawah ketika kepala dinaikkan.  Naikkan kepala bed 45˚ sampai 60˚sesuai kebutuhan. (semi fowler 15-45˚, fowler tinggi 60˚)  Letakkan bantal kecil dibawah punggung pada kurva lumbal jika ada celah disana. Bantal akan mencegah kurva lumbal dan mencegah terjadinya fleksi lumbal.  Letakkan bantal kecil dibawah kepala klien. Bantal akan menyangnya kurva cervical dari columna vertebra. Sebagai alternatif kepala klien dapat diletakkan diatas kasur tanpa bantal. Terlalu banyak bantal dibawah kepala akan menyebabkan fleksi kontraktur dari leher.  Letakkan bantal dibawah kaki, mulai dari lutut sampai tumit. Memberikan landasan yang lembut dan fleksibel, mencegah ketidaknyamanan akibat dari adanya hiper ekstensi lutut, membantu klien supaya tidak melorot kebawah.  Pastikan bahwa tidak ada pada area popliteal dan lutut dalam keadaan fleksi. Mencegah terjadinya kerusakan pada persyarafan pada dinding vena. Fleksi lutut membantu supaya klien tidak melorot kebawah.







 



Letakkan bantal atau gulungan handuk dibawah paha klien. Bila ekstrimitas bawah pasien mengalami paralis atau tidak mampu mengontrol ekstremitas bawah, gunakan gulungan trochanter selain tambahan bantal dibawah panggulnya. Mencegah hiperekstensi dari lutut damn oklusi arteri popliteal yang disebabkan oleh tekanan dari berat badan. Gulungan trochanter mencegah eksternal rotasi dari pinggul. Topang telapak kaki dengan menggunakan footboard. Mencegah plantar fleksi. Letakkan bantal untuk menopang kedua lengan dan tangan,bila klien memiliki kelemahan pada kedua lengan. Mencegah dislokasi bahu kebawah karena tarikan gravitasi dari lengan yang tidak disangga, meningkatkan sirkulasi dengan mencegah pengumpulandarah dalam vena, menurunkan edema pada lengan dan tangan, mencegah kontraktur fleksi pergelangan tangan.







Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.







Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.



Berikut ini masalah umum yang yerjadi pada klien dengan posisi Fowler:  Meningkatnya fleksi servikal karena bantal di kepala terlalu tebal dan kepala terdorong ke depan.  Ekstensi lutut memungkinkan klien meluncur kebagian kaki tempat tidur.  Tekaknan lutut bagian posterior, menurunkan sirkulasi ke kaki.  Rotasi luar pada pinggul.  Lengan menggantung di sisi klien tanpa disokong.  Kaki yang tidak tersokong.  Titik penekanan di sakrum atau di tumit yang tidak terlindungi. 2.



Posisi sims Adalah Posisi miring kekanan atau kekiri. Posisi ini dilakukan untuk memeberi kenyamanan dan untuk memberikan obat melalui anus. Tujuan :  Untuk memfasilitasi drainase dari mulut klien yang tidak sadar.  Mengurangi penekanan pada sacrum dan trochanter besar pada klien yang mengalami paralisis.  Untuk mempermudahkan pemeriksaan dan perwatan pada area parineal.  Untuk tindakan pemberian enema. Peralatan : · Tempat tidur · Bantal kecil · Gulungan handuk · Sarung tangan (bila diperlukan) Cara pelaksanaan :  Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan.  Baringkan klien terlentang mendatar di tempat tidur.



            



3.



Gulungkan klien pada posisi setengah telungkup, bagian berbaring pada abdomen. Letakkan bantal dibawah kepala klien. Atur posisi bahu sehingga bahu dan siku fleksi. Letakkan bantal dibawah lengan klien yang fleksi. Bantal harus melebihi dari tangan sampai sikunya. Mencegah rotasi inrternal bahu. Letakkan bantal dibawah tungkai yang fleksi, dengan menyangga tungkai setinggi pinggul. Mencegah rotasi interna pinggul dan adduksi tungkai. Mencegah tekanan pada lutut dan pergelangan kaki pada kasur. Letakkan support device (kantung pasir) dibawah telapak kaki klien. Mempertahankan kaki pada posisi dorso fleksi. Menurunkan resiko foot-drop. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan. Dokumentasikan tindakan yang yang telah dilakukan. Masalah umum pada posisi Sims adalah sebagai berikut : Fleksi lateral pada leher. Rotasi dalam, adduksi, atau kurang soskongan di bahu dan pinggul. Kurang sokongan di kaki. Kurang perlindungan dari titik pertekanan di tulang ilium, humerus klavikula, lutut dan pergelangan kaki.



Posisi trendelenburg Posisi pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepla lebih rendah daripada bagian kaki.



Tujuan : Posisi ini digunakan untuk melancarkan peredaran darah ke otak 4.



Posisi dorsal recumbent Adalah Posisi berbaring terlentang dengan kedua lutut fleksi ( ditarik atau direnggangkan) diatas tempat tidur. Tujuan : Posisi ini dilakukan untuk merawat dan memeriksa genetalia serta proses persalinan. Berikut ini bebrapa masalah umum yang terjadi pada posisi terlentang:  Bantal di kepala terlalu tebal dapat meningkatkan fleksi pada servikal.  Kepala datar pada matras.  Bahu tidak disokong dan berotasi dalam.  Siku melebar.  Ibu jari tidak berlawanan dengan jari-jari lain.  Pinggul berotasi luar.  Tidak tersokongnya pinggul.  Titik penekanan di bagian oksiput kepala, vertebra lumbal, siku dan tumit yang tidak terlindungi. 5.



Posisi litotomi Adalah posisi berbaring terlentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya keatas bagian perut. Tujuan : Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genetalia dan memasang alat kontrasepsi.



6. Posisi genu pectural kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada bagian alas tempat tidur. Tujuan : Posisi ini digunakan untuk memeriksa daerah rectum dan sigmoid.



7.



Posisi terlentang (supinasi) Posisi terlentang adalah posisi dimana klien berbaring terlentang dengan kepala dan bahu sedikit elevasi menggunakan bantal. Tujuan : a. Untuk klien post operasi dengan menggunakan anastesi spinal. b. Untuk mengatasi masalah yang timbul akibat pemberian posisi pronasi yang tidak tepat. Peralatan : a. Tempat tidur b. Bantal angin c. Gulungan handuk d. Footboard e. Sarung tangan (bila diperlukan) Prosedur kerja : a. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan transmisi mikroorganisme. b. Baringkan klien terlentang ditengah tempat tidur. Memberikan kemudahan akses bagi klien dan menghilangkan pengubahan posisi klien tanpa melawan gaya gravitasi. c. Gulingkan klien hingga pada posisi miring. Menyiapkan klien untuk posisi yang tepat d. Letakkan bantal dibawah kepala dan leher klien. Mempertahankan body aligment, mencegah fleksi lateral dan ketidaknyamanan pada otot-otot leher. e. Fleksikan bahu bawah dan posisikan ke depan sehingga tubuh tidak menopang pada bahu tersebut. Mencegah berat badan klien tertahan langsung pada sendi bahu. f. Letakkan bantal dibawah lengan atas. Mencegah internal rotasi dan adduksi dari bahu serta penekanan pada dada. g. Letakkan bantal dibawah paha dan kaki atas sehingga ekstremitas berfungsi secara paralel dengan permukaan bed. Mencegah internal rotasi dari paha dan adduksi kaki. Mencegah penekanan secara langsung dari kaki atas terhadap kaki bawah. h. Letakkan bantal, guling dibelakang punggung klien untuk menstabilkan posisi. Memperlancar kesejajaran vertebra. Juga menjaga klien dari terguling ke belakang dan mencegah rotasi tulang belakang. i. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan. j. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan. Berikut ini masalah umum yang terjadi pada posisi miring : 1. Flesi lateral pada leher. 2. Lengkung tulang belakang keluar dari kesejajaran normal. 3. Persendian bahu dan pinggul berotasi dalam, adduksi, atau tidak disokong. 4. Kurangnya sokongan kaki. 5. Titik penekanan di telinga, tulang ilium, lutut dan pergelangn kaki kurang terlindungi



8.



Posisi Orthopneu Posisi orthopneu merupakan adaptasi dari posisi fowler tinggi dimana klien duduk di bed atau pada tepi bed dengan meja yang menyilang diatas bed. Tujuan : a. Untuk membantu mengatasi masalah pernafasan dengan memberikan ekspansi dada yang maksimal b. Membantu klien yang mengalami masalah ekhalasi Peralatan : 1. Tempat tidur 2. Bantal angin 3. Gulungan handuk 4. Footboard 5. Sarung tangan (bila diperlukan) Prosedur kerja : a. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan transmisi mikroorganisme. b. Minta klien untuk memfleksikan lutut sebelum kepala dinaikkan. Mencegah klien merosot kebawah saat kepala dinaikkan. c. Naikkan kepala bed 90 d. Letakkan bantal kecil diatas meja yang menyilang diatas bed. e. Letakkan bantal dibawah kaki mulai dari lutut sampai tumit. Memberikan landasan yang lebar, lembut dan fleksibel, mencegah ketidaknyamanan akibat dari adanya hiperekstensi lulut dan tekanan pada tumit. f. Pastikan tidak ada tekanan pada area popliteal dan lulut dalam keadaan fleksi. Mencegah terjadinya kerusakan pada persyarafan dan dinding vena. Fleksi lutut membantu klien supaya tidak melorot kebawah. g. Letakkan gulungan handuk dibawah masing-masing paha. Mencegah eksternal rotasi pada pinggul. h. Topang telapak kaki klien dengan menggunakan footboard. Mencegah plantar fleksi i. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan j. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan 9.



Posisi Pronasi (telungkup) Posisi pronasi adalah posisi dimana klien berbaring diatas abdomen dengan kepala menoleh kesamping. Tujuan : 1. Memberikan ekstensi penuh pada persendian pinggul dan lutut. 2. Mencegah fleksi kontraktur dari persendian pinggul dan lutut. 3. Memberikan drainase pada mulut sehingga berguna bagi klien post operasi mulut atau tenggorokan. Prosedur kerja : 1. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan transmismikroorganisme.



2. Baringkan klien terlentang mendatar di tempat tidur. Menyiapkan klien untuk posisi yang tepat. 3. Gulingkan klien dengan lengan diposisikan dekat dengan tubuhnya dengan siku lurus dan tangan diatas pahanya. Posisikan tengkurap ditengah tempat tidur yang datar. Memberikan posisi pada klien sehingga kelurusan tubuh dapat dipertahankan. 4. Putar kepala klien ke salah satu sisi dan sokong dengan bantal. Bila banyak drainase dari mulut, mungkin pemberian bantal dikontra indikasikan. Menurunkan fleksi atau hiperektensi vertebra cervical. 5. Letakkan bantal kecil dibawah abdomen pada area antara diafragma (atau payudara pada wanita) dan illiac crest. Hal ini mengurangi tekanan pada payudara pada beberapa klien wanita, menurunkan hiperekstensi vertebra lumbal, dan memperbaiki pernafasan dengan menurunkan tekanan diafragma karena kasur. 6. Letakkan bantal dibawah kaki, mulai lutut sampai dengan tumit. Mengurangi plantar fleksi, memberikan fleksi lutut sehingga memberikan kenyamanan dan mencegah tekanan yang berlebihan pada patella. 7. Jika klien tidak sadar atau mengalami paralisa pada ekstremitas atas, maka elevasikan tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan bantal. Posisi ini akan mencegah terjadinya edema dan memberikan kenyamanan serta mencegah tekanan yang berlebihan pada patella. 8. Jika klien tidak sadar atau mengalami paralisa pada ekstremitas atas, maka elevasikan tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan bantal. Posisi ini akan mencegah terjadinya edema dan memberikan kenyamanan. Bantal tidak diletakkan dibawah lengan atas karena dapat menyebabkan terjadinya fleksi bahu. 9. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan 10. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan Potensial masalah yang terjadi, antara lain: 1. Hiperekstensi leher. 2. hiperekstensi spinal lumbal. 3. Plantar fleksi pergelangan kaki. 4. Titik penekanan di dagu, siku, pinggul, lutut dan jari-jari kaki tidak terlindungi. 10. POSISI LATERAL (SIDE LYING) Posisi lateral adalah posisi dimana klien berbaring diatas salah satu sisi bagian tubuh dengan kepala menoleh kesamping. Tujuan : a. Mengurangi lordosis dan meningkatkan aligment punggung yang baik b. Baik untuk posisi tidur dan istirahat c. Membantu menghilangkan tekanan pada sakrum dan tumit. Peralatan : a. Tempat tidur b. Bantal angin c. Gulungan handuk d. Sarung tangan (bila diperlukan) Prosedur kerja : a. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan transmisi mikroorganisme.



b. Baringkan klien terlentang ditengah tempat tidur. Memberikan kemudahan akses bagi klien dan menghilangkan pengubahan posisi klien tanpa melawan gaya gravitasi. c. Gulingkan klien hingga pada posisi miring. Menyiapkan klien untuk posisi yang tepat d. Letakkan bantal dibawah kepala dan leher klien. Mempertahankan body aligment, mencegah fleksi lateral dan ketidaknyamanan pada otot-otot leher. e. Fleksikan bahu bawah dan posisikan ke depan sehingga tubuh tidak menopang pada bahu tersebut. Mencegah berat badan klien tertahan langsung pada sendi bahu. f. Letakkan bantal dibawah lengan atas. Mencegah internal rotasi dan adduksi dari bahu serta penekanan pada dada. g. Letakkan bantal dibawah paha dan kaki atas sehingga ekstremitas berfungsi secara paralel dengan permukaan bed. Mencegah internal rotasi dari paha dan adduksi kaki. Mencegah penekanan secara langsung dari kaki atas terhadap kaki bawah. h. Letakkan bantal, guling dibelakang punggung klien untuk menstabilkan posisi. Memperlancar kesejajaran vertebra. Juga menjaga klien dari terguling ke belakang dan mencegah rotasi tulang belakang. i. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan. j. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan. Berikut ini masalah umum yang terjadi pada posisi miring : 1. Flesi lateral pada leher. 2. Lengkung tulang belakang keluar dari kesejajaran normal. 3. Persendian bahu dan pinggul berotasi dalam, adduksi, atau tidak disokong. 4. Kurangnya sokongan kaki. 5. Titik penekanan di telinga, tulang ilium, lutut dan pergelangn kaki kurang terlindungi



11. Posisi knee ches Tidur dengan lutut pasien diteguk sampai menempel pada dinding dada. Tujuan 1. Pemeriksaan daerah rectem dan sigmoid 2. Pada persiapan pemeriksaan lumbal pungsi 3. Pada kehamilan akhir, trimesrer ketiga dengan letak bayi sungsang Prosedur kerja 1. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan 2. Cuci tangan 3. Mintak pasien mengambil posisi menungging dengan kedua kaki di tekuk dan dada menempel pada matras tempat tidur.kedua tangan di tekuk,di letakkan ke samping kepala.pada pemeriksaan lumbal fungsi,posisi pasien miring ke samping,tidak menungging. 4. Pasang selimut untuk menutupi daerah perineal 5. Cuci tangan setelah prosedur melakukan.



F. Memindahkan Dan Menata Posisi Klien Teknik Memindahkan. Tenaga medis harus memberi perawatan pada klien imobilisasi yang harus diubah posisi, dipindahkan di atas tempat tidur dan harus dipindahkan dari tempat tidur ke kursi atau ke brankar. Mekanika tubuh yang sesuai memungkinkan tenaga medis untuk menggerakkan,



mengangkat, atau memindahkan klien dengan aman dan juga melindungi tenaga medis dari cedera muskuloskeletal. Meskipun tenaga medis menggunakan bebagai teknik memindahkan, berikut ini merupakan petunjuk umum yang harus diikuti saat memindahkan pada setiap prossedur memindahkan : 1. Naikan sisi bergerak ada posisi tempat tidur pada posisi berlawanan dengan perawat untuk mencegah jatuh dari tempat tidur. 2. Tinggikan tempat tidur pada ketingian yang nyaman. 3. Kaji mobilisasi dan kekuatan klien untuk menentukan bantuan klien yang dapat digunakan saat memindahkan. 4. Tentukan kebutuhan akan bantuan. 5. Jelaskan kaji kesejajaran tubuh yang benar dan area tekanan setelah setiap kali memindahkan. Tenaga medis yang melakukan teknik memindahkan atau menggerakan untuk pertama kalinya harus meminta pertolongan untuk mengurangi resiko cedera pada klien dan perawat. Tenaga medis juga harus mengetahui kekuatan dirinya dan keterbatasanya. Memindahkan klien imobilisasi sendirian merupakan hal yang sulit dan berbahaya. Memindahkan Klien. Klien membutuhkan tingkat bantuan yang bervariasi untuk mengankat dari tempat tidur, menggerakan ke posisi miring atau duduk di sisi tempat tidur. Contoh, wanita muda dan sehat membutuhkan sedikit bantuan untuk duduk pertama kali di sisi tempat tidur setelah melahirkan, sedangkan wanita tua mungkin membutuhkan bantuan satu atau lebih perawat untuk melakukan hal yang sama 1 hari setelah appendiktomi. Untuk menentukan apakah klien mampu melakukan sendiri dan beberapa banyak orang yang dibutuhkan untuk membantu mengankat klien diatas tempat tidur tenaga medis perlu mengkaji klien untuk menentukan apakah penyakit klien . Ada kontraindikasi dalam pengerahan tenaga (seperti penyakit kardiovaskuler). Kemudian, perawat menentukan apakah klien memahami apa yang diharapkan. Contohnya, klien yang baru saja mendapatkan pengobatan nyeri pascaoperasi mungkin terlalu lesu untuk mengerti instruksi, sehingga untuk menjamin keamanan, dibutuhkan dua tenaga medis untuk menggerakkan klien diatas tempat tidur. Tenaga medis kemudian menentukan tingkat kenyamanan klien. Tenaga medis juga mengevaluasi kekuatan pribadi dan pengetahuan prosedur. Pada akhirnya tenaga medis menentukan apakah klien terlalu berat atau tidak bisa bergerak sehingga tenaga medis menyelesaikan prosedur sendirian. Pada kasus yang meragukan, tenaga medis harus selalu meminta bantuan orang lain. Memindahakan Klien dari Tempat Tidur ke Kursi. Memindahkan klien dari tempat tidur ke kursi oleh tenaga medis membutuhkan bantuan klien dan tidak dilakukan Pada klien yang tidak dapat membantu. Tenaga medis menejelaskan prosedur pada klien sebelum pemindahan. Lingkungan juga dipersiapkan dengan memindahkan penghalang jalan. Kursi ditempatkan dekat tempat tidur dengan punggung kursi sejajar dengan bagian kepala tempat tidur. Penempatan kursi memungkinkan tenaga medis berputar dengan klien dan memindahkan berat badan klien dengan cepat. Pemindahan yang aman adalah prioritas pertama. Tenaga medis yang ragu-ragu dengan kekuatannya ataupun kemampuan klien untuk membantu, harus meminta bantuan. Klien harus duduk dan menjutaikan kakinya di sisi tempat tidur untuk beberapa menit sehingga klien dapat dengan cepat menurunkan punggungnya ke tempat tidur pada kasus pusing atau pingsan. Ketika memindahkan klien imobilisasi dari tempat tidur ke kursi roda, tenaga medis harus menggunakan mekanika tubuh yang tepat dan apabila memungkinkan kerjasama diperoleh sebanyak mungkin dari klein. Memindahkan Klien dari Tempat Tidur ke Brankar. Klien imobilisasi yang dipindahkan dari tempat tidur ke brankar atau dari tempat tidur ke tempat tidur harus membutuhkan tiga orang



pengangkat. Teknik ini bagus dilakukan jika orang-orang memindahkan mempunyai kesamaan tinggi. Jika pusat gravitasi mereka sama, mereka mengangkat sebagai satu tim. Cara lain memindahkan klien adalah dengan menggunakan kain pengangkat yang ditempatkan dibawah klien. Kain pengangkat berguna sebagai “ayunan” ketika klien dipindahkan ke brankar. Pada tekinik ini, tenaga medis perlu berada di sisi berlawanan dari tempat tidur ditempatkan berdampingan sehingga klien dapat dipindahkan dengang cepat dan mudah dengan menggunkan kain perangkat. Klien harus dipersiapkan untuk pemindahan dan minta bantuan jika memungkinkan, contoh, dnegan melipat lengan diatas dada. Lingkungan harus bebas dari penghalang dan alat-alat yang tidak dibutuhkan harus dipindahkan dari tempat tidur. Brankar harus ditempatkan seudut kanan tempat tidur sehinggan pengangkat dapat berputar ke depan brankar dan memindahkan klien dengan cepat. Pada semua prosedur, keamanan merupaka proiritas. Keamanan dapat ditingkatkan pada tiga orang pengangkat apabila bekerja sama. Oleh karena itu salah seorang harus memimpin.



BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Mekanika tubuh adalah koordinasi dari muskuloskeletal dan sistem saraf untuk mempertahankan keseimbangan yang tepat. Mekanisme tubuh dan ambulasi merupakan cara menggunakan tubuh secara efisien yaitu tidak banyak mengeluarkan tenaga, terkoordinasi serta aman dalam menggerakkan dan mempertahankan keseimbangan selama aktivitas. Prinsip yang digunakan dalam mekanik tubuh adalah sebagai berikut : 1. Gravitasi 2. Keseimbangan 3. Berat Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia. Sebelum melakukan mekanika tubuh, terdapat beberapa pergerakan dasar yang harus diperhatikan, di antaranya : 1. Gerakan ( ambulating ). 2. Menahan ( squating ). 3. Menarik ( pulling ). 4. Mengangkat ( lifting ). 5. Memutar ( pivoting ). Penggunaan mekanika tubuh secara benar dapat mengurangi pengeluaran energi secara berlebihan. Dampak yang dapat ditimbulkan dari penggunaan mekanika tubuh yang salah adalah sebagai berikut : 1. Terjadi ketegangan sehingga memudahkan timbulnya kelelahan dan gangguan dalam sistem muskulusletal. Resiko terjadinya kecelakaan pada sistem muskulusletal. Seseorang salah dalam berjongkok atau berdiri, maka akan memudahkan terjadinya gangguan dalam struktur muskulusletal, misalnya kelainan pada tulang vertebrata.



B. SARAN Seharusnya, resiko terjadinya kecelakaan pada sistem muskulusletal berkurang. Seseorang salah dalam berjongkok atau berdiri, maka akan memudahkan terjadinya gangguan dalam struktur muskulusletal, misalnya kelainan pada tulang vertebrata.



DAFTAR PUSTAKA Alimul,Aziz.2006.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta:Salemba Medika Potter and Perry Volume 2 .2006.Fundamental Keperawatan ( Mobilisasi dan Imobilisasi Bab 37).Jakarta:EGC