Makalah Ca - Serviks Oke [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN 1.    Latar Belakang Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim. Kanker serviks menunjukkan adanya sel- sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel jaringan yang tumbuh terus- menerus dan tidak terbatas pada bagian leher rahim (Ariani, 2015 ). Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang telah berumur, tetapi bukti statistik menunjukkan bahwa kanker serviks dapat juga menyerang wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun (Prawirohardjo, 2014). Kanker serviks merupakan penyakit kanker pada perempuan yang mengakibatkan kematian terbanyak terutama di negara berkembang. Insiden kanker serviks diperkirakan telah terjadi pada 500.000 wanita di seluruh dunia dan sebagian besar terjadi di negara berkembang. Telah terbukti sebanyak 70% penyebab dari kanker serviks adalah infeksi Human Papilloma Virus (HPV) yang merangsang perubahan perilaku sel epitel serviks. Meskipun infeksi Human Papilloma Virus HPV penyebab lebih tinggi, namun faktor resiko lain untuk timbulnya kanker ini seperti melakukan hubungan seksual diusia muda, melakukan hubungan seksual yang berganti-ganti pasangan, dan perempuan perokok (Prawirohardjo, 2010). Data World Health Organization (WHO) (2016) melaporkan bahwa pada tahun 2012 terdapat 530.000 kasus, dimana kanker serviks merupakan kanker dengan urutan keempat pada wanita, sedangkan pada tahun 2015 sekitar 90% dari 270.000 kematian akibat kanker serviks terjadi di negaranegara berpenghasilan rendah dan menengah. Menurut Kementrian Kesehatan RI pada tahun 2015,



1



penderita kanker serviks di Indonesia adalah 0,8% (98.692 orang). Provinsi DI Yogyakarta, Provinsi Kepulauan Riau dan Provinsi Maluku Utara memiliki prevalensi kanker serviks tertinggi yaitu sebesar 1,5%, sedangkan di Provinsi Sumatra Barat jumlah penderita kanker serviks yaitu 0,9% atau sebanyak 2.285 orang. Kanker serviks dapat dideteksi secara dini dengan melakukan skrining Pap Smear. Pada stadium awal, kanker ini cendrung tidak terdeteksi sehingga tidak menimbulkan gejala-gejala yang jelas dan baru terdeteksi setelah stadium III atau lanjut. 2    Tujuan 2.1.    Tujuan Umum Mampu melakukan asuhan kebidanan pada ibu dengan Ca.Servik 2.2.    Tujuan Khusus a. Mengetahui dan memahami konsep dasar dari Ca. Servik b. Merumuskan dan menyusun manajemen evaluasi asuhan kebidanan mulai dari pengkajian sampai evaluasi. 3.   Manfaat 3.1 Bagi Penulis / Pemakalah       Sebagai bahan untuk mengembangkan pengetahuan tentang asuhan Kebidanan pada ibu dengan Ca.servik 3.2.  Bagi Pembaca Sebagai bahan referensi dan menambah pengetahuan  tentang Ca.Servik.



2



BAB II TINJAUAN TEORITIS



2.1. KONSEP DASAR 1. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI WANITA



Menurut Langhorne, Fulton, dan Otto (2011), serviks atau leher rahim adalah sepertiga lebih rendah dari rahim atau uterus. Tubular serviks memanjang hingga ke bawah ke bagian atas vagina. Serviks mengelilingi pembukaan disebut lubang serviks, rahim berbentuk silinder jaringan yang menghubungkan vaginadan uterus. Serviks terbuat dari tulang rawan yang ditutupi oleh jaringan halus, lembap, dan tebalnya sekitar 1 inci. Ada dua bagian utama dari serviks, yaitu ektoserviks dan endiserviks. Bagaian serviks yang dapat dilihat dari luar selama pemeriksaan ginekologi di kenal sebagai ektoserviks. Pembuka dipusat ektoserviks, dikenal sebagai os eksternal, membuka untuk memisahkan bagian antara uterys dan vagina. Endoserviks atau kanal endoserviks, adala sebuah terowongan melalui serviks, dari os eksternal ke dalam uterus. Selama masa praremaja, endoserviks terletak dibagian serviks (Langhorne, Fulton, dan Otto, 2011). Pembatasan tumpang tindih antara endosrviks dan ektoserviks di sebut zona transformasi. Serviks menghasilkan lendir serviks yang 3



konsistensi atau kekentalannya berubah selama siklus menstruasi untuk mencgah atau mempromosikan kehamilan. Zona transformasi dari waktu ke waktu menjadi lebuh rapuh, sel-sel epitel kolumnar digantikan dengan sel-sel epitel skuamosa. Daerah ini sangat rentan terhadap perubahan prakanker (displasia) karena tingkat turnover yang tinggi dan tingkat pematangan sel rendah (Rahayu, 2015). 2. DEFINISI



Kanker rahim adalah penyakit kanker yang menyerang rahim dengan pembelahan sel yang tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ketempat yang jauh (metastasis) (Wuto, 2008 dalam Padila, 2012). Kanker leher rahim sering juga disebut kanker mulut rahim, merupakan salah satu penyakit kanker yang paling banyak terjadi pada wanita (Edianto, 2006 dalam Padila, 2012). Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal disekitarnya (FKUI, 1990; FKKP, 1997 dalam Padila, 2012). 3. KLASIFIKASI Mikroskopis 1. Displasia



4



Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagian basal epidermis. Displasia berat terjadi pada dua pertiga epidermi hampir tidak dapat dibedakan dengan karsinoma insitu. 2. Stadium Karsinoma Insitu Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang tumbuh di daerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel cadangan endoserviks. 3. Stadium Karsinoma Mikroinvasif Pada karsinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor menembus membrana basalis dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5mm dari membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya ditemukan pada skrining kanker. 4. Stadium Karsinoma Invasif Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol besar dan bentuk sel bervariasi. Pertumbuhan invasif muncul diarea bibir posterior atau anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan formiks posterior atau anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri. 5. Bentuk Kelainan Dalam Pertumbuhan Karsinoma Serviks Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kool, tunbuh kearah vagina dan dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi kedalam vagina, bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan perdarahan. Pertumbuhan endofilik, biasanya dijumpai pada endoserviks yang lambat laun lesi berubah bentuk menjadi ulkus (Padila, 2012). Makroskopik 1. Stadium preklinis Tidak dapat dibedakan dengan servitis kronik biasa 2. Stadium permulaan Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum 3. Stadium setengah lanjut



5



Tengah mengalami sebagian besar atau seluruh bibir porsio 4. Stadium lanjut Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah (Padila, 2012). Klasifikasi Ca Serviks berdasarkan Tingkat Keparahannya



1. Stage 0: Ca. Pre invasive 2. Stage 1: Ca. Terdapat pada serviks 3. Stage Ia: disertai inbasi dari stroma yang hanya diketahui secara hispatologi 4. Stage Ib: semua kasus lainnya dari stage I 5. Stage II: sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai kepanggul telah mengenai dinding vagina. Tapi tidak melebihi dua pertiga bagian proksimal 6. Stage III: sudah sampai dinding panggula dan sepertiga bagian bawah vagina 7. Stage IIIb : sudah mengenai organ-organ lain (Padila, 2012). 4. ETIOLOGI Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain : 1. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksusal semakin besar, mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda. 2. Jumlah Kehamilan dan Partus



6



Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks. 3. Jumlah Perkawinan Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan bergant-ganti pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini. 4. Infeksi Virus Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma (HPV) atau virus kondiloma akuminata diduga sebagai faktor penyebab kanker serviks. 5. Soal Ekonomi Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh. 6. Hygiene dan Sirkumsisi Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kanker serviks pada wanita yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma. 7. Merokok dan AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi serviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks (Padila, 2012). 8. Radioterapi dan Pap Smear Karsinoma sel skuamosa adalah salah satu akibat tidak efektifnya radioterapi sebagai pengobatan utama dalam kasus adenocarcinoma. Meningkatnya penggunaan tes Pap untuk deteksi dini penyakit ini tapi masih merupakan salah satu penyebab utama morbiditas kanker terkait di negara-negara berkembang karena kurangnya program skrining (Rubina Mukhtar, 2015). 5. PATOFISIOLOGI



7



Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi yang tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu (KIS) berkisar antara 1 – 7 tahun, sedangkan waktu yang diperlukan dari karsinoma insitu menjadi invasif adalah 3 – 20 tahun. Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali adanya perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia ini dapat muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel yang meningkat misalnya akibat trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan keseimbangan hormon. Dalam jangka waktu 7 – 10 tahun perkembangan tersebut menjadi bentuk preinvasif berkembang menjadi invasif pada stroma serviks dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka, pertumbuhan yang eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks. Lesi dapat meluas ke forniks, jaringan pada serviks, parametria dan akhirnya dapat menginvasi ke rektum dan atau vesika urinaria. Virus DNA ini menyerang epitel permukaan serviks pada sel basal zona transformasi, dibantu oleh faktor risiko lain mengakibatkan perubahan gen pada molekul vital yang tidak dapat diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat serta kontrol pertumbuhan sel normal sehingga terjadi keganasan (Brunner & Sudart, 2010) Kanker serviks biasa timbul di daerah yang disebut squamo - columnar junction (SCJ), yaitu batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis serviks, dimana secara histologik terjadi perubahan dari epitel ektoserviks yaitu epitel skuamosa berlapis dengan epitel endoserviks yaitu epitel kuboid atau kolumnar pendek selapis bersilia. Letak SCJ dipengaruhi oleh faktor usia, aktivitas seksual dan paritas. Pada wanita muda SCJ berada di luar ostium uteri eksternum, sedangkan pada wanita berusia di atas 35 tahun SCJ berada di dalam kanalis serviks, Oleh karena itu pada wanita muda, SCJ yang berada di luar ostium uteri eksternum ini rentan terhadap faktor luar berupa mutagen yang akan displasia dari SCJ tersebut. Pada wanita dengan aktivitas seksual tinggi, SCJ terletak di ostium eksternum karena trauma atau retraksi otot oleh prostaglandin. Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks, epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari



8



cadangan epitel kolumnar. Proses pergantian epitel kolumnar menjadi epitel skuamosa disebut proses metaplasia dan terjadi akibat pengaruh pH vagina yang rendah. Aktivitas metaplasia yang tinggi sering dijumpai pada masa pubertas. Akibat proses metaplasia ini maka secara morfogenetik terdapat 2 SCJ, yaitu SCJ asli dan SCJ baru yang menjadi tempat pertemuan antara epitel skuamosa baru dengan epitel kolumnar. Daerah di antara kedua SCJ ini disebut daerah transformasi. Penelitian akhir-akhir ini lebih memfokuskan virus sebagai salah satu factor penyebab yang penting, terutama virus DNA. Pada proses karsinogenesis asam nukleat virus tersebut dapat bersatu ke dalam gen dan DNA sel tuan rumah sehingga menyebabkan terjadinya mutasi sel, sel yang mengalami mutasi tersebut dapat berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut displasia. Dimulai dari displasia ringan, displasia sedang, displasia berat dan karsinoma in-situ dan kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif. Tingkat displasia dan karsinoma in-situ dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker. (Sjamsuhidajat,1997 dalam Prawirohardjo,2010).



9



6. MANIFESTASI KLINIS a. Perdarahan Sifatnya



dapat



intermenstruit



atau



perdarahan



kontak,



kadang-kadang



perdarahan baru terjadi pada stadium selanjutnya. Pada jenis intraservikal perdarahan terjadi lambat. b. Biasanya menyerupai air, kadang-kadang timbulnya sebelum ada perdarahan. Pada stadium lanjut perdarahandan keputihan lebih banyakdisertai infeksi sehingga cairan yang keluar berbau (Padila, 2012). Tanda dan Gejala kanker servik menurut Dedeh Sri Rahayu tahun 2015: a. Keputihan, makin lama makin berbau busuk dan tidak sembuh-sembuh. Terkadang bercampur darah. b. Perdarahan kontak setelah senggama merupakan gejala servik 70-85%. c. Perdarahan spontan: perdarahan yang timbul akibat terbukanya pembuluh darah dan semakin lam semakin sering terjadi. d. Perdarahan pada wanita menopause e. Anemia f. Gagal ginjal sebagai efek dari infiltrasi sel tumor ke ureter yang menyebabkan obstruksi total g. Nyeri 1) Rasa nyeri saat berhubungan seksual, kesulitan atau nyeri dalam berkemih, nyeri di daerah di sekitar panggul. 2) Bila kanker sudah mencapai stadium III ke atas, maka akan terjadi pembengkakan di berbagai anggota tubuh seperti betis, paha, dan sebagainya. Menurut Ricci (2009), tersangka kanker serviks stadium lanjut antara lain a. Nyeri panggul, b. Nyeri pinggul, c. Nyeri kaki, d. Penurunan berat badan, e. Anoreksia, f.



Kelemahan dan kelelahan,



10



(Dedeh Sri Rahayu,2015) Menurut Rubina Mukhtar tahun 2015 menyatakan bahwa tanda dan gejala Ca. Serviks adalah perdarahan vagina abnormal seperti pendarahan pasca menopause, menstruasi tidak teratur, menstruasi berat, metrorhagia menyakitkan, atau perdarahan postcoital. Keputihan abnormal adalah keluhan utama dari sekitar 10% dari pasien; debit mungkin berair, bernanah, atau berlendir. Gejala panggul atau nyeri perut dan saluran kencing atau rektum terjadi dalam kasus-kasus lanjutan. Nyeri panggul mungkin hasil dari loco penyakit regional invasif atau dari penyakit radang panggul hidup berdampingan. 7. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Sitologi/Pap Smear Keuntungan, murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidakterlihat. Kelemahan, tidak dapat menentukan dengan tepat lokasinya. 2. Schillentest Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena dapat mengikal yodium. Jika porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna. 3. Koloskopi Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan dibesarkan 10-40 kali. Keuntungan, dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah untuk melakukan biopsy. Kelemahan, hanya dapat memeriksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio, sedang kelainan pada skuamosa columnar junction dan intraservikal tidak terlihat. 1. Kolpomikroskopi melihat hapusan vagina (Pap Smeardengan pembesaran sampai 200 kali. 2. Biopsi Biopsy dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya. 3. Konisasi



11



Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lender serviks dan epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas (Padila, 2012). 8. PENATALAKSANAAN a. Irradiasi 1. Dapat dipakai untuk semua stadium 2. Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk 3. Tidak menyebabkan kematian seperti operasi b. Dosis Penyiaran ditunjukkan pada jaringan karsinoma yang terletak diserviks c. Komplikasi irradiasi 1. Kerentanan kandungan kencing 2. Diarrhea 3. Perdarahan rectal 4. Fistula vesico atau rectovaginasis d. Operasi 1. Operasi wentheim dan limfaktomi untuk stadium I dan II 2. Operasi schauta, histerektomi vagina yang radikal e. Kombinasi Irradiasi dan pembedahan Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan bertambahnya vaskularisasi, odema. Sehingga tindakan operasi berikutnya dapat mengalami kesukaran dansering menyebabkan fistula, disamping itu juga menambah penyebaran kesistem limfe dan peredaran darah. f. Cytostatik Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten. 5% dari karsinoma serviks adalah resisten terhadap radioterapi, dianggap resisten bila 810 minggu post terapi keadaan masih tetap sama (Padila, 2012). g. Vaksinasi Vaksinasi HPV dapat memiliki implikasi penting bagi peningkatan kesehatan perempuan dan menurunkan kematian akibat kanker serviks (Rubina Mukhtar, 2015).



12



9. KOMPLIKASI Komplikasinya mencakup infark miokardium, hemoragi, sepsis, obstruksi perkemihan, pielonefritis, CVA, pembentukan fistula (Sylvia Anderson Price, 2005). Nyeri pinggang mungkin merupakan gejala dari hidronefrosis, sering dipersulit oleh pielonefritis. Nyeri siatik, kaki edema, dan hidronefrosis hampir selalu dikaitkan dengan keterlibatan dinding panggul luas oleh tumor. Pasien dengan tumor yang sangat canggih mungkin memiliki heamaturia atau inkontinensia dari fistula vesikovaginal yang disebabkan oleh perluasan langsung dari tumor kandung kemih. Kompresi eksternal dari rektum oleh tumor primer besar dapat menyebabkan sembelit (Rubina Mukhtar, 2015) 2.2. MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN SECARA TEORITIS A.    Pengkajian Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan meliputi distress janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps tali pust, abrupsio plasenta dan plasenta previa. 1. Identitas atau biodata klien Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register  , dan diagnosa keperawatan. 2. Keluhan utama Biasanya klien mengeluh sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka jahitan, takut bergerak. 3. Riwayat kesehatan a) Riwayat kesehatan dahulu:



13



Penyakit kronis atau menular dan menurun sepoerti jantung, hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus. b) Riwayat kesehatan sekarang : Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatka cairan ketuban yang keluar pervaginan secara sepontan kemudian tidak di ikuti tanda-tanda persalinan. c) Riwayat kesehatan keluarga: Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada klien. 4. Pola-pola fungsi kesehatan a) pola persepsi dan tata leksana hidup sehat Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya b) Pola Nutrisi dan Metabolisme Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari keinginan untuk menyusui bayinya. c) Pola aktifitas Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.



14



d) Pola eleminasi Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari trigono, yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena penderita takut untuk melakukan BAB. e)  Istirahat dan tidur Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan f) Pola hubungan dan peran Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan orang lain. g) Pola penagulangan stres Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas h) Pola sensori dan kognitif Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan dan nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas primipara terjadi kurangnya pengetahuan merawat bayinya i)  Pola persepsi dan konsep diri Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi  perubahan konsep diri antara lain dan body image dan ideal diri j)  Pola reproduksi dan sosial



15



Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas. 5. Pemeriksaan fisik a) Kepala Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan b) Leher Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid, karena adanya proses menerang yang salah c) Mata Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva, dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kunuing d) Telinga Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya, adakah cairan yang keluar dari telinga. e) Hidung Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-kadang ditemukan pernapasan cuping hidung f) Dada Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi areola mamae dan papila mamae



16



g) Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat. h) Genitalia Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak. i) Anus Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur j) Ekstermitas Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena membesarnya uterus, karenan preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal. k) Tanda-tanda vital Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun. A. Diagnosa Kebidnan Pada langkah ini di lakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data (subjektif dan objektif) yang telah di kumpulkan. Data dasar yang sudah di kumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik. Seorang wanita umur nifas post SC dengan rendahnya mobilisasi dini. Data dasar : Data subjektif : pasien belum bisa mobilisasi dini selama 23hari pasca operasi SC.



17



Data objektif : tampak as jahitan, cepat lelah, sesak nafas, tekanan darah dibawah normal, perdarahan terjadi dalam siklus C. Rencana Asuhan Kebidanan Tindakan Asuhan Kebidanan Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang di tentukan berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosis yang telah di identifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana tindakan pada klien dengan rendahnya mobilisasi dini dapat dibuat bersama petugas kesehatan, klien dengan keluarganya berdasarkan urutan prioritas masalah. a. Observasi keadaan umum klien. b. Observasi vital sign meliputi pemeriksaan tekanan darah, denyut nadi, suhu badan, pernafasan dilakukan setiap 8 jam sekali. c. Observasi luka jahitan. d. Optimalkan pemberian nutrisi yang adekuat, berikan konseling informasi edukasi( KIE ) makanan yang mengandung banyak kalori dan protein. e. Berikan pengobatan dan anjukan untuk melanjutkan pemeriksaan. f. Lakukan kolaborasi dengan petugas fisioterapi untuk pemeriksaan lanjut. g. Lakukan cek laboratorium ulang D. Implementasi  Implementasi Asuhan Kebidanan. Pada langkah ini di lakukan pelaksanaan asuhan langsung secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau



18



bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. a. Mengobservasi keadaan umum klien baik atau cukup.. b. Mengontrol vital sign, meliputi pemeriksaan tekanan darah, denyut nadi, suhu badan, pernafasan, dilakukan 3 kali sehari atau setiap 8 jam ( pagi, siang, malam). c. Observasi keadaan luka bekas jahitan. d. Mengoptimalkan pemberian nutrisi yang adekuat dengan motivasi klien untuk tidak berpantang pada suatu makanan dan menanjurkan untuk makan dengan gizi seimbang. e. Memberikan pengobatan berupa obat oral/ suntikan dan menganjurkan untuk melaksanakan pemeriksaan lanjutan. f. Melakukan kolaborasi dengan petugas fisioterapi untuk pengobatan/pemberian obat lanjutannya. g. Melakukan pengambilan darah untuk cek laboratorium ulang.. E. Evaluasi Evaluasi Tindakan Asuhan Kebidanan Pada langkah VII ini dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan. Hal yang di evaluasi meliputi apakah kebutuhan telah terpenuhi dan mengatasi diagnosis dan masalah yang telah diidentifikasi. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif, sedangkan sebagian lain belum efektif. Mengingat proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan, maka



19



perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif. metode pendokumentasian yang disebut dengan SOAP.. S Subjektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien meliputi analisa melalui anamnesa sebagai langkah 1 Varney. Data subjektif pada kasus menometrorargia didapatkan dari hasil wawancara langsung pasien. O Objektif Menggambarkan pendokumentasian dan catatan medic pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan test diagnostic yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung analisa sebagai langkah 1 Varney. Data objektif pada kasus rendahnya mobilisasi dini adalah hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. A Analisa Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi masalah kebidanan serta kebutuhan sebagai langkah 3 dan 4 dari 7 langkah Varney. P Penatalaksanaan Penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara komprehensif ; penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/ follow up dari rujukan sebagai langkah 3, 4, 5, 6 dan 7 Varney. Dalam penatalaksanaan terdapat juga intervensi yaitu data subjektif, objektif berubah atau tidak tergantung. Data yang sudah ada selanjutnya dievaluasi untuk menganalisis respon klien terhadap intervensi yang diberikan. ( KepMenKes RI No.938/menkes/SK/VII/2007



20



BAB III PENUTUP 3.1. Ksimpulan Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim. Kanker serviks menunjukkan adanya sel- sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel jaringan yang tumbuh terus- menerus dan tidak terbatas pada bagian leher rahim Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang telah berumur, tetapi bukti statistik menunjukkan bahwa kanker serviks dapat juga menyerang wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun Kanker serviks dapat dideteksi secara dini dengan melakukan skrining Pap Smear. Pada stadium awal, kanker ini cendrung tidak terdeteksi sehingga tidak menimbulkan gejala-gejala yang jelas dan baru terdeteksi setelah stadium III atau lanjut. Tanda dan gejala Ca. Serviks adalah perdarahan vagina abnormal seperti pendarahan pasca menopause, menstruasi tidak teratur, menstruasi berat, metrorhagia menyakitkan, atau perdarahan postcoital. Keputihan abnormal adalah keluhan utama dari sekitar 10% dari pasien; debit mungkin berair, bernanah, atau berlendir. Gejala panggul atau nyeri perut dan saluran kencing atau rektum terjadi dalam kasus-kasus lanjutan.



Nyeri panggul



mungkin hasil dari loco penyakit regional invasif atau dari penyakit radang panggul hidup berdampingan 3.2. Saran 1.



Bagi wanita baik remaja maupun para ibu jika mengalami tanda dan gejala harap segera memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.



2.



Sebagai petugas kesehatan khususnya seorang bidan, diharapkan senantiasa berusaha untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan yang lebih profesional.



21



DAFTAR PUSTAKA Bobak, IM. 2000. Maternity & Gynecologic Care: The Nursing Family. Edisi 1. Alih bahasaYayasanIkatan Alumni PendidikanKeperawatan: Bandung Brunner & Suddart. 2010. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC Kepmenkes RI nomor :900/MENKES/SK/II/2002, Registrasi dan Praktek Bidan. Manuaba, Ida Bagus Gde, 2010 Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapeus Mary Hamilton, Persis. 1995. Dasar-dasar Keperawatan Maternitas. Edisi 6. Alih bahasa Niluh Gede Yasmin Asih. Jakarta: EGC Mukhtar, Rubina., et al. 2015. Prevalence of Cervical Cancer in Developing Country: Pakistan. US: Global Journal. Padila. 2012. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Media. Prawirohardjo, sarwono, 2010. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan bina pustaka. Prawirohardjo, Sarwono. 2000. Ilmu Kebidanan, Edisi 2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC. Rahayu, Dedeh Sri. 2015. Asuhan Ibu dengan Kanker Serviks. Jakarta: Salemba Medika.



22