Makalah Ca Serviks [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Skrining Dan Pencegaahan Ca Serviks



Nama : Bunga indah sari Nim : 18060017



PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS AUFA ROYHAN 2019/2020



KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada penulis sehingga saya berhasil menyelesaikan makalah “skrining dan pencegahan ca serviks” . Penulis menyadari bahwa makalah yang penulis selesaikan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari bersifat membangun guna kesempurnaan makalah penulis selanjutnya. Akhir kata, penulis menyucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta penulis berharap agar makalah ini dapat bermamfaat untuk kita semua.



Padangsidimpuan, april 2020



Penulis



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR .........................................................................i DAFTAR ISI.........................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang...................................................................................1 B. Tujuan ...............................................................................................1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ca Serviks ........................................................................................2 B. Defenisi ca serviks ........................................................................... 2



C. Etiologi ca serviks .... ........................................................................2 D. Patogenesis ca serviks .. ....................................................................3 E. Patofisiologi ca serviks ... ..................................................................4 F. Kebijakan dan penanganan dan pencegahan .....................................4 G. Evidance based ca serviks .. ..............................................................6 BAB III KAJIAN JURNAL DAFTAR PUSTAKA



BAB I



PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Kanker adalah suatu pertumbuhan sel-sel abnormal atau proliferasi sel-sel yang tidak dapat diatur. Tingkat poliferasi antara sel kanker berbeda beda antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan sel kanker dengan sel normal terletak pada sifat sel kanker yang tidak pernah berhenti membelah. Kanker merupakan suatu kegagalan morfogenesis normal dan dan kegagalan difrensiasi normal, artinya pertumbuhan kanker tidak dapat dikendalikan dan tidak pernah memperoleh struktur normal serta fungsi khas jaringan tempat sel kanker tumbuh. Menurut Guyton, Arthur C. ,Kanker merupakan suatu penyakit yang menyerang proses dasar kehidupan sel, yang hampir semuanya menambah genom sel (komplemen genetik total sel) serta mengakibatkan pertumbuhan liar dan penyebaran sel kanker. Penyebab perubahan genom ini adalah mutasi (perubahan) salah satu gen atau lebih; atau mutasi sebagian besar segmen utas DNA yang mengandung banyak gen; atau pada beberapa keadaan penambahan atau pengurangan sebagian besar segmen kromosom. Setiap kanker mulai dengan sebuah sel. Kejadian apapun yang mengalihkan sebuah sel normal menjadi sebuah sebuah sel kanker. Sel kanker tidak menyerang massa sel, maskipun pada stadium akhir kanker, badan dapat mengandung berbiliun sel kanker dan semuanya itu adalah keturunan sebuah sel pendahulunya. Jadi semua sel kanker metastis maupun pada tumor merupakan sebuah klon. Kanker serviks adalah kanker yang terdapat pada serviks atau leher rahim, yaitu area bagian bawah rahim yang menghubungkan rahim dengan vagina. Pada tahun 2003, WHO menyatakan bahwa kanker merupakan problem kesehatan yang sangat serius karena jumlah penderitanya meningkat sekitar 20% per tahun. Kanker serviks (mulut rahim) adalah penyakit pembunuh wanita nomor satu di dunia. Di seluruh dunia, kasus kanker serviks ini sudah dialami oleh 1,4 juta wanita. Data yang didapat dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) diketahui terdapat 493.243 jiwa per-tahun penderita kanker serviks baru dengan angka kematian sebanyak 273.505 jiwa pertahun. Sampai saat ini kanker serviks masih merupakan masalah kesehatan perempuan di Indonesia sehubungan dengan angka kejadian dan angka kematian akibat kanker serviks yang tinggi. Keterlambatan diagnosis pada stadium lanjut,



keadaan umum yang lemah, status sosial ekonomi yang rendah, keterbatasan sumber daya, keterbatasan sarana dan prasarana, jenis histopatologi dan derajat pendidikan ikut serta dalam menentukan prognosis dari penderita. B. Tujuan Agar dapat menambah wawasan tentang skrining dan pencegahan ca serviks



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Ca. Serviks 2.2.1 Defenisi Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim atau serviks yang terdapat pada bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina. Kanker serviks merupakan gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan kelompok penyakit yang dimanifestasikan dengan gagalnya untuk mengontrol proliferasi dan maturasi sel pada jaringan serviks. Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35 - 55 tahun, 90% dari kanker serviks berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju kedalam rahim. Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli penulis dapat menyimpulkan bahwa kanker serviks adalah pertumbuhan sel yang abnormal yang terdapat pada organ reproduksi wanita yaitu serviks atau bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina. Kanker Kanker serviks adalah kanker yang terdapat pada serviks atau leher rahim, yaitu area bagian bawah rahim yang menghubungkan rahim dengan vagina. Pada tahun 2003, WHO menyatakan bahwa kanker merupakan problem kesehatan yang sangat serius karena jumlah penderitanya meningkat sekitar 20% per tahun. Kanker serviks (mulut rahim) adalah penyakit pembunuh wanita nomor satu di dunia. Di seluruh dunia, kasus kanker serviks ini sudah dialami oleh 1,4 juta wanita. Data yang didapat dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) diketahui terdapat 493.243 jiwa pertahun penderita kanker serviks baru dengan angka kematian sebanyak 273.505 jiwa per-tahun. Sampai saat ini kanker serviks masih merupakan masalah kesehatan perempuan di Indonesia sehubungan dengan angka kejadian dan angka kematian akibat kanker serviks yang tinggi. Keterlambatan diagnosis pada stadium lanjut, keadaan umum yang lemah, status sosial ekonomi yang rendah, keterbatasan sumber



daya, keterbatasan sarana dan prasarana, jenis histopatologi dan derajat pendidikan ikut serta dalam menentukan prognosis dari penderita. 2.2.2 Etiologi Kanker serviks terjadi jika sel - sel serviks menjadi abnormal dan membelah secara tidak terkendali, jika sel - sel serviks terus membelah, maka akan terbentuk suatu masa jaringan yang disebut tumor yang bisa bersifat jinak atau ganas, jika tumor tersebut ganas maka keadaannya disebut kanker serviks. Penyebab terjadinya kelainan pada sel - sel serviks tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks yaitu : 1. HPV ( Human Papiloma Virus ) HPV adalah virus penyebab kutil genetalis ( Kandiloma Akuminata ) yang ditularkan melalui hubungan seksual. Ada 8 tipe HPV yang berhubungan dengan kanker serviks adalah : 1) HPV resiko rendah : HPV 6 dan 11 2) HPV resiko sedang : HPV 33, 35, 39, 40, 43, 45, 51, 56, dan 58 3) HPV resiko tinggi : HPV 16, 18, 31 Infeksi HPV terjadi melalui hubungan seksual dengan masa inkubasi selama 3 bulan. Bentuk klasik dari infeksi HPV adalah kondiloma akuminata yaitu kutil yang berbentuk kembang kol pada jaringan ikat di tengahnya dan ditutup terutama dibagian atas epitel yang hiperkerotolik. Kondiloma akuminata jarang ditemukan pada serviks dimana lesinya hanya terbatas pada vulva, anus dan vagina bagian posterior. Kemungkinan peranan terjadinya kanker serviks adalah dengan melakukan gangguan pada gen yang mengatur pembelahan virus dan mengakibatkan pembelahan sel menjadi tidak terkontrol kearah keganasan. Perubahan sel yang terjadi dapat dalam bentuk jinak kondiloma (NIS 1 : Neoplasma Intraepitel Serviks) atau bentuk prakanker (NIS 2 dan 3), bahkan dapat menjadi karsinoma invasif. Faktor resiko minor kanker serviks adalah paritas tinggi dengan jarak persalinan pendek, hubungan seksual dini dibawah 17 tahun, multipartner seksual, merokok pasif dan aktif, status ekonomi rendah. Ko – faktor terdiri dari infeksi klamidia trakomatis, HSV-2 HIV/AIDS, infeksi kronis dan lainnya.



2.2.3 Patogenesis Kausa utama karsinoma serviks adalah infeksi virus Human Papilloma yang onkogenik. Risiko terinfeksi HPV sendiri meningkat setelah melakukan aktivitas seksual. Pada kebanyakan wanita, infeksi ini akan hilang dengan spontan. Tetapi jika infeksi ini persisten maka akan terjadi integrasi genom dari virus ke dalam genom sel manusia, menyebabkan hilangnya kontrol normal dari pertumbuhan sel serta ekspresi onkoprotein E6 atau E7 yang bertanggung jawab terhadap perubahan maturasi dan differensiasi dari epitel serviks . Lokasi awal dari terjadinya karsinoma serviks biasanya pada atau dekat dengan pertemuan epitel kolumner di endoserviks dengan epitel skuamous di ektoserviks atau yang juga dikenal dengan squamocolumnar junction . Terjadinya karsinoma serviks yang invasif berlangsung dalam beberapa tahap. Tahapan pertama dimulai dari lesi pre-invasif, yang ditandai dengan adanya abnormalitas dari sel yang biasa disebut dengan displasia. Displasia ditandai dengan adanya anisositosis (sel dengan ukuran yang berbeda-beda), poikilositosis (bentuk sel yang berbeda-beda), hiperkromatik sel, dan adanya gambaran sel yang sedang bermitosis dalam jumlah yang tidak biasa. Displasia ringan bila ditemukan hanya sedikit sel-sel abnormal, sedangkan jika abnormalitas tersebut mencapai setengah ketebalan sel, dinamakan displasia sedang. Displasia berat terjadi bila abnormalitas sel pada seluruh ketebalan sel, namun belum menembus membrana basalis. Perubahan pada displasia ringan sampai sedang ini masih bersifat reversibel dan sering disebut dengan Cervical Intraepithelial Neoplasia (CIN) derajat 1-2. Displasia berat (CIN 3) dapat berlanjut menjadi karsinoma in situ. Perubahan dari displasia ke karsinoma in situ sampai karsinoma invasif berjalan lambat (10 sampai 15 tahun). Gejala pada CIN umumnya asimptomatik, seringkali terdeteksi saat pemeriksaan kolposkopi. Sedangkan pada tahap invasif, gejala yang dirasakan lebih nyata seperti perdarahan intermenstrual dan post koitus, discharge vagina purulen yang berlebihan berwarna kekuning- kuningan terutama bila lesi nekrotik, berbau dan dapat bercampur dengan darah , sistisis berulang, dan gejala akan lebih parah pada stadium lanjut di mana penderita akan mengalami cachexia, obstruksi gastrointestinal dan sistem renal 2.2.4 Patofisiologi



Dari beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kanker sehingga menimbulkan gejala atau semacam keluhan dan kemudian sel - sel yang mengalami mutasi dapat berkembang menjadi sel displasia. Apabila sel karsinoma telah mendesak pada jaringan syaraf akan timbul masalah keperawatan nyeri. Pada stadium tertentu sel karsinoma dapat mengganggu kerja sistem urinaria menyebabkan hidroureter atau hidronefrosis yang menimbulkan masalah keperawatan resiko penyebaran infeksi. Keputihan yang berkelebihan dan berbau busuk biasanya menjadi keluhan juga, karena mengganggu pola seksual pasien dan dapat diambil masalah keperawatan gangguan pola seksual. Gejala dari kanker serviks stadium lanjut diantaranya anemia hipovolemik yang menyebabkan kelemahan dan kelelahan sehingga timbul masalah keperawatan gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Pada pengobatan kanker leher rahim sendiri akan mengalami beberapa efek samping antara lain mual, muntah, sulit menelan, bagi saluran pencernaan terjadi diare gastritis, sulit membuka mulut, sariawan, penurunan nafsu makan ( biasa terdapat pada terapi eksternal radiasi ). Efek samping tersebut menimbulkan masalah keperawatan yaitu nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Sedangkan efek dari radiasi bagi kulit yaitu menyebabkan kulit merah dan kering sehingga akan timbul masalah keperawatan resiko tinggi kerusakan integritas kulit. Semua tadi akan berdampak buruk bagi tubuh yang menyebabkan kelemahan atau kelemahan sehingga daya tahan tubuh berkurang dan resiko injury pun akan muncul. 2.2 kebijakan dalam penangganan dan pencegahan Pencegahan Yang harus dilakukan untuk menghindari kanker leher rahim adalah pertama, jika pernah melakukan hubungan seksual maka harus melakukan Pap smear test secara teratur setiap dua tahun dan ini dilakukan sampai berusia 70 tahun. Pada beberapa kasus mungkin dokter menyarankan untuk melakukan Pap smear test lebih sering. Hal yang ke dua adalah melaporkan adanya gejalagejala yang tidak normal seperti adanya perdarahan, terutama setelah coitus (senggama). Hal yang ke tiga adalah tidak merokok. Data statistik melaporkan bahwa resiko terserang kanker leher rahim akan menjadi lebih tinggi jika wanita merokok. Dengan melakukan beberapa tindakan yang dapat memperkecil resiko tersebut, maka kejadian kanker leher rahim ini dapat dihindari. PENGOBATAN



Terapi untuk kanker serviks berbeda untuk tiap stadium kanker. Pada stadium awal dapat dilakukan pembedahan terhadap jaringan yang mengandung sel kanker. Pada stadium selanjutnya, terapi dilakukan dengan radioterapi, kemoterapi, maupun kemoradioterapi. Jenis terapi ini dapat berpengaruh pada sel normal (La Russo, 2004). Jika perubahan awal sel leher rahim telah diketahui, pengobatan yang umum diberikan adalah dengan: 1.Pemanasan, diathermy atau dengan sinar laser. 2.Cone biopsi, yaitu dengan cara mengambil sedikit dari sel-sel leher rahim, termasuk sel yang mengalami perubahan. Tindakan ini memungkinkan pemeriksaan yang lebih teliti untuk memastikan adanya sel-sel yang mengalami perubahan. Pemeriksaan ini dapat dilakukan oleh ahli kandungan (Anonim, 2007). Jika perjalanan penyakit telah sampai pada tahap pre-kanker, dan kanker leher rahim telah dapat diidentifikasi, maka untuk penyembuhan, beberapa hal yang dapat dilakukan adalah: 1.Operasi, yaitu dengan mengambil daerah yang terserang kanker, biasanya uterus beserta leher rahimnya. 2.Radioterapi yaitu dengan menggunakan sinar X berkekuatan tinggi yang dapat dilakukan secara internal maupun eksternal (Tyagi, 2000).



Skrining Mencegah kanker serviks dapat dilakukan dengan mendeteksi secara dini, tujuannya adalah untuk menemukan lesi pra kanker dan kanker stadium awal. Saat ini terdapat beberapa cara alternatif untuk skrining kanker serviks yaitu : 1) Kalposkopi digunakan sebagai alat pemeriksaan awal dan lebih sering digunakan untuk pemeriksaan lanjutan dari hasil test pap smear yang abnormal. Namun, kalposkopi jarang digunakan karena biayanya yang mahal, kurang praktis dan memerlukan biopsi 2) Servikografi merupakan pemeriksaan untuk melihat kelainan porsio. Untuk membuat foto pembesaran porsio dipulas dengan menggunakan asam asetat 3 – 5%. 3) Pap net (dengan komputerisasi) merupakan slide pemeriksaan pap smear untuk mengidentifikasi sel yang abnormal dibantu dengan menggunakan komputerisasi.



4) Tes molecular HPV – DNA membuktikan bahwa 90% kandiloma serviks, NIS dan kanker serviks mengandung HPV – DNA. 5) Inspeksi visual dengan asam asetat ( IV A) menjadi metode skrining alternative yang mudah untuk diaplikasikan diberbagai Negara. Pada umumnya metode IVA mudah, praktis, alat yang digunakan sederhana, dapat dilakukan oleh petugas kesehatan bukan dokter dan metode ini sesuai dengan pusat pelayanan kesehatan yang sederhana. Untuk pemeriksaan serviks dengan IVA, awalnya dengan menggunakan speculum yang sudah diolesi oleh asam asetat 3 – 5%. Pada lesi pra kanker akan terlihat bercak berwarna putih yang disebut aceto white epithelium, maka dapat disimpulkan bahwa dari bercak putih hasil test adalah IVA positif sehingga dapat ditindak lanjuti dengan melakukan biopsi. 2.3 evidance based HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP BIDAN MENGENAI TEKNIK INSPEKSI VISUAL ASETAT (IVA) DALAM SKRINING KANKER SERVIKS DI PUSKESMAS KOTA PADANG.



BAB III KAJIAN JURNAL



HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP BIDAN MENGENAI TEKNIK INSPEKSI VISUAL ASETAT (IVA) DALAM SKRINING KANKER SERVIKS DI PUSKESMAS KOTA PADANG Kanker Indonesia merupakan penyebab no 5 kematian pada wanita. Hal ini disebabkan meningkatnya jumlah pasien penderita kanker karena meningkatnya usia harapan hidup wanita di Indonesia. Meningkatnya umur harapan hidup ini dihubungkan dengan meningkatnya taraf kehidupan sosioekonomi masyarakat. Dari jumlah kanker yang diderita oleh wanita di Indonesia , 40 % merupakan keganasan ginekologi Kanker serviks merupakan kanker dengan insiden cukup tinggi pada wanita di Indonesia. Keterlambatan diagnosis pada stadium lanjut, keadaan umum yang lemah, status sosial ekonomi yang rendah, keterbatasan sumber daya, keterbatasan sarana dan prasarana, jenis histopatologi, dan derajat pendidikan ikut serta dalam menentukan prognosis dari penderita. Hal tersebut menjadikan alasan mengapa deteksi dini atau penapisan terhadap kanker leher rahim penting. Saat ini, skrining merupakan upaya terbaik dalam menangani kanker serviks, mengingat tidak sedikit beban kesehatan yang dikeluarkan untuk menangani kanker ini Organisasi Kanker serviks dan upaya pencegahannya masih merupakan masalah yang menarik perhatian para profesional kesehatan. Hasil penelitian oleh Anti Widayani (2009) di Surabaya menunjukkan bahwa 42,9 % responden memiliki tingkat pengetahuan tinggi, 21,6% responden memiliki tingkat pengetahuan sedang, dan 35,5% responden memiliki tingkat pengetahuan rendah tentang pencegahan kanker serviks. Hasil penelitian



lain oleh Ninik Artiningsih (2011) di Mojokerto juga menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna dan positif antara pengetahuan wanita usia subur (WUS) dengan tindakan pemeriksaan IVA sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit kanker serviks Mengenai pelaksanaan teknik IVA di puskesmas di kota Padang masih belum ditemukan data yang jelas. Dari peninjauan ke 5 Puskesmas di kota Padang yaitu puskesmas Padang Pasir, Seberang Padang, Nanggalo, Lapai dan puskesmas Andalas. terdapat 3 puskesmas yang pernah melakukan skrining dengan teknik IVA dan 2 diantaranya masih melakukan skrining dengan teknik IVA sampai sekarang. Kendala yang ditemui berkaitan dengan pelaksanaan skrining kanker serviks dengan teknik IVA adalah; belum adanya instruksi yang jelas dari dinas kesehatan propinsi maupun kota mengenai pelaksanaan skrining dengan teknik IVA di Puskesmas, pelatihan yang kurang terhadap tenaga kesehatan serta tidak adanya tenaga terlatih untuk melakukan skrining. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan menggunakan desain cross sectional dimana variable independen dan variable dependen diteliti pada waktu bersamaan di Metode yang digunakan dalam pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat adalah metode penyuluhan berupa ceramah dan tanya jawab yang di ikuti metode pelatihan berupa praktek langsung yang diawali dengan demonstrasi.



DAFTAR PUSTAKA https://www.academia.edu/16692483/Makalah_Kanker_Serviks https://ccrc.farmasi.ugm.ac.id/?page_id=893 http://jurnalobgin.fk.unand.ac.id/index.php/JOE/article/download/95/91